Anda di halaman 1dari 17

Pengertian, Sejarah,

dan Manfaat
Analisis Wacana
Kelompok 1

Aldha Naila Rahmadani NIM.1805110028


Annisa Rahmi NIM.1805110295
Pengertian
Analisis Wacana
Asal mula istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu wac/wak/vac yang berarti berkata atau berucap.

Istilah wacana juga merupakan terjemahan dari bahasa


Inggris, yaitu discourse. Kata tersebut berasal dari bahasa
latin, yaitu discursus yang berarti ‘lari kesana kemari’ atau
‘lari bolak balik’.

Dalam kamus Webster, istilah tersebut diperluas menjadi


(1) komunikasi kata-kata, (2) ekspresi gagasan-gagasan,
dan (3) risalah tulis berupa ceramah, pidato, dan lain
sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wacana
merupakan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan
dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel,
buku, artikel, pidato, atau khotbah.

Menurut Kridalaksana (dalam Muljani, 2014:1), wacana


adalah satuan bahasa yang terlengkap; dalam hierarki
linguistik merupakan satuan bahasa tertinggi atau terbesar..

Menurut Tarigan (dalam Setiawati, 2019:4), wacana


merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi
dan kohesi.
Wacana dapat disimpulkan sebagai satuan bahasa yang
tertinggi atau terbesar, terdiri atas kalimat atau klausa
yang utuh dan padu yang dinyatakan dalam bentuk lisan
(seperti pidato, ceramah, kuliah, khotbah, dialog, dan
sejenisnya) maupun dalam bentuk tertulis (seperti cerpen,
novel, buku, surat dan sejenisnya).

Analisis wacana merupakan usaha penelaahan atau


pengkajian bahasa serta perilaku berbahasa.
Sejarah
Analisis Wacana
Analisis wacana berkembang ketika
seorang linguis bernama Zellig Sabbettai
Harris menulis dan memublikasikan
artikelnya yang berjudul Discourse Analysis
pada tahun 1952.
Harris mengemukakan pentingnya mengkaji
bahasa secara komprehensif, tidak hanya terhenti
pada aspek internal-struktural. Aspek eksternal
yang melingkupi kalimat secara kontekstual justru
penting dikaji demi mendapatkan informasi yang
sejelas-jelasnya.

Bloomfield (1887-1949), seorang linguis aliran


strukturalisme yang sangat berpengaruh pada saat
itu, menyatakan kajian linguistik harus menelaah
bentuk dan isi bahasa, bukan mengkaji lainnya.

Akibatnya, imbauan Harris untuk keluar dari


kungkungan Bloomfield dan mengembangkan kajian
linguistik kurang mendapat tanggapan saat itu.
Jauh sebelum itu, di Inggris, Firth (1935) menganjurkan
agar para linguis menelaah bahasa percakapan.
Menurutnya, bahasa itu hanya mempunyai makna bila
berada dalam suatu konteks.

Sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh Brown


dan Yule tentang menginterprestasikan makna sebuah
ujaran itu perlu memperhatikan konteks, yang
meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi.
Menurut Arifin (2010:105-106), analisis wacana
sebagai disiplin ilmu dengan metodologi yang
jelas dan eksplisit, baru benar-benar
berkembang dan tersebar hingga ke Indonesia
pada awal tahun 1980-an.

Beberapa buku kajian wacana yang terbit pada


masa itu:

• Stubbs (1983),
• Brown dan Yule
(1983),
• Van Dijk (1985)
Sedangkan di Indonesia,

Kridalaksana Dardjowidjojo
(1978) (1986)

Menulis artikel dengan


Menulis makalah dengan
judul Keutuhan Wacana,
judul Benang Pengikat
memuat aspek yang
Wacana, membahas
memperlihatkan keutuh-
benang pengikat
an wacana yang dapat
wacana yang dapat
dibedakan atas aspek
memadukan informasi
semantik, leksikal,
antarkalimat dalam
gramatikal, dan
suatu wacana.
fonologis,
Samsuri Moeliono dkk.
(1987) (1988)

Menulis buku berjudul


Analisis Wacana yang
menguraikan aspek Menulis buku berjudul
kajian wacana berupa Tata Bahasa Baku
konteks wacana, topik, Bahasa Indonesia yang
tema, dan judul wacana, terdapat satu bab uraian
kohesi dan koherensi tentang wacana.
wacana, serta referensi
wacana,
Tallei (1988)

Menulis disertasi yang berjudul


Keterpaduan, Keruntutan, dan
Keterbacaan Wacana Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar: Suatu Kajian
Analisis Wacana.
Manfaat
Analisis Wacana
Dapat Membantu masyarakat dapat memahami
1 berbagai permasalahan yang sering terjadi
sekaligus mencari solusinya.

Dapat Membantu masyarakat dapat memahami


2 berbagai permasalahan yang sering terjadi
sekaligus mencari solusinya.
Kajian wacana juga dapat mengungkap
3 berbagai fakta, idealisme yang akan tersirat
dalam sebuah wacana guna dapat mengetahui
maksud atau tujuan penulis wacana tersebut.

4 Membongkar nilai-nilai yang akan terkandung


dalam sebuah wacana.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai