Diksi “surat cinta” yang muncul dalam judul dan baris-baris puisi
mengisyaratkan adanya metonimi atau pemanfaatan sifat/ciri untuk menandai
sesuatu. Surat cinta adalah pertanda adanya cinta dari penulisnya kepada
pembacanya. Surat cinta juga menandai adanya rasa bahagia, baik dari penulis
maupun pembacanya. Dalam puisi ini, surat cinta mengisyaratkan adanya
kebahagiaan dan sesuatu yang menyenangkan. Hal ini didukung oleh baris yang
mengandung simile /seperti hujan yang jatuh ritmis/ dan /seperti misalnya gurun
yang lelah, dilepas embun cahaya/. Dalam hujan yang jatuh ritmis, suara air akan
terdengar melodius dan enak didengar. Sementara itu, dalam gurun yang lelah
terkandung makna tempat yang tidak nyaman karena panas ketika siang hari dan
gelap ketika malam hari. Namun, ketika gurun yang tidak nyaman itu dipenuhi
dengan embun dan cahaya, maka gurun itu akan berubah menjadi tempat yang
sangat nyaman. Hal ini sebagaimana bumi yang bisa menjadi tempat yang
nyaman untuk hidup bagi umat manusia. Hanya Tuhanlah yang mampu
memberikan kebahagiaan dan cinta seperti ini.
***