Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT

Dosen Pembimbing Praktikum : Drg. Nita Novianti,MKM

Tanggal Praktikum : 13, Mei 2022

Nama Mahasiswa : Sasqia Utamia Sifa

NIM : P17125021068

Kelompok :4

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat
dan karunia-NYA  sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut bagi Perawat  Gigi. 

Laporan ini disusun sesuai dengan materi praktik kuliah Ilmu


Penyakit Gigi dan Mulut bagi  mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi.
Penyusun berharap laporan ini dapat memenuhi penugasan yang telah
diberikan dalam melakukan  Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut. 

Saya menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna, oleh


karena itu kritik dan  saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan. Serta saya ucapkan terimakasih banyak pada Drg. Nita
Novianti,MKM selaku Dosen pengambu yang telah membimbing saya
dalam pelaksanaan praktikum ilmu penyakit gigi dan mulut. 

Jakarta, Juni 2022 

Penulis 

Daftar Isi
KONSEP DASAR ILMU PENYAKIT MULUT DAN GIGI.....................................................................4
KONSEP PEMERIKSAAN OHI-S.........................................................................................................5
PEMERIKSAAN DMF-T DAN DEF-T..................................................................................................8
TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN................................................................................................9
CONTOH KASUS...............................................................................................................................................................10
KONSEP DASAR ILMU PENYAKIT MULUT DAN GIGI

A. PENGERTIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT


Ilmu penyakit gigi dan mulut atau oral patologi adalah ilmu yang mempelajari 
penyakit-penyakit dan kelainan yang terjadi pada rongga mulut, tanda-tanda atau 
gejalanya, penyebabnya serta perawatannya. 

B. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM DIAGNOSA


1. Pengertian Oral Diagnosis
Diagnosis dalam kedokteran gigi dapat diartikan sebagai penentuan jenis penyakit yang
diderita pasien. Pengertian lainnya adalah cara-cara pemeriksaan untuk menentukan suatu
diagnosa. Mengidentifikasi kelainan–kelainan yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
sekitarnya dengan jalan menanyakan, memeriksa, dan menyatukan gambaran penyakit yang
terlihat dengan faktor-faktor yang diperoleh dari wawancara tersebut yang dapat
membedakan dari penyakit yang lain (Kerr).

2. Prognosis
Ramalan apa yang akan terjadi dari setiap penyakit dan secara nyata dipengaruhi oleh
perawatan yang diberikan.

3. Gejala dan Tanda


Kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan didefinisikan sebagai fenomena
atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit.
a. Gejala/symptom : adalah gejala yang dirasakan dan dilaporkan oleh pasien kepada
pemeriksa.
b. Tanda/sign : adalah kondisi yang ditemukan/ dipastikan oleh pemeriksa melalui berbagai
uji / tes.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN GIGI 


Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan  sebagai analisis dari
penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau  suatu pernyataan mengenai
solusinya . Miller memperkenalkan suatu konsep dari  diagnosis keperawatan gigi ( Dental
Hygiene Diagnosis) sebagai “ Bentuk yang tepat  untuk menggambarkan ekspresi dari
kemampuan pembuatan keputusan dan  penilaian dari perawatan gigi”. Diagnosis adalah
suatu proses berpikir kritis  berdasarkan data – data klinis klien yang dianalisa dan ditandai
oleh sebuah  pernyataan diagnosa. 
Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa keperawatan  gigi sebagai bagian
dari proses diagnosa keperawatan gigi yang menggunakan teori  kebutuhan manusia dengan
penekanan kepada 8 kebutuhan manusia dari klien  yang berhubungan dengan perawatan
gigi. Menggunakan teori kebutuhan manusia  sebagai kerangka kerja konsepnya Diagnosa
Keperawatan Gigi adalah suatu  identifikasi dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari
pasien yang  berhubungan dengan perawatan gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut
Darby  and Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang perawat gigi professional yang  mempunyai
lisensi dengan mengidentifikasi factor-faktor actual maupun potensial  dari ketidak
terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien.
KONSEP PEMERIKSAAN OHI-S

A. PENGERTIAN OHI-S
Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan
kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan
mulut digunakan index. Index adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang
didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas permukaan dari gigi
yang ditutupi oleh plak maupun calculus (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012).
Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Grene dan Vemillion (dalam Putri,
Herijulianti, dan Nurjanah, 2012), dapat menggunakan index yang dikenal dengan Oral Hygiene
Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Awalnya index ini digunakan untuk
menilai penyakit peradangan gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi dari data yang
diperoleh ternyata kurang berarti atau bermakna, oleh karena itu index ini hanya digunakan
untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan menilai efektivitas dari penyakit gigi.
Debris index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap
endapan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa plak, material alba, dan food debris.
Sedangkan Calculus index merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi akibat
pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan
kalsium fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel ephitel deskuamasi
(Putri, Herijulianti, Nurjannah, 2012).

B. GIGI INDEKS OHI-S


Menurut Grene dan Vermillion (dalam Putri, Herijulianti, Nurjannah, 2012), mengukur
kebersihan gigi dan mulut seseorang memilih enam permukaan gigi index yang cukup dapat
mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi yang ada dalam rongga
mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi index beserta permukaan gigi index yang dianggap
mewakili tiap gigi segmen adalah:
a. Gigi 16 pada permukaan bukal
b. Gigi 11 pada permukaan labial
c. Gigi 26 pada permukaan bukal
d. Gigi 36 pada permukaan lingual
e. Gigi 31 pada permukaan labial
f. Gigi 46 pada permukaan lingual
Permukaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang terlihat jelas dalam mulut. Gigi index
yang tidak ada pada segmen akan dilakukan penggantian gigi tersebut dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua, jika gigi molar
pertama dan kedua tidak ada, penilaian dilakukan pada molar ketiga. Akan tetapi jika molar
pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
b. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif kiri, dan jika
gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif pertama kanan bawah. Akan
tetapi jika insisif pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen
tersebut.
c. Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang karena dicabut, gigi
yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik
maupun logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan
index akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota
klinis.
d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang diperiksa (Putri, Herijulianti,
Nurjannah, 2012).

C. KRITERIA DEBRIS INDEKS (DI )

D. KRITERIA CALCULUS INDEKS (CI)

CALCULUS INDEKS = JUMLAH NILAI CALCULUS


JUMLAH GIGI DIPERIKSA

E. CARA MELAKUKAN PENILAIAN DEBRIS DAN CALCULUS


Menurut Green dan Vermillion (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2012), kriteria
penilaian debris dan calculus sama, yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Baik : jika nilainya antara 0-0,6
b. Sedang : jika nilainya antara 0,7-1,8
c. Buruk : jika nilainya antara 1,9-3,0
OHI-S mempunyai kriteria tersendiri yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Baik : jika nilainya antara 0-1,2
b. Sedang : jika nilainya antara 1,3-3.0
c. Buruk : jika nilainya antara 3,1-6,0

PEMERIKSAAN DMF-T DAN DEF-T


A. PENGERTIAN DMF-T DAN DEF-T
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Studi
epidemiologis tentang karies gigi yang menggunakan indeks angka DMF-T untuk gigi
permanen dan def-t untuk gigi sulung. Indeks DMF-T menunjukkan jumlah pengalaman
karies gigi permanen seseorang, yaitu :
D= Decayed (gigi karies yang masih dapat ditambal)
M= Missing (gigi karies yang sudah hilang atau seharusnya dicabut) F= Filling
T = Tooth (gigi permanen) (WHO, 2006)
Sedangkan untuk gigi sulung def-t, yaitu:
d = decayed (gigi karies yang masih dapat ditumpat)
e = exfoliated (gigi yang telah atau harus dicabut karena karies) f = filling
(gigi karies yang sudah ditumpat)
t = tooth (gigi sulung) (WHO, 2006).

Kriteria Indeks DMF-T

Nilai def-t/DMF-T Kriteria


0,0-1,1 Sangat Rendah
1,2-2,6 Rendah
2,7-4,4 Sedang
4,5-6,6 Tinggi
>6,6 Sangat Tinggi
e
Indeks DMF-T yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk menggambarkan
pengalaman karies seseorang atau dalam populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi
molar tiga karena biasaanya gigi tersebut sudah dicabut dan kadang – kadang tidak
berfungsi . Indeks ini dibedakan atas indeks DMF-T ( decayed missing filled teeth ) yang
digunakan untuk gigi permanen pada orang dewasa dan def-t ( decayed extracted filled
tooth ) untuk gigi susu pada anak – anak (E dan Artini, 2002).

TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN


1. PERSIAPAN PRAKTIKUM
A. PERSIAPAN ALAT
1. Alat OD (Kaca mulut, sonde, pinset, dan excavator)
2. Deppen Glass
3. Tempat kapas bersih
4. Tempat kapas kotor
5. Gelas kumur
6. Alat tulis
B. PERSIAPAN BAHAN
1. Cloretil
2. Listerin/mouth wash
3. Disclosing
4. Cotton pellet
5. Tissue
2. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Pengambilan data/identitas pasien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, nama orang tua, dan suami/istri.
2. Melakukan anamnesa dan tanya jawab kepada pasien tentang keluhan utama, seperti :
Tujuan datang, bagian mana yang dikeluhkan, bagaimana rasanya, sudah berapa lama,
riwayat penyakitnya, dan keadaan sekarang.
3. Memeriksa keadaan umum pasien dengan metode tanya jawab.
4. Melakukan pemeriksaan obyektif, meliputi :
 Pemeriksaan ekstra oral (muka, kelenjar limfe kanan dan kelenjar limfe kiri)
 Pemeriksaan intra oral (bibir, lidah, mukosa bukal, mukosa palatinal, dan gingiva)
 Pemeriksaan OHI-S (menghitung skor debris dan kalkulus)
 Pengisian status lokalis gigi
 Perhitungan DMF-T/def-t
 Pemerksaan gigi geligi
 Pemeriksaan ada atau tidaknya kelainan/anomali gigi.
5. Mengisi diagnosa penyakit gigi dan rencana perawatan.
6. Mengisi informed consent.
3. EVALUASI
Kesalahan dan kesulitan dalam melakukan pengisian pemeriksaan gigi geligi.
Berikutnya adalah lampiran contoh kasus.

Anda mungkin juga menyukai