Anda di halaman 1dari 19

BILANGAN RASIONAL & IRRASIONAL

 Bilangan Rasional
p
x=
. Bilangan rasional adalah bilangan berbentuk q , dimana p
bilangan bulat dan q ≠ 0. Disini x “bilangan bulat” bila mana p habis
dibagi q dan x “pecahan” bila p tidak habis dibagi q.
Bilangan rasional bersifat selalu mempunyai bentuk decimal berakhir atau
berulang, sebagaimana diperlihatkan pada contoh berikut :
a) 13 = 13, 0 (berakhir)
1
b) - 2 2 = - 2,5 (berakhir)

= 11, 6666……. = 11,6 (berulang)


2
c) 11 3

d) 0, 49999 …….. = 0,49 (berulang)


−103
=−3 , 121212. .. . .. .. .=−3 , 12
e) 33 (berulang)
1
=0 , 142857142857142857 .. .. . .. ..=0 , 142857
f) 7 (berulang)

g) √3 −8=−2,000. ... .. .=−2 , 0=−2


Catatan : Tanda bar yang dibubuhkan diatas angka pada contoh diatas
menunjukkan bagian decimal yang berulang.

Contoh : Tunjukkan bahwa a). 1,09090909………. b). -2,03333……………


adalah bilangan rasional.
Solusi : Ide adalah menunjukkan bilangan tersebut dapat dinyatakan dalam
p
x=
bentuk q dengan p bilangan bulat dan g bilangan asli.

a). Misal x=1,090909........=1,09, maka

100 x=109,090909.......=109 ,09 (dikalikan 100 karena ada dua digit

yang berulang). Jadi (100x - x) = (109, 09 - 1,09 ) ⇒ 99x =108


108 12 12
⇒x= = x=
99 11 jadi 11 adalah bilangan rasional.
(Catatan:11 dan 12 adalah relatif prima)

b). Misal x = -2,0333……. = -2,03 maka 10x = - 20,333 …..= -20,3

sehingga (10x - x) = -20,3 - (-2,03 ) ⇒ 9x = -18,3


−18 ,3 −183
=
⇒ x= 9 90 adalah bilangan rasional. (apakah -183 dan 90 relatif
prima?)

Sifat-sifat Bilangan Rasional


a c e
,
Untuk setiap bilangan rasional b d dan f berlaku sifat-sifat berikut
ini.
1) Tertutup, untuk operasi penjumlahan dan perkalian
a c
+
b d adalah bilangan rasional
a c
.
b d adalah bilangan rasional
2) Komutatif, untuk operasi penjumlahan dan perkalian
a c c a
+ = +
b d d b
a c c a
. = .
b d d b
3) Asosiatif, untuk operasi penjumlahan dan perkalian
a c e a c e
( + )+ = +( + )
b d f b d f
a c e a c e
( . ) . = +( . )
b d f b d f
4) Distributif, perkalian untuk penjumlahan
a c e a c a e
. ( + ) = . + .
b d f b d b f
5) Ada elemen identitas penjumlahan dan perkalian
0
Ada bilangan rasional tunggal, 1 , sehingga
a 0 0 a a
+ = + =
b 1 1 b b
1
Ada bilangan rasional tunggal, 1 , sehingga
a 1 1 a a
× = × =
b 1 1 b b
6) Ada elemen invers penjumlahan dan perkalian
a
Untuk setiap b ada invers penjumlahan,
−a a −a −a a 0
+ = + =
b sehingga b b b b 1
a b
≠0
Untuk setiap b ada invers perkalian a ,
a b b a 1
. = . =
sehingga b a a b 1
7) Perkalian dengan nol
a 0 0
. =
b 1 1=0

Selanjutnya himpunan semua bilangan rasional, dan dua operasi,


penjumlahan, dan perkalian, dengan sifat-sifat tersebut, membentuk suatu sistem
bilangan rasional.

Diskusikan di kelas!
Tunjukkan bahwa bilangan 0,499999 ……adalah bilangan rasional.

Bilangan Irasional
 Bilangan Irrasional adalah bilangan yang bukan rasional. Bilangan
irrasional ini bukan hasil bagi bilangan bulat dan bilangan asli, sehingga
p
tidak dapat dinyatakan dalam bentuk q dan juga tidak mempunyai
bentuk decimal berulang, sebagai contoh bilangan irrasional.

√ 2=1,414213562… (tidak berakhir dan tidak berulang)


(tidak berakhir dan tidak berulang)
1
=0 ,7071086⋯
√2 (tidak berakhir dan tidak berulang)
π=3 , 14159265358⋯(tidak berakhir dan tidak berulang)
e=2 , 71828182845⋯ (tidak berakhir dan tidak berulang)

Telah dibicarakan, bahwa setiap bilangan rasional dapat dinyatakan


sebagai pecahan desimal. berakhir atau pecahan desimal berulang teratur.
Sebaliknya setiap pecahan desimal berakhir atau pecahan desimal, yang
angka-angkanya berulang teratur adalah bilangan rasional. Selanjutnya
bilangan yang jika dinyatakan dalam bentuk pecahan desimal tidak akan
berakhir dan tidak berulang maka bilangan itu merupakan bilangan irasional.
Misalkan, 0,37337333733337333337... adalah bilangan irasional, sebab
angka-angkanya tidak berakhir dan tidak berulang teratur.
1
Bilangan π merupakan contoh bilangan irrasional. π bukan 3 7 atau
3,1416, tatapi π adalah bilangan yang lambang desimalnya tidak berakhir dan
tidak berulang. Pendekatan untuk π sampai 20 angka desimal adalah:
3,14159265358979323846.
Pada mulanya orang Yunani kuno menghabiskan waktu lama untuk
membahas apakah ada bilangan selain bilangan rasional. Kenyataannya,
dalam beberapa tahun, kelompok matematikawan dan Pythagoras
menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada bilangan yang tidak
rasional.Tetapi pada suatu hari mereka mulai bertanya: Berapakah panjang
sisi sebuah bujur sangkar yang luasnya 2? Tentu saja, jika panjang sisinya x,
maka x . x = 2. Bilangan apakah yang dikalikan diri sendiri sama dengan 2?

(atau berapakah akar pangkat dua dari 2, dinyatakan √2 Akhirnya

dibuktikan bahwa √ 2 tidak rasional.

Contoh:

Buktikan √ 2 bilangan irrasional.

Jawab : Diasumsikan √2 rasional dan kemudian ditunjukkan bahwa akan

terjadi kontradiksi. Sehingga √ 2 irrasional.

Andaikan √ 2 rasional.
a
Maka √ 2 dapat ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat b
sedemikian hingga a dan b relatif prima.
a a 2
)
Jika b = √ 2 maka ( b = 2 dan a2 = 2b2
Karena 2b2 bilangan bulat genap, maka a2 adalah genap, demikian
pula a. Mengapa?
Karena a genap, maka a dapat ditulis sebagai a = 2c, c bilangan
bulat.
Didapat a2 = 4c2. Padahal a2 = 2b2, maka b2 = 2c2 , sehingga b2
genap, akibatnya b genap.
Karena a dan b keduanya genap, tentu mempunyai faktor
persekutuan 2. Maka didapat keadaan yang kontradiksi dengan

pengandaian. Sehingga pengandaian √2 bilangan rasional tidak

benar. Jadi √ 2 irrasional.

Selanjutnya, dapat dibuktikan bahwa akar pangkat dua dari semua


bilangan bulat positip kecuali bilangan kuadrat sempurna (1, 4, 9, 16, … )
adalah bilangan irasional. Karena akar pangkat dua dari banyak bilangan
rasional adalah bukan rasional, maka berikut ini akan dibicarakan pendekatan
desimal dari bilangan akar pangkat dua. Salah satu algoritma untuk
menentukan pendekatan desimal dari bilangan akar pangkat dua adalah
metode rata-rata yang langkah-langkahnya sebagai berikut.
a) Tentukan estimasi nilai pendekatan itu
b) Tentukan hasil bagi bilangan yang diakar dengan bilangan estimasinya,
dengan banyak angka desimal sebanyak yang dikehendaki.
c) Tentukan nilai rata-rata dari bilangan estimasi dan hasil bagi. Nilai
rata-rata yang diperoleh merupakan nilai pendekatan yang dicari.
d) Untuk mendapat nilai pendekatan lebih teliti, gunakan nilai rata-rata yang
diperoleh sebagai estimasi.

Ulangi prosesnya seperti langkah (b) dan (c). Lanjutkan sampai diperoleh
ketelitian yang dikehendaki.
Contoh 1:

Tentukan nilai pendekatan √ 2


Jawab:
Karena (1,4)2 = 1,96, kita pilih 1,4 sebagai estimasi 2 : 1,4 = 1,42857
1, 4 + 1,42857
= 1,414285
2
Ulangilah proses di atas, dipilih 1,414285 sebagai estimasi

Dari pembicaraan di atas, bilangan rasional adalah bilangan yang


dapat dinyatakan sebagai pecahan desimal berakhir atau berulang.
sedang bilangan irrasional adalah bilangan yang jika dinyatakan sebagai
desimal tidak berakhir dan tidak berulang. Gabungan dari kedua
himpunan bilangan tersebut dinamakan himpunan bilangan real atau nyata.
Bilangan dan Notasinya
Himpunan Notasi Representasi/Contoh
Bilangan asli (Natural) N { 1,2,3,… }
Bilangan Prima( Prime numbers) - { 2,3,5,7,11,… }
Bilangan Komposisi (Composite { 4 ,6,8,9,10,12,15,⋯}
-
numbers)
Bilangan Bulat (integer) B { …,−3,−2,−1,0,1,2,… }
Nol (Zero) O 0

Bilangan genap (even numbers) 2n { x|x=2n; n∈ B }


Bilangan Ganjil ( Odd numbers) 2n 1 { x|x=2n±1;n∈ B }
Bilangan Cacah - { 0,1,2,… }
Negatif Bilangan asli (Bil. Bulat { …−3 ,−2 ,−1 }
-
negatif)
Bilangan Pecahan (Praction) -N {… ,−3 2 , 1 2 , 7 3 , 1 4 }
Bilangan Rasional
number)
(Rational
Q {x|x= qp , p ∈ B , q ∈ N }
Bilangan Irrasional (Irrational 1 1
- √2 , , π , e ,ln 2,−
number) √3 π
Bilangan Real (Real number) R { x|−∞<x <+ ∞ }

Kiranya jelas bahwa : N ⊂B ⊂Q ⊂ R


Catatan : −∞ ,+∞ bukan bilangan real.
Beberapa catatan bilangan asli
1. Setiap bilangan genap yang lebh besar 2, dapat dinyatakan sebagai
jumlah dari dua bilangan prima.
Contoh : 4 = 2 + 2 10 = 3 + 7
6=3+3 12 = 5 + 7
8=3+5 24 = 11 + 13 dst
2. Setiap bilangan komposit selalu dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan-bilangan prima secara tunggal, yaitu :
K=P n1 n2 nk
1 . P2 . …… P k .

K = Bilangan komposisi ; Pi = bilangan prima ; ni = Bilangan asli


Contoh :
4 = 22 15 = 3.5
6 = 2.3 16 = 24
8 = 23 18 = 2 . 32
9 = 32 72 = 23 . 32
10 = 2.5 54 = 22 .33. 5
0

Sifat- Sifat Bilangan Nol


Bilangan 0 dalam bentuk pecahan muncul dalam 3 kasus :
0 0
, a≠0 x= ⇔ x . a=0 ,
Kasus (i) a . Misal a karena a≠0 , maka haruslah
x=0 .
a
=0
Jadi 0 ∀ a ∈ R , a≠0
a a
, a≠0 . x= ⇔ 0 . x=a
Kasus (ii) 0 Misal 0 , berarti 0=a . Hal ini bertentangan
a
dengan pengandaian semula a≠0 . Jadi 0 adalah “tak terdefenisi”,
∀ a ∈ R , a≠0
0 0
. x= ⇔ 0. x=0
Kasus (iii) 0 Misalkan 0 , berarti ruas kanan bernilai nol untuk
0
semua x. Jadi 0 adalah “tidak tentu”
Catatan :
Bilangan nol tidak termasuk bilangan positif
maupun negatif..

1.2.3 Aksioma Urutan


Sampai disini kita belum dapat menyatakan apakah suatu bilangan lebih
besar atau lebih kecil dari bilangan lainnya, sebab kita belum mendefenisikan
istilah “lebih besar” atau “lebih kecil”. Aksioma lapangan yang sudah
dibicarakan diatas belum dapat mengurutkan bilangan-bilangan real.

Pada himpunan bilangan real R terdapat suatu himpunan bagian yang


unsur-unsurnya dinamakan “bilangan positif” yang memenuhi aksioma urutan
berikut.
(i). Jika a bilangan real, maka hanya satu dari pernyataan- pernyataan dibawah

ini yang benar a positif ( a ∈ P ) ; a=0 ( a ∉ P ) ; −a positif (−a ∈ P )


(ii). Jumlah dua bilangan positif adalah positif dan hasil kali dua bilangan positif
adalah positif.
Sekarang pada himpunan bilangan real, kita defenisikan istilah “lebih
besar” dan “lebih kecil” dengan menggunakan istilah “bilangan positif” yang telah
dideskripsikan pada aksioma urutan.

Defenisi 1.7
Misalkan a dan b bilangan real, maka :
a). a lebih kecil dari b , ditulis a< b Jika dan hanya jika b−a adalah bil. Positif.
b). a lebih besar dari b , ditulis a> b Jika dan hanya jika b−a adalah bil.
negatif.
c). Lambang ¿ (lebih kecil atau sama dengan) dan ¿ (lebih besar atau sama
dengan) menyatakan relasi :
a≤b jika a< b atau a=b
a≥b jika a> b atau a=b

d). Lambang-lambang < , > , ¿ ,≥ dinamakan “tanda pertidaksamaan” dan


pernyataan yang dihubungkan dengan tanda pertidaksamaan disebut
“pertidaksamaan”
e). Bilangan real a dikatakan “negatif” bila −a adalah bilangan positif

Contoh :
1). 3< 5 oleh karena 5 -3 = 2 adalah bilangan positif
-7 < -3 oleh karena -3 – (-7) = 4 adalah bilangan positif
2). 8 > -2 oleh karena -2 – 8 = -10 adalah bilangan negatif
2 1 1 2 1
> − =−
3 2 oleh karena 2 3 6 adalah bilangan negative
3). -0,35 adalah negatif, oleh karena – (-0,35) = 0,35 adalah bilangan positif.
Jelaslah bahwa a< b jika dan hanya jika b> a .
Untuk mempersingkat penulisan, maka kalimat panjang :
“ a bilangan positif “ dinotasikan dengan “a > o ” dan
“ a bilangan negatif’ dinotasikan dengan “a< 0 ”.
Keterkaitan antara bilangan real positif dengan tanda pertidaksamaan dan
berbagai sifat untuk menyelesaikan pertidaksamaan diberikan dalam teorema
berikut :

Teorema 1.8
(a). a> 0⇔ a bilangan positif. (c). a> 0⇔−a<0
(b). a< 0⇔ a bilangan negatif (d). a< 0⇔−a>0

Catatan Lambang “⇔ ” dibaca “ jika dan hanya jika” atau “ekivalen”.

Bukti a) a> 0⇔ 0<a . Akan tetapi 0< a⇔ a−0=a adalah bilangan positif.
Jadi a> 0⇔ a bilangan positif.
Bukti b) a< 0⇔ 0−a=−a adalah bilangan positif. Jadi a< 0⇔ a bilangan
negatif

Bukti c) a> 0⇔ a bilangan positif ⇔−(−a ) bilangan positif ⇔−a bilangan


negatif ⇔−a< 0 . Jadi a< 0⇔−a>0

Bukti d) a< 0⇔ a bilangan negatif ⇔−(−a ) bilangan negatif ⇔−a bilangan


positif ⇔−a> 0 Jadi a< 0⇔−a>0

Teorema 1.9

Andaikan a ,b , c , d bilangan real, maka berlaku :


(a). jika a< b dan b< c maka a< c (sifat transitif).
(b). jika a< b dan c <d maka a+ c< b+d
(c). jika a< b dan c bilangan real sembarang, maka a+ c< b+c
(d). jika a< b dan c >0 , maka ac <bc
(e). jika a< b dan c <0 , maka ac >bc
(f). jika 0< a<b dan 0< c< d , maka ac <bc
1 1
>
(g).jika 0< a<b , atau a< b<0 , maka a b

Catatan : Sifat-sifat diatas juga berlaku apabila tanda < diganti dengan ¿ atau
tanda > diganti dengan ¿ .
Contoh :
(a1). 2 < 5 dan 5 < 9 maka 2 <9
(a2). -3 < -1 dan -1 < 0 maka -3 < 0
(b ). 5 < 7 dan 4 < 6 maka 5 + 4 < 7 + 6 ⇔ 9<13
(d ). 3 < 5 dan c = 2 ⇒ 2. 3<5 .2 ⇔6< 0

(e ). 3 < 5 dan c=−2⇒(−2).3>5 (−2 )⇔−6 >−10


(f ). 0 < 5 < 7 dan 0<3< 4 ⇒ 5. 3<7 . 4 ⇔ 15<28
1 1
0< 2< 5⇒ >
(g1). 2 5
1 1
−4<−2< 0⇒− >−
(g2). 4 2
Diatas sudah dibicarakan aksioma lapangan dan aksioma urutan. Namun
demikian hal tersebut belum cukup untuk menggambarkan secara lengkap tentang
sistem bilangan real. Misalnya himpunan bagian bilangan real R yang terdiri atas
bilangan rasional adalah lapangan yang terurut yang tidak memuat bilangan real

seperti √ 2,π ,e , dsb. Oleh karena itu masih diperlukan satu aksioma lagi yaitu
aksioma kelengkapan.

1.2.4 Aksioma Kelengkapan


Aksioma kelengkapan pada sistem bilangan real menyatakan bahwa setiap
himpunan bagian dari R yang terbatas selalu mempunyai batas atas terkecil.
Akibatnya setiap himpunan bagian tak kosong dari R yang terbatas dibawah
selalu mempunyai batas bawah terbesar. Sifat ini tidak dimiliki oleh himpunan
bilangan rasional, dan inilah yang membedakan antara himpunan bilangan
rasional dan bilangan real.
Defenisi 1.10
Himpunan bilangan real adalah “lapangan (medan) terurut lengkap”

Bentuk-Bentuk Aljabar

 Bentuk Perpangkatan
Misalkan a sebuah bilangan real,

2
(a). a =axa ; a =axaxa ; a =axaxax … xa , n ∈ N
3 n

n faktor

(b). Untuk a≠0 berlaku


1 1 1
a−1= a−2= 2
a−n = n
0
a =1 ; a ; a ; a
1 1 1 1
5−2 = =
2 25
10−3 = =
Contoh : 5 ; 10 1000 .
3

Untuk setiap bilangan real a dan b yang tidak nol dan untuk setiap
bilangan bulat p dan, n maka :
(a) a n xa p = a n+ p Contoh * 23 x 22 = 25 = 32
(b) ( a n ) p = a np * (22 )3 = 26 = 64
(c) (ab )n = * (2 x 5 )3 = 23 x 53 = 1000
(d) an = a n− p * 32 = 3−1 = 1
ap 33 3

() ()
(e) a n = an * 3 3 = 33 = 27
b bn 2 23 8
Kesamaan Istimewa

Misal a , b ∈ R , maka :
2 2 2 2
(a). ( a+ b) =a +2 . ab+b Contoh * ( n+3 ) =n+6 n+ 9
2 2 2 2
(b). ( a−b ) =a −2. ab+ b * (4 x−5) =16 x−40 x +25
3 3 3
(c). ( a+ b) =a +3 ab +3 ab+b *
(2 x+3 y )3=8 x 3 +36 x 2 y+ 54 xy 2 +27 y 3
3 3 2 2 3
(d). (a−b ) =a −3 a b+3 ab −b

. Bentuk Akar:
Definisi 1.11

a) Akar Kuadrat dari bilngan positif a ditulis √a , dideenisikan


2
sebagai bilangan positif x yang memenuhi x =a . Dengan kata

lain, √a satu-satunya bilangan real positif yang memenuhi

( √ a )2=a .
Contoh. :

 √ 25=5 , karena 5 adalah bilangan positif yang memenuhi


x 2 =25 .

 √(−2)2=√ 4=2 , karena 2 adalah bilangan positif yang


2
memenuhi x =4 .

b) Akar kubik dari bilangan real a, ditulis √3 a , didefenisikan


3
sebagai bilangan real x yang memenuhi x =a . Contoh :

 3 √ 8 = 2, karena 2 adalah bilangan real yang memenuhi


x 3 =8

 √ 3 8 2
=
2
27 3 , karena 3 adalah bilangan real yang memenuhi
8
x 3=
27

 √3 (−27 )=−3 , karena -3 adalah bilangan real yang memenuhi


x 3 =−27
c) Jika “ n bilangan genap positif”, akar ke –n dari bilangan positif a,

ditulis √n a , didefenisikan sebagai bilangan positif x yang


n
memenuhi x =a
4
Contoh : √ 81=3 , karena 3 bilangan positif yang memenuhi
x 4 =81
d). Jika “n bilangan ganjil positif”, n > 1, akar ke-n dari bilangan real
a, ditulis √n a , didefenisikan sebagai bilangan real x yang
n
memenuhi x =a
5
Contoh :√ (−32)=−2 , karena -2 bilangan real yang memenuhi
x 5 =−32 .

Sifat-Sifat Bilangan Bentuk Akar Kuadrat

Misal a dan b bilangan real positif, maka :

(a). √ a . b= √a . √ b Contoh : * √ 12=√ 4 x 3= √ 4 x √ 3=2 √ 3

(b). √ a √a
=
b √b * √
5 √5 √ 5
9
= =
√9 3
1 √a 1 √5
= =
(c). √ a a * √5 5

PENGURAIAN DAN FAKTORISASI


Defenisi 1.12
(a). “Penguraian” adalah suatu transformasi bentuk perkalian ke dalam
bentuk jumlahan
2 2
Contoh : (2 x−3)( x +1)=2 x + 2 x−3 x−3=2 x −x−3
(b). “Faktorisasi” adalah suatu transformasi bentuk jumlahan ke dalam bentuk
perkalian.
3 2 2
Contoh : 2 x +6 x −8 x=2 x ( x +3 x−4 )=2 x (x + 4 )( x−1)
Untuk memfaktorkan sebuah jumlah dapat ditempuh berbagai cara :
(i ). Kita dapat membuat faktor bersama pada setiap suku jumlahan.
5 2
Contoh : f ( x )=8 x −13 x +24 x
4 4
= 8 x . x−13 x . x +24 . x=x (8 x −13 x +24 ) .
(ii). Kita dapat menggunakan kesamaan istimewa :
2
Contoh : f ( x )=9 x +12 x +4
2 2 2
= (3 x )+2 .(3 x ). 2+2 , ingat bentuk ( a+ b)
f ( x )=( 3 x +2 )2
(iii). Gabungan metode (i) dan (ii) dan berbagai manipulasi aljabar
Contoh
G( x )=4 x 4 −12 x 3 + 9 x 2

=4 x 2 . x 2 −12 x . x2 +9 x 2
=x 2 (4 x 2 −12 x +9 )
=x 2 [ ( 2 x )2−2 .( 2 x ). 3+32 ] , ingat bentuk ( a−b )2

G( x )=x 2 (2 x−3)2
Berikut ini ditunjukkan beberapa cara menguraikan suatu bentuk aljabar atas
faktor-faktor linier dan/atau kuadrat definit-positif. Berdasarkan Teorema 1.6 dan
berbagai teknik manipulasi aljabar diperoleh uraian berikut:
2 2 2 2
a). x −a =x +( ax−ax )−a ; tambahkan dan kurangkan faktor ax
=( x 2 +ax )−( ax + a2 ) ; kumpulkan faktor-faktor yang bersesuain
=x ( x +a )−(ax+ a ) ; keluarkan faktor yang sama, sehingga diperoleh
faktorisasinya

x 2 −a2 =( x +a )( x−a )

2 3
b). x 3 −a3 =x 3 +( ax 2 −ax 2 )+( a2 x− a x )−a

=( x 3−ax 2 )+(ax 2 −a 2 x )+( a2 x−a 3 )


2
= x ( x−a )+ax ( x−a)+a ( x−a )
2

2 2
= ( x−a )( x +ax +a )

c) x + a =x + ( ax −ax + a x−a x ) + a
3 3 3 2 2 2 2 3

=( x 3 + ax 2 ) −( ax 2 +a 2 x )+ ( a2 x +a 3 )
=x 2 ( x +a ) −ax ( x+ a )+ a2 ( x +a )
x 3 −a3 =( x + a)( x 2 −ax +a2 )
4 4 2 2 2 2 2 2
d). x −a =( x +a )( x −a )=( x +a )( x−a)( x +a )

e). x 4 +a 4 =( x 2 +a2 )2−2 x 2 a 2=( x2 +a2 )2 −( √ 2 ax )2


=( x 2 +a 2 + √ 2 ax )( x 2 +a 2−√ 2 ax )

x 4  a 4  ( x 2  2ax  a 2 )( x 2  2ax  a 2 ).

Definit Positif dan Definit Negatif


2
Bentuk kuadrat ax + bx+ c ; dengan a≠0 , dikatakan bersifat “definit positif”
bilamana nilainya selalu positif ∀ x ∈ R . Perhatikan bahwa :
b c
ax 2 + bx+ c=a( x 2 + x+ ), a≠0
a a
b ( b 2− 4 ac )
= a( x+ a )2 −
2 4a
b 2 D
=a( x+ )−
2a 4 a ’dimana D=b2 −4 a .c disebut deskriminan
2
maka bentuk kuadratax + bx+ c , a≠0 bersifat definitive positif jika dan hanya
jika a>0 dan D<0.
2
Contoh: Bentuk kuadrat x −2 x +3 adalah definit positif’ karena a = 1>0 dan

D = 4 – 12 = - 8 < 0.

6 34 1 1
< ≤ ( √ 6−√ 2 )
d). 7 39 i). √ 6 + √ 2 4
e). -5 > -25

Anda mungkin juga menyukai