Anda di halaman 1dari 9

2 – 4 KALKULUS DIFERENSIAL :

TURUNAN DAN ATURAN DIFERENSIASI*

Analisis optimisasi dapat dilakukan lebih efisiensi dan tepat dengan kalkulus diferensial,
yang didasarkan pada konsep turunan. Pada subbab ini, kita mempelajari konsep turunan dan
menyajikan beberapa aturan sederhana diferensial.

Aplikasi kasus 2-2 | Kontrol Polusi Optimum


Bagi orang yang peduli akan lingkungan hidup, tingkat optimum polusi adalah nol. Namun,

selama polusi merupakan produk sampingan dari produksi dan konsumsi yang kita inginkan,
secara ekonomi tidak akan banyak berarti untuk mencoba mengurangi polusi menjadi nol.
Tingkat optimum polusi adalah manfaat marginal dari polusi (dalam bentuk menghindari
metode pembuangan limbah yang lebih mahal) sama dengan biaya marginal polusi (dalam
bentuk tagihan pembersihan yang lebih besar, lebih banyak penyakit pernapasan, dan lain-
lain). Hal ini tampak dalam Figur 2-5, di mana sumbu horizontal mengukur tingkat polusi per
tahun dan sumbu vertikal mengukur biaya dan manfaat marginal dari polusi bagi masyarakat.
Harap diperhatikan bahwa dengan meningkatnya polusi, biaya marginal (MB) menurun. Bila

pengendalian polusi tidak sama sekali, perusahaan dan individu akan membuang limbah
sampai manfaat polusi sama dengan nol (titik A dalam figur), dan polusi akan berlebih. Dari
sudut pandang masyarakat, tingkat optimum suatu polusi yaitu Q* yang ditunjukkan oleh titik
E, di mana kurva MB memotong kurva MC, dan MB = MC. Meskipun solusi optimum
tampak jelas, namun seringkali sulit memperkirakan MB dan MC di dunia nyata.
Konsep Turunan
Konsep turunan berhubungan erat dengan konsep margin yang dipelajari sebelumnya. Hal ini
dapat dijelaskan dalam hubungannya dengan kurva TR pada Figure 2-1, diproduksi dengan
beberapa perubahan pada Figure 2-6.

Dalam subbab sebelumnya, kita mendefinisikan pendapatan marginal sebagai


perubahan dalam penerimaan total per unit perubahan output. Sebagai contoh, bila keluaran
naik dari 2 menjadi 3 unit, penerimaan totall meningkat dari $160 menjadi $210. Jadi,

∆ TR $ 210−$ 160 $ 50
MR = = = = $50
∆Q 3−2 1

Nilai ini merupakan kemiringan dari busur BC pada kurva penerimaan total. Namun
demikian, bila jumlahnya sangat kecil (yaitu, bila ∆Q diasumsikan memiliki nilai yang lebih
kecil sekali, dan bahkan mendekati nol dalam limitnya), maka MR ditunjukkan oleh
kemiringan busur yang semakin lama semakin pendek, dan mendekat kemiringan kurva TR
pada suatu titik. Jadi, mulai titik B, bila perubahan dalam kuantitas mendekati nol, perubahan
dalam penerimaan total atau pendapatan marginal mendekati kemiringan kurva TR pada titik
B. Oleh karena itu, MR = ∆TR/∆Q = $60 (kemiringan garis singgung BK pada kurva TR di
titik B) begitu perubahan output mendekati nol pada limit lainnya.
Ringkasnya, antara titik B dan C pada kurva penerimaan total di Figur 2-6. Pendapatan
marginal ditunjukkan oleh kemiringan dari busur BC ($50). Ini merupakan pendapatan
marginal rata – rata antara output sebanyak 2 dan 3 unit. Sebaliknya, pendapatan marginal
pada titik B ditunjukkan kemiringan garis BK ($60), yang merupakan garis singgung di kurva
penerimaan total pada titik B. Pendapatan marginal atau kemiringan kurva penerimaan
bervariasi pada setiap titik di kurva penerimaan total. Sebagai contoh, pada titik C,
pendapatan marginal sebesar $40 dan merupakan kemiringan garis singgung (tidak
diperlihatkan) dengan kurva penerimaan total di titik C . dengan cara yang sama, pada titik
D, MR = $20, sedangkan pada tiitk E, MR = $0. Jadi, MR turun begitu kita bergerak lebih
jauh keatas kurva penerimaan total sehinggamenggambarkan bentuknya yang cekung dan
kemiringan yang menurun.

Lebih umum, bila kita terapkan TR = Y dan Q = X, turunan dari Y terhadap X (derivative
of Y with respect to X) adalah merupakan perubahan Y terhadap X. Pada saat perubahan X
mendekati nol. Jadi,


dy ∆Y
= lim ( )
dx n → ∞ ∆ X

Dibaca sebagai: turunan dari Y terhadap X adalah sama dengan limit dari rasio ∆Y/∆X, untuk
∆X mendekati nol. Secara geometris, hal ini berhubungan dengan kemiringan kurva pada titik
dimana kita ingin menemukan limit tersebut. Perlu dicatat, bahwa semakin kecil perunahan X
nilai turunan semakin mendekati kemiringan kurva pada titik tersebut.

Aturan – aturan Diferensial


Diferensiasi (diferentiation) adalah proses menentukan turunan suatu fungsi (yaitu,
menemukan perubahan Y untuk perubahan X, pada saat perubahan X mendekati nol). Dalam
subbab ini, kita menyajikan aturan – aturan diferensiasi.
Aturan untuk Fungsi Konstan Turunan atas sebuah fungsi konstan, Y = f(X) = a, adalah nol
untuk semua nilai a (konstan). Fungsinya adalah sebagai berikut:
Y = f(X) = a

dY
=0
dX

Sebagai contoh, untuk fungsi

Y=2

dY
=0
dX

Hal tersebut digambarkan di bagian paling kiri Figur 2-7. Karena Y didefinisikan sebagai
konstan, nilainya tidak akan berubah untuk berbagai nilai X, dan dengan demikian dY/dX
(kemiringan gari Y) adalah nol.

Aturan untuk Fungsi Pangkat Turunan dari fungsi pangkat, Y = aXb, di mana a dan b
konstan sama dengan eksponen b dikali dengan koefisien a dikali variabel X pangkat b – 1.
Y = aXb

dY
= b ∙ a ∙ X(b-1)
dX

Sebagai contoh, untuk fungsi Y = 2X, dimana a = 2,b = 1 (implisit), dY/dX = 1 ∙ 2 ∙ X(1-1) = 2X0
= 2(1) = 2. Jadi untuk

Y = 2X

dY
=2
dX

Hal ini digambarkan pada bagian tengah Figur 2-7. Harap dicatat bahwa kemiringan garis
(dY/dX) adalah konstan pada nilai 2 atas berapa pun nilai X. Contoh lain, untuk fungsi Y = X2,
dY/dX = 2 ∙ 1 ∙ X(2-1) = 2X1 = 2X. Jadi, untuk fungsi

Y = X2

dY
= 2X
dX

Hal ini digambarkan pada bagian kanan Figur 2-7. Harap dicatat bahwa kemiringan kurva
(dY/dX) bervariasi untuk setiap nilai X dan negatif untuk X < 0, nol pada X = 0, dan positif
untuk X > 0.
Aturan untuk penjumlahan dan pengurangan Turunan dari penjumlahan (pengurangan)
adalah sama dengan penjumlahan (pengurangan) dari setiap turunan individu. Jadi, bila

U = g(X) dan V = h(X)

Di mana U adalah fungsi yang tidak spesifik, g dari X, sedangkan V adalah fungsi lain yang
tidak spesifik, h dari X, maka untuk fungsi

Y=U±V

dY dU dV
= =
dX dX dX

Sebagai contoh, bila U = g(X) = 2X dan V = h(X) = X2 maka

Y = U + V = 2X + X2

dY
= 0,12 X2 – 1,8 X + 10
dX

Harap diperhatikan bahwa turunan dari tiga bagian pertama dari fungsi Y diperoleh dengan
aturan fungsi pangkat, sedangkan turunan konstan, 5, sama dengan nol, dengan
mempergunakan aturan untuk fungsi konstan.

Aturan untuk Perkalian Turunan dari perkalian dua fungsi adalah sama dengan fungsi
pertama dikalikan dengan aturan fungsi kedua, ditambah fungsi kedua kali dengan turunan
yang pertama. Jadi, untuk fungsi

Y=U∙V

Di mana U = g(X) dan V = h(X),

dY dU dV
=U =+V
dX dX dX

Sebagai contoh, untuk fungsi

Y = 2X2 (3-2X)

Dan dengan U = 2X2 dan V = 3 – 2X

dY dU dV
= 2X2 = + (3 – 2X)
dX dX dX

= 2X2(-2) + (3-2X)(4X)

= -4X2 + 12X – 8X2


= 12X – 12X

Aturan untuk Pembagian Turunan dari pembagian dua fungsi adalah sama dengan
penyebut dikali dengan turunan dari pembilang, dikurang pembilang dikali dengan turunan
penyebut, semua kemudian dibagi dengan penyebut kuadrat. Jadi, untuk fungsi

U
Y= V

dimana U = g(X) dan V = h(X),

dy V ( dU /dX )−U ( dV /dX )


=
dx V
2

Sebagai contoh, untuk fungsi

3−2 X
Y=
2 X2

dimana U =3 – 2X dan V = 2X2


2
dy 2 X (−2 )−(3−2 X )4 X −4 X 2−12 X +8 X 2
= =
dx (2 X 2 )2 4 X4

4 X 2−12 X 4 X ( X−3) X−3


3 =
¿ =
4X
4
(4 X ) X X3

Aturan untuk fungsi dari fungsi (rantai) jika Y = f(U) dan U= g(X), maka turunan dari Y
terhadap X adalah sama dengan turunan dari Y terhadap U dikali dengan turunan U terhadap
X. Jadi bila

Y = f(U) dan U = g(X)

Maka

dY dY dU
= ∙
dX dU dX

Sebagai contoh, bila

Y = U 3 +10 dan U=2 X 2

dY dU
Maka =3 U 2 dan =4 X
dX dX
dY dY dU
Karena itu, = ∙ =( 3 U 2 ) 4 X
dX dU dX

Subtitusikan U (dimana U = 2 X 2 kedalam fungsi diatas, kita memperoleh

dY
= 3(2 X ¿¿ 2)2 4 X=3 ( 4 X 4 ) 4 X=48 X 3 ¿
dX

Contoh lain, mencari turunan dari

Y= (3 X 2 +10)3

dimana U=3 X 2 +10 dan Y =U 3


dY dU
maka =3 U 2 dan =6 x
dX dX

dY dY dU
jadi, = ∙ =( 3 U 2 ) 6 x
dX dU dX

subtitusikan nilai U (yaitu, 3 X 2 +10 ¿ ke dalam persamaan diatas, kita memperoleh

dY
=¿
dX

= 162 X 5 +1.080 X 3 +1.800 X=2 X (81 X 4 +500 X 2 +900)

2-5 OPTIMISASI DENGAN KALKULUS

Dalam subbab ini kita mempelajari proses optimisasi dengan kalkulus. Mula- mula kita
mempelajari bagaimana kita dapat menentukan titik dimana suatu fungsi mencapai
maksimum atau minimum, kemudian menunjukkan bagaimana membedakan antara
maksimum dengan minimum

Menentukan Maksimum atau Minimun dengan Kalkulus


Optimisasi sering diperlukan untuk menemukan nilai maksimal atau nilai minimal suatu
fungsi. Sebagai contoh, suatu perusahaan mungkin ingin memaksimumkan penerimaannya,
meminimumkan biaya produksi sejumlah output, atau lebih mungkin memaksimumkan laba.
Untuk suatu fungsi agar mencapai maksimum atau minimum, turunan dari fungsi tersebut
harus nol. Secara geometris, hal ini berhubungan dengan titik dimana kurvanya mempunyai
kemiringan nol. Sebagai contoh, untuk fungsi penerimaan total (Persamaan 2-1).

TR=100 Q−10 Q2

d (TR)
=100−20 Q
dQ
Dengan menetapkan d (TR)/dQ= 0, kita mendapatkan
100−20Q=0

Oleh karena itu, Q=5

Jadi, untuk fungsi penerimaan total (2-1), d (TR)/dQ = 0 (kemiringannya adalah nol) dan
penerimaan total mencapai maksimum pada tingkat output 5 unit (lihat Figur 2-1). Dengan
cara serupa, turunan atau kemiringan dari fungsi biaya marginal dan biaya rata- rata pada
Figur 2-2 secara berturut- turut adalah nol pada Q=2 dan Q=3,5 , dimana fungsi- fungsi
(kurva-kurva) ini adalah minimum.

Membedakan antara Maksimum dan Minimum: Turunan Kedua


Kita telah melihat pada subbab sebelumnya bahwa turunan (kemiringan) dari fungsi (kurva)
adalah nol baik pada titik minimum maupun maksimum. Untuk membedakan antara titik
maksimum dengan minimum, kita mempergunakan turunan kedua (second derivative).
Untuk fungsi umum Y = f(X), turunan kedua ditulis sebagai d 2 Y /d X 2. Turunan kedua adalah
turunan dari turunan dan diperoleh dengan menerapkan kembali aturan turunan (pertama)
dari diferensiasi yang disajikan pada Subbab 2-4 yang dirangkum dalam Tabel 2-4. Sebagai
contoh, untuk
Y = X3

dy
=3 X 2
dx

d2 Y
dan =6 X
d X2

dengan cara yang sama untuk TR = 100 Q−10 Q2,

d (TR)
=100−20 Q
dQ

d 2 (TR)
dan =¿ -20
d Q2

Secara geometris, turunan mengacu kepada kemiringan dari suatu fungsi, sedang turunan
kedua mengacu kepada perubahan dari kemiringan fungsi tersebut. Sehingga nilai dari
turunan kedua dapat dipergunakan untuk menentukan apakah kita mempunyai maksimum
atau minimum pada titik di mana turunan pertamanya (kemiringan) adalah nol. Aturannya
adalah bila turunan kedua positif, kita mempunyai minimum, dan jika turunan kedua negatif,
kita mempunyai maksimum. Kita telah menemui aturan geometris yang serupa dengan aturan
ini pada saat kita membicarakan fungsi laba total (π) pada gambar bagian bawah Figur 2-4.
Fungsi tersebut mempunyai kemiringan nol (yaitu, dπ /dQ=0) pada saat Q=1 dan Q=3.
Tetapi disekitar Q=1, Kemiringan fungsi π meningkat (yaitu, d 2 π /d Q2 >0) dari negatid pada
Q ¿ 1, nol pada Q = 1, dan positif pada Q¿ 1, jadi fungsi π menghadap keatas dan kita
mempunyai minimum. Sebaliknya, di sekitar Q= 3, kemiringan fungsi π menurun (yaitu,
d 2 π /d Q2 <0) dari mula- mula positif, kemudian nol, dan kemudian negatif, jadi, fungsi π
menghadap kebawah dan kita mempunyai maksimum. Beberapa penerapannya sebagai
berikut:

Pertama, terdapat fungsi penerimaan total,

TR=45 Q−0,5 Q2

d (TR)
=45−Q
dQ

Dengan menetapkan turunan pertama sama dengan nol, kita menemukan bahwa fungsi TR
mempunyai kemiringan nol pada Q = 45. Karena d 2 TR/d Q 2 =−1, fungsi TR ini mencapai
maksimum pada Q = 45 5.

Anda mungkin juga menyukai