Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebanyakan bayi adalah matur, sehat dan terbentuk sempurna pada saat lahir, tetapi

dalam presentase kecil tidaklah demikian. Bagi mereka yang mengalami hal demikian,

deteksi dan penanganan awal terhadap masalah adalah penting.

Sebetulnya semua bayi yang berkembang dibawah normal disebut premature

kemudian diketahui bahwa baik usia gestasi dan pertumbuhan yang diukur melalui berat

badan merupakan indicator penting terhadap derajat resiko yang sesuai. Berbicara sesuai

umum, bayi paterm dan mereka dengan BBLR memiliki tingkat mortalitas yang tinggi

dibandingkan dengan bayi lahir fullterm dengan berat badan yang sesuai. Bayi yang memiliki

masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan biasanya mengalami gangguan pernafasan,

neurology dan terminal.

Namun belakangan ini teknologi kedokteran sangat maju. Jaman dulu bayi prematur

yang lahir usia 6 bulan ke bawah (25 minggu atau kurang) hamper tidak ada harapan hidup

sama sekali. Boleh dibilang hampir semuanya mati. Karena kemajuan kedokteran sekarang,

bayi lahir prematur sekitar 6 bulan bisa dipertahankan hidupnya.

Pada mulanya tim dokter dan orang tua senang dengan adanya teknologi ini. Mereka

bisa menyelamatkan nyawa bayi yang pada jaman dulu sudah hampir pasti akan mati jika

lahir usia kandungan 25 minggu atau kurang. Karena teknologi ini sangat baru, efeknya tidak

terlalu diketahui. Sampai pada akhirnya ada yang mempelajari efek bayi prematur. Dan

hasilnya bahwa bayi prematur yang diselamatkan dahulu hanya 25% yang bisa dianggap

nomal. Dari jumlah yang sedikit itupun, sebagian besar kecerdasannya sangat terbatas

(bodoh). 75% sisanya mengalami berbagai macam kelainan, dari gagal ginjal, problem

dengan jantung, sampai pada keterbelakangan mental akut.


2

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Mampu untuk mengidentifikasi dan memberikan asuhan keperawatan pada bayi prematur

2. Tujuan Khusus

a. Mereview anatomi dan fisiologi pada bayi premature

b. Menjelaskan pengertian bayi premature

c. Menjelaskan etiologi bayi premature

d. Menjelaskan patofisiologi bayi premature

e. Menjelaskan penatalaksanaan bayi premature

f. Mengidentifikasi asuhan keperawatan bayi.


3

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Vital Statistik

a. Berat badan bayi baru lahir tergantung dari factor nutrisi, genetic dan factor

intrauterine selama kehamilan. Pengelompokan berat badan bayi baru lahir membantu

dalam mengidebtifikasi risiko terhadap neonatus karena berat badanyang kecil

kemungkinan memiliki masa gestasi yang kecil. Bayi matur memiliki berat badan kira

– kira 3,4 kg pada perempuan dan 3,5kg pada laki – laki. Batas berat badan terendah

bagi bayi matur adalah 2,5 kg. bayi dengan berat badan lahir sekitar 4,7 kg harus

dicurigai terhadap adanya diabetes mellitus pada ibunya. Sekitsr 75 % - 95 % berat

badan bayi merupakan cairan tubuhnya. Bayi akan kehilangan cairan sekitar 5 % - 10

% pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Setelah mengalami kehilangan

cairan yang inisial, maka bayi akan mengalami berat badan yang stabildalam waktu

10 hari. Kemudian akan bertambah sebanyak 6 – 8 ons/ minggu pada 6 bln pertama

kelahiran.

b. Panjang badan bayi baru lahir kira – kira 53 cm pada perempuan dan pada bayi laki –

laki memiliki panjang badan 54 cm.

c. Lingkar kepala baru lahir adalah 34 – 35 cm. Bayi baru lahir dengan lingkar kepala

lebih dari 37 cm atau kurang dari 33 cm harus diidentifikasi mengenai adanya

kelainan neurology. Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang

dilakukan pada tengah – tengah dahi sehingga kepala belakang dapat terukur.

d. Lingkar dad pada bayi baru lahir adalah 2 cm kurang dari lingkar kepala. Pengukuran

dilakukan tepat diatas nipple, yakni tonjolan berpigmen pada permukaan anterior

kelenjar mamae. Dikelilingi oleh areola, tempat keluarnya air susu dari payudara.

2. Tanda Vital

a. Temperature

Suhu tubuh bayi baru lahir adalah 37,2 ˚C, suhu tubuh ini dapat menurun dengan

cepat karena kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir melalui 4 cara,

yaitu :

1) Konfeksi
4

Adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh menuju udara sekitar yang lebih

dingin.

2) Konduksi

Adalah transfer panas pada obyek/ benda yang lebih dingin tanpa kontak denagn

tubuh bayi.

3) Radiasi

Adalah transfer panas pada obyek yang lebih dingin tanpa kontak dengan tubuh

bayi.

4) Evaporasi

Adalah kehilangan panas karena ada penguapan.

b. Nadi

Tekanan nadi fetus yang masih dalam kandungan adalah 120 – 160 bpm. Segera

setelah lahir, dimana bayi akan berjuang untuk bernafas, maka denyut jantung

menjadi cepat sekitar 180 bpm. Beberapa jam setelah lahir, denyut jantung akan stabil

sekitar 120 – 140 bpm. Denyut jantung pada bayi baru lahir biasanya irregular karena

kardiolegulator di medulla belum matang.Murmur biasanya terjadi akibat penutupan

inkomplit pada sirkulasi. Pada saat menangis, denyut jantung menjadi 180 bpm dan

pada saat tidur 90 – 110 bpm.

c. Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir adalah 80X/ mnt, setelah beberapa menit kehidupan.

Setelah aktivitas pernafasan dipertahankan, maka menjadi stabil sekitar 30 – 60X/

mnt dalam keadaan istirahat. Kedalaman ritme masih irreguler dan terjadi apnea yang

singkat tanpa sianosi yang disebut pernafasan periodik dan merupakan keadaan

normal. Reflek batuk dan bersin pada bayi baru lahir dilakukan untuk membersihkan

saluran nafas.

d. Tekanan darah

Tekanan darah bayi baru lahir adalah 80/ 46 mmHg.Setelah 10 hari akan meningkat

ketika bayi menangis.


5

B. Definisi Penyakit

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. Bayi baru

lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut bayi prematur.

Bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari sama dengan

37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Donna L Wong 2004)

Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke-37, dihitung dari mulai

hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek (Nelson.

1998 dan Sacharin, 1996)

Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan

WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :

1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.

2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.

3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.

(Martono, Hari. 2007)

Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari

dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007)

Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005)

C. Etiologi

Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. 15% dari kelahiran

prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin). Di

negeri maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6% - 7%, sedangkan di

negeri yang sedang berkembang angka kematian ini kurang lebih 3X lipat.

1. Faktor ibu

a. Ras (wanita keturunan afrika – amerika memilki resiko lebih tinggi).

b. Ibu hamil kurang dari 18 tahun (kehamilan usia muda)

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada

multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah

pada usia ibu antara 26 – 35 tahun.

c. Ibu menderita hipertensi dan atau kelainan jantung


6

d. Ibu mengalami pendarahan yang jika tidak ditangani denagn mengakhiri kehamilan

dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi

e. Ibu mengalami trauma akibat aktivitas fisik berlebihan

f. Ibu perokok, mengkonsumsi alkohol, penyalahgunaan obat

g. Ibu menderita disbetes

h. Keadaan sosial ekonomi (keadaan gizi yang buruk)

i. Stress

j. Ibu pernah mengalami keguguran (abortus) atau melahirkan bayi premature pada

riwayat kehamilan sebelumnya. (Hassan, Delina. 2006)

k. Kelainan anatomi pada rahim atau leher rahim

Lemahnya bagian bawah rahim atau disekitar mulut rahim (serviks) sehingga rahim

akan terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38 minggu.

l. Faktor uterus

m. Kelainan bentuk rahim, misalnya uterus lebih berbentuk seperti buah pear, atau uterus

terpisah menjadi dua ruang (Uterus Bifidus)

n. Ketuban pecah sebelum waktunya

o. Adanya infeksi seperti saluran kemih yang tidak diobati

p. Pemeriksaan kehamilan

2. Faktor janin / bayi

a. Kehamilan ganda

b. Hidramnion (kelebihan cairan ketuban)

c. Bayi memiliki kelainan bawaan

d. Gawat janin

e. Infeksi

f. Bayi memiliki pertumbuhan yang sangat lambat saat di dalam kandungan.

D. Patofisiologi

Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas. Data statistik

menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi

rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan

antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan,

infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi

prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
7

menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar

sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh

bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus

untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.


8

PATHWAY Premaurita

Faktor Ibu Faktor Plasenta Fator Janin

Dinding otot rahim bagian bawah lemah

Bayi lahir prematur (BBLR/ berat badan < 2500 gram)

Permukaan tubuh Jaringan lemak Penuruna daya Fungsi organ-


relatif lebih luas subkutan lebih tipis tahan tubuh organ belum baik

Pemaparan dengan Resiko infeksi


suhu luar

Kehilangan panas

Kekurang cadangan energi


Resiko
Ketidakseimbangan Malnutrisi Hipoglikemia
suhu tubuh

Ikterus Neonatus Hiperbilirubin Konjugasi bilirubin belum baik Hati

Ketidakefektifan Pola Nafas Insuf pernafasan Pertumbuhan dinding dada dan Paru
vaskuler paru belum sempurna

Penykit membran hialin

Menyusui Tidak Efektif Reflek menelan belum sempurna Otak

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Usus

Peristaltik belum sempurna Dinding Lambung Lunak

Pengosongan lambung Mudah kembung


belum baik

Gangguan Motilitas
Gastrointestinal
9

E. Penatalaksanaan medis

1. Perawatan di Rumah Sakit

Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan

dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka

perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu

pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di

lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai

yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan

lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah

hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam

keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap

normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat

badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg

adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan

incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada

bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C

perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia

dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.

Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan

meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu

petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh

bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang

diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan

panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang

dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di

kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu

kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat

ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.

Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk

pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,


10

pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal

sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.

b. Pemberian ASI pada bayi premature

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu

pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang

melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang

melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4

minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature (<30>

Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal

ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak

tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau

kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,

peristaltik lambat.

Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu

dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan

ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,

pipet ataupun pipa lambung.

1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat

langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI

belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali

sehari.

2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap

belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok

/ cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram

(30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI

perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.

3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>

c. Makanan bayi

Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang

disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari),

agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
11

diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3

jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan

lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan

mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum

pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau

lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram

kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari

pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).

Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan

jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang

diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada

akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya

tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan

daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu

dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki

keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan,

keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH,

Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang

terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik

dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi

silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan

dengan bayi.

Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :

1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak

terkena infeksi

2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi

3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama

seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan

dengan cairan antisptik)

4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu


12

5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri

6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan

7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi

8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya

9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

e. Minum cukup

Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu

sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu

dilakukan dengan menggunakan pipet.

f. Memberikan sentuhan

Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi

prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan

kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.

g. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi

beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak

ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS

yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau

beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan

kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).

2. Perawatan di rumah

a. Minum susu

Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa

Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan

memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI

eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang

menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.

b. Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum

stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan

sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa

dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
13

c. Pastikan semuanya bersih

Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua

harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus

meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan

sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.

d. BAB dan BAK

BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu

dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi

susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain

kecuali segera membawanya ke dokter.

e. Berikan stimulus yang sesuai

Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,

menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar –

gambar dan mainan berwarna cerah.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia

Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl

2. Pemantauan gas darah arteri

Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 –

45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.

3. Kimia darah sesuai kebutuhan

Hb (Hemoglobin)

Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl

Ht (Hematokrit)

Ht normal berkisar 45% - 53%

LED darah lengkap untuk anak – anak

Menurut :

Westerfreen : 0 – 10 mm/jam

Wintrobe : 0 – 13 mm/jam

Leukosit (SDP)

Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 –

225.000/ mm³.

Trombosit
14

Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.

Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)

Adalah 14 – 27 mEq/ L

Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)

Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.

MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM

MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel

MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³

Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5

4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan

5. Penyimpangan darah tali pusat

G. Kasus Asuhan keperawatan 3S

KASUS:

Bayi prematur, gestasi 32 minggu, berat 1500 gram, AS 10/10, lahir spontan karena

pecah ketuban, tiba di RS rujukan usia 4 jam. Menangis lemah, suhu 35 derajat celsius.

Gula 15 mg/dL.

1. Pengkajian

a. Data Demografi

o ”Permisi bu, nama ibu siapa? ” (untuk mengakrabkan dengan pasien)

b. Pengkajian dasar neonatus

1) Sirkulasi

o ”Maaf bu, saya mau memeriksa nadi bayi ibu apakah normal atau tidak?” (Nadi

apical mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal 120 sampai

160 dpm)

o Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus paten

(PDA)

2) Makanan / cairan

o ”Apakah bayi ibu mau menyusu saat bayi ibu menangis karena merasa

kehausan?” (Disesuaikan denga berat badan bayi kurang dari 2500 gram)

3) Neurosensori

o ”Kalau saya boleh tahu, bisa ibu ceritakan tentang bentuk badan bayi ibu?”

(Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut)


15

o ”Apakah antara bentuk kepala dengan badan lebih besar bentuk kepalanya?”

(Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin

mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar)

o ”Apakah pada saat melihat mata bayi ibu bisa melihat ke kanan dan kekiri, atau

bisa melihat ke atas?” (Dapat mendemontrasikan kedutan mata berputar)

o ”Apakah kelopak matanya terlihat agak bengkak?” (Edema kelopak mata umum

mungkin terjadi, mata mungkin merapat (tergantung pada usia gestasi))

o Refleks tergantung pada usia gestasi :

Rooting terjadi dengan baik, pada usia gestasi minggu ke-32

Refleks sucking / menghisap, menelan dan bernafas biasanya terbentuk

pada usia gestasi minggu ke-32

Refleks moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka

tangan) tampak pada gestasi minggu ke-28

Komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)

tampak pada gestasi minggu ke-32

o Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

4) Pernafasan

o Skor apgar mungkin rendah

o ”Waktu bernafas apakah bayi ibu nafasnya agak tersengal – sengal?”

(Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik

intermitten atau periodik (40 – 60 x/ mnt))

o ”Kadang terdengar suara seperti mengorok tidak bu sewaktu bayi ibu sedang

tidur?” (Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau

substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada)

o Adanya bunyi ”ampelas” pada auskultasi, menandakan sindrome distres

paernafasan (RDS)

5) Keamanan

o ”Apakah bayi ibu kadang – kadang tubuhnya terasa panas kemudian panasnya

turun lagi?” (Suhu berfluktasi dengan mudah)

o Bu, bagaimana suara tangisan anak ibu? Keras atu pelan? (Menangis mungkin

lemah)

o ”Muka bayi ibu terlihat agak bengkak tidak?” (Wajah mungkin memar,

mungkin ada kaput suksedaneum)


16

o ”Kulit pada bayi ibu tampak merah tidak bu?” (Kulit kemerahan atau tembus

pandang, warna mungkin merah muda / kebiruan akrosianosis atau sianosis

pucat)

o ”Apakah tangan dan kaki pada bayi ibu terlihat agak bengkak?” (Ekstremitas

mungkin tampak edema)

o ”Apakah ada atau tidak garis pada telapak tangan bayi ibu?” (Garis telapak

tangan mungkin ada mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak)

o ”Apakah kuku – kuku pada bayi ibu tampak lebih pendek?” (Kuku mungkin

pendek)

6) Seksualitas

o Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa – gesa

o Genitalia, labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan

klitoris menonjol, testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau

tidak ada pada skrotum.

c. Pengkajian riwayat ibu

Faktor yang dapat memperberat persalinan preterm

o ”Maaf bu, bisa sebutkan berapa usia ibu sekarang” (Usia muda)

o ”Maaf kalau boleh tau apakah penghasilan dari suami ibu bisa mencukupi semua

kebutuhan keluarga” (Latar belakang sosial ekonomi rendah)

o ”Kapan terakhir ibu hamil/ melahirkan” (Rentang kehamilan dekat)

o Gestasi multiple

o ”Pada saat hamil apakah kebutuhan makanan sehat ibu bisa terpenuhi?” (Nutrisi

buruk)

o ”Apakah pada saat melahirkan dulu usia kandungan ibu juga belum cukup bulan?”

(Kelahiran preterm sebelumnya)

d. Pengkajian riwayat kesehatan ibu

o Komplikasi obstetrik seperti abrupsio plasenta

o Ketuban pecah dini

o Dilatasi serviks prematur

o Adanya infeksi

o Penggunaan obat yang diresepkan


17
TUGAS ASKEP

Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi

D.0029 Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan Tujuan : Intervensi : Bottle Feeding

prematuritas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 1) Posisikan bayi semi fowler.

1. Bayi prematur gestasi 32 minggu bayi dapat diberikan minum ASI dengan efektif. 2) Letakkan pentil dot di atas lidah bayi.

2. BB 1500 gram Kriteria Hasil: 3) Monitor atau eveluasi reflek menelan sebelum

3. Suhu 35 0C 1) Tetap mempertahankan laktasi. memberikan susu.

4. Menangis lemah 2) Perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam batas 4) Tentukan sumber air yang digunakan untuk

5. Gula darah 15 mg/dL normal. mengencerkan susu formula yang kental atau dalam

6. AS 10/10 3) Kemampuan penyedia perawatan dalam melakukan bentuk bubuk.

penghangatkan, pencairan, dan penyimpanan ASI secara 5) Pantau berat badan bayi setiap hari.

aman. 6) Bersihkan mulut bayi setelah bayi diberikan susu.

4) Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari. Lactation Suppression

5) Tidak ada respon alergi sistemik pada bayi. 1) Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu

6) Status respirasi seperti jalan napas, pertukaran mempertahanan keberhasilan proses pemberian ASI.

gas, dan ventilasi napas bayi adekuat. 2) Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik

7) Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal. memompa ASI (secara manual atau elektrik), cara

mengumpulkan dan menyimpan ASI.


18

D.0148 Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh Tujuan : Intervensi :

berhubungan dengan penurunan jaringan lemak subkutan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1) Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,6˚C-

1. Bayi prematur gestasi 32 minggu 1x24 jam termoregulasi bayi menjadi seimbang. 37,2˚C).

2. BB 1500 gram Kriteria Hasil: 2) Pantau suhu tubuh bayi sampai stabil.

3. Suhu 35 0C 1) Suhu badan dalam batas normal (36,6˚C-37,2˚C). 3) Pantau tanda-tanda vital dengan tepat.

4. Menangis lemah 2) Tanda-tanda vital dalam batas normal. 4) Pantau warna dan suhu kulit.

5. Gula darah 15 mg/dL 3) Hidrasi adekuat. 5) Pantau dan laporkan adanya tanda hipotermi dan

6. AS 10/10 4) Tidak menggigil. hipertermi.

5) Gula darah dalam batas normal (> 45 mg/dL). 6) Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.

6) Kadar bilirubin dalam batas normal (0,3-1,0 mg/dL). 7) Tempatkan bayi pada inkubator atau infant warmer.

8) Gunakan matras panas dan selimut hangat yang

disesuaikan dengan kebutuhan.

9) Monitor suhu minimal tiap 2 jam.

10) Gunakan matras sejuk dan mandikan bayi dengan air

hangat untuk menyesuaikan dengan suhu tubuh dengan

tepat.
19

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, M. E. 2001. Rencana Maternal Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI
Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Bagian IKA FKUI
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai