Abstrak. Setiap anak yang sekolah pasti telah mengenal matematika yang diajarkan dari jenjang pendidikan Dasar dan
Menengah baik di sekolah umum maupun di Madrasah. Tujuan Pembelajaran matematika di sekolah adalah menekankan
kepada kemampuan menalar dan pembentukan sikap peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dikelas guru
harus memperhatikan kompetensi dan karakter siswa. Kompetensi siswa yang berkaitan kemampuan dan penguasaan materi
(aspek kognitif dan psikomotor), Sedangkan karakter yang berkaitan dengan pembentukan sikap (aspek Afektif) yang
memuat nilai-nilai Pendidikan Karakter. Penanaman ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran matematika di kelas
yang menperhatikan kebenaran dari isi, penggunaan media, dan LKPD dari materi yang disampaikan.
7
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 7 Nomor 1 bulan Maret 2022 Page 7 - 12
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
gambar. Pada gambar dibawah ini panjang AB = 4 meter dan teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Jonet et al.,
panjang AC = 4 meter. Mengapa hal ini tidak baik dilakukan 2010). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang
guru, karena nilai kejujuran, disiplin, kerja keras dan menjelaskan secara kritis dan mendalam dari data yang telah
tanggungjawab tidak terlihat pada siswa. Agar hal tersebut diperoleh, kemudian memberikan pemahaman yang disertai
tidak terjadi maka siswa diminta membuat gambar yang uraian yang mudah dipahami dengan baik oleh pembaca.
sama serta menuliskan ukuran panjang dan lebar sendiri Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah
yang diperoleh dari hasil pengukuran, seperti pada gambar 1 ini adalah mix methods studi, cross sectional studi, analisis
berikut. korelasi, dan kualitatif studi. Penelusuran artikel publikasi
pada laman google, google scholar, dan research gate dan
juga buku-buku yang terkait dengan pendidikan karakter
dalam pembelajaran matematika.
8
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 7 Nomor 1 bulan Maret 2022 Page 7 - 12
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
bin Mas’ud Ra. Ia menceritakan, Rasullah saw bersabda: sekolah. Senada dengan tujuan pembelajaran matematika di
“…Dan jauhkanlah diri kalian dari kebohongan, karena sekolah yaitu untuk menumbuhkembangkan nalar dan
kebohongan itu selalu membawa kepada kejahatan dan pembentukan sikap siswa. Sikap yang ditamankan adalah
kejahatan itu selalu membawa ke Neraka. (HR.Bukhari jujur, taqwa, rendah hati yang diperlihatkan oleh pada saat
Muslim). Karakter Pendidikan terbagi dua yaitu karakter proses pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
moral dan kinerja. Sedangkan karakter moral meliputi : Sedangkan tujuan pembelajaran menumbuh kembangkan
Imam, takwa, jujur dan rendah hati dan karakter kinerja nalar merupakan karakter kinerja yang menekankan pada
meliputi : kerja keras, ulet, tangguh, tuntas dan tak mudah ketangguhan kerja, ulet dan teliti serta pantang menyerah.
menyerah. Dalam hal ini peserta didik diharapan memiliki Kedua karakter pendidikan tersebut diharapan dapat
karakter yang jujur dan bekerja keras, ulet serta tangguh, ditanamkan sedini mungkin, karena merupakan pondasi
pantang menyerah dalam menyelesaikan persoalan yang dasar bagi perkembangan peserta didik baik di sekolah,
sehari-hari. keluarga maupun dimasyarakat.
Diungkapkan pula memang tak mudah menjadi orang Pendidikan karakter menjadikan salah satu kompetensi
jujur. Kejujuran hanya dimiliki oleh orang-orang berkarakter abad 21 yang diwajib dimiliki peserta didik. Sehingga
pahlawan dan keimanan yang kuat. Orang yang beriman di program yang dilakukan oleh pihak sekolah baik kegiatan
dalam dirinya selalu tertanam kejujuran yang menyeluruh, proses pembelajaran maupun kegiatan ektrakurikuler dapat
meliputi; Kejujuran hati, kejujuran lisan (perkataan), dan memberikan bekal yang cukup berkaitan karakter moral
kejujuran amaliyah (tingkah laku/perbuatan) (Qusyairy, maupun karakter kinerja. Hal ini sangat penting untuk
2006). Qayyim menyatakan kedudukan jujur adalah ditamankan disekolah sebagai bekal awal proses
kedudukan kaum yang paling agung dan kejujuran pembentukan perilaku peserta didik. Dengan harapan jika
merupakan pemisah antara orang-orang menafik dari orang- penamanan pendidikan karakter di sekolah melalui
orang beriman (Al-Mishri, 2008). Jujur menempatkan pada pembelajaran matematika dapat memberikan wahana dan
diri seorang pada kedudukan yang tinggi, jika berbicara wawasan dalam menjalani kehidupan dikeluarga maupun
tidak berbelit-belit, apa adanya serta tidak memiliki rasa dimasyarakat.
takut. Namun dalam strategi berkomunikasi terlihat keras, Tujuan pendidikan karakter di sekolah difokus pada
tetapi inti pembicaraan yang disampaikan benar atau jujur. pendidikan akhlak mulia, kesucian jiwa, taqwa, rendah hati
Oleh karena itu karakter moral dan kinerja ditamankan dan kerja keras serta pantang menyerah untuk suatu
sedini mungkin dengan melalui pembelajaran matematika di kehidupan yang jiwa yang bersih, jujur dan ikhlas (Yani,
sekolah dengan penyampaian materi secara nyata dan 2020). Taqwa adalah kumpulan seluruh kebaikan (Qusyairy,
kontektual. Hal ini dilakukan agar nilai karakter pendidikan 2006). Kebaikan merupakan sifat yang dimiliki orang jujur,
dapat dimiliki warga sekolah terutama kepala sekolah, guru, sabar, kerja keras, pantang menyerah, amanah. Oleh karena
tetapa pendidik serta peserta didik. Hal ini dapat itu sifat jujur hanya dimiliki orang-orang yang kedudukan
memberikan dampak positif untuk bekal kehidupan peserta yang tinggi seperti sahabat Nabi Saw yaitu Abu Bakar
didik masa depan. Dampak positif yang secara konsisten Siddiq. (QS. An-Nisa’, 4 :58).
terlihat peserta didik : (1) Jujur dalam berbicara, (2) Jujur Tujuan ini menfokuskan pada karakter moral yang
dalam berjanji, (3) Jujur dalam penampilan, (4) Menyayangi berkaitan dengan kompetensi inti, yaitu spritual dan sosial
hubungan antar teman di sekolah, (5) Berbuat jujur (Nilai Pendidikan Karakter). Fokus ini diharapkan dapat
terhadap diri sendiri, (6) Bersikap sopan satun terhadap mengintergrasikan materi ajar dengan nilai-nilai yang
siapapun dan (7) Bersedia bekerjama dengan orang lain. termuat pada kompetensi tersebut. Dalam menamankannya
nilai tersebut, guru dapat menggunakan contoh secara aktual.
B. Makna Nilai Karakter Pendidikan dalam Kehidupan Sehingga peserta didik mudah untuk memahami soal, dan
Nilai karakter pendidikan yang utama adalah kejujuran, menuliskan fakta, skill, konsep, prinsip, serta operasi yang
karena merupakan pondasi kehidupan seseorang dalam digunakan dalam menyelesaikan soal. Contoh soal ini dapat
berkomunikasi kepada pihak yang lain. Selain itu karakter diberikan dalam kegiatan pembelajaran maupun pekerjaan
kejujuran merupakan karakter dasar yang dapat melahirkan rumah. Dengan demikian jika proses pembelajaran
karakter baik lainnya (Mansur et al., 2016). Kejujuran adalah matematika dilakukan secara benar akan dapat
roh kehidupan dan sikap hidup yang wajib dimiliki semua menumbuhkembangkan sikap jujur, ikhlas, kerja keras, ulet,
orang, termasuk guru dan siswa. Selain itu kejujuran dapat kreatif, rasa tanggung jawab baik disekolah maupun
membuat sikap yang ulet, tangguh dan pantang menyerah dimasyarakat.
dalam mengerjakan sesuatu (persoalan) yang berkaitan
dengan soal matematika. Kejujuran merupakan sendi, tiang C. Penanaman Nilai Pendidikan Karakter dalam
dari agama yang merupakan 4 sifat wajib Rasullullah yang Pembelajaran Matematika
harus diyakini dan ditauladani, yaitu Siddiq, Al-Amanah, At- Salah satu fungsi guru disekolah adlah menamankan nilai
Tabligh, Al-Fatanah (Munardji, 2016). pendidikan karakter baik melalui keteladan sehari-hari
Supaya pemikiran peserta didik dapat tumbuh dengan maupun dalam proses pembelajaran dikelas. Dalam
benar, maka proses pembelajaran yang dilakukan secara pembelajaran matematika guru dapat mengunakan model
benar dan kontektual. Dalam pemberian contoh guru dapat atau strategi pembelajaran yang prosedural supaya siswa
menggunakan benda-benda atau kearifan lakal yang disekitar dapat mempelajari matematika secara optimal (Marsigit,
9
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 7 Nomor 1 bulan Maret 2022 Page 7 - 12
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
2014). Proses penanaman nilai pendidikan karakter melalui Selanjutnya dilakukan penggalian atas persepsi siswa
pembelajaran matematika, komponen utama pembelajaran sehingga proses pembelajaran bersifat interaktif. Konsep
menjadi fokus kajian, dalam hal ini tujuan, materi, metode, akhir yang dibahas merupakan hasil perpaduan persepsi
media, sumber dan evaluasi pembelajaran dalam rancangan siswa sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk
dan praktik pembelajaran matematika. Untuk melihat tujuan menggiring siswa pada konsep yang lebih utuh. Selain itu,
pembelajaran matematika, mengkajinya dari silabus, buku guru mengalokasikan waktu khusus selama PBM
sumber, dan struktur kurikulum. Tujuan pembelajaran yang berlangsung untuk siswa bertanya atas hal-hal yang kurang
bersifat operasional biasa disampaikan oleh guru matematika jelas. Adapun metode latihan banyak dilakukan untuk
dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakannya. mengkaji suatu konsep berdasarkan fenomena-fenomena
Dengan demikian, siswa memahami tujuan pembelajaran kontekstual yang menuntut pengembangan ranah
matematika yang dilaksanakan guru, dengan psykomotor siswa.
menghubungkan nilai-nilai pendidikan karakter, dengan Guru matematika dapat menggunakan media dan sumber
memperlihatkan melalui contoh. Hal ini dilakukan setiap kali belajar yang bersifat konvensional seperti white board, black
pertemuan guru diharapkan selalu menyampaikannya. board, buku teks, penggaris, model pecahan, model bangun
Untuk melihat keterkaitan dan hubungan antara meteri datar, busur derajat, model segitiga, meteran, timbangan, jam,
ajar dalam proses pemebalajarn matematika dengan nilai- dan kalender, kelereng, bangun jajaran genjang dan segitiga,
nilai pendidikan karakter tercermin pada kurikulum yang bangun datar segitiga dan jajargenjang. Mereka belum
telah ditetapkan oleh sekolah. Walaupun di dalam kurikulum banyak menggunakan media-media yang inovatif dan
formal sekolah sudah tersedia, belum tentu guru secara kontekstual, melainkan hanya memanfaatkan media yang
sistematis dapat menyampaikan sesuai harapan. Sebaliknya, ada di kelas. Penggunaan media diharapkan dapat
guru diberikan keluasan dalam mengintergraskan bahan ajar memudahkan guru dan peserta didik menghubungkan nilai
matematika dengan nilai-nilai pendidikan karakter. pendidikan karakter dengan bahan ajar, karena Sebagian
Diantarnya dengan cara yang dapat dilakukan oleh guru besar buku-buku matematika hanya menguraikan materi
adalah pengintegrasian nilai pendidikan karakter dapat matematika secara konvensional, maksudnya bahwa belum
dilakukan dengan tanya jawab dan guru dapat berperan semua pembahasan materi ajarnya dihubungkan secara
sebagai fasilitator. Dalam kegiatan ini akan terlihat sistematis dengan nilai kejujuran.
kompetensi berkomunikasi dan kreatif siswa. Guru dapat Untuk melihat dampak positif terjadi pengintegrasikan
memberikan stimulus dengan memberikan contoh-contoh nilai pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar siswa,
kontekstual dan benang merah atas konsep yang dikaji. maka guru dapat melakukan evaluasi. Evaluasi yang
Dalam mendeskrispsikan konsep-konsep matematika dilakukan secara kontinu, artinya setiap kali pertemuan, guru
yang diintegrasikan dengan nilai pendidikan karakter, guru dapat memberikan pertanyaan yang secara singkat sesuai
matematika lebih banyak menggunakan metode diskusi dengan materi ajar. Pertanyaan diberikan kepada siswa yaitu
kelompok, demonstrasi, ceramah bervariasi, tanya jawab, soal matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diminta
latihan, penugasan, dan inkuri. Metode diskusi kelompok untuk menjelaskan hal-hal yang diketahui dalam soal yaitu
umumnya lebih banyak dipraktikan, ceramah bervariasi konsep, prinsip, dan operasi apa yang digunakan serta apa
dilakukan dengan cara guru menggali pemahaman siswa yang ditanyakan pada soal tersebut. Hal Selanjutnya guru
tentang implementasi aplikasi konsep matematika dalam dapat melakukan evaluasi hasil dengan memberikan ulangan
konteks sosial anak yang dilandasi nilai kejujuran, sementara harian dan ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.
guru berperan sebagai pengarah dan fasilitator yang Guru melakukan evaluasi setiap pertemuan melalui
memadukan pandangan siswa serta menguatkannya dengan pertanyaan lisan dan memberikan penugasan. Selain itu,
konsep pokok yang diperolehnya dari referensi utama. Guru guru melakukan proses evaluasi dalam satu semester
biasanya membuat peta konsep atas persepsi siswa dan minimal sebanyak 5 (lima) kali, yakni tiga kali ulangan
memberikan penjelasan kebenaran atau kesalahan peta harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester,
konsep tersebut. semuanya dapat dilakukan dalam bentuk tes tulis pilihan
Sementara metode penugasan sebagaimana dipraktekkan ganda dan uraian.
oleh guru dilakukan untuk meningkatkan kapasitas Sebelum guru melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap
pemahaman siswa tentang konsep yang diajarkan di kelas proses pembelajaran yang telah dilakukan, untuk melihat dan
serta pendalaman pemahaman prihal hubungan bahan ajar mengukur sikap siswa dalam menyampaikan pendapat, maka
dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Untuk memperkokok perlu dipersiapkan lembar pengamatan. Lembar pengamatan
pendidikan karakter peserta didik, diharapkan guru itu berisi item yang berkaitan dengan nilai pendidikan
matematika dapat memberikan tugas untuk mengkaji ayat- karaker. Selain itu cara berkomunikasi yang dilakukan siswa
ayat al qur’an yang berhubungan dengan matematika. Hal diruang kelas selalu menekankan pada kebenaran atau
tersebut menguatkan pesan bagi siswa bahwa konsep kejujuran tentang isi pembicaraan yang disampaikan.
matematika tidak terpisah dengan nilai-nilai transendental Penyampaian pendapat dilakukan secara bergilir, sesuai
yang satu diantaranya nilai kejujuran. urutan yang telah ditetapkan dengan memberikan
Metode tanya jawab dilakukan guru matematika dengan argumentasi yang didasarkan dalil secara singkat, jelas dan
terlebih dahulu melemparkan suatu masalah yang apa adanya (tidak berbelit-belit). Untuk melengkapi evaluasi
berhubungan dengan bahan ajar (Wicaksana, 2017). proses biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa
10
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 7 Nomor 1 bulan Maret 2022 Page 7 - 12
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
11
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 7 Nomor 1 bulan Maret 2022 Page 7 - 12
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
Salim. (2008). Syarah Riyadhush Shalihin, Jilid 1, Cetakan Malang. Jurnal Dedikasi, 14(1).
keempat, Terjemahan (4th ed.). Pustaka Imam Asy- Wicaksana, Y. (2017). Penalaran Matematis dan Kerja Keras
Syafi’i. Siswa Pembelajaran Matematika Berorientasi Teori
Siti Julaiha. (2014). Implementasi pendidikan karakter dalam APOS Berbantuan Permainan Monopoli. In PRISMA,
pembelajaran. Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 305–311.
14(226–239). Yani, A. (2017). Penanaman Nilai-Nilai kejujuran Dalam
Suyitno, I. (2012). Pengembangan pendidikan karakter dan pembelajaran Matematika. Rizqi Press.
budaya bangsa berwawasan kearifan lokal. Jurnal Yani, A. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter Dan
Pendidikan Karakter, 2(1). Literasi Simbolik Mahasiswa Melalui Model
T, A. Y., & Chang, L. H. (2017). Presentation of Reciprocal Teaching Pada Mata Kuliah Landasan
Mathematics Object in Verbal and Symbolic Forms to Matematika. JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika
Increase Conceptual Understanding in Category Indonesia), 5(2), 73–78.
Statistics Math. Journal of Education, Teaching and Zarkasi, A. (2019). Peningkatan Keterampilan Guru Dalam
Learning, 2(2), 253–258. Penyusunan RPP berbasis HOTS melalui Workshop
Wahyuningtyas, D. T. (2017). "Pelatihan media dan Pembimbingan di SMA Negeri 8 Penajam Paser
pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum 2013 Utara. Kompetensi, 12(1), 86–96.
bagi guru sekolah dasar di gugus 9 kecamatan Sukun
12