Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PEMEROLEHAN BAHASA

PERTAMA
Tiap orang mempunyai potensi yang sama dalam
menguasai bahasa, tetapi proses dan sifat penguasaannya
berlangsung secara dinamis dan bertahap. Terkait hal itu,
kita mengenal dua istilah yaitu language ecquisition
pemerolehan bahasa dan language learning pembelajaran
bahasa. Kridalakasana (2021: 159) berpendapat bahwa
pemerolehan bahasa adalah pemahaman dan penghasilan
bahasa melalui tahap meraban hingga terbentuk kefasihan.
Strategi pemerolehan bahasa pertama adalah upaya seseorang
untuk memperoleh bentuk-bentuk tuturan yang mudah
dipahami oleh petutur.

Strategi ke-1/strategi peniruan


Hal yang diucapkan oleh orang tua akan ditirukan oleh
anaknya. Kecuali itu, ketika orang tua melakukan aktivitas
tertentu, anak pun mengikutinya. Contohnya, orang tua
membuka buku, anak pun ikut membuka buku. Bentuk-
bentuk tiruan itu dilakukan oleh sang anak secara terus-
menerus.
Pernahkah Anda mendengarkan anak yang menanyakan
sesuatu kepada orang tuanya? Pernahkah Anda terkejut
ketika anak mengucapkan larangan seperti larangan yang
diucapkan oleh orang tuanya? Anehnya, meskipun sudah
fasih berbicara, anak terus melakukan tiruan tersebut. Hal itu
merupakan bukti bahwa anak belajar dengan cara meniru.
Perhatikan monolog berikut ini!
Seorang anak sedang asyik menonton televisi dalam acara
Upin-Ipin yang jaraknya terlalu dekat dengan pesawat
televisi. Karena terlalu dekat, ibunya mengingatkan, “Kamu
nonton jangan terlalu dekat ya, nanti matamu sakit sehingga
kamu tidak bisa nonton tv lagi.” Pada saat yang lain
kakaknya menonton terlalu dekat dengan pesawat televisi.
Secara spontan, adiknya berkata yang sama seperti yang
pernah diucapkan oleh ibunya.
Strategi peniruan/imitasi akan menimbulkan masalah besar.
Strategi itu berupa ucapan orang tua yang ditirukan oleh
anaknya. Dengan demikian, ada masalah yang harus
direnungkan dan dicari solusinya a.l.
1. strategi peniruan;
2. strategi produktivitas;
3. strategi stimulus respons; dan
4. strategi prinsip operasional.
Keempat strategi peniruan/imitasi pemerolehan B1
memberikan wawasan kepada orang tua atau pengajar agar
dapat mengucapkan lafal, intonasi, dan ungkapan, atau
kalimat yang benar kepada anak. Mengapa? Karena hal yang
diucapkan oleh orang tua/pengajar akan ditiru oleh anak
bahkan termasuk siswa, taruna, dan mahasiswa.
Strategi ke-2/strategi prodiktivitas
Secara fatual bahwa bunyi bahasa, kata, struktur frasa, atau kalimat
yang terbatas dapat dibentuk kalimat yang tidak terbatas.
Contohnya, deretan fonem /k/u/a/t/ dapat dibentuk menjadi kata
kuat, tuak, kuta dan akut. Jika dibentuk kalimat, deretan kata itu
akan menjadi:
1. Orang kuat itu terkapar di Pantai Kuta.
2. Ada indikasi bahwa orang kuat yang terkapar di Pantai Kuta
sering minum tuak.
3. Meskipun kuat, orang yang terbiasa minum tuak akan berpotensi
sakit secara akut.
Contoh lain:
Ucapan yang diucapakan oleh anak yaitu mama disertai
lambaian dapat membentuk makna yang beragam karena
munculnya makna itu bergantung persepsi anak.
Contohnya,

1. mama datang
2. mama akan pergi
Strategi ke-3/strategi stimulus respons
Ketika ibu memproduksi ujaran, anak merespons. Ketika anak
memproduksi ujaran, ibu merespons. Berikut ini adalah percakapan antara
ibu dan anaknya yang berusia 2 tahun
Denis : Bu, makan.
Ibu : Oh, kamu mau makan.
Denis : Ya, Bu.
Ibu : Pakai lauk apa.
Denis : Tempe goreng.
Ibu : Makan di sini saja, ya.
Denis : Ya.
Strategi ke-4/strategi prinsip operasional
Orang tua/pengajar hendaknya dapat memberikan ajaran bahasa
secara operasional seperti cara
1. mengingat kata tertentu;
2. meniru pelafalan kata tertentu; dan
3. memahami makna kata tertentu.
Kegiatan mengingat dan melafalkan merupakan dua bagian yang
integral. Artinya, komunikator berbicara akan diingat oleh
komunikan, begitu juga komunikator akan melafalkan kata tertentu
juga akan menjadi pedoman bagi komunikan. Oleh karena itu,
orang tua, termasuk guru/dosen seyogianya mengikuti anjuran
Clark yang berpendapat bahwa jika ingin menjadi orang bijak,
Anda jangan mengikuti/menirukan ucapan bayi/balita sehingga jika
ia mamasuki fase anak-anak, remaja, pemuda, dewasa, bahkan
sampai mase manula pun akan melafalkan kosakata seperti yang
dilafalkan oleh orang tua/guru/dosennya. Contoh hanya beberapa
kata yang sudah digunakan oleh masyarat dan tidak bisa diperbaiki
a.l.
1. bukan panutan, melainkan anutan
2. bukan diketik, melainkan ditik
3. bukan ketikan, melainkan tikan
4. bukan pengangguran, melainkan penganggur
5. bukan per-bank-kan, melainkan per-bank-an
6. bukan dipungkiri, melainkan dimungkiri
7. bukan hilirisasi, melainkan penghiliran
8. bukan mensuport, melainkan menyupor, dsb.
Contoh makna kata tertentu
1. makan :memasukkan makanan ke dalam mulut,
dikunyah, dan ditelan
2. minum :memasukkan minuman ke dalam mulut dan
diteguk
3. menyusu :mengisap air susu dari buah dada
4. mandi :membasuh tubuh dengan air dan sabun
dengan cara menyiram
5. tidur :berbaring dan memejamkan mata
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai