BERBASIS ALAM
Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam
Oleh :
http://paudjateng.xahzgs.com
ABSTRAKSI................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Rasional......................................................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................................................ 1
C. Lingkup dan Batasan................................................................................................... 2
BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM................... 4
BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.......................... 8
BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...... 10
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam.............................................................. 10
1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris.............................................. 11
2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered.................................. 12
3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)........... 12
4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil................................................. 13
5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak......................................... 13
6. Pendekatan Tematik........................................................................................... 13
B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam.......................................................... 17
BAB V PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM19
A. LINGKUNGAN ALAM........................................................................................... 19
B. LINGKUNGAN FISIK........................................................................................... 19
C. LINGKUNGAN SOSIAL........................................................................................ 20
BAB VI PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.... 21
A. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN TEMA...................................................... 21
B. Pemilihan Indikator Perkembangan................................................................. 22
C. Pengorganisasian Anak...................................................................................... 23
D. Langkah-Langkah Pembelajaran...................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan
proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum
bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif,
terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek,
kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi,
khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran.
Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya
pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik
anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan
pendidikan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Pengembangan model kurikulum inovatif PAUD diarahkan untuk membantu
pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik
perkembangan anak.
Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak
usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real
learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif.
B. Tujuan
1
Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk :
1. Memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan
pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses
pembeljaran berbasis alam.
2. Memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan
yang menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan
profesional.
3. Membantu pendidik dalam merancang dan mengembangkan proses
pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui
sumber belajar yang berbasis alam.
4. Membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai
dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya.
Pengembangan model kurikulum PAUD inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh
model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses
pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari
suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep
filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model
yang dijadikan acuan.
Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya
hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk
memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan.
Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul seperti
menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan
sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).
2
Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya :
1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk
hasil yang diharapkan
2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan
3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.
3
BAB II
KERANGKA FILOSOFIS
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
4
Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi
lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat
dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak.
Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga
kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau
lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi)
serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen).
Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan
ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli
bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah
pengajaran dilaksanakan.
Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme
romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep
pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan
filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan
alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam.
Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak
bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung,
akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses
eksplorasi dan diskoveri.
Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly
(1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi
rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
5
Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis
alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus
dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang
dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar
pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan
lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
anak usia dini.
Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting
bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di
lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini
mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus
mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam
sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya
memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan
bereksperimen.
Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang
berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Auto
Activity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi
proses active learning (belajar secara aktif).
Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan
berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh
keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar
melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran.
Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan
proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.
Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa
lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real
learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan
Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep
6
pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir
komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam
lingkungan alam.
Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan
suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian
atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus
tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra
dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan
yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut
sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak
berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara
individual maupun kelompok.
Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak
memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta
pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui
pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan
secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata.
Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan
memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.
7
BAB III
PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
8
5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal
dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan
mengeluarkan biaya yang mahal.
6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan
atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran
tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak
untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang
komprehensif.
7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini
Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan
membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan
berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang
terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang
lebih kompleks/sukar.
8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu
disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang
mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak
akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan
konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.
9
BAB IV
PENDEKATAN DAN METODE
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
10
pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi.
Pendekatan pembelajaran pada dasarnya adalah cara pandang atau cara berpikir guru
tentang berbagai komponen dalam sistem pembelajaran.
Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum yang
saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan
pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada
anak dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru.
Dengan demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher
centered-nya dengan memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada
keduanya.
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang
berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
11
adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan
anak-anak dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat,
sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran.
12
Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris (berpusat pada
kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada anak).
Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai
kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai.
6. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak
sehari-hari. Konteks itu sendiri terdiri dari benda, peristiwa, keadaan atau
pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh
anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat
mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang
mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.
13
Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai
konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan
demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap
bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, anak didik tidak harus dilatih dalam bentuk drill, tetapi anak belajar
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu
dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik.
14
Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa
keungulan yang dimaksud adalah:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.
e. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk
mempelajari mata pelajaran lain.
f. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan atau pengayaan.
g. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang
sesungguhnya.
h. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak.
i. Membangun kegiatan dari minat anak.
j. Membantu anak membangun pengetahuan baru.
k. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan
seluruh aspek perkembangan.
l. Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak
fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
m. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan
pengalaman kepada pemahaman.
n. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat
dibawa anak ke kelas.
15
Dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran tematik guru dapat
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu memper-timbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memper-hitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang
ada di lingkungan.
3. Pilihlah tema dan jaringannya yang terdekat dengan anak. Contoh pengembangan
jaringan tema dapat dijabarkan sebagai berikut :
IDENTITAS DIRI
(Nama, alamat, ayah/ibu)
CIRI-CIRI TUBUH
(Gemuk-kurus,
Keriting-lurus,
Tinggi-pendek)
Berdasarkan jaringan tema tersebut, guru dapat menentukan jumlah minggu yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tema. Kedalaman dan keluasan tema dan
jaringannya dibicarakan akan menentukan jumlah minggu yang dibutuhkan.
16
5. Pelajari struktur kompetensi (standar kompetensi, dan kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator) pada masing-masing bidang pengembangan PAUD.
6. Identifikasi dan kelompokan standar kompetensi yang dapat dicapai pada
masing-masing tema.
7. Buatlah “Matriks hubungan antara standar kompetensi dengan tema”.
Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan
standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan
memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut :
17
anak yang lainnya.
5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak
yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu
dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan
sesuatu yang akan dilakukan oleh anak.
6. Belajar kooperatif (Cooperatif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama
dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama
yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru
melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab.
7. Metode eksploratori, metoda ini memungkinkan anak mengembangkan
penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat
keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan
melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek,
peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
8. Metode problem solving (pemecahan masalah). Pemecahan masalah merupakan
suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan
masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat
keputusan, mengamati hasil tindakannya.
9. Museum Anak (Child Museum). Museum anak yang dimaksud di sini adalah
kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang
ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan
kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar
menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di
lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah
atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian
memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan
mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.
18
BAB V
PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD
BERBASIS ALAM
A. LINGKUNGAN ALAM
Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang
sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tanaman
2. Binatang
3. Hutan
4. Kebun
5. Kolam
6. dll
B. LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan
atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber
belajar meliputi :
1. Masjid
2. Kantor pos
19
3. Kantor Polisi
4. Perpustakaan
5. Rumah sakit
6. Supermarket
7. dll
C. LINGKUNGAN SOSIAL
Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di
masyarakat/lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tokoh Masyarakat
2. Pasar
3. Banjir
4. Kebakaran
5. Kultur/ budaya
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran
berbasis alam meliputi:
1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti
media gambar.
2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk
mempelajari bahan ajar.
3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut
media pandang dengar
4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi
tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti:
ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2
kelompok: media objek alami dan media objek buatan
5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh
bahan-bahannya.
20
BAB VI
PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
PAUD BERBASIS ALAM
21
4. Tanaman Pisang Nama dan jenis
Kembang Sepatu Bentuk, warna dan Ukuran
Rasa
Bagian-bagian
Proses tumbuh kembang
22
4. Perkembangan kognitif (Sains dan Matematika)
5. Perkembangan sosial-emosional dan kemandirian
6. Perkembangan Seni
C. Pengorganisasian Anak
Pengorganisasian anak dalam kegiatan pembelajaran berbasis alam dapat disusun
sebagai berikut :
1. Kegiatan klasikal
a. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas dalam satu
satuan waktu dengan kegiatan yang sama
b. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada
saat kegiatan awal dan akhir.
2. Kegiatan kelompok
Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan
kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak
dapat menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya
kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan
inti
3. Kegiatan individual
Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan
kemampuan massing-masing.
4. Kegiatan di dalam ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang
dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas.
5. Kegiatan di luar ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan
alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
23
Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan
kegiatan :
1. Rutin
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap
anak. Umumnya kegiatan berupa: doa harian, kegiatan menolong dan melayani
diri sendiri, circle time.
2. Khusus
Kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara
klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama
Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat
kegiatan inti
3. Terintegrasi
Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang
secara kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang
dimaksud adalah :
1. Menentukan Sesuatu Yang Menjadi Pusat Minat Anak.
Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat
pada lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan
berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian
berangsung- angsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat
tanaman (singkong, umbi dan kentang).
2. Melakukan Perjalanan Sekolah.
Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat
minat tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada
kondisi yang menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak
diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya
24
ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan
muncul, mungkin secara tiba- tiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai
bunga kemudian secara spontan anak bertanya “mengapa kupu-kupu itu hinggap
pada bunga itu ?” Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengundang dialog dan
interaksi positip antara anak dengan guru atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah
pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama-
sama dilakukan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Soejiono. (1999). Aliran Baru dalam Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.
Charles Wolfgang, and Mary E. wolfgang. (1992). School for Young Children :
Developmentally Appropriate Practices. Florida Universsity: Allyn and Bacon.
Christine I. Bennet. (1990). Comprehensive Multicultural Education. Boston: Allyn and
Bacon.
Carrol Cattron, and Jan Allen. (1993). Early Childhood Curriculum, Second Edition.
New Jersey: Merril an Imprint of Pretice Hal.
Celia Anita Decker, and John R. Decker. Planning and Administering Early Childhood
Education Programs, fifth edition. New York:Merril an George Imprint of Macmillan
Publishing Company.
Hapidin. (2000). Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats
Alfiani Press.
Hapidin. (2005). Strategi Pembelajaran : Acuan Konseptual dan Praksis.
Jakarta:Pusdaini.
PERMENDIKBUD 137. (2014). Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Permedikbud.
Sri Anitah Wiryawa, Noorhadi. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas
Terbuka.
26