Anda di halaman 1dari 29

MODEL PEMBELAJARAN PAUD

BERBASIS ALAM

Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam

KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG

Oleh :
http://paudjateng.xahzgs.com

YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN


KB PAUD JATENG
SEMARANG
2015
ABSTRAKSI
KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Salah satu yang sangat mendasar dengan diberlakukannya Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor
23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah terjadinya perubahan
kewenangan dalam pengembangan kurikulum yaitu; dari sentralistik menjadi
desentalistik yang berimplikasi pada sekolah, komite sekolah, madrasah dan komite
madrasah diwajibkan untuk mengembangkan perangkat kurikulum satuan tingkat
pendidikan (KTSP).
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 4 mengungkapkan bahwa
setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dan diskriminasi. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovatif
PAUD yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu
guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum.
Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah
satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder.
Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan
stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama
untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana
mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi
tentang bagaimana anak berkembang dan belajar.
Prosedur pengembangannya disusun sebagai panduan praksis kegiatan belajar
seraya bermain pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan lingkup
pengembangan model yang menjangkau ranah usia anak 0 tahun sampai usia 6
tahun.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Inovatif PAUD yaitu; fleksibel,
kontinyu, adaptif, integratif, progresif, dan kontekstual. Kurikulum inovatif pendidikan
anak usia dini dapat digunakan sebagai salah satu model yang dapat dijadikan salah
satu acuan bagi guru dan pengelola PAUD yang pada akhirnya dapat menjembatani
pengalaman siswa belajar terutama pada sekolah dasar di kelas rendah 1 – 3.
Temuan umum pada kegiatan uji coba yang dilaksanakan di 2 provinsi: Jawa
Barat dan D.I. Yogyakarta. Temuan dari hasil uji coba model masih menemukan
beberapa kendala yaitu; belum lengkapnya informasi dari guru/tutor dan pengelola
tentang stantar kompetensi maupun menu generik untuk PAUD. Sebahagian besar
responden yang dijadikan sampel dalam uji coba model mengalami kesulitan dalam
membaca, dan memahami isi konsep-konsep model kurikulum inovatif karena
sebahagian besar guru/tutor tidak berlatar belakang PGTK.
ii
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Rasional......................................................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................................................ 1
C. Lingkup dan Batasan................................................................................................... 2
BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM................... 4
BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.......................... 8
BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...... 10
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam.............................................................. 10
1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris.............................................. 11
2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered.................................. 12
3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)........... 12
4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil................................................. 13
5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak......................................... 13
6. Pendekatan Tematik........................................................................................... 13
B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam.......................................................... 17
BAB V PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM19
A. LINGKUNGAN ALAM........................................................................................... 19
B. LINGKUNGAN FISIK........................................................................................... 19
C. LINGKUNGAN SOSIAL........................................................................................ 20
BAB VI PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.... 21
A. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN TEMA...................................................... 21
B. Pemilihan Indikator Perkembangan................................................................. 22
C. Pengorganisasian Anak...................................................................................... 23
D. Langkah-Langkah Pembelajaran...................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional

Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan
proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum
bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif,
terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek,
kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi,
khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran.
Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya
pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik
anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan
pendidikan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Pengembangan model kurikulum inovatif PAUD diarahkan untuk membantu
pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik
perkembangan anak.
Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak
usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real
learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif.

B. Tujuan

Tujuan pengembangan model kurikulum inovatif PAUD dengan model


pembelajaran berbasis alam disusun sebagai panduan praksis pembelajaran pada
anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangannya.

1
Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk :
1. Memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan
pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses
pembeljaran berbasis alam.
2. Memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan
yang menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan
profesional.
3. Membantu pendidik dalam merancang dan mengembangkan proses
pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui
sumber belajar yang berbasis alam.
4. Membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai
dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya.

C. Lingkup dan Batasan

Pengembangan model kurikulum PAUD inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh
model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses
pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari
suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep
filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model
yang dijadikan acuan.
Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya
hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk
memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan.
Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul seperti
menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan
sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).

2
Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya :
1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk
hasil yang diharapkan
2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan
3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.

3
BAB II
KERANGKA FILOSOFIS
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam


pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan
pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan
menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam
lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga
(tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan
yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun,
persawahan dan lain-lain.
Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah
digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan
suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan “pengajaran barang
sesungguhnya”.
Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis
pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak
dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada
lingkungan alam sekitar yang nyata.
Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran
yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber
utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk
pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta
mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik
perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan
pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran
yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan
sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.

4
Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi
lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat
dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak.
Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga
kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau
lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi)
serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen).
Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan
ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli
bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah
pengajaran dilaksanakan.
Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme
romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep
pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan
filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan
alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam.
Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak
bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung,
akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses
eksplorasi dan diskoveri.
Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly
(1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi
rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

5
Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis
alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus
dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang
dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar
pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan
lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
anak usia dini.
Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting
bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di
lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini
mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus
mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam
sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya
memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan
bereksperimen.
Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang
berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Auto
Activity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi
proses active learning (belajar secara aktif).
Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan
berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh
keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar
melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran.
Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan
proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.
Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa
lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real
learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan
Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep

6
pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir
komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam
lingkungan alam.
Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan
suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian
atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus
tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra
dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan
yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut
sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak
berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara
individual maupun kelompok.
Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak
memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta
pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui
pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan
secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata.
Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan
memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.

7
BAB III
PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang


mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan
Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak
sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan
proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi
seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai
sumber belajar yang utama.
2. Membangun kemandirian anak
Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan
dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam
pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah
persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan
tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya.
3. Belajar dari lingkungan alam sekitar
Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan
alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman
berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif.
4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar
Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya,
melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai
pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran
yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning),
bermakna dan tidak membosankan.

8
5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal
dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan
mengeluarkan biaya yang mahal.
6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan
atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran
tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak
untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang
komprehensif.
7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini
Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan
membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan
berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang
terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang
lebih kompleks/sukar.
8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu
disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang
mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak
akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan
konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.

9
BAB IV
PENDEKATAN DAN METODE
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam


Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara pandang dalam melihat dan
memahami situasi belajar mengajar. Penggunaan suatu pendekatan dapat diibaratkan
sebagai penggunaan suatu kaca mata dalam melihat atau memandang suatu keadaan.
Jika yang digunakan kacamata hijau maka pemandangan yang dilihat akan serba
hijau. Jika kacamata yang dipergunakan biru maka pemandangan yang terlihat akan
serba biru.
Cara pandang dalam suatu pendekatan pembelajaran akan membantu guru
menyusun dan mengembangkan kerangka berpikir atau mind set tentang berbagai
unsur dalam pembelajaran. Jika guru mengembangkan pendekatan abstrak maka
seluruh proses pembelajaran dalam strategi pembelajaran juga akan digiring ke arah
proses pembelajaran yang abstrak.
Demikian juga jika guru menganut pendekatan ekspositori maka cara
melaksanakan kegiatan pembelajaran akan diarahkan ke arah proses yang lebih
banyak atau didominasi oleh kegiatan menjelaskan atau menyampaikan materi. Guru
yang mengembangkan pendekatan berpusat pada guru (teacher centre) maka
kegiatan pembelajaran akan sepenuhnya berada ditangan guru sedangkan murid
menjadi pasif dan tidak kreatif.
Dengan demikian, apa yang diyakini guru dalam memilih pendekatan akan
memberikan dampak yang kuat pada pengembangan strategi pembelajaran.
Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih
dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan penggunaan
konsep pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari
pemperoleh kerangka berpikir atau mind set guru dalam melaksanakan kegiatan

10
pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi.
Pendekatan pembelajaran pada dasarnya adalah cara pandang atau cara berpikir guru
tentang berbagai komponen dalam sistem pembelajaran.
Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum yang
saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan
pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada
anak dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru.
Dengan demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher
centered-nya dengan memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada
keduanya.
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang
berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris


Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak,
sentries artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara
memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari
kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Melalui
pendekatan ini, guru akan berusaha untuk memikirkan dan menelaah seberapa
kesanggupan atau kemampuan anak menguasai suatu proses dan bahan atau
materi pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran dapat diperoleh anak dari
sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, tingkat
kesanggupan anak untuk menyelesaikan suatu tahapan perkembangan dapat
diamati dan digambarkan secara individual. Hal ini berbeda dengan cara pandang
dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan pembelajaran) yang
menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan
materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan mengarahkan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggiring seluruh aktivitas anak
untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting

11
adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan
anak-anak dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat,
sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran.

2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered


Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang
yang menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada
aktivitas anak (murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak
memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama menurut
pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas
yang memungkinkan anak belajar. Pendekatan ini dapat dipergunakan dalam
pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan pendidik mengajak anak
menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar secara aktif. Cara
pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi
yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan
pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan
materi pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi
oleh keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara
pandang ini berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris.

3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)


Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan.
Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan
pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru. Melalui cara pandang ini, guru
akan berusaha memikirkan bagaimana menciptakan situasi belajar mengajar
dengan ragam komponennya agar anak didik mau dan bisa mencari serta
menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.

12
Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris (berpusat pada
kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada anak).
Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai
kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai.

4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil


Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa
kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai
proses pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan
oleh anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil
belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar.

5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak


Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran yang
lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses yang
kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama
menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak
merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan
pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan tertentu.

6. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak
sehari-hari. Konteks itu sendiri terdiri dari benda, peristiwa, keadaan atau
pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh
anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat
mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang
mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.

13
Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai
konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan
demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap
bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, anak didik tidak harus dilatih dalam bentuk drill, tetapi anak belajar
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu
dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik.

Pembelajaran tematik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Berpusat pada anak
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran
e. Bersifat fleksibel
f. Hasil pembelajaran dapat berkembangan sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.

Adapun kriteria dalam mengembangkan pembelajaran tematik adalah :


a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak.
b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi
e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi,
dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

14
Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa
keungulan yang dimaksud adalah:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.
e. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk
mempelajari mata pelajaran lain.
f. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan atau pengayaan.
g. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang
sesungguhnya.
h. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak.
i. Membangun kegiatan dari minat anak.
j. Membantu anak membangun pengetahuan baru.
k. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan
seluruh aspek perkembangan.
l. Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak
fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
m. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan
pengalaman kepada pemahaman.
n. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat
dibawa anak ke kelas.

15
Dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran tematik guru dapat
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu memper-timbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memper-hitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang
ada di lingkungan.
3. Pilihlah tema dan jaringannya yang terdekat dengan anak. Contoh pengembangan
jaringan tema dapat dijabarkan sebagai berikut :

IDENTITAS DIRI
(Nama, alamat, ayah/ibu)

KESUKAAN ANGGOTA TUBUH


AKU (Kepala, Badan,
(Makanan-minuman,
(Diri Sendiri) Tangan, Kaki)
Warna Pakaian, Olah
raga, Tempat Rekreasi)

CIRI-CIRI TUBUH
(Gemuk-kurus,
Keriting-lurus,
Tinggi-pendek)

Berdasarkan jaringan tema tersebut, guru dapat menentukan jumlah minggu yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tema. Kedalaman dan keluasan tema dan
jaringannya dibicarakan akan menentukan jumlah minggu yang dibutuhkan.

4. Buatlah kegiatan umum pada masing-masing jaringan tema tersebut, misalnya


pada jaringan anggota tubuh ditemukan kegiatan menggambar/mewarnai
anggota tubuh, memasangkan anggota tubuh, menjiplak tubuh, menceritakan
pengalaman sakit dari anggota tubuh, menyampaikan cara merawat tubuh.

16
5. Pelajari struktur kompetensi (standar kompetensi, dan kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator) pada masing-masing bidang pengembangan PAUD.
6. Identifikasi dan kelompokan standar kompetensi yang dapat dicapai pada
masing-masing tema.
7. Buatlah “Matriks hubungan antara standar kompetensi dengan tema”.
Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan
standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan
memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut :

B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam


Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis alam adalah:
1. Circle Time adalah salah satu metode belajar yang dapat digunakan dengan
berinteraksi secara langsung. Metode ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek
perkembangannya yaitu kognitif, emosi, sosial, terutama sekali kemampuan
berbahasa serta menumbuhkan minat belajar dan partisipasi anak.
2. Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menghadapkan
anak pada persoalan sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan baik secara
individu maupun berkelompok. Metode ini merupakan salah satu bentuk
pendekatan yang berpusat pada anak karena anak memiliki kesempatan untuk
belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.
3. Metode penemuan terbimbing lebih menekankan pada pengalaman belajar agar
anak dapat menghasilkan pemecahan khusus, agar anak mampu
menghubungkan dan membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan
objek. Contoh anak menemukan bahwa ukuran bentuk, dan warna berbeda
melalui menemukan yang dibimbing oleh guru.
4. Metode diskusi yaitu menunjukan interaksi timbal balik antara guru dan anak,
guru berbicara kepada anak berbicara pada guru, dan anak berbicara dengan

17
anak yang lainnya.
5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak
yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu
dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan
sesuatu yang akan dilakukan oleh anak.
6. Belajar kooperatif (Cooperatif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama
dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama
yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru
melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab.
7. Metode eksploratori, metoda ini memungkinkan anak mengembangkan
penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat
keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan
melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek,
peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
8. Metode problem solving (pemecahan masalah). Pemecahan masalah merupakan
suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan
masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat
keputusan, mengamati hasil tindakannya.
9. Museum Anak (Child Museum). Museum anak yang dimaksud di sini adalah
kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang
ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan
kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar
menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di
lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah
atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian
memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan
mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.

18
BAB V
PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD
BERBASIS ALAM

Pembelajaran berbasis alam dapat memanfaatkan media dan sumber belajar


secara bervariasi serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal dan kondusif.
Media dan sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak pemahaman antara
anak dan pendidik tentang suatu konsep dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat
menemukan dan mengembangkan media serta sumber belajar yang berbasis alam
sekitar sehingga mendorong dan memudahkan anak untuk menemukan sendiri
tentang konsep dan proses yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Media dan sumber belajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian utama, yaitu :

A. LINGKUNGAN ALAM
Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang
sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tanaman
2. Binatang
3. Hutan
4. Kebun
5. Kolam
6. dll

B. LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan
atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber
belajar meliputi :
1. Masjid
2. Kantor pos

19
3. Kantor Polisi
4. Perpustakaan
5. Rumah sakit
6. Supermarket
7. dll

C. LINGKUNGAN SOSIAL
Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di
masyarakat/lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tokoh Masyarakat
2. Pasar
3. Banjir
4. Kebakaran
5. Kultur/ budaya
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran
berbasis alam meliputi:
1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti
media gambar.
2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk
mempelajari bahan ajar.
3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut
media pandang dengar
4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi
tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti:
ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2
kelompok: media objek alami dan media objek buatan
5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh
bahan-bahannya.

20
BAB VI
PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
PAUD BERBASIS ALAM

Pengorganisasian pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan


pendidik untuk menciptakan suatu situasi atau iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan pada anak sesuai dengan model pembelajaran berbasis alam.
Pengorganisasian ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dan anak berinteraksi
dalam berbagai situasi pembelajaran (baik indoor maupun outdoor activity).
Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik perlu memperhatikan beberapa
komponen penting sebagai berikut :

A. Pemilihan dan Pengembangan Tema


Pengembangan tema dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria dan
prinsip sebagaimana dikemukakan pada konsep pengembangan tema dan
jaringannya. Salah satu yang menjadi perhatian pendidik dalam menggunakan
pengembangan tema adalah prinsip kedekatan, kebermaknaan dan kepraktisan dilihat
dari sisi anak didik. Adapun contoh pengembangan tema adalah :
TEMA MATERI JARINGAN YANG DIKEMBANGKAN
1. Kesukaan Mainan Kesukaan Jenis, Bentuk dan warna pasir Manfaat dan
Makanan Kesukaan bahaya bermain pasir Cara bermain pasir

Bentuk, ukuran dan warna mata


2. Panca Indera Mata Kegunaan
Telinga Penyakit
Hidung Obat perawatan dan penyembuhan Cara
Kulit menghindari orang sakit mata Benda/alat
Lidah terkait mata

3. Binatang Ikan Nama dan Jenis


Ayam Karakteristik fisik (Bentuk, warna, ukuran,
bagian tubuh)
Siklus hidup
Kebiasaan (Makanan) Cara
beternak/merawat Pedagang &
penjual Cara mengolah

21
4. Tanaman Pisang Nama dan jenis
Kembang Sepatu Bentuk, warna dan Ukuran
Rasa
Bagian-bagian
Proses tumbuh kembang

5. Kendaraan Sepeda Bagian-bagian


Manfaat
Cara mengendarai
Cara merawat
Adab berkendaraan

6. Pekerjaan Dokter Spesialisasi dokter


Tugas dan tanggungjawab Peralatan
yang digunakan Tempat bekerjanya
Pakaian yang digunakan

7. Alam semesta Bulan Karakteristik


Bintang Waktu keberadaannya
Matahari Manfaat
Bumi Peristiwa alam (gerhana,
Planet meteor,pelangi)
Dll

8. Alat komunikasi TV Manfaat dan kerugiannya


Telepon Cara menggunakan
Tempat membeli dan menjual
Perawatan
Tempat mereparasi dll

9. Iklim dan Cuaca Hujan Proses terjadinya


Gempa Akibat yang ditimbulkan Cara
Banjir menanggulanginya Daerah yang rawan
bencana dll

B. Pemilihan Indikator Perkembangan


Pemilihan indikator perkembangan dianalisis dan dijabarkan dari kompetensi
dasar pada ranah perkembangan (sesuai dengan pilihan pengelompokan standar isi
perkembangan).
1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
2. Perkembangan fisik Motorik
3. Perkembangan bahasa

22
4. Perkembangan kognitif (Sains dan Matematika)
5. Perkembangan sosial-emosional dan kemandirian
6. Perkembangan Seni

C. Pengorganisasian Anak
Pengorganisasian anak dalam kegiatan pembelajaran berbasis alam dapat disusun
sebagai berikut :
1. Kegiatan klasikal
a. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas dalam satu
satuan waktu dengan kegiatan yang sama
b. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada
saat kegiatan awal dan akhir.
2. Kegiatan kelompok
Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan
kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak
dapat menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya
kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan
inti
3. Kegiatan individual
Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan
kemampuan massing-masing.
4. Kegiatan di dalam ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang
dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas.
5. Kegiatan di luar ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan
alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

23
Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan
kegiatan :
1. Rutin
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap
anak. Umumnya kegiatan berupa: doa harian, kegiatan menolong dan melayani
diri sendiri, circle time.
2. Khusus
Kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara
klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama
Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat
kegiatan inti
3. Terintegrasi
Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi

D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang
secara kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang
dimaksud adalah :
1. Menentukan Sesuatu Yang Menjadi Pusat Minat Anak.
Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat
pada lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan
berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian
berangsung- angsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat
tanaman (singkong, umbi dan kentang).
2. Melakukan Perjalanan Sekolah.
Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat
minat tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada
kondisi yang menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak
diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya

24
ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan
muncul, mungkin secara tiba- tiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai
bunga kemudian secara spontan anak bertanya “mengapa kupu-kupu itu hinggap
pada bunga itu ?” Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengundang dialog dan
interaksi positip antara anak dengan guru atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah
pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama-
sama dilakukan.

3. Pembahasan Hasil Pengamatan.


Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi
dalam kelas. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang
berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak (Jan
Lighthart menggunakan 24 gambar lingkungan). Dalam suasana interaksi ini
dibahas masing- masing hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil
pengamatannya dengan menggunakan bantuan gambar-gambar.

4. Menceritakan Lingkungan Yang Diamati


Untuk menanamkan perilaku positip anak pada lingkungan guru hendaknya
menceritakan berbagai kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan
dengan peritistiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan
sikap orang terhadap lingkungan tersebut.
5. Kegiatan Ekspresi
Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru
menugaskan anak untuk mengekpresikan hal-hal yang ada pada lingkungan
dengan jalan mewarnai, menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik
orang yang diamati melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.

25
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Soejiono. (1999). Aliran Baru dalam Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.
Charles Wolfgang, and Mary E. wolfgang. (1992). School for Young Children :
Developmentally Appropriate Practices. Florida Universsity: Allyn and Bacon.
Christine I. Bennet. (1990). Comprehensive Multicultural Education. Boston: Allyn and
Bacon.
Carrol Cattron, and Jan Allen. (1993). Early Childhood Curriculum, Second Edition.
New Jersey: Merril an Imprint of Pretice Hal.
Celia Anita Decker, and John R. Decker. Planning and Administering Early Childhood
Education Programs, fifth edition. New York:Merril an George Imprint of Macmillan
Publishing Company.
Hapidin. (2000). Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats
Alfiani Press.
Hapidin. (2005). Strategi Pembelajaran : Acuan Konseptual dan Praksis.
Jakarta:Pusdaini.
PERMENDIKBUD 137. (2014). Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Permedikbud.
Sri Anitah Wiryawa, Noorhadi. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas
Terbuka.

26

Anda mungkin juga menyukai