Pada bab ini akan dibahas bilangan real beserta sifat-sifat dasarnya.
Pembahasan utama di sini adalah memperlihatkan sistem bilangan real
R sebagai lapangan terurut lengkap (complete ordered field). Sifat ke-
lengkapan dari R (disebut juga sifat supremum atau sifat infimum),
yang membedakan R dari Q, akan mendapatkan perhatian khusus. Sifat
kelengkapan inilah yang menjadi fondasi bagi konsep-konsep kunci di
dalam analisis, yakni barisan, limit, fungsi kontinu, turunan, dan inte-
gral.
55
(L1) a + b = b + a untuk setiap a, b ∈ R (sifat komutatif penjumlahan).
(L2) a + (b + c) = (a + b) + c untuk setiap a, b, c ∈ R (sifat asosiatif
penjumlahan).
(L3) Terdapat 0 ∈ R sehingga 0 + a = a = a + 0 untuk setiap a ∈ R
(eksistensi elemen netral terhadap penjumlahan).
(L4) Untuk setiap a ∈ R terdapat −a ∈ R sehingga a + (−a) = 0 =
−a + a (eksistensi elemen negatif).
(L5) a · b = b · a untuk setiap a, b ∈ R (sifat komutatif perkalian).
(L6) a · (b · c) = (a · b) · c untuk setiap a, b, c ∈ R (sifat asosiatif
perkalian).
(L7) Terdapat 1 ∈ R, dengan 1 , 0, sehingga 1 · a = a = a · 1 untuk
setiap a ∈ R (eksistensi elemen netral terhadap perkalian).
1
(L8) Untuk setiap a ∈ R, dengan a , 0, terdapat ∈ R sehingga
a
1 1
a · = 1 = · a (eksistensi elemen kebalikan).
a a
(L9) a · (b + c) = a · b + a · c dan (a + b) · c = a · c + b · c untuk setiap
a, b, c ∈ R (sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan).
Sampai di sini kita mendapatkan bahwa (R, +, ·) adalah sebuah lapangan
(field). Dengan menggunakan sembilan aksioma di atas, semua sifat al-
jabar bilangan real dapat diturunkan1 . Di bawah ini hanya diberikan
beberapa sifat aljabar bilangan real beserta penurunannya, sebagian be-
sar sifat aljabar lainnya diberikan sebagai latihan soal.
56
= (z + a) + (−a) (dari L2)
= a + (−a) (dari hipotesis teorema)
= 0. (dari L4)
57
bahwa b = 0. Pertama diperoleh
!
1 1
· (a · b) = · a · b = 1 · b = b.
a a
58
dinotasikan dengan Q. Penjumlahan dan perkalian dua bilangan ra-
sional juga merupakan bilangan rasional (buktikan!). Lebih lanjut, sifat
lapangan dari R yang dituliskan di awal bab ini juga dipenuhi oleh Q.
Fakta bahwa terdapat bilangan real yang tidak berada di Q muncul pada
abad ke enam sebelum masehi. Pada waktu itu matematikawan Yunani
kuno menemukan bahwa panjang diagonal dari sebuah persegi dengan
panjang sisi satu satuan tidak dapat dituliskan sebagai pembagian (ra-
sio) dari bilangan-bilangan bulat. Dengan kata lain, menurut Teorema
Phytagoras, tidak terdapat bilangan rasional yang kuadratnya sama de-
ngan 2. Konsekuensi dari hal ini adalah terdapat anggota di R yang
tidak berada di Q, yang kemudian dikenal sebagai bilangan irasional.
Sekarang kita akan membuktikan bahwa tidak ada bilangan rasional
yang kuadratnya sama dengan 2.
59
Teorema 3.1.3. Bilangan Euler e adalah bilangan irasional.
Bukti. Dari kalkulus kita bisa menggunakan deret Taylor untuk men-
dapatkan
∞
1 1 X 1
e = 1 + + + ... = .
2! 3! n=1
n!
Andaikan
p
e=
q
dengan p, q adalah dua bilangan asli yang relatif prima. Jadi p = qe
yang berakibat
∞ q ∞
X q! X q! X q!
(q − 1)!p = q!e = = + .
n=1
n! n=1
n! n=q+1
n!
|{z} | {z }
A B
1 1
= +
q + 1 (q + 1)2
3
≤ .
4
60
Ketaksamaan terakhir diperoleh karena q ≥ 1 yang berarti q + 1 ≥ 2
dan (q + 1)2 ≥ 4. Terjadi kontradiksi dengan B ∈ N.
Bukti. Andaikan
a
π=
b
dengan a, b ∈ N dan a, b relatif prima. Kita definisikan sebuah fungsi
sukubanyak
xn (a − bx)n
f (x) =
n!
dan
F(x) = f (x) − f (2) (x) + f (4) (x) − · · · + (−1)n f (2n) (x)
Jelas bahwa F(π) + F(0) adalah bilangan bulat sebab f ( j) (π) dan f ( j) (0)
adalah bilangan bulat. Namun, untuk 0 < x < π
πn an
0 < f (x) sin x < .
n!
Dengan demikian bilangan bulat yang diperoleh di (3.1) adalah bi-
langan positif tetapi bernilai sebarang kecil untuk nilai n yang cukup
besar. Kontradiksi.
61
3.1.2 Sifat Urutan dari R
Sejauh ini kita belum mendefinisikan secara persis apa yang dimak-
sud dengan bilangan real positif, serta hubungan komparatif (lebih be-
sar, lebih kecil) antara bilangan-bilangan real. Sifat urutan dari R akan
menjelaskan hal tersebut.
Aksioma Urutan. Terdapat subhimpunan takkosong P dari R yang
memenuhi sifat-sifat
(U1) Jika a, b ∈ P, maka a + b ∈ P.
(U2) Jika a, b ∈ P, maka ab ∈ P.
(U3) Jika a ∈ R, maka tepat satu dari ketiga pernyataan berikut berlaku:
a ∈ P, a = 0, −a ∈ P.
R = N ∪ {0} ∪ P.
Jika a ∈ P, maka ditulis a > 0 dan a disebut bilangan real positif. Jika
a ∈ P ∪ {0}, maka ditulis a ≥ 0 dan a disebut bilangan real taknegatif.
Apabila −a ∈ P (a ∈ N), maka ditulis a < 0 dan a disebut bilangan
real negatif. Jika −a ∈ P ∪ {0} (a ∈ N ∪ {0}), maka ditulis a ≤ 0 dan a
disebut bilangan real takpositif.
Pengertian ketaksamaan dua bilangan real sekarang akan didefini-
sikan menggunakan himpunan semua bilangan real positif P.
62
Sifat trikotomi berakibat bahwa untuk a, b ∈ R tepat satu dari ketiga
pernyataan berikut berlaku:
a > b, a = b, a < b.
Sifat 3.1.6 (a) seringkali disebut sifat transitif urutan sementara sifat
3.1.6 (b) dan (c) disebut sifat monoton urutan. Sekarang akan kita per-
lihatkan bahwa bilangan asli merupakan bilangan real positif.
63
−a ∈ P, maka a2 = (−a) · (−a) ∈ P. Terbukti untuk setiap a , 0 berlaku
a2 > 0.
(b). Karena 1 = 12 , maka dari (a) di atas diperoleh 1 > 0.
(c). Kita membuktikan dengan induksi matematika. Pernyataan benar
untuk n = 1 menurut bagian (b). Kita asumsikan pernyataan benar
untuk n = k, jadi k ∈ P. Karena 1 ∈ P, maka menurut (U1) k + 1 ∈ P.
Jadi terbukti untuk setiap n ∈ N berlaku n > 0.
Hasilkali dua bilangan positif adalah positif tetapi bila hasilkali dua
bilangan adalah positif tidak selalu masing-masing faktornya positif.
Teorema 3.1.9. Jika ab > 0, maka berlaku tepat satu dari dua
kemungkinan: a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.
64
Akibat 3.1.10. Jika ab < 0, maka berlaku tepat satu dari dua
kemungkinan: a < 0 dan b > 0 atau a > 0 dan b < 0.
Oleh karena itu, haruslah x − 2 > 0 dan x + 5 > 0, atau x − 2 < 0 dan
x + 5 < 0. Untuk kemungkinan pertama, diperoleh x > 2 dan x > −5,
dan ini berlaku jika dan hanya jika x > 2. Untuk kemungkinan kedua,
diperoleh x < 2 dan x < −5, dan ini berlaku jika dan hanya jika x < −5.
Dengan demikian,
c. Tentukan himpunan
5x + 2
( )
C= x∈R: <4 .
x−1
65
Jawab: Perhatikan bahwa
5x + 2
x ∈ C ⇐⇒ − 4 < 0 ⇐⇒ (x + 6)(x − 1) < 0.
x−1
Oleh karena itu, haruslah x + 6 < 0 dan x − 1 > 0, atau x + 6 > 0
dan x − 1 < 0. Untuk kemungkinan pertama, diperoleh x < −6 dan
x > 1. Namun tidak ada bilangan real yang memenuhi ini. Untuk
kemungkinan kedua, diperoleh x > −6 dan x < 1, dan ini berlaku jika
dan hanya jika −6 < x < 1. Dengan demikian,
C = {x ∈ R : −6 < x < 1} .
(1 + x)n ≥ 1 + nx
untuk setiap n ∈ N.
(1 + x)k+1 = (1 + x)k (1 + x)
≥ (1 + kx)(1 + x)
= 1 + (k + 1)x + kx2
≥ 1 + (k + 1)x.
66
Sebuah ketaksamaan yang sederhana namun berguna adalah ketaksa-
maan AM-GM (arithmetic mean-geometric mean) yakni: untuk setiap
bilangan real positif x dan y berlaku
√ 1
xy ≤ (x + y) .
2
Buktinya cukup mudah, pertama kita ambil x dan y dua bilangan real
√ √ √ √
positif yang berbeda, maka x > 0, y > 0, dan x , y. Menurut
Teorema 3.1.7 (a) berlaku
√ √ 2 √ √ 1
x− y > 0 ⇐⇒ x − 2 xy + y > 0 =⇒ xy < (x + y) .
2
Pembaca dapat memeriksa dengan mudah bahwa kesamaan akan terjadi
jika dan hanya jika x = y. Selanjutnya, kita akan membuktikan ketak-
samaan AM-GM secara lebih umum yakni untuk n buah bilangan real
positif. Untuk itu kita buktikan terlebih dahulu ketaksamaan Young.
67
bahwa !
1 p/p−1
f (y 1/p−1
)= 1− y .
p
1 1 x p yq
Dengan mengingat bahwa + = 1, kita dapatkan xy ≤ + .
p q p q
untuk memperoleh
k+1
v k k
k+1
u
t k+1 k
Y k 1 X
1 1
k+1
k+1
xj ≤ x j + (xk+1 ) k+1
k + 1 k j=1 k+1
j=1
k+1
1 X
= x j.
k + 1 j=1
68
Sekarang kita akan melihat sebuah penggunaan sederhana dari Teorema
3.1.14.
Contoh 3.1.15. Jika a, b, c adalah tiga bilangan real positif sehingga
berlaku (1 + a)(1 + b)(1 + c) = 8, maka buktikan bahwa abc ≤ 1.
Jawab: Dari yang diketahui
(abc)1/3 ≤ (2 − 1) = 1 ⇐⇒ abc ≤ 1
Latihan 3.1.
1. Diberikan a, b ∈ R. Buktikan
(a) Jika a + b = 0, maka b = −a
(b) −(−a) = a
(c) (−1)a = −a
(d) (−1)(−1) = 1
(e) −(a + b) = (−a) + (−b)
(f) (−a)(−b) = ab
1 1
(g) =−
−a a
a −a
(h) − = , apabila b , 0
b b
69
(a) 2x + 5 = 8 (d) x2 − 1 = 3
(b) −5 + 3x = −2x + 25 (e) x2 − 3x + 2 = 0
(c) x2 = 2x
3. Buktikan
(a) Jika a ∈ R memenuhi a · a = a, maka a = 0 atau a = 1.
1 11
(b) Jika a , 0 dan b , 0, maka =
ab a b
4. Gunakan argumentasi pada bukti Teorema 3.1.2 untuk menun-
jukkan bahwa tidak terdapat bilangan rasional s sehingga s2 = 6.
5. Buktikan sebuah perumuman Teorema 3.1.2: Jika p adalah bi-
langan prima, maka tidak ada bilangan rasional x sehingga x2 =
p.
6. Buktikan bahwa log 3 dan 2 log 5 adalah bilangan irasional.
7. Buktikan:
(a) Jika x, y dua bilangan rasional, maka x + y dan xy juga bi-
langan rasional.
(b) Jika x bilangan rasional dan y bilangan irasional, maka x+y
adalah bilangan irasional. Lebih lanjut, apabila x , 0, maka
xy juga bilangan irasional. o
n √
8. Diberikan K = s + t 2 : s, t ∈ Q . Buktikan
(a) Jika x1 , x2 ∈ K, maka x1 + x2 ∈ K dan x1 x2 ∈ K.
1
(b) Jika x , 0 dan x ∈ K, maka ∈ K.
x
Kita dapat menyimpulkan bahwa K adalah sebuah sublapangan
dari R. Dengan relasi urutan yang sama seperti pada R, K
adalah sebuah lapangan terurut yang terletak di antara Q dan
R.
9. Buktikan
(a) Jika a < b dan c < d, maka a + c < b + d.
(b) Jika 0 < a < b dan 0 ≤ c ≤ d, maka 0 ≤ ac ≤ bd.
1 1
(c) Jika a > 0, maka > 0 dan 1 = a.
a a
1
(d) Jika a < b, maka a < (a + b) < b.
2 √
(e) Jika 0 < a < b, maka a < ab < b.
1 1
(f) Jika 0 < a < b, maka < .
b a
70
(g) a2 + b2 = 0 jika dan hanya jika a = 0 dan b = 0.
(h) Jika 0 ≤ a < b, maka a2 ≤ ab < b2 .
10. Tentukan semua bilangan real yang memenuhi pertidaksamaan
(a) x2 > 3x + 4 1
(f) < x2
(b) x2 + 1 ≥ 2x x
1
(c) 1 < x2 < 4 (g) + x ≥ 2
x
2x − 3 x 4
(d) ≥ (h) 2 + x2 < 2
x+2 x−4 x
1
(e) < x
x
71
(a) Diberikan a > 0, b > 0, dan n ∈ N. Buktikan bahwa a < b
jika dan hanya jika an < bn .
(b) Jika a ∈ R dan m, n ∈ N, maka am+n = am an dan (am )n =
amn .
3 3
Sebagai contoh, |7| = 7 dan − = . Dari definisi di atas jelas
4 4
bahwa |a| ≥ 0 untuk setiap a ∈ R, dan |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0.
Selain itu, berlaku juga |−a| = |a|.
Bukti. (a). Jika a = 0 atau b = 0, maka kedua ruas sama dengan nol.
Sekarang kita asumsikan bahwa a , 0 dan b , 0. Ada empat kasus
yang harus diperhatikan.
1. Jika a > 0 dan b > 0, maka ab > 0 dan kita memperoleh |ab| =
ab = |a||b|.
2. Jika a > 0 dan b < 0, maka ab < 0 dan kita memperoleh |ab| =
−(ab) = a(−b) = |a||b|.
72
3. Jika a < 0 dan b > 0, maka ab < 0 dan kita memperoleh |ab| =
−(ab) = (−a)b = |a||b|.
4. Jika a < 0 dan b < 0, maka ab > 0 dan kita memperoleh |ab| =
ab = (−a)(−b) = |a||b|.
(b). Karena a2 ≥ 0, maka a2 = |a2 | = |aa| = |a||a| = |a|2 .
(c). Jika |a| ≤ c, maka berlaku a ≤ c dan −a ≤ c (mengapa?), yang
ekivalen dengan −c ≤ a ≤ c. Sebaliknya, jika −c ≤ a ≤ c, maka
berlaku a ≤ c dan −a ≤ c, sehingga |a| ≤ c.
(d). Pilih c = |a| pada bagian (c).
Sekarang kita berikan sebuah sifat penting dari nilai mutlak yang
sering digunakan.
|a + b| ≤ |a| + |b|.
Bukti. Dari Teorema 3.1.17 (d), kita mempunyai −|a| ≤ a ≤ |a| dan
−|b| ≤ b ≤ |b|. Dengan menjumlahkan ketaksamaan-ketaksamaan
tersebut diperoleh
Kurangkan |b| pada kedua ruas untuk memperoleh |a| − |b| ≤ |a − b|.
Dengan cara yang sama, dari |b| ≤ |b−a|+|a| kita memperoleh −|a−b| ≤
73
|a| − |b|. Dari dua ketaksamaan ini dan dengan menggunakan Teorema
3.1.17 (c), terbuktilah yang diinginkan.
(b). Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga kita memperoleh
B = {x ∈ R : |x − 1| < |x|} .
Jawab: Soal ini akan diselesaikan dengan dua cara. Metode pertama
adalah dengan memperhatikan kasus-kasus sehingga tanda nilai mutlak
dapat dihilangkan. Dalam hal ini terdapat tiga kasus: (i). x ≥ 1, (ii).
0 ≤ x < 1, dan (iii). x < 0. Kita lihat satu per satu:
(i) Apabila x ≥ 1, maka pertidaksamaan akan menjadi x − 1 < x,
yang tentu saja dipenuhi oleh semua x ∈ R.
(ii) Apabila 0 ≤ x < 1, maka pertidaksamaan akan menjadi −(x −
1
1) < x, yang memberikan x > .
2
(iii) Apabila x < 0, maka pertidaksamaan akan menjadi −(x−1) < −x,
yang ekivalen dengan 1 < 0. Dalam hal ini tentu saja merupakan
kontradiksi, sehingga tidak ada x ∈ R yang memenuhi.
74
Dari ketiga kasus di atas kita dapat simpulkan bahwa
( )
1
B= x∈R:x> .
2
Metode kedua berpijak pada sifat a < b jika dan hanya jika a2 < b2 ,
untuk a, b ≥ 0. Dengan memanfaatkan sifat ini maka pertidaksamaan
|x − 1| < |x| ekivalen dengan pertidaksamaan |x − 1|2 < |x|2 . Kita ingat
bahwa |a|2 = a2 untuk setiap a ∈ R, maka berlaku x2 − 2x + 1 < x2 .
1
Pertidaksamaan terakhir ini memberikan x > .
2
c. Diberikan fungsi
2x2 + 3x + 6
f (x) = .
2x − 1
Carilah konstanta M sehingga | f (x)| ≤ M untuk setiap 2 ≤ x ≤ 3.
Jawab: Kita perhatikan secara terpisah pembilang dan penyebut dari
2x2 + 3x + 6
| f (x)| = .
|2x − 1|
Dari ketaksamaan segitiga diperoleh
2
2x + 3x + 6 ≤ 2|x|2 + 3|x| + 6 ≤ 2.32 + 3.3 + 6 = 33,
Garis Real
Sebuah cara penyajian dan interpretasi yang penting dari himpunan bi-
langan real adalah sebagai kumpulan titik pada garis bilangan, yang
dikenal dengan nama garis real. Dalam hal ini, nilai mutlak |a| dari bi-
langan real a dimaknai sebagai jarak titik a ke titik asal 0 pada garis
real. Secara umum, jarak antara a dan b adalah |a − b|.
75
Pada pembahasan selanjutnya kita akan memerlukan konsep yang
tepat untuk menjelaskan pengertian sebuah bilangan real “dekat” de-
ngan bilangan real lainnya. Secara intuitif, bilangan real a dikatakan
dekat dengan bilangan real x jika jarak mereka |x − a| “kecil”.
Latihan 3.2.
76
2. Jika a, b ∈ R, maka tunjukkan bahwa |a + b| = |a| + |b| jika dan
hanya jika ab ≥ 0.
3. Diberikan x, y, z ∈ R dengan x ≤ z. Tunjukkan bahwa x ≤ y ≤ z
jika dan hanya jika |x − y| + |y − z| = |x − z|. Berikan interpretasi
geometrisnya.
4. Tunjukkan bahwa |x−a| < ε jika dan hanya jika a−ε < x < a+ε.
5. Jika a < x < b dan a < y < b, maka tunjukkan bahwa |x − y| <
b − a. Berikan interpretasi geometrisnya.
6. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi setiap persa-
maan atau pertidaksamaan berikut.
4 < |x + 2| + |x − 1| < 5.
77
(b) x3 − 2x + 1 ≤ 1, 26|x − 1| untuk −1 < x < 0.
13. Misalkan ε > 0, δ > 0, dan a ∈ R. Tunjukkan bahwa Kε (a) ∩
Kδ (a) dan Kε (a) ∪ Kδ (a) masing-masing adalah kitar-γ untuk a,
untuk nilai γ yang sesuai.
14. Diberikan a, b ∈ R dengan a , b. Tunjukkan bahwa terdapat
kitar-ε U dari a dan kitar-δ V dari b sehingga U ∩ V = ∅.
15. Diberikan a, b, c ∈ R. Buktikan:
1
(a) max {a, b} = (a + b + |a − b|)
2
1
(b) min {a, b} = (a + b − |a − b|).
2
(c) min {a, b, c} = min {min {a, b} , c}.
78
Supremum dan Infimum
Pertama kita berikan pengertian batas atas dan batas bawah dari suatu
himpunan di dalam R.
Tidak sulit untuk melihat bahwa supremum (dan infimum) dari su-
79
atu himpunan, apabila ada, bersifat tunggal. Supremum dan infimum
dari himpunan S berturut-turut ditulis dengan sup(S ) dan inf(S ).
Bukti. Jika u adalah sebuah batas atas dari S yang memenuhi kondisi
pada lema dan jika v < u, maka diambil ε = u − v. Kita memperoleh
ε > 0 dan terdapat sε ∈ S sehingga v = u − ε < sε . Oleh karena
itu, v bukanlah sebuah batas atas dari S dan kita simpulkan bahwa u =
sup(S ). Sebaliknya, misalkan u = sup(S ) dan diberikan sebarang ε > 0.
80
Karena u − ε < u, maka u − ε bukan batas atas dari S . Jadi, ada suatu
sε ∈ S sehingga u − ε < sε .
Kita akan melihat beberapa sifat dari supremum dan infimum melalui
contoh-contoh berikut.
Contoh 3.2.7. a. Pada contoh ini kita akan melihat hubungan sifat
supremum (dan sifat infimum) dengan sifat aljabar dari R, khususnya
81
akan dibicarakan kaitan pengambilan supremum dengan operasi pen-
jumlahan. Misalkan S adalah sebuah subhimpunan takkosong dari R
dan a adalah sebarang bilangan real. Kita definisikan translasi himpu-
nan S oleh a sebagai
a + S := {a + s : s ∈ S } .
82
Contoh 3.2.8. Misalkan f dan g adalah dua fungsi real yang terdefinisi
pada daerah asal yang sama D. Kita asumsikan juga bahwa f dan g
keduanya fungsi terbatas.
a. Jika f (x) ≤ g(x) untuk setiap x ∈ D, maka
Latihan 3.3.
83
(g) Setiap subhimpunan terbatas dan takkosong dari R memi-
liki supremum.
(h) Setiap himpunan yang memiliki supremum pasti terbatas ke
atas.
(i) Jika himpunan memiliki maksimum, maka maksimum ini
adalah anggota himpunan.
(j) Jika himpunan memiliki supremum, maka supremum ini
adalah anggota himpunan.
(k) Jika himpunan S terbatas ke atas, maka himpunan |S | =
{|s| : s ∈ S } adalah himpunan terbatas.
(l) Himpunan |S | = {|s| : s ∈ S } adalah himpunan terbatas un-
tuk setiap himpunan terbatas S .
(m) Untuk setiap himpunan terbatas S , jika inf(S ) < x < sup(S ),
maka x ∈ S .
2. (a) Misalkan S 1 = {x ∈ R : x ≥ 0}. Tunjukkan secara detail
bahwa himpunan S 1 mempunyai batas bawah tetapi tidak
mempunyai batas atas. Tunjukkan juga bahwa inf(S 1 ) = 0.
(b) Misalkan S 2 = {x ∈ R : x > 0}. Apakah S 2 mempunyai
batas bawah? Apakah S 2 mempunyai batas atas? Apakah
inf(S 2 ) ada? Apakah sup(S 2 ) ada? Berikan penjelasan un-
tuk setiap jawaban anda.
3. Misalkan ( )
1
S3 = :n∈N .
n
Tunjukkan bahwa sup(S 3 ) = 1 dan inf(S 3 ) ≥ 0.
4. Tentukan supremum dan infimum
) dari setiap himpunan berikut.
(−1)n
(
(a) A = 1 − :n∈N .
( n )
n−1 2nπ
(b) B = cos :n∈N .
(n + 1 3)
1
(c) C = x + : x > 0 .
( x )
1 1
(d) D = − : n, m ∈ N .
(n m )
m 4n
(e) E = + : n, m ∈ N .
n m
84
5. (a) Diberikan S adalah sebuah subhimpunan takkosong dari R
yang terbatas ke bawah. Apabila −S := {−s : s ∈ S }, maka
buktikan inf(S ) = − sup(−S ).
(b) Buktikan bahwa sifat supremum dari R dan sifat infimum
dari R keduanya ekivalen.
6. Jika himpunan S ⊆ R memuat salah satu batas atasnya, maka
tunjukkan bahwa batas atas tersebut merupakan supremum dari
S.
7. Diberikan S ⊆ R dan S , ∅. Tunjukkan bahwa u ∈ R merupakan
batas atas dari S jika dan hanya jika kondisi t ∈ R dan t > u
berakibat t < S .
8. Diberikan S ⊆ R, S , ∅, dan u ∈ R. Buktikan bahwa jika
1
u = sup(S ), maka untuk setiap n ∈ N bilangan u − bukan
n
1
merupakan batas atas dari S tetapi bilangan u + merupakan
n
batas atas dari S . Tunjukkan bahwa konvers pernyataan di atas
juga berlaku.
9. Buktikan jika A dan B adalah dua subhimpunan terbatas di dalam
R, maka A ∪ B juga terbatas. Selanjutnya, tunjukkan bahwa
aS := {as : s ∈ S } .
Buktikan:
85
(a) jika a > 0, maka inf(aS ) = a inf(S ) dan sup(aS ) = a sup(S ).
(b) jika a < 0, maka inf(aS ) = a sup(S ) dan sup(aS ) = a inf(S ).
dan
86
Teorema 3.3.1 (Sifat Archimedes). Jika x ∈ R, maka terdapat
n x ∈ N sehingga x < n x .
( )
1
Akibat 3.3.2. Jika S = : n ∈ N , maka inf(S ) = 0.
n
Bukti. Karena ( )!
1
inf :n∈N =0
n
( )
1
dan x > 0, maka x bukan batas bawah dari himpunan : n ∈ N . Jadi
n
1
ada n x ∈ N dengan sifat 0 < < x.
nx
87
Akibat 3.3.4. Jika y > 0, maka terdapat ny ∈ N sehingga ny − 1 ≤
y < ny .
Ey = {m ∈ N : y < m} ⊆ N
88
matika kita telah mendefinisikan dn untuk setiap n ∈ N. Kita bentuk
himpunan ( )
d1 dn
D := d0 + + ··· + n : n ∈ N .
10 10
Kita memperoleh D ⊆ R, D , ∅, dan D terbatas ke atas oleh x. Jadi,
D mempunyai supremum, namakan β = sup(D). Cukup jelas bahwa
β ≤ x. Andaikan β < x. Maka menurut Akibat 3.3.3, terdapat p ∈ N
1
sehingga < x − β. Hal ini berakibat
p
d1 dp 1 1 1
d0 + + · · · + p + p ≤ β + p < β + < x.
10 10 10 10 p
Hal ini bertentangan dengan definisi d p . Jadi haruslah berlaku β = x.
Dengan kata lain,
d0 , d1 d2 d3 d4 . . .
89
1
sehingga
n
!2
1 2x 1 1
x+ = x2 + + 2 ≤ x2 + (2x + 1).
n n n n
90
1
x− adalah sebuah batas atas dari S , bertentangan dengan fakta bahwa
m
x = sup(S ). Oleh karena itu tidak mungkin berlaku x2 > 2.
Karena x2 < 2 dan x2 > 2 keduanya tidak mungkin berlaku, maka sifat
trikotomi memberikan x2 = 2.
91
m ∈ N sehingga m − 1 ≤ nx < m. Jadi, m ≤ nx + 1 < ny dan sebagai
m
akibatnya nx < m < ny. Dengan kata lain, bilangan rasional r =
n
memenuhi x < r < y.
Sifat di atas mengatakan apabila diberikan dua bilangan real kita selalu
dapat menemukan sebuah bilangan rasional di antara kedua bilangan
real tersebut. Sebagai akibatnya, kita dapat membuktikan bahwa him-
punan semua bilangan irasional juga bersifat rapat di dalam R.
Akibat 3.3.8. Jika x dan y adalah dua bilangan real dengan x < y,
maka terdapat sebuah bilangan irasional w sehingga x < w < y.
x
Bukti. Kita terapkan Teorema 3.3.7 pada bilangan-bilangan real √
2
y x y
dan √ , maka ada bilangan rasional r sehingga √ < r < √ . Dari
2 √ 2 2
sini kita memperoleh bahwa w = r 2 adalah bilangan irasional yang
memenuhi x < z < y.
Latihan 3.4.
92
(b) Jika w dan v adalah dua bilangan irasional, apakah w + v
dan wv juga bilangan irasional?
8. Diberikan dua bilangan irasional x dan y sehingga x − y juga bi-
langan irasional. Buktikan bahwa himpunan A = {x + r : r ∈ Q}
dan B = {y + r : r ∈ Q} saling asing.
9. Bilangan rasional diadik adalah bilangan yang berbentuk
p
, p ∈ Z, n ∈ N.
2n
Buktikan bahwa himpunan semua bilangan rasional diadik rapat
di dalam R.
10. Diberikan ω ∈ R dengan ω < Q dan ω > 0 dan selanjutnya
dibentuk himpunan A = {m + nω : m + nω > 0, m, n ∈ Z}. Buk-
tikan bahwa inf(A) = 0.
Titik a dan b disebut titik-titik ujung selang. Untuk selang terbuka titik-
titik ujung selang bukan anggota dari selang tersebut. Apabila kedua
titik ujung menjadi anggota, maka diperoleh selang tertutup yang di-
tentukan oleh a dan b, yakni
[a, b] := {x ∈ R : a ≤ x ≤ b} .
93
Terdapat lima jenis selang takterbatas. Selang terbuka takhingga adalah
himpunan berbentuk
Himpunan semua bilangan real dapat juga dituliskan dalam bentuk se-
lang takhingga, yakni R = (−∞, ∞).
Sekarang kita akan melihat karakterisasi dari selang. Sebuah sifat
yang cukup jelas dari selang adalah jika dua bilangan x, y dengan x < y
adalah anggota selang I, maka setiap bilangan yang terletak di antara x
dan y juga anggota I. Dengan kata lain, apabila x dan y adalah anggota
selang I, maka selang [x, y] termuat di dalam I.
94
dan b < S , maka S = (a, b). Kemungkinan yang lainnya memberikan
S = (a, b] atau S = [a, b).
Kasus (ii). Misalkan b = sup(S ). Kita mempunyai S ⊆ (−∞, b) dan
akan ditunjukkan bahwa (−∞, b) ⊆ S . Jika z < b, maka terdapat x, y ∈
S sehingga z ∈ [x, y] ⊆ S . Oleh karena itu (−∞, b) ⊆ S . Jika b ∈ S ,
maka S = (−∞, b] dan jika b < S , maka S = (−∞, b).
Kasus (iii) dan (iv) diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
95
Sekarang kita akan menunjukkan bahwa setiap barisan tersarang
dari selang-selang tertutup dan terbatas selalu memiliki titik perseku-
tuan.
α := sup {an : n ∈ N} .
inf {bn − an : n ∈ N} = 0,
96
Bukti. Kita tinggal membuktikan ketunggalan dari α. Jika
β := inf {bn : n ∈ N} ,
Ketakterhitungan R
Konsep himpunan terhitung dan himpunan takterhitung telah dikenalkan
pada Subbab 2.3. Kita telah melihat bahwa himpunan semua bilangan
rasional Q adalah himpunan terhitung. Sekarang kita akan meman-
faatkan sifat selang tersarang untuk menunjukkan bahwa R adalah him-
punan takterhitung. Bukti ini berasal dari Georg Cantor pada tahun
1874. Kemudian hari Cantor juga memberikan bukti alternatif dengan
menggunakan penyajian desimal bilangan real (Teorema 3.4.8).
97
merasi seluruh anggota I tidak memuat α ∈ I. Terbukti bahwa I adalah
himpunan takterhitung.
Representasi Desimal
Diberikan x ∈ [0, 1]. Apabila kita membagi selang [0, 1] ke dalam
sepuluh subselang yang sama panjang, maka x menjadi anggota dari
subselang
b1 b1 + 1
" #
,
10 10
untuk suatu b1 ∈ {0, 1, 2, . . . , 9}. Dengan menggunakan prosedur bagi
dua (bisection) yang berulang, pada akhirnya kita memperoleh barisan
bilangan bulat (b1 , b2 , b3 , . . . , bn , . . .) dengan 0 ≤ bn ≤ 9 untuk setiap
n ∈ N sehingga x memenuhi
b1 b2 bn b1 b2 bn + 1
+ + ··· + n ≤ x ≤ + + ··· + .
10 102 10 10 102 10n
Dalam hal ini kita mengatakan bahwa x mempunyai representasi desi-
mal yang diberikan oleh
x = 0, b1 b2 b3 . . . .
98
Apabila x ≥ 1 dan jika B ∈ N sehingga B ≤ x < B + 1, maka
x = B, b1 b2 b3 · · · bn · · · dengan representasi desimal dari x − B ∈ [0, 1]
seperti telah dijelaskan sebelumnya. Representasi desimal bilangan
negatif juga dapat dicari dengan cara yang sama.
Fakta bahwa setiap representasi desimal menentukan secara tung-
gal sebuah bilangan real diperoleh dari Teorema 3.4.3, sebab setiap de-
simal menginduksi sebuah barisan tersarang dari selang-selang dengan
1
panjang n . Representasi desimal dari x ∈ [0, 1] adalah tunggal ke-
10
cuali jika x merupakan titik subdivisi pada suatu langkah, yang dapat
m
terjadi ketika x = untuk suatu m, n ∈ N, 1 ≤ m ≤ 10n . Apabila
10n
x adalah sebuah titik subdivisi pada langkah ke-n, sebuah pemilihan bn
berkorespondensi dengan pemilihan subselang kiri, yang berakibat se-
mua digit berikutnya adalah 9, dan pemilihan lainnya berkorespondensi
dengan pemilihan subselang kanan yang berakibat semua digit berikut-
1
nya adalah 0. Sebagai contoh, jika x = , maka
2
x = 0, 49999 . . . = 0, 5000 . . . .
38
Contoh lain, jika y = , maka
100
y = 0, 37999 . . . = 0, 38000 . . . .
Desimal Periodik
Representasi desimal B, b1 b2 · · · bn · · · dikatakan periodik (berulang),
jika terdapat k, m ∈ N sehingga b = bn+m untuk setiap n ≥ k. Dalam
hal ini blok digit bk bk+1 · · · bk+m−1 berulang setiap k digit. Bilangan m
terkecil yang memenuhi sifat di atas disebut periode desimal. Sebagai
contoh,
19
= 0, 21590590 . . . 90 . . .
88
mempunyai periode m = 2 dengan blok yang berulang adalah 90 di-
mulai pada k = 4. Desimal berakhir adalah desimal periodik dengan
blok berulangnya adalah digit 0. Selanjutnya kita akan memperlihatkan
karakterisasi bilangan rasional terkait representasi desimalnya.
99
Proposisi 3.4.7. Bilangan real positif adalah bilangan rasional
positif jika dan hanya jika representasi desimalnya periodik.
Bukti. Di sini kita hanya memberikan ide bukti (bukti informal) saja.
p
Misalkan x = dengan p, q ∈ N tidak mempunyai faktor persekutuan.
q
Diasumsikan juga 0 < p < q. Diperhatikan bahwa proses pembagian
panjang dari p oleh q memberikan representasi desimal dari x. Setiap
langkah di dalam proses pembagian menghasilkan sisa yang berupa bi-
langan bulat yang nilainya berada antara 0 dan q − 1. Oleh karena itu,
setelah paling banyak q langkah, sisa yang sama akan muncul untuk
kedua kalinya, dan pada saat tersebut, digit-digit di dalam hasilbagi
itu akan mulai berulang. Jadi, representasi desimal dari bilangan ra-
sional demikian adalah periodik. Sebaliknya, jika suatu desimal adalah
periodik, maka desimal tersebut merepresentasikan sebuah bilangan ra-
sional. Ide dari buktinya dapat diilustrasikan dengan baik melalui se-
buah contoh. Misalkan x = 7, 31414 . . . 14 . . . Kita kalikan dengan se-
buah pangkat dari 10 untuk memindahkan titik desimal ke blok beru-
lang yang pertama, dan diperoleh 10x = 73, 1414 . . .. Selanjutnya kita
kalikan dengan sebuah pangkat dari 10 yang lain untuk memindahkan
satu blok ke sebelah kiri dari titik desimal, dan diperoleh 1000x =
7314, 1414 . . . Dengan mengurangkan hasil kedua dengan hasil pertama
diperoleh 1000x − 10x = 7314 − 73 = 7241. Kita memperoleh
7241
x= ,
990
sebuah bilangan rasional.
Terakhir di bab ini kita akan memberikan satu lagi bukti dari Cantor
terkait ketakterhitungan R. Bukti ini dikenal dengan nama prosedur
diagonal Cantor dan memanfaatkan representasi desimal dari bilangan
real.
100
Bukti. Seperti sebelumnya kita cukup membuktikan bahwa selang sa-
tuan I = [0, 1] adalah himpunan takterhitung. Kita ingat fakta bahwa
setiap bilangan real x ∈ I mempunyai representasi desimal
x = 0, b1 b2 b3 . . . ,
Cukup jelas bahwa y ∈ [0, 1]. Perhatikan bahwa y tidak sama dengan
satu pun dari bilangan dengan dua representasi desimal, sebab yn , 0
dan yn , 9 untuk setiap n ∈ N. Lebih jauh, karena y dan xn berbeda
pada tempat desimal ke-n, maka y , xn untuk setiap n ∈ N. Oleh ka-
rena itu y tidak termasuk dari enumerasi semua anggota [0, 1]. Terjadi
kontradiksi, sehingga terbuktilah ketakterhitungan R.
101
mempunyai supremum. Lebih lanjut, jika A adalah himpunan bilangan
real takkosong yang takterbatas ke atas di dalam R, maka sup(A) = ∞.
Demikian juga subhimpunan takkosong B yang takterbatas ke bawah di
dalam R mempunyai infimum di dalam R∗ yakni inf(B) = −∞. Perlu
diperhatikan bahwa R∗ bukanlah sebuah lapangan, namun disepakati
hal-hal berikut:
x x
1. Jika x ∈ R, maka x + ∞ = ∞, x − ∞ = −∞, = = 0.
∞ −∞
2. Jika x > 0, maka x · ∞ = ∞ dan x · (−∞) = −∞.
3. Jika x < 0, maka x · ∞ = −∞ dan x · (−∞) = ∞.
Kita juga mempunyai kesepakatan
Latihan 3.5.
102
7. Buktikan setiap pernyataan berikut:
(a)
∞ !
\ 1
∅= 0, .
n=1
n
(b)
∞ " #
\ 1
{0} = 0, .
n=1
n
(c)
∞ " #
[ 1 1
(0, 1) = ,1 − .
n=1
n + 2 n + 2
(d)
∞ !
\ 1 1
[0, 1] = − ,1 + .
n=1
n n
an xn + · · · + a1 x + a0 = 0,
103
aljabar:
7 √ √ √ √3 √
−3, , 2, 2 + 3, 2 − 3.
13
(b) Buktikan bahwa himpunan semua sukubanyak dengan koe-
fisien bilangan bulat adalah himpunan terhitung.
(c) Buktikan bahwa himpunan semua bilangan aljabar adalah
himpunan terhitung.
(d) Buktikan bahwa himpunan semua bilangan transendental
adalah himpunan takterhitung.
13. Tentukan supremum dan infimum dari himpunan
∞ ! ∞ " #
\ 1 1 [ 1 1
A= 1 − ,1 + dan B= ,2 − .
n=1
n n n=1
n n
104