Anda di halaman 1dari 10

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN

LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA

Community Perception in Land Use Change of Sunda Straight Bridge


Development

Dwi Rini Hartati1 dan Wirawan Widiyanto2


1
Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
Jl Pattimura No 20 Jakarta Selatan 12110
Email : drini.hartati@gmail.com

2
Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
Jl Pattimura No 20 Jakarta Selatan 12110
Email : w1r4w4n@gmail.com

Tanggal diterima: 1 April 2015, Tanggal disetujui: 25 Juni 2015

ABSTRACT
Infrastructure can boost the economic growth and increase national competitiveness. The development of infrastructure
can generate both positive and negative impact. One of the negative impacts is land use change. The study is aimed to
discover how likely a change in land use in the Sunda Strait Bridge foot zone based on the community perception. This
research conducted with statistic descriptive methode. The community of Banten and Lampung predicted that there will
be significant change in land use, especialy from agriculture to non-agriculture area and degradation of plantation area.
This condition can threaten community livelihood, so that adaptation to the changed is required to overcome this ploblem.

Keywords: Land use, Change, Impact, Infrastructure Development, Perception

ABSTRAK
Infrastruktur merupakan salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan daya saing
di dunia internasional. Pembangunan infrastruktur selain memberikan dampak positif yang signifikan, juga berpotensi
menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah perubahan tata guna lahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
persepsi masyarakat sekitar tentang perubahan tata guna lahan di kawasan kaki-kaki Jembatan Selat Sunda (JSS).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif. Masyarakat melihat bahwa akan terjadi
perubahan tata guna lahan yang signifikan dari lahan pertanian menuju non pertanian dan penurunan luas perkebunan
yang dapat mengancam mata pencaharian masyarakat sehingga masyarakat perlu menyesuaikan diri dengan kondisi
perubahan yang akan terjadi.

Kata kunci : Tata guna lahan, perubahan, dampak, pembangunan infrastruktur, persepsi

PENDAHULUAN sektor perekonomian sebesar 348,42 triliun rupiah.


Permana juga mengungkapkan bahwa semua
Pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan sektor kategori infrastruktur akan memberikan
ekonomi tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan dampak multiplier yang positif terhadap sektor
antara kedua aspek ini saling mempengaruhi. perekonomian lain (Permana 2010). Hal senada
Pada umumnya pembangunan infrastruktur akan diungkapkan juga oleh Hadi Salehi dan Ramı´rez
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu (2003), dalam penelitiannya bahwa setelah
wilayah. Seperti yang dikatakan oleh Permana dilakukan perhitungan secara simultan antara
(2010) bahwa investasi sebesar 150 triliun rupiah infrastruktur dan GDP, dampak dari infrastruktur
akan memberikan tambahan output di seluruh
133
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139

terhadap pertumbuhan GDP cukup substansial. bertujuan untuk melihat persepsi masyarakat atas
jawaban atas pertanyaan tersebut berdasarkan
Pembangunan infrastruktur selain memberikan pendapat dari masyarakat serta menemukan
dampak positif yang signifikan, juga menimbulkan seberapa besar kemungkinan perubahan tata
dampak lain yang berpotensi menjadi dampak guna lahan di kawasan kaki-kaki JSS. Hasil
negatif. Salah satu dampak yang mungkin dapat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
mengurangi manfaat adalah terjadinya perubahan rekomendasi mengenai pandangan masyarakat
tata guna lahan tentang kemungkinan-kemungkinan perubahan
penggunaan lahan yang akan terjadi sehingga dapat
Pembangunan infrastruktur yang pernah
diprediksi langkah antisipasi agar tidak terjadi
direncanakan untuk mendukung program
dampak negatif di masyarakat.
M a s t e r p l a n Pe rc e p a t a n d a n Pe r l u a s a n
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) salah KAJIAN PUSTAKA
satunya adalah pembangunan Jembatan Selat
Sunda (JSS). Jembatan ini direncanakan akan Perubahan tata guna lahan atau konversi lahan
menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera melalui dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian
Kabupaten Lampung dan Banten. Ditinjau dari atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
perspektif ekonomi wilayah, JSS akan berdampak seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain
pada kegiatan logistik wilayah sekitarnya, sehingga yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap
akan mempermudah pergeseran pembangunan dan lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo
distribusi industri dari pulau Jawa menuju Pulau dkk 1995 dalam Hidayat, Hanafie & Septiana 2012.)
Sumatera (Pradhitasari dan Syabri 2014). Seperti
halnya infrastruktur lainnya, pembangunan JSS Perubahan tata guna lahan atau konversi lahan dapat
juga akan memberikan dampak yang besar bagi terjadi karena berbagai hal. Menurut McNeil et al.
penduduk di kawasan calon kaki jembatan. 1998 dalam Widayati (2010), perubahan tata guna
lahan terjadi karena faktor-faktor politik, ekonomi,
Salah satu dampak yang dikhawatirkan akan terjadi demografi dan budaya. Sedangkan menurut Sujarto
adalah perubahan tata guna lahan di sekitar kaki (1992) dalam Oktara (2011) perubahan penggunaan
JSS. Indikasi tersebut terlihat dari keterangan lahan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
warga masyarakat yang menyatakan beberapa
tanah di wilayah tersebut telah berpindah tangan 1) Topografi, ditandai dengan usaha manusia untuk
ke investor maupun pihak luar. Perubahan tata mengubah topografi
guna lahan merupakan salah satu dampak yang jika 2) Penduduk, pertambahan penduduk memerlukan
tidak dikendalikan dan diatur di awal akan dapat ruang yang lebih banyak untuk permukiman dan
berakibat buruk. Misalnya saja jika terjadi konversi fasilitas lain
lahan pertanian yang besar ke peruntukan lahan non
pertanian, pastinya akan mempengaruhi stabilitas 3) Nilai tanah, harga lahan menjadi fungsi biaya yang
ketahanan pangan. Selain itu, kemungkinan menjadikan lahan produktif dari pengembangan
adanya perubahan penggunaan lahan lain baik suatu lahan
dari permukiman ke non permukiman, industri
ke non industri maupun kawasan perdagangan 4) Aksesibilitas, jangkauan transportasi yang baik
ke kawasan lain. Perubahan tata guna lahan ini suatu lahan akan meningkatkan nilai ekonominya,
dapat berakibat pada kehilangan mata pencaharian sehingga akan menarik kegiatan-kegiatan yang
penduduk maupun perubahan mata pencaharian. memberikan keuntungan untuk berlokasi di
Kekhawatiran penduduk lokal di calon kaki wilayah tersebut
jembatan akan keberlanjutan mata pencahariannya 5) Prasarana dan sarana, selain aksesibilitas, sarana
perlu mendapatkan perhatian. dan prasarana juga akan menarik keberadaan
Belajar dari pengalaman, pembangunan Jembatan penduduk dan kegiatan di suatu wilayah
Suramadu menimbulkan dampak berganda, yaitu 6) Daya dukung lingkungan.
tumbuhnya kawasan pemukiman baru hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk Sedangkan menurut American Institute of Real
sehingga permintaan hunian rumah meningkat Estate Appraiser (2001) dalam Ihsannudin (2013)
serta berdirinya pusat perbelanjaan (Effendi 2013). menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas baru akan
Seperti halnya pembangunan Jembatan Suramadu, mengakibatkan perubahan pada pola guna lahan
pembangunan JSS menimbulkan pertanyaan apakah dan nilai tanahnya. Hal tersebut diperkuat dengan
akan terjadi perubahan penggunaan lahan di kaki pernyataan bahwa tata guna lahan mempunyai
JSS setelah pembangunannya nanti. Penelitian ini hubungan kausal (timbal balik) dengan sistem

134
Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan
Jembatan Selat Sunda
Dwi Rini Hartati dan Wirawan Widiyanto
jaringan transportasi (jalan raya, rel kereta api, dan JSS. Penelitian ini mengungkapkan prediksi terhadap
lainnya) (Tamin dan Frazila 1997). Pembangunan perubahan penggunaan lahan kaki JSS menurut
JSS merupakan salah satu fasilitas baru dalam pandangan masyarakat lokal. Dari analisis dapat
bentuk infrastruktur pendukung transportasi yang disimpulkan mengenai potensi yang diprediksikan
berpotensi menimbulkan perubahan pola guna maupun kekhawatiran masyarakat terhadap
lahan di sekitarnya. perubahan hidupnya.

Dari teori-teori dan penelitian tersebut, dapat METODE PENELITIAN


dikatakan bahwa perubahan tata guna lahan
merupakan sebuah konsekuensi dari perubahan Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
terhadap suatu wilayah, termasuk pembangunan prediksi masyarakat di kaki Jembatan Selat Sunda
JSS. Perubahan tata guna lahan akan berdampak terhadap perubahan tata guna lahan sebagai
negatif apabila terjadi tidak sesuai dengan dampak pembangunan JSS. Penelitian dilakukan
peruntukannya. Misalnya saja lahan yang semula di lokasi rencana kaki JSS yaitu di Kota cilegon dan
diperuntukan sebagai lahan produktif berubah Kabupaten Serang Banten dan Kabupaten Lampung
menjadi permukiman maupun pertokoan. Hal Selatan Lampung pada tahun 2013.
ini sering terjadi mengiringi pembangunan Pengambilan data dilakukan dengan metode
infrastruktur di suatu wilayah, sehingga perlu survey. Data diambil dengan menggunakan kuisioner
dilakukan pengendalian. Dalam pembangunan dan wawancara terhadap responden. Wilayah
JSS, gejala tersebut telah dapat diidikasi dengan pengambilan sampel dipilih secara purposive yaitu
perubahan kepemilikan lahan yang terjadi sebelum di Kota cilegon dan Kabupaten Serang Banten untuk
pembangunan. Sebagian masyarakat memprediksi mewakili masyarakat di kaki jembatan sisi Jawa
akan terjadi perubahan kepemilikan lahan dalam dan Kabupaten Lampung Selatan untuk mewakili
pembangunan JSS dari pemilik lokal ke pendatang masyarakat kaki jembatan di sisi Sumatera.
(Puslitbang Sosekling 2013) Responden dipilih secara acak berdasarkan mata
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara pencahariannya di wilayah-wilayah yang telah
lain, penelitian oleh Oktara (2011), dalam penelitian ditentukan. Jumlah responden secara keseluruhan
ini dikaji mengenai rencana perubahan tata ruang berjumlah 241 orang. Penentuan jumlah responden
disekitar kawasan pembangunan jalan lingkar dilakukan dengan metode Slovin, dengan prinsip
utara Kota Solok. Dalam penelitian ini, Oktara 2011 N
menggunakan analisis persepsi masyarakat untuk n=
N+1∂ 2
melihat pandangan mereka terhadap pembangunan
jembatan. sedangkan beberapa penelitian yang Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah populasi
membahas mengenai dampak pembangunan sedangkan ∂ adalah margin error atau tingkat
jembatan diantaranya adalah Ihsannudin (2013), ketelitian yang diinginkan.
yang menyoroti dampak pembangunan jembatan
yang serupa dengan JSS yaitu Jembatan Suramadu Tabel 1. Jumlah Responden Per Kabupaten
dari perubahan harga tanahnya. Sedangkan Yanti No Kabupaten Jumlah
(2013) melihat dampak pembangunan jembatan Responden
terhadap sosial ekonomi masyarakat serta 1 Cilegon 63
keterkaitannya dengan kebijakan pengembangan 2 Serang 76
wilayah. Sedangkan Hidayat (2012) melihat dampak 3 Lampung 100
sosial dan ekonomi dari kebijakan pengembangan Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling, 2013 diolah
wilayah Jembatan Suramadu serta menganalisis
Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif
kebijakan implementatif yang bisa dirumuskan
untuk menjelaskan kecenderungan persepsi
dalam pengembangan wilayah Jembatan Suramadu.
masyarakat terhadap dampak pembangunan JJS bagi
Sedangkan penelitian lain yang lebih spesifik
perubahan lahan disekitar tempat tinggal mereka.
membahas perubahan penggunaan tanah akibat
Cross tabulation digunakan untuk membandingkan
pembangunan JSS dilakukan oleh Suparjo (2012).
pendapat masyarakat mengenai perubahan
Penelitian Suriadi dkk (2015) membahas mengenai
penggunaan lahan berdasarkan profesi atau mata
dampak sosial, ekonomi pembangunan JSS
pencaharian pokok mereka. Perbedaan kebutuhan
Penelitian Suparjo lebih menekankan kajian .hukum
dan kepentingan masing-masing kelompok
perubahan penggunaan tanahnya.
masyarakat berdasarkan mata pencaharian
Dari beberapa penelitian yang dilakukan, belum pokoknya bervariasi, sehingga akan mempengaruhi
ada yang melihat persepsi masyarakat mengenai persepsi mereka terhadap perubahan tata guna
kemungkinan perubahan penggunaan lahan di kaki lahan di sekitar kaki JSS.

135
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139

Dalam kuesioner disampaikan pertanyaan di wilayah ini akan semakin berkembang dengan
mengenai persepsi masyarakat terhadap terjadinya terbukanya akses dari Sumatera ke Jawa. Sedangkan
perubahan penggunaan lahan eksisting menuju ke di Kabupaten Lampung, sektor utamanya adalah
perumahan, pertokoan dan industri. Responden sektor pertanian, dan salah satu program dalam
menilai kemungkinan perubahan penggunaan lahan RTRWnya adalah pembatasan konversi lahan
dalam pilihan tingkatan tinggi, sedang, rendah dan pertanian.
tidak tahu.
Perlu diwaspadai terjadinya perubahan
Variabel yang digunakan adalah persepsi perubahan kepemilikan lahan oleh petani ke pendatang serta
penggunaan lahan dan pekerjaan pokok responden. peralihannya menjadi peruntukan komersial yang
Persepsi perubahan penggunaan lahan antara lain lain. Konversi lahan pertanian akan mengakibatkan
adalah : diversifikasi mata pencaharian petani di bidang
pertanian ke non pertanian (Hidayat 2012). Petani
1. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan dari sawah/ yang tidak memiliki keahlian lain selain pertanian
ladang ke permukiman terancam mengalami penurunan pendapatan
(Hidayat dkk 2012).
2. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan dari sawah/
ladang ke pertokoan/perkantoran Pembangunan jalan mempunyai dampak positif
pada pertumbuhan dan transisi perekonomian ke
3. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan dari sawah/
arah penciptaan kegiatan di sektor non-pertanian
ladang ke industri
(Hidayat 2012). Pembangunan JSS merupakan salah
4. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan dari satu pembangunan infrastruktur yang sama halnya
permukiman ke pertokoan/perkantoran dengan infrastruktur jalan, akan membuka akses
bagi wilayah-wilayah yang dihubungkan. Terbukanya
5. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan dari akses akan memicu kegiatan masyarakat untuk
permukiman ke industri membuka permukiman di lahan sawah (Suprajaka
dan Fitria 2012). Selain itu, rencana pembangunan
6. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan pertokoan/ infrastruktur pendukung JSS juga akan semakin
perkantoran ke industri meningkatkan aksibilitas wilayah yang terisolir dan
7. p
 rakiraan perubahan tata guna lahan: perluasan perubahan struktur ekonomi menjadi dampaknya.
perkebunan Perubahan struktur perekonomian wilayah ini
HASIL DAN PEMBAHASAN akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk non
pertanian. Peningkatan kebutuhan lahan tersebut
Persepsi Perubahan Tata Guna Lahan Pertanian akan mengakibatkan terjadi konversi lahan yang
ke Non Pertanian cenderung akan meningkat dari tahun ke tahun,
karena konversi lahan umumnya menular (Hidayat,
2012). Menurut Kustiwan (1997) alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian merupakan dampak
dari proses transformasi struktur ekonomi (dari
pertanian ke industri) dan demografis (dari
perdesaan ke perkotaan) yang akan berimplikasi
juga pada transformasi sumber daya lahan dari
pertanian ke non pertanian.
Sawah/Ladang ke Industri
Banten Lampung
100%
Gambar 1. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
Perubahan Tata Guna Lahan dari Sawah ke 80%
Industri 60% Rendah
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
Sedang
40%
Penduduk di calon kaki JSS memperkirakan Tinggi
20%
akan terjadi perubahan tata guna pertanian ke non 0%
Tidak tahu
pertanian, yaitu industri, pertokoan/perkantoran Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai
dan permukiman. Jika dilihat kondisi saat ini sesuai
dengan RTRW Kota Cilegon dan Kabupaten Serang, Gambar 2. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
kedua wilayah ini diperuntukan sebagai kota Perubahan Tata Guna Lahan dari Sawah/
Ladang ke Industri
industri, masyarakat beranggapan bahwa industri Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah

136
Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan
Jembatan Selat Sunda
Dwi Rini Hartati dan Wirawan Widiyanto
Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non Jembatan Selat Sunda harus juga mengutamakan
pertanian khususnya industri diprediksi tinggi pembangunan infrastruktur penunjang di kawasan
oleh masyarakat dengan berbagai latar belakang. kaki sisi Pulau Sumatera sehingga bisa mengimbangi
Seperti yang terlihat dalam gambar 2. Persepsi tarikan pusat-pusat ekonomi dari Pulau Jawa.
masyarakat ini dapat dipengaruhi oleh kondisi saat
ini khususnya di wilayah Banten yang memang
terdapat banyak perusahaan industri besar, karena
wilayah Cilegon dan Serang merupakan wilayah
industri.

Banten Lampung
Gambar 4. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
Perubahan Tata Guna Lahan dari Sawah/
Ladang ke Permukiman
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
Banten Lampung
Gambar 3. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Selain berdampak pada peningkatan akses,
Perubahan Tata Guna Lahan dari Pertanian pembangunan JSS yang merupakan timbulan
ke Pertokoan/Perkantoran fasilitas baru, akan memicu pembangunan fasilitas
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah lainnya untuk menunjang keberlanjutan JSS ini.
Penggunaan lahan non pertanian selain industri Pembangunan prasarana dan sarana tersebut
adalah pertokoan/perkantoran atau kawasan akan menarik pertambahan penduduk di lokasi
komersial. Pergeseran lahan pertanian menjadi studi, karena kecenderungan masyarakat mencari
kawasan komersial ini juga diprediksikan oleh tempat tinggal dengan prasarana yang memadai.
masyarakat sekitar akan terjadi. Lahan pertanian Bertambahnya penduduk akan berdampak pada
yang berada di sepanjang jalur pergerakan kebutuhan ruang yang lebih banyak terhadap
komoditas hasil pusat-pusat ekonomi akan berubah permukiman, sehingga memicu perubahan
menjadi fasilitas-fasilitas komersial. penggunaan lahan dari pertanian ke permukiman.
Perubahan penggunaan lahan karena adanya sarana
Seperti halnya kekhawatiran masyarakat dan prasarana dibuktikan juga dalam penelitian
terhadap perubahan kawasan pertanian ke Hartanto (2014) yang menyatakan bahwa variabel
kawasan industri, perubahan ini bisa memberikan yang mempengaruhi perubahan guna lahan adalah
dampak menurunnya produksi hasil pertanian. aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan jumlah
Sebagai perbandingan, penelitian yang dilakukan penduduk. Hal ini juga diprediksi masyarakat
di Tangerang membuktikan bahwa konversi lahan di wilayah studi akan meningkatkan perubahan
pertanian mengakibatkan kerugian sebesar 3 milliar penggunaan lahan dari pertanian menjadi kawasan
rupiah selama sepuluh tahun karena hilangnya permukiman.
infrastruktur irigasi teknis (Tokuasa 2010). Hal
ini harus menjadi perhatian pemangku kebijakan Kekhawatiran masyarakat akan perubahan
terkait lahan pertanian di wilayah Banten yang lahan pertanian ke non pertanian ini bukan tidak
merupakan salah satu kegiatan basis bagi sebagian mungkin terjadi jika tidak diantisipasi sebelumnya.
besar penduduknya (Hendriana 2003). Serta Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non
lahan pertanian Kabupaten Lampung Selatan yang pertanian perlu mendapatkan perhatian khusus
menjadi sektor utama dalam dalam perekonomian dari pemerintah karena hal ini memicu pengurangan
Provinsi Lampung. produksi pertanian di wilayah studi. Jika hal
tersebut terjadi secara masive maka perubahan
Masyarakat melihat bahwa kebutuhan akan lahan ini dapat mengakibatkan dampak negatif, seperti
permukiman cukup tinggi setelah dibangunnya pendapat Sumaryanto dan Sudaryanto (2005)
Jembatan Selat Sunda. Perubahan tersebut lebih dalam Hidayat (2012) bahwa perubahan lahan
dominan di Banten dikarenakan Kabupaten pertanian ke non pertanian dapat mengakibatkan
Serang dan Kota Cilegon merupakan wilayah degradasi daya dukung ketahanan pangan nasional,
industri sehingga menarik pekerja-pekerja untuk pemubaziran investasi yang telah ditanamkan
bermukim di sekitar kawasan industri. Hal tersebut untuk lahan pertanian misalnya saja jaringan
perlu menjadi perhatian bahwa pembangunan irigasi teknis yang telah dibangun dibongkar karena

137
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139

perubahan fungsi lahanya, selain itu juga dampak


Sawah/Ladang ke Pertokoan / Perkantoran
lainnya yaitu secara ekonomi terjadi perubahan
mata pencaharian penduduk (Hidayat dkk 2012) 100%
dan secara sosial dapat juga merubah tatanan sosial 80%
budaya masyarakat setempat. Terlebih lagi menurut 60% Rendah
Najid dkk (2014) telah terjadi penyusutan luasan Sedang
40%
areal sawah potensial dengan irigasi di Banten dan Tinggi
20%
jalur Pantura yang diduga mencapai 60.000 ha/ Tidak tahu
tahun. 0%
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai

Antisipasi perlu dilakukan untuk kawasan yang


Gambar 6. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
memang diperuntukan sebagai kawasan pertanian. Perubahan Tata Guna Lahan dari Sawah/
Peruntukan lahan di Kota Cilegon sesuai RTRW Ladang ke Pertokoan/Perkantoran
memang diprioritaskan untuk kawasan industri, Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
namun di Kabupaten Serang sektor ekonomi yang
diunggulkan selain industri adalah pertanian.
Sehingga perlu adanya antisipasi agar kawasan yang
memang diperuntukan sebagai kawasan pertanian
di Serang tidak beralih fungsi.

Perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke


non pertanian ini juga telah diprediksikan dalam
kajian dampak pembangunan jembatan selat sunda
dengan model spasial dinamis yang dilakukan oleh
Banten Lampung
Badan Informasi Geospasial (BIG 2014). Menurut
BIG, pembangunan JSS memiliki implikasi pada Gambar 7. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
percepakan konversi lahan sawah menjadi lahan Perubahan Tata Guna Lahan dari
terbangun yang mengakibatkan pada pengurangan Permukiman ke Industri
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
produksi padi dan hilangnya mata pencaharian
petani. Selain itu penelitian lain juga menemukan telah dikuasai oleh pihak lain selain penduduk
bahwa konversi lahan pertanian di Serang pada lokal. Hal ini menunjukan bahwa seluruh lapisan
umumnya terjadi di lahan pertanian subur dan masyarakat memprediksi akan terjadi pergeseran
memiliki saluran irigasi teknis yang baik dirubah pertanian ke non pertanian pasca pembangunan
menjadi permukiman, industri dan infrastruktur JSS.
(Suprajaka 2012).
Selain lahan pertanian, masyarakat juga menilai
Kecenderungan kekhawatiran akan perubahan akan terjadi perubahan tata guna lahan dari
lahan pertanian ke non pertanian terjadi pada semua permukiman ke peruntukan lain. Salah satunya
elemen mayarakat dari berbagai latar belakang adalah permukiman ke industri, namun masyarakat
profesi, meskipun dapat dipastikan dampak yang buruh dan petani, menganggap perubahan ini
tidak baik secara ekonomi hanya akan dialami relatif rendah.
oleh masyarakat petani. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara tim surveyor yang mendapatkan Petani baik di Banten maupun di Lampung
informasi bahwa sebagian tanah di wilayah studi menilai tidak akan banyak perubahan penggunaan

Permukiman ke Industri
Sawah/Ladang ke Permukiman

100%
100%
80%
80%
60% Rendah
60% Rendah
Sedang
Sedang 40%
40%
Tinggi
Tinggi 20%
20%
Tidak tahu
Tidak tahu 0%
0%
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai

Gambar 8. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap


Gambar 5. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan dari
Perubahan Tata Guna Lahan dari Sawah/ Permukiman ke Industri berdasarkan Mata
Ladang ke Permukiman Pencaharian
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah

138
Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan
Jembatan Selat Sunda
Dwi Rini Hartati dan Wirawan Widiyanto

Permukiman ke Pertokoan Permukiman ke Pertokoan

100% 100%

80% 80%

60% Rendah 60% Rendah


Sedang Sedang
40% 40%
Tinggi Tinggi
20% 20%
Tidak tahu Tidak tahu
0% 0%
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai

Gambar 9. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Gambar 11. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
Perubahan Tata Guna Lahan dari Perubahan Tata Guna Lahan dari
Permukiman ke Industri di Banten Permukiman ke Pertokoan/Perkantoran
berdasarkan Mata Pencaharian berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah

lahan dari permukiman ke industri. Hal tersebut Peningkatan jumlah perusahaan tersebut akan
dapat dipicu karena masyarakat petani lebih menjadi daya tarik bagi pekerja baik dari dalam
khawatir akan terjadi konversi lahan pertanian maupun luar daerah (Bambang DS dan Billy
mereka ke industri maupun ke penggunaan lahan Tejaarief 2011).
yang lain.
Perubahan tata guna lahan dari permukiman
Masyarakat nelayan menganggap perubahan ke pertokoan/perkantoran (kawasan komersil)
permukiman ke industri tinggi, walaupun di Banten lebih dikhawatirkan oleh nelayan.
perubahan ini tidak secara langsung mempengaruhi Kekhawatiran tersebut sejalan dengan penelitian
mata pencaharian mereka, namun perlu juga yang telah dilakukan di Jembatan Suramadu yang
diwaspadai adanya dampak perubahan ini terhadap membuktikan bahwa pembangunan jembatan
masyarakat nelayan, terlebih jika hal ini terjadi ada Suramadu menimbulkan dampak negatif pada
masyarakat nelayan (Septanti dan Setyawan 2007).
Menurut Septanti dan Setyawan, pembangunan
Jembatan Suramadu mempengaruhi penurunan
income masyarakat nelayan karena berkurangnya
populasi ikan dan kerang. Hal ini dapat juga terjadi
pada pembangunan JSS. Kemungkinan terjadinya
konversi mata pencaharian nelayan karena
perubahan permukiman nelayan menjadi kawasan
komersil didukung karena berkurangnya income
Banten Lampung nelayan. Hal ini perlu mendapat perhatian agar
dampak negatif JSS terhadap kehidupan nelayan
Gambar 10. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap ini tidak terjadi seperti persepsi masyarakat, maka
Perubahan Tata Guna Lahan dari perlu dilakukan antisipasi dini.
Permukiman ke Pertokoan/Perkantoran
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah Adanya JSS, akan berimplikasi pada
permukiman nelayan, maka perlu juga diwaspadai pembangunan sarana dan prasarana akses. Baik
terjadinya kehilangan mata pencaharian masyarakat akses lokal maupun akses wilayah-wilayah di
nelayan. Namun masyarakat nelayan di Lampung sekitar JSS. Sehingga tingkat aksesibilitas di kaki
tidak terlalu mengkhawatirkan adanya perubahan JSS akan meningkat. Peningkatan aksesibilitas ini
tersebut. menurut Sujarto (1992) dalam Oktara (2011) akan
meningkatkan nilai ekonomi suatu lahan yang akan
Perubahan tata guna lahan dari permukiman ke menarik kegiatan yang menguntungkan. Sehingga
pertokoan dan perkantoran di lihat tidak signifikan. sesuai dengan persepsi masyarakat, kebutuhan
Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan lahan lahan untuk sarana yang menguntungkan tersebut
permukiman terus meningkat dari tahun ke tahun. akan meningkat, salah satunya adalah kawasan
Seiring dengan peningkatan aktifitas ekonomi di komersial berupa pertokoan dan perkantoran.
kawasan kaki Jembatan Selat Sunda, permintaan
akan permukiman untuk para pelaku ekonomi Persepsi Perubahan Tata Guna Lahan dari
juga akan meningkat. Keberadaan perusahaan- Pertokoan ke Industri
perusahaan atau industri juga menjadi daya tarik Perubahan tata guna lahan dari pertokoan
bagi tenaga kerja untuk membangun permukiman. ke industri tidak terlalu dikhawatirkan oleh

139
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139

masyarakat setempat. Hal tersebut tercermin dari Perluasan perkebunan (Banten)


80%
pendapat mereka bahwa hal tersebut kemungkinan
terjadinya rendah. Masyarakat Lampung cenderung 60%
menganggap hal tersebut rendah terjadi karena Rendah
51% responden menjawab rendah, sedangkan 40% Sedang
masyarakat Banten masih melihat kemungkinan Tinggi
20%
tersebut, dibuktikan dengan jawaban Tinggi dari Tidak tahu
27% responden. Hal tersebut karena perubahan ini
0%
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai
Pertokoan / Perkantoran ke Industri

100%
Gambar 14. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
Perubahan Tata Guna Lahan Perluasan
80% Perkebunan di Banten berdasarkan Mata
60% Rendah Pencaharian
Sedang Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
40%
Tinggi
20% Perluasan Perkebunan (Lampung)
Tidak tahu
0%
Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai 100%

80%
Gambar 12. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Rendah
60%
Perubahan Tata Guna Lahan dari
Sedang
Permukiman ke Industri berdasarkan 40%
Mata Pencaharian 20%
Tinggi
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah Tidak tahu
0%
dianggap tidak terlalu berdampak secara langsung Petani Nelayan Pedagang Buruh Pegawai
kepada masyarakat.
Gambar 15. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap
Elemen masyarakat yang akan mendapatkan Perubahan Tata Guna Lahan Perluasan
Perkebunan di Lampung berdasarkan
efek paling besar terhadap perubahan tata guna Mata Pencaharian
lahan dari pertokoan/perkantoran ke industri Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah
adalah masyarakat pedagang dan pegawai. Namun
demikian jika dilihat dari jawaban responden, Hal ini mengindikasi bahwa masyarakat tidak
masyarakat di kedua elemen ini tidak terlalu menilai bahwa pembangunan JSS berdampak baik
mengkhawatirkan hal tersebut. Perlu diwaspadai bagi kehidupan pertanian atau perkebunan di
kedua wilayah ini. Masyarakat petani di kedua
wilayah studi cenderung memiliki pendapat yang
sama, bahwa perkebunan tidak akan mengalami
perluasan. Hal tersebut menguatkan kekhawatiran
petani terhadap keberlanjutan mata pencaharian
mereka.

Hal ini menunjukan bahwa daerah terbuka tanpa


permukiman penduduk ataupun bangunan seperti
perkebunan dikhawatirkan malah akan menjadi
Banten Lampung
area yang berpotensi untuk berubah penggunaannya
Gambar 13. Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap menjadi penggunaan lain yang lebih komersial.
Perubahan Tata Guna Lahan Perluasan Seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian
Perkebunan
Sumber : Data advis JSS Puslitbang Sosekling 2013, diolah yang dilakukan oleh Setiadi (2007) bahwa semakin
rendahnya kepadatan penduduk, maka perubahan
adanya dampak terjadinya hal ini terhadap terhadap penggunaan lahan akan semakin besar
perdagangan penduduk lokal di calon kaki jembatan.
KESIMPULAN
Sejalan dengan persepsi masyarakat terhadap
perubahan lahan pertanian ke non pertanian, Dari penelitian ini disimpulkan bahwa masyarakat
masyarakat menilai bahwa pembangunan JSS tidak berpersepsi akan terjadi perubahan tata guna
akan mengakibatkan perluasan perkebunan. Hal lahan setelah dibangunnya Jembatan Selat
tersebut dinilai sama oleh kedua wilayah studi, Sunda. Masyarakat di Banten dan Lampung
Banten maupun Lampung. memprediksikan akan terjadi perubahan tata
guna lahan dari pertanian ke non pertanian yang

140
Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan
Jembatan Selat Sunda
Dwi Rini Hartati dan Wirawan Widiyanto
cukup signifikan. 50 persen responden menganggap DAFTAR PUSTAKA
akan terjadi pertumbuhan permukiman akibat
pembangunan JSS, begitu juga pertumbuhan Anugerah K Fanny. 2005. Analisis Faktor- F a k t o r
industri dan kawasan komersial berupa pertokoan yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah
dan perkantoran. ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten
Tangerang. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Pertumbuhan pertokoan dan industri dianggap Bambang DS dan Billy Tejaarief. 2011. Studi Zonasi
oleh masyarakat tidak mengambil lahan pertanian dan Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
namun juga lahan permukiman. Namun demikian, Ekonomi di Rencana Lokasi Pembangunan
seperti yang dibuktikan oleh Setiadi (2007) bahwa Jembatan Selat Sunda di Provinsi Banten.
lahan terbuka lebih berpotensi untuk berubah Prosiding SnaPP2011 Sains, Teknologi dan
menjadi kawasan komersial daripada permukiman, Kesehatan. 2(1) 505-514.
responden juga menilai perubahan pertanian ke Effendi, M. 2013. Dampak Pembangunan Jembatan
kawasan komersial lebih tinggi kemungkinannya Suramadu Terhadap Perekonomian Pulau
daripada permukiman ke kawasan komersial. Jawa. Skripsi Universitas Diponegoro
Perubahan lahan pertanian ke non pertanian di Semarang.
rencana kaki JSS perlu mendapatkan perhatian. Hadi Salehi, E., & Ramı´rez, M. T. 2003. Institutions,
Sesuai dengan berbagai penelitian lain bahwa infrastructure, and economic growth. Journal
terbangunnya sarana dan prasarana aksesibilitas of Development Economics 70 : 443 – 477.
akan menjadi daya tarik tersendiri baik kepada Hartanto, Abdul Aziz dan Wisnu Pradoto. 2014.
investor penanam modal maupun penduduk. Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Terhadap
Pertumbuhan kegiatan ekonomi non pertanian dan Perubahan Pola dan Struktur Ruang Kawasan
pertumbuhan permukiman merupakan hal yang Sidomulyo Ungaran Timur. Jurnal Teknik
perlu dikendalikan sesuai dengan RTRW masing- PWK 3(4) : 729-737.
masing wilayah. Pembangunan JSS akan menjadi Hendriana, Refi. 2003. Studi Pola Ruang Aliran
triger terhadap perubahan lahan terbuka menjadi Komoditas Pertanian Unggulan Antar Wilayah
bangunan, yang jika tidak dikendalikan sesuai dengan di Propinsi Banten. Tugas Akhir Universitas
fungsi lahannya akan menimbulkan dampak negatif. Diponegoro.
Perubahan lahan yang berfungsi sebagai lahan Hidayat, Hadi Agung, Usamah Hanafie, Nurmelati
pertanian ke non pertanian akan mempengaruhi Septiana. 2012. Dampak Konversi Lahan
hasil pertanian yang akan mengganggu kestabilan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani di
penyediaan bahan pangan nasional. Kelurahan Landasan Ulin Barat Kecamatan
Liang Anggang Kota Banjarbaru. Jurnal
Perubahan penggunaan lahan ini secara langsung Agribisnis Perdesaan 2 (2).
juga akan berpengaruh terhadap mata pencaharian Hidayat, S. 2012. Kebijakan Pembangunan
masyarakat setempat. Perubahan lahan pertanian ke Infrastruktur Fisik Analisis Dampak Sosial
non pertanian akan mengancam mata pencaharian Ekonomi Pembangunan Jembatan Suramadu–
petani. Tergusurnya permukiman nelayan, akan Jawa Timur. Disertasi Universitas Brawijaya.
berpengaruh terhadap mata pencaharian nelayan Ihsannudin, A. Z. 2013. Dampak Keberadaan
itu sendiri. Berkurangnya perkebunan juga akan Jembatan Suramadu Terhadap Nilai Tanah
berakibat kepada mata pencaharian pekerjanya. di Wilayah Kaki Jembatan Sisi Madura.
Sumber daya manusia yang saat ini menekuni Agriekonomika 2 (1) : 2.
mata pencaharian mereka belum tentu memiliki Kustiwan, Iwan. 1997. Permasalahan Konversi
kapabilitas untuk menyesuaikan diri dengan kondisi Lahan Pertanian dan Implikasinya Terhadap
perubahan tersebut, sehingga perlu dilakukan Penataan Ruang Wilayah Studi Kasus Wilayah
langkah antisipasi timbulnya pengangguran. Pantura Jawa Barat. Jurnal PWK 8(1) : 49-60.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah Oktara, R. 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap
terjadinya perubahan tatanan hidup yang mungkin Pembangunan Jalan Lingkar Utara Kota Solok
akan mengikuti perubahan penggunaan lahan yang Provinsi Sumatera Barat. Tesis Program
drastis akibat pembangunan JSS. Magister Ilmu Lingkungan Undip.
Permana, C. D. 2010. Analsisi Peranan dan
UCAPAN TERIMAKASIH Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap
Perekonomian Indonesia : Analisis Input
Terimakasih kepada Tim Advis Jembatan Selat
Output. Jurnal Mamajemen dan Agribisnis
Sunda Puslitbang Sosekling 2014 Enfy DIana Dewi,
7(1).
Andi Suriadi, Masmian Mahida, Aldina Rani Lestari
Pradhitasari, H., & Syabri, I. 2014. Analisis Dampak
dan Tim PIPM UGM atas ijinnya dalam menggunakan
Rencana Investasi Jembatan Selat Sunda
data untuk tulisan ini.
141
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139

Terhadap Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. 147-154.


Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 3 (2) :
295-304. BIG. 2014. Model Spasial dinamis Untuk Menganalisis
Puslitbang Sosekling. 2013. Dampak Pembangunan Kajian Dampak Pembangunan Jembatan Selat
JSS Terhadap Pilihan Moda Transportasi sunda. http://www.bakosurtanal.go.id/
Masyarakat Lokal. Jakarta: Puslitbang berita-surta/show/big-sajikan-\model-
Sosekling. spasial-dinamis-untuk-menganalisis-kajian-
Seldadyo, Harry. 2009. Pemekaran Daerah dan dampak-pembangunan-jembatan-selat-
Kesejahteraan Rakyat: Mencari Jalan lternatif. sunda (Diakses 31/03/2014).
UNDP-BAPPENAS. ISBN: 978-979-17554-2-9.
Septanti, D., dan Setyawan, W. 2007. Dampak
Pembangunan Jembatan Suramadu terhadap
Permukiman Nelayan di Kawasan Sekitar
Kaki Suramadu Surabaya (Studi Kasus
: Permukiman Nelayan di Sekitar Kaki
Suramadu Surabaya). Laporan Akhir ITS.
Setiadi, Y. 2007. Kajian Perubahan Penggunaan Lahan
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota Undip.
Suparjo. 2012. Perubahan Penggunaan
Tanah (Sebagai Kajian Hukum Rencana
Pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Prosiding Konferensi Nasional Infrastruktur
Dampak Pengembangan Kawasan Strategis
dan Infrastruktur bagi Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia Menyongsong Pembangunan
Selat Sunda DRPM UI .
Suprajaka dan Magista Dana Fitria. 2012. Analisis
Dinamika Pemanfaatan Lahan Pertanian di
Kota dan Kabupaten Serang (Studi Kasus:
Kecamatan Kramatwatu, Kasemen, Dan
Pontang). Jurnal Planesa 3 (1).
Suriadi Andi, Masmian Mahida, Aldina Rani Lestari.
2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak
Sosial Ekonomi Rencana Pembangunan
Jembatan Selat Sunda. Jurnal Sosial Ekonomi
Pekerjaan Umum (7) 1.
Syahbuddin Haris. 2005. Jangan Lupa Swasembada
Pangan. Inovasi 4(XVII) : 2-7.
Tamin, M. D., dan Frazila, I. R. 1997. Penerapan
Konsep Interaksi Tata Guna Lahan - S i s t e
m Transportasi dalam Perencanaan Sistem
Jaringan Transportasi. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota 8(3):34.
Widayati, R. 2010. Formulasi Model Pengaruh
Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap
Angkutan Kota di Kota Depok. Jurnal Tata
Guna Lahan.

Yanti, A. T. 2013. Dampak Kebijakan Pembangunan


Jembatan Suramadu Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Dalam Pengembangan
Wilayah Jembatan Suramadu (Studi Di Desa
Sukolilo Barat Kecamatan Labang Kabupaten
Bangkalan). Jurnal Administrasi Publik 1 (2) :

142

Anda mungkin juga menyukai