Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH KOMUNIKASI KESEHATAN

TEORI KATEGORI SOSIAL

Disusun oleh:

Kelompok 5

Kelas IKM-A 2014 (3A)

1. Ana Riskhatul F 101411131031


2. Nabila Wahyu S 101411131052
3. Achmad Habibullah 101411131065
4. Adina Fitra J 101411131092
5. Zulfa Kevaladandra 101411131122
6. Moh. Bastian 101411131146
7. Qurry Annisak 101411131155
8. Mufidha Khoirul U 101411133019
9. Elvina Rahma W 101411133041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
ABSTRAK

Masyarakat secara alamiah memiliki naluri untuk hidup bersama secara


berkelompok karena pada umumnya manusia adalah makhluk sosial. Kelompok
yang telah dibuat oleh masyarakat secara tidak sadar menimbulkan beberapa
kategori untuk membedakan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Kategori
ini dapat disebut dengan kategori sosial. Individu yang memiliki kategori sosial
tertentu atau dalam kategori yang sama akan cenderung memiliki perilaku atau
sikap yang sama terhadap suatu rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut juga
akan ditanggapi dengan yang tanggapan yang hampir sama oleh beberapa individu
dalam kelompok sosial tertentu. Kategori sosial dapat didasarkan menurut usia,
jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal kelompok
tersebut, hingga agama. Adanya kategori sosial ini memudahkan setiap individu
untuk memberi dan menerima suatu komunikasi. Hal ini yang dimanfaatkan juga
oleh media massa dalam memberikan informasi tertentu seperti adanya buku
yang dikhususkan untuk anak-anak, buku yang ditujukan untuk ibu hamil, iklan
tentang bahaya merokok untuk para perokok, dan lain-lain. Dengan adanya
kategori sosial ini, hubungan yang dinamis dalam kehidupan bermasyarakat akan
mudah terjalin antar kelompok sosial satu dengan lainnya.

Kata kunci: kategori sosial, hubungan, kelompok.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Kategori Sosial

Teori kategori sosial dicetuskan oleh Marvin DeFleur Lawrence. Teori


kategori sosial beranggapan bahwa kategori sosial dalam masyarakat kota industri
kurang lebih memiliki perilaku yang sama terhadap rangsangan-rangsangan
tertentu. Kategori sosial tersebut didasarkan pada usia, jenis kelamin, tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota), ataupun agama.
Dalam hubungannya dengan komunikasi massa dapat dicontohkan bahwa majalah
mode jarang dibeli oleh pria, sedangkan majalah olahraga jarang dibaca oleh
wanita. Variabel-variabel seperti jenis kelamin, umur, pendidikan tampaknya turut
menentukan selektivitas masyarakat terhadap media yang ada.
Asumsi dasar dari teori kategori sosial dalah teori sosiologis yang
berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, bahwa dinyatakan
bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk
sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu dan bersifat heterogen.
Persamaan dalam orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap
tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. Masyarakat yang memiliki
orientasi sama, kurang lebih akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan
menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama pula.

Melvin L. DeFleur mengatakan bahwa teori ini terkadang tumpang tindih


dengan teori perbedaan individual. Perbedaan pokok antara teori kategori sosial
dengan teori perbedaan individu adalah pada latar belakang dasar ilmu yang
mendukung serta pada objek. Teori kategori sosial berdasarkan pada teori
sosiologi umum, sedangkan teori perbedaan individu berdasarkan pada
perkembangan teori psikologi umum. Objek dari teori perbedaan individu dan
teori kategori sosial adalah pada kelompok yang memiliki persamaan status sosial
tertentu.

Kelemahan dari teori ini adalah dapat digunakan sebagai landasan untuk
prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian, dapat berfungsi sebagai
teori sederhana untuk media massa, dapat mengganti proses psikologis yang
laten, dan dapat mengganti keseragaman dalam kategori sosial sebagai variabel
antara rangsangan dan tanggapan komunikasi.

2. Hubungan Kategori Sosial dengan Kesehatan

Tentunya budaya dan norma baru yang terbentuk tersebut juga meliputi
budaya akan kesehatan, budaya tentang bagaimana cara suatu kategori sosial
tersebut memandang kesehatan, memahami akan pentingnya kesehatan serta
cara menanggapi masalah kesehatan. Setiap individu dalam kategori sosial yang
sama akan memiliki perilaku atau pola hidup yang seragam, dimana periku
tersebut dapat mendukung tercapainya kesehatan atau bahkan dapat
menimbulkan masalah kesehatan.

Persamaan dalam orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap


tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. Masyarakat yang memiliki
orientasi sama, lebih kurang akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan
menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama. Hal ini menunjukkan
pula bagaimana tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi dalam hal
kesehatan.

Jadi, teori kategori sosial dapat digunakan tenaga kesehatan masyarakat


apabila ingin mengadakan suatu edukasi atau penyuluhan kesehatan melalui
media massa dalam suatu masyarakat dengan terlebih dahulu menentukan
kategori sosial yang akan diberikan edukasi serta mempelajari bagaimana suatu
kategori sosial tersebut memilih dan menanggapi pesan komunikasi. Teori ini juga
dapat membantu agar pesan kesehatan dapat mudah diterima oleh setiap individu
dengan cara edukasi diselenggarakan berdasarkan masyarakat dengan ciri-ciri
yang sama, misalnya kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak dan kelompok
anak-anak, dengan pola penyampaian pesan yang sesuai terhadap kategori
tersebut. Sehingga proses penyampaian dan penerimaan pesan kesehatan
tersebut tercapai dan berlangsung dengan mudah.

Melalui kategori sosial ini, ketika masyarakat menerima informasi dari


sebuah media massa atau media lainnya, maka kelompok masyarakat akan
menanggapinya dengan cara yang sama. Jika dihubungkan dengan kesehatan,
maka ketika petugas kesehatan akan melakukan advokasi, penyuluhan, maupun
sosialisasi kepada masyarakat, maka hasilnya sudah dapat dipastikan bahwa suara
usia yang lebih tua akan mendominasi jika dibandingkan dengan suara usia yang
lebih muda. Selain itu orang dengan jabatan tinggi dan penghasilan yang tinggi
juga suaranya lebih didengar dari pada orang dengan jabatan dan pendapatan
yang rendah. Sehingga pada saat dilakukan advokasi terhadap sesuatu di
daerahnya, maka yang mengambil keputusan adalah ketua RW pada daerah
tersebut.

3. Analisis Kasus

Contoh kasusnya adalah mengenai masih tingginya kasus gizi buruk.


Sebenarnya dari dinas kesehatan sendiri sudah banyak melakukan usaha-usaha
untuk menekan angka gizi buruk yang ada di masyarakat. Baik itu dengan
melakukan komunikasi massa berupa iklan-iklan maupun tindakan nyata yang
dilakukan di pusat pelayanan kesehatan seperti di posyandu-posyandu yang dekat
dengan masyarakat. Namun, kasus gizi buruk ini masih tetap tinggi terutama pada
masyarakat dengan kategori miskin. Masyarakat kategori miskin biasanya memiliki
tingkat pengetahuan dan taraf ekonomi yang rendah. Dengan demikian ketika ada
informasi baru dari petugas kesehatan, cara menghadapinya pun akan berbeda
dengan masyarakat yang lebih baik taraf ekonomi dan pengetahuannya. Sehingga,
masyarakat miskin akan tetap menganggap bahwa gizi buruk itu merupakan hal
biasa padahal petugas kesehatan sendiri sedang berusaha keras untuk menekan
angka gizi buruk.

Kasus yang seperti diatas tergantung bagaimana petugas kesehatan


melalui dinas kesehatan melakukan komunikasi dengan masyarakat. Sudahkah
para petugas kesehatan tersebut mengkategorikan masyarakat yang ada di
wilayahnya?. Kita tahu bahwa masyarakat itu heterogen dan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Dengan demikian ketika akan melakukan suatu usaha
penurunan angka gizi buruk juga harus ada perlakuan khusus pada kategori sosisal
tertentu agar usaha yang dilakukan akan sama-sama berhasil pada kategori sosial
manapun.
KESIMPULAN

Teori kategori sosial dimaksudkan untuk menggolongkan sasaran yang


akan diberi penyuluhan atau informasi mengenai suatu hal tertentu. Dengan
menggolongkan kategori sosial mereka maka akan semakin mudah seorang
petugas kesehatan ataupun pemberi informasi untuk mengedukasi suatu
kelompok tertentu. Pada bidang kesehatan, akan mudah mengedukasi orang
dengan kelompok tertentu daripada mengedukasi kelompok secara keseluruhan.
Sebagai contoh, mengedukasi ibu arisan untuk memakan sayur. Bila seorang
tenaga kesehatan mengetahui sasarannya adalah ibu-ibu arisan, maka petugas
kesehatan akan lebih mudah mengedukasi kelompok tersebut untuk
mengonsumsi sayur dengan cara arisan sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

DeFleur, Marvin Lawrence. - . Theory of Mass Communication. Diakses di


https://books.google.co.id/books/about/Theories_of_mass_communicati
on.html?id=Ywe4AAAAIAAJ&hl=en . Diakses pada 18 Oktober 2015.

Ekaputri, Sholihatini. 2013. Teori Komunikasi : Teori Kategori Sosial. Diakses di


http://www.slideshare.net/mankoma2013/teori-kategori-sosial . Diakses
pada 18 Oktober 2015.

Johan, Riche Cynthia. – . Teori Komunikasi pada Tahap Awal. Diakses di


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIK
AN/197611152001122-
RICHE_CYNTHIA_JOHAN/Teori_Komunikasi/TEORI-
TEORI_KOMUNIKASI_PADATAHAP_AWAL.pdf . Diakses pada 18 Oktober
2015.

Pontikes, Elizabeth. G, and Michael T. Hannan. - Sociological Science: An Ecology


of Social Categories.Diakses di www.sociologicalscience.com . Di akses
pada 17 Oktober 2015 23:40.

Rizki, Nidya. 2012. Teori Kategori Sosial. Diakses di


http://www.scribd.com/doc/93446062/Teori-Kategori-Sosial-Dan-
Teori#scribd. Diakses pada 18 Oktober 2015.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. MedPress:


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai