Menerjemahkan
Edisi Revisi
i
Bahasan Teori & Penuntun Praktis
Menerjemahkan
Edisi Revisi
Penulis :
Zuchridin Suryawinata
Sugeng Hariyanto
Diterbitkan oleh:
Media Nusa Creative
Anggota IKAPI (162/JTI/2015)
Bukit Cemara Tidar H5 No. 34, Malang
Telp. : 0341 – 563 149 / 08223.2121.888
e-mail : mnc.publishing.malang@gmail.com
Website : www.mncpublishing.com
ISBN : 978-602-6397-28-7
ii
KATA PENGANTAR EDISI REVISI
Buku ini telah beredar cukup lama di tangan para mahasiswa dan
sudah cukup lama pula tidak dicetak ulang. Mungkin karena alasan itu
buku ini pernah dibajak penulis lain beberapa bab, langsung disalin-rekat
ke dalam bukunya. Selain itu saya masih menerima banyak pertanyaan
tentang di mana buku ini bisa dibeli. Dengan kedua alas an tersebut buku
ini dicetak ulang dan sekaligus direvisi disesuaikan dengan perkembangan
zaman.
Buka teori dengan gaya tutur santai ini dulunya saya tulis dengan
pembimbing saya saat saya menulis tesis, yaitu Prof. Dr. Zuchridin
Suryawinata. Beliau adalah pembangkit kecintaan saya terhadap dunia
penerjemahan dan dunia tulis-menulis. Beliau pula yang menuntun saya
untuk memasuki industri penerjemahan. Sang inspirator saya tersebut kini
telah tiada, tetapi semangat menulis saya dan kecintaan saya terhadap
dunia penerjemahan yang beliau semaikan di hati saya tidak pernah
padam. Namun, kepergian beliau membuat saya menjadi penanggung
jawab tunggal atas perbaikan buku ini.
Dengan rasa takzim kepada beliau, dalam edisi revisi ini saya
memperbaiki Bab I mengenai perkakas penerjemahan, dengan
menambahkan bahasan tentang mesin penerjemah dan CAT Tool dan
menambahkan strategi penerjemahan pragmatik di Bab IV. Sementara itu
bab tentang penelitian di bidang penerjemahan dihapus karena tidak
terkait langsung dengan judul buku ini.
iii
KATA PENGANTAR
(Cetakan Pertama)
iv
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar terjemahan akronim bahasa Indonesia....... 188
Lampiran 2: Contoh Terjemahan Cerita Pendek ........................ 207
vi
BAB I
PENERJEMAHAN DAN PENERJEMAH
2
Secara bebas, definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut.
Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan
buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) ke dalam bahasa lain
(sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa
tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku ataupun
belum, baik salah satu atau keduanya didasarkan pada isyarat
sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu.
Ada dua hal yang bisa diperbincangkan dalam definisi ini. Pertama,
Newmark memandang penerjemahan (translation) menyangkut teks
tertulis. Ada kemungkinan ini dimaksudkan untuk membedakannya
5
dengan "interpretation" untuk penerjemahan lisan. Yang kedua, pakar
penerjemahan ini tidak menggunakan istilah, tetapi ia memakai istilah
yang sama dalam bahasa yang lain.
Wolfram Wilss (1984) mengajukan tiga definisi penerjemahan
sekaligus, yakni yang berorientasi pada penerjemah, pada teks, dan pada
komputer. Pada ketiga-tiganya dia menyebut bahwa penerjemahan
adalah suatu proses. Dalam definisinya yang kedua, yang berorientasi
pada naskah yang diterjemahkan ia menulis:
Translation is a transfer process which aims at the transformation of a
written SL text into an optimally equivalent TL text, and which requires the
syntactic, the semantic and the pragmatic understanding and analytical
processing of the SL (Wills dalam Noss, 1982: 3).
6
menulis:
Translation is basically a change of form. When we speak of the form of a
language, we are referring to the actual words, phrases, clauses,
sentences, paragraphs, etc., which are spoken or written. ... In translation
the form of the source language is replaced by the form of the receptor
(target) language.
Kita tidak bisa secepat menerjemahkan She kicked the farmer tadi.
Kita terpaksa dengan hati-hati berusaha mendapatkan makna dari kalimat
itu dengan segala cara, dengan melihat kamus, dengan
mempertimbangkan struktur yang disebut relative clause, dan sebagainya.
Jadi, apakah proses penerjemahan untuk kedua kalimat di atas
berbeda? Tentu saja tidak. Hanya saja, untuk kalimat pertama, proses itu
berlangsung begitu cepat, sementara untuk kalimat kedua prosesnya
berjalan lambat. Oleh karena itu, Nida dan Taber (1969:33)
menggambarkan proses penerjemahannya, yakni penerjemahan dinamis,
seperti dalam Gambar 1.2.
Dalam proses ini terdapat tiga tahap, yaitu tahap analisis, transfer, dan
restrukturisasi. Dalam tahap analisis, penerjemah menganalisis teks BSu
dalam hal (a) hubungan gramatikal yang ada dan (b) makna kata dan
rangkaian kata-kata untuk memahami makna atau isinya secara
keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna BSu yang telah dipahami,
ditransfer di dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam BSa. Baru
setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali
dalam BSa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam BSa.
8
bentuk bentuk
teks BSu teks BSa
analisis restrukturisasi
proses eksternal
analisis/ restrukturisasi/
Gambar 1.3 Proses penerjemahan menurut Nida dan Taber (1969) yang
disempurnakan
9
Di dalam gambar tersebut bisa dilihat proses sebagai berikut:
1. Tahap analisis atau pemahaman. Dalam tahap ini struktur lahir (atau
kalimat yang ada) dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut
makna kata atau kombinasi kata, mana tekstual, dan bahkan makna
kontekstual. Ini merupakan proses transformasi balik.
2. Tahap transfer. Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan
dipahami maknanya tadi diolah penerjemah dalam pikirannya dan
dipindah dari BSu ke dalam BSa. Dalam tahap ini belum dihasilkan
rangkaian kata; semuanya hanya terjadi di dalam batin penerjemah.
3. Restrukturisasi. Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan
kata, ungkapan, dan struktur kalimat yang tepat dalam BSa sehingga
isi, makna dan pesan yang ada dalam teks BSu tadi bisa disampaikan
sepenuhnya dalam BSa.
4. Evaluasi dan revisi. Setelah didapat hasil terjemahan di BSa, hasil itu
dievaluasi atau dicocokkan kembali dengan teks aslinya. Kalau dirasa
masih kurang padan, maka dilakukanlah revisi.
Keempat proses ini kadang berlangsung dengan sangat cepat,
kadang juga sangat lambat. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan proses
penerjemahan untuk kalimat contoh She kicked the farmer. Berikut tahap-
tahapnya.
1. Analisis. Dalam tahap ini penerjemah memikirkan hal-hal berikut. She
adalah subjek kalimat asli. Kicked adalah kata kerjanya. She adalah
orang ketiga tunggal dan berjenis kelamin perempuan. Harus ada
tambahan "ed" pada kata kerjanya untuk menunjukkan bahwa
kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan the farmer adalah objek
yang dikenai kata kerja kick. Objek ini adalah manusia yang
pekerjaannya mengolah tanah untuk menumbuhkan tanaman yang
bisa menghasilkan bahan pangan.
2. Transfer. Dalam tahap ini, penerjemah memikirkan hal-hal sebagai
berikut. Orang ketiga tunggal adalah ia, dia, dan beliau dalam bahasa
Indonesia. Jenis kelamin perempuan tidak bisa diwakili dengan kata
lain selain kata perempuan atau wanita. Kick adalah perbuatan
mengayunkan kaki dengan kuat ke arah depan. Orang yang
pekerjaannya menanam tanaman pangan disebut juga petani dalam
bahasa Indonesia. (Harus diingat, semua yang dilakukan dalam tahap
ini hanya terjadi di dalam pikiran penerjemah saja.)
10
3. Restrukturisasi. Dalam tahap ini mulailah penerjemah menuliskan
sesuatu, misalnya Beliau (perempuan) menendang petani.
4. Evaluasi dan revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati
hasil kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam
bahasa Indonesia. Maka kata perempuan dia buang. Kata beliau
dirasanya terlalu sopan. Dan kata petani bisa terlalu umum. Maka
penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi Dia menendang petani
itu.
Selain Nida dan Taber, Larson (1984: 3-4) juga mengajukan model
proses terjemahan. Model tersebut secara garis besar sama, tetapi
kelihatannya lebih sederhana. Lihat gambar 1.4.
12
Dari Gambar 1.5, kita dapat melihat gambaran proses ini. Sebagai
contoh kita gunakan proses penerejmahan kalimat asli: I fell and hurt my
knee. Berikut prosesnya tahap demi tahap.
1. Analisis leksikon:
I --» pembicara
fell --» bergerak menuju ke tanah tanpa bisa dikendalikan.
and --» ada tambahan ide
hurt --» perbuatan melukai orang lain atau diri sendiri
my --» milik pembicara
knee --» sendi antara tulang paha dan tulang kering
2. Analisis struktur gramatikal
Dari analisis gramatikal diperoleh hal-hal berikut: (a) kalimat ini
kalimat majemuk rapatan dalam jenis kalimat positif atau kalimat
afirmasi, dan (b) kalimat ini untuk menceritakan kejadian pada masa
lalu, karena kata fell adalah bentuk lampau dari kata fall.
3. Analisis konteks situasi menghasilkan pemahaman bahwa kalimat ini
mungkin sekali diucapkan oleh seseorang kepada temannya.
4. Analisis konteks budaya menghasilkan pengertian bahwa tidak ada
hal-hal yang sifatnya sangat khusus dalam budaya Inggris dalam
kalimat ini. Ini bisa dimengerti bahwa tidak ada konsep budaya
khusus dalam ujaran ini.
Dari hasil analisis teks asli ini dapat diperoleh makna bahwa si
pembicara ingin menceritakan kepada temannya bahwa pada waktu yang
lampau dia terjatuh dan karenanya ada luka di sekitar sendi yang
menghubungkan tulang paha dan tulang keringnya. Makna ini kemudian
diungkapkan kembali dengan mempertimbangkan segi-segi leksikon
(kata), struktur gramatikal, konteks situasi, dan konteks budaya bahasa
sasaran, yakni bahasa Indonesia. Langkah ini bisa digambarkan sebagai
berikut:
1. Pertimbangan leksikon bahasa sasaran
Langkah ini adalah pencarian kata-kata BSa yang bisa digunakan untuk
mengungkapkan makna BSu. Langkah ini bisa digambarkan dengan
sederhana sebagai berikut.
I ---» saya, aku, hamba, patik
fell --» jatuh
13
and --» dan, serta
hurt --» melukai
my --» milikku, milik saya, punyaku, punya saya
knee --» lutut
2. Pertimbangan struktur gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada pemarkah waktu lampau seperti
halnya bahasa Inggris. Konsep ini harus dikatakan eksplisit, dulu atau
beberapa hari yang lalu.
Lebih jauh lagi, struktur kalimat majemuk rapatan dalam bentuk
afirmasi seperti struktur aslinya tidak bisa dipakai untuk
mengungkapkan makna yang sama dalam bahasa Indonesia. Tentu kita
merasa tidak pas jika mendengar ada kalimat Saya jatuh dan saya
melukai lutut saya kemarin. Oleh karena itu, harus dicari struktur
kalimat yang bisa diterima di dalam bahasa Indonesia.
3. Pertimbangan konteks situasi dan budaya
Dalam mencari struktur yang pas ini, penerjemah harus pula
mempertimbangkan konteks situasi yang akrab (dari ini kata patik,
saya, hamba mungkin tidak tepat. Karena tidak ada konsep yang khas
Inggris, maka ia bisa mengabaikan masalah ini.
Pada akhirnya, mungkin bisa ditemukan kalimat akhir sebagai
terjemahan kalimat aslinya, yaitu Aku terjatuh dan lututku terluka.
Sebagai tambahan, perlu kita perhatikan bahwa kata-kata fall,
hurt, cut, sprain dan kata lain sejenis ini di dalam bahasa Inggris
merupakan kata kerja berbentuk aktif transitif meskipun untuk diri sendiri.
Tetapi di dalam bahasa Indonesia dalam kata tersebut terkandung makna
tidak sengaja, sehingga padanannya di dalam bahasa Indonesia yang
paling tepat adalah terjatuh, terluka, teriris, dan terkilir.
Dari uraian dalam bab ini bisa ditarik dua kesimpulan. Pertama,
dari definisi penerjemahan bisa disimpulkan bahwa penerjemahan adalah
suatu kegiatan untuk mengungkapkan kembali makna dari teks BSu
dengan padanan yang tepat di dalam teks BSa. Dari bahasan tentang
proses penerjemahan bisa disimpulkan bahwa pada dasarnya proses
penerjemahan terdiri atas dua tahap: (a) analisis teks asli dan pemahaman
makna dan/atau pesan teks asli dan (b) pengungkapan kembali makna
dan/atau pesan tersebut di dalam BSa dalam kata-kata atau kalimat yang
berterima di dalam BSa.
14
Perhatikan kutipan berikut yang diikuti oleh dua terjemahannya
dalam bahasa Indonesia. Teks terjemahan yang pertama ini adalah hasil
terjemahan seseorang yang baru belajar menerjemahkan. Di dalamnya
terdapat beberapa kesalahan yang mungkin saja bersifat serius. Kemudian
bandingkan dengan teks terjemahan kedua, yang merupakan hasil
penyempurnaan teks terjemahan yang pertama. Menurut Anda, kenapa
teks terjemahan pertama mengandung banyak kesalahan?
Teks Asli
Social control is the process whereby conformity to norms is maintained in
a society. Without social control, society and human system would not be
possible. We can see instances of social control by simply calling attention
to everyday, taken-for-granted events around us. Your professor shows up
each day at approximately the correct time. So do you. Most students sit
quietly in class. Most are polite and follow the proper procedure for asking
questions. We all drive on the right side of the road, stop at red lights, and
use our turn signals. We go to the bank and we are sure that people will be
there to help us. These are commonplace events, but they are what makes
society possible. Despite tendencies for deviation, most people, most of
the time, are willing to occupy key status positions, recognize relevant
norms, and play appropriate roles.
1.3 Penjurubahasaan
Di dalam bahasa Inggris orang membedakan terjemahan dalam
bahasa tulis, yang disebutnya translation, dan terjemahan dalam bahasa
lisan, yang disebutnya interpretation. Di dalam bahasa Indonesia
penerjemahan lisan ini lebih dikenal dengan sebutan penjurubahasaan.
Sementara itu di dalam bahasa Indonesia kita tidak mempunyai istilah
khusus untuk terjemahan lisan. Di dalam buku ini, istilah interpretasi dan
interpreter digunakan karena istilah ini lebih singkat bila dibandingkan
dengan istilah terjemahan lisan dan penerjemah lisan.
Dilihat sekilas, interpretasi dan terjemahan hampir sama, yang
berbeda adalah media yang digunakan. Dalam terjemahan, media yang
digunakan adalah teks tulis, sedangkan satunya menggunakan wacana
lisan. Tetapi sebenarnya keterampilan, latihan dan bakat yang diperlukan
dalam kedua bidang ini berbeda cukup jauh. Salah satu keterampilan
utama yang dituntut dari seorang penerjemah adalah kemampuan
menulis atau mengungkapkan gagasan dalam BSa secara tertulis. Jadi
mungkin saja, seorang penerjemah yang baik tidak dapat berbicara
dengan baik dalam sasaran atau bahasa sumber. Kemampuan lain yang
dituntut dari seorang penerjemah adalah kemampuan memahami bahasa
dan budaya dari teks BSu serta kemampuan menggunakan kamus dan
16
bahan referensi lainnya. Penerjemahannya pun bisa dilakukan di mana
saja dan kapan saja, dengan bantuan kamus atau bahkan dengan bantuan
teman..
Di lain pihak, seorang interpreter harus mampu mengalihkan isi
informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tanpa menggunakan
kamus atau bahan referensi lain secara langsung. Tempatnya pun telah
ditentukan, misalnya di ruang seminar atau konferensi. Keterampilan yang
diperlukan tidak hanya keterampilan memahami ujaran pembicara, tetapi
juga keterampilan di dalam membuat catatan dan mengungkapkan hasil
pemahaman dan catatannya di dalam bahasa sasaran secara lisan. Sering
kali semua kegiatan ini dilakukan pada saat yang bersamaan.
Ada dua macam interpretasi, yaitu interpretasi simultan dan
interpretasi konsekutif (bergantian). Di dalam interpretasi bergantian,
interpreter mendengarkan dulu ujaran asli sambil membuat catatan.
Setelah ujaran asli tersebut selesai, biasanya satu kalimat atau satu
paragraf pendek, interpreter mengungkapkan isi dari ujaran tersebut
dalam bahasa sasaran. Biasanya panjang ujaran berkisar antara 1 sampai
5 menit. Di sini mulai jelas bahwa pembuatan catatan adalah kecakapan
penting dalam interpretasi. Catatan ini tidak dibuat dalam bahasa sumber
karena jika demikian, interpreter akan bekerja ganda pada saat
mengungkapkan isi informasi, yaitu menerjemahkan dulu baru
mengungkapkan. Oleh karena itu, catatan itu langsung dibuat dalam
bahasa sasaran. Beberapa interpreter profesional bahkan ada yang
mengembangkan sistem simbol idiogramiknya sendiri. Di dalam sistem ini
mereka langsung merekam gagasan atau isi ujaran pembicara dengan
sistemnya sendiri, bukan kata-katanya. Umumnya hasil interpretasinya
lebih idiomatik.
Penjurubahasaan simultan jauh lebih sulit lagi. Interpreter tidak
menunggu sampai pembicara selesai menyampaikan ujarannya untuk
mulai menyampaikan isi suatu ujaran. Ia mulai kerjanya begitu ia sudah
menangkap penggalan ujaran yang bisa dimengerti. Penggalan ini bisa saja
frasa, klausa, atau, tetapi ini jarang terjadi, kalimat. Ini berarti pada saat ia
mengungkapkan isi penggalan yang sudah dipahaminya tadi, pada saat
yang sama ia harus mendengarkan dan mencatat penggalan berikutnya.
Dari sisi terlihat betapa beratnya kerja seorang interpreter simultan. Oleh
karena itu jurubahasa simultan harus menguasai topik pembicaraan atau
17
wacana yang diinterpretasi. Hal lain yang harus dimiliki interpreter
simultan adalah keberanian dalam mengambil keputusan karena sama
sekali tidak ada waktu untuk menimbang-nimbang pilihan kata atau untuk
mengingat-ingat idiom tertentu dari bahasa sasaran. Biasanya interpreter
simultan bekerja dalam sebuah kotak kaca dilengkapi dengan headphone
dan mikrofon. Penundaan keputusan akan mengakibatkan kesulitan untuk
memahami dan menginterpretasi penggalan berikutnya. Sementara itu
kesalahan-kesalahan interpretasinya tidak bisa diperbaiki sama sekali.
Kesamaan antara penerjemah dan interpreter adalah mereka harus
mengetahui pengetahuan yang bagus tentang bahasa sumber dan bahasa
sasaran, serta memahami topik teks atau wicara. Berikut ini (Tabel 1.1.)
adalah syarat-syarat bagi penerjemah dan interpreter yang baik.
21
Naskah Mesin pe- Naskah Penyun- Naskah
sumber nerjemah hasil tingan sasaran
1
https://research.googleblog.com/2016/09/a-neural-network-for-machine.html
23
Perkakas selanjutnya adalah alat penerjemahan berbantuan
komputer yang dalam bahasa Inggris disebut CAT Tool (Computer Assisted
Translation Tool). Fitur yang sangat terkenal dari jenis ini adalah
Translation Memory. Lihat Gambar 1.7.
PROSES
UP BSu d Ya dgn Memori
Penulis Teks BSu
dikenali Terjemahan
MT?
Penerjemah Tidak
menerjemahkan secara UP mirip
konvensional (fuzzy match)
UP sama persis
Tawaran (Exact match)
(fuzzy match)
Pembaca
Workstation
“Translation Workstation” adalah istilah yang dulu sering digunakan untuk
menyebut sistem yang menggabungkan glossary management dengan
translation memory. Sekarang istilah itu dikenal dengan nama CAT Tool
saja. Fiturnya tidak lagi hanya menggabungkan fasilitas pengelolaan istilah
dan memori penerjemahan, tetapi juga penjaminan mutu secara teknis.
Ada juga yang dihubungkan dengan mesin penerjemah dan pemeriksa
ejaan.
Ada dua ciri khas CAT Tool. Ciri khas pertama adalah
kemampuannya untuk melakukan penerjemahan awal (pre-translation)
berdasarkan glosari maupun data yang ada dalam memori terjemahan.
Dengan penerjemahan awal berdasar glosari, semua kata yang sesuai
dengan glosari dapat diganti langsung di UP BSa-nya. Dengan
penerjemahan awal berdasar memori terjemahan, semua UP BSu yang
sama atau mirip dengan UP BSu yang telah tersimpan di memori
terjemahan dapat di terjemahkan langsung. Sekilas, melihat hasil dan
kecepatan kerjanya, ini mirip dengan Mesin Penerjemah. Tetapi melihat
proses kerjanya, penerjemahan awal ini sangat berbeda dengan proses
kerja Mesin Penerjemah. Dalam penerjemahan awal, komputer hanya
memuat ulang memori tanpa melakukan proses yang melihatkan aturan-
aturan linguistik, tetapi memanfaatkan logika statistik dalam menentukan
derajat kemiripan yang diungkapkan dalam bentuk persentase.
Ciri khas kedua adalah kemampuan “alignment”, atau
26
kemampuan untuk mengonversi hasil terjemahan lama yang belum
menggunakan "workstation" menjadi database memori terjemahan.
Dengan kemampuan ini, hasil-hasil pekerjaan lama tidak terbuang
percuma.
Ada banyak sistem perangkat lunak CAT TOOL yang saat ini
dipasarkan dan dipakai. Yang paling populer saat ini adalah SDL Trados
Studio dan Word Fast. Memang harga perangkat lunak ini relatif mahal.
Bagi penerjemah yang menginginkan perangkat lunak CAT Tool yang gratis
ada OmegaT. Silakan unduh dari www.omegat.org.
Dengan semakin majunya teknologi internet dengan apa yang
disebut komputasi awan (cloud computing), CAT Tool juga dikembangkan
untuk memakai teknologi itu dan karenanya berbasis internet. Semakin
banyak system CAT Tool yang seperti ini dan semakin populer saja
penggunaannya. Contohnya adalah Memsource yang oleh pembuatnya
dikalim menggabungkan fungsi CAT Tool tradisional dan manajemen
proyek serta penjaminan mutu penerjemahan. CAT Tool berbasis awan
yang ditawarkan gratis untuk penerjemah mandiri juga ada, namanya
Smartcat. Hanya saja mungkin tawaran gratis ini tidak selamanya. Untuk
mencobanya, salakan akses www.smartcat.ai/free_cat-tool
Dengan berbagai jenis perangkat lunak ini, kita dapat
menerjemahkan hampir semua jenis file digital dengan jauh lebih efisien.
Termasuk di dalam kategori file (berkas) ini adalah: semua file MS Office,
Framemaker, halaman web, termasuk antarmuka program yang Anda
pakai, dll. Dengan demikian, kerja penerjemah sekarang menjadi sangat
terbantu dengan perkakas-perkakas modern.
27
BAB II
RAGAM TERJEMAHAN
Teks asli:
"Cicak itu, cintaku, berbicara tentang kita.
Yaitu nonsens".
Teks prosa:
Malam di istana Prabu Anglingdarma. Terdengar suara dari kamar
tidur sang raja dan permaisuri. Sebentar mereka terdiam. Nafsu di ranjang
telah mereda dan kecapaian merayap diantara sendi-sendi kedua manusia
itu.
"Kenapa Kakanda tersenyum?" sang ratu bertanya sedikit kecut di
hatinya.
"Cicak itu, cicak itu, sayangku. Mereka bercakap tentang kita," kata
baginda kepada permaisurinya.
Sang permaisuri tak percaya. Di dalam hati terbetik prasangka, lelaki
itu tentu telah menertawakan kekurangan dirinya. Ada semacam
ketersinggungan di hati..
"Mengapakah tak percaya? Ramalan pun bisa meyakinkan,
sepertihalnya mentari pagi," kata Anglingdarma.
Sang ratu diam. Anglingdarma menutupkan kembali kain ke dadanya.
Perempuan itu terisak; ia diam saja saat lelaki raja itu mengecup
rambutnya.
Ketidakpercayaan atau mungkin ketersinggungan itu terus berlarut.
Sang permaisuri mengancam mau membakar diri jika sang Raja tetap tidak
mau berterus terang tentang alasan yang membuatnya tersenyum saat
mereka memadu kasih malam itu. Ketidakpercayaan itu tak mampu
tersembuhkan. Ketersinggungan itu tak bisa lagi terobati.
Baginda Anglingdarma bingung dibuatnya. Segala yang ada dihatinya
telah dikeluarkannya. Dengan ajian dewata, ia memang bisa memahami
percakapan hewan; dan mengajari orang lain, tentulah melanggar janji
dengan para dewata. Tetapi, membiarkan sang ratu membunuh diri, ia
ngeri dikatakan lelaki tidak setia hati.
Maka, pagi pun tiba. Permaisuri membakar diri. Saat sang Raja ingin
juga menceburkan diri dalam kobar api, dewa-dewa pun
29
memperingatkannya. Sang Raja turun, berjalan pelan mendekati patihnya.
"Batik Madrim, Batik Madrim. Mengapa harus, patihku. Mengapa
harus seseorang mencintai kesetiaan lebih dari cintanya terhadap
kehidupan ini, dan segala yang ada di dalamnya?" kata sang raja dengan
lemah.
Teks BSu:
Salju
batang-batang itu adalah kenangan
yang semakin kurus
dan akhirnya hilang di balik salju
Teks BSa:
Snow
branches are a memory
now growing ever more faint
to be lost behind the snow
31
BSu: Dilarang merokok.
BSa: No smoking.
Terjemahan sempurna
Menurut ciri-ciri Terjemahan memadai
Teks Bsa Terjemahan komposit
Terjemahan
Terjemahan IPTEK
Menurut jenis isi/ Terjemahan sastra
informasi teks Bsu Terjemahan berita
(koran/majalah)
dll.
Gambar 2.1. Kategorisasi terjemahan
39
Setelah melihat contoh-contoh di atas, mungkin Anda
berpendapat bahwa terjemahan dinamis sepertinya kurang akurat,
terutama dalam hal pemilihan padanan katanya. Nida dan Taber (1969:
28) menyatakan, pendapat Anda bisa dibenarkan apabila kata "akurat"
ditinjau dari segi bentuk bahasa. Tetapi kedua ahli ini menyatakan lebih
lanjut bahwa kata "akurat" dalam terjemahan seharusnya tidak ditinjau
dari segi bentuk bahasa BSu, tetapi lebih baik ditinjau dari segi pesan yang
ingin disampaikan teks BSu, karena tujuan utama setiap kalimat atau teks
adalah menyampaikan pesan bukan mempertontonkan bentuk. Dengan
demikian, kedua ahli ini berpendapat bahwa justru terjemahan dinamislah
yang paling akurat. Pendapat kedua ahli ini memang betul untuk bidang
yang ditekuninya, yaitu penerjemahan Kitab Injil. Untuk penerjemahan
teks IPTEk, hal ini jelas tidak mungkin karena teks IPTEK memerlukan
ketepatan acuan dari kata yang digunakan atau konsep yang dibahas.
Akan tetapi, dalam banyak kasus, struktur ini tidak bisa diterima di
dalam BSa. Perhatikan contoh-contoh berikut:
Kalimat asli dalam bahasa Jawa itu maknanya sama persis dengan
kalimat terjemahannya. Strukturnya pun tidak terasa begitu janggal, atau
bahkan sudah dianggap struktur bahasa Indonesia. (Struktur bahasa
Indonesia yang baku adalah Sudahkan kamu makan?)
Kalau kita perhatikan, dalam terjemahan harfiah di atas, rupanya
penerjemah menerjemahkannya kata demi kata. Oleh karena itu,
terjemahan jenis ini disebut juga terjemahan word-for-word, terjemahan
kata demi kata.
Dalam kehidupan sehari-hari, jarang sekali terjemahan kata-demi-
kata ini dilakukan. Yang sering adalah terjemahan harfiah yang sudah
dimodifikasi. Penyesuaian atau modifikasi ini terentang dari sekedar
penyesuaian susunan frasa nominal sampai struktur klausa. Hal ini
dilakukan untuk menghindari ketakterbacaan dan ketakbermaknaan
41
terjemahan. Perhatikan contoh berikut.
semantis komunikatif
Bila struktur atau gaya bahasa di teks BSu bersifat unik, artinya BSa tidak
mempunyai struktur itu, maka kedua terjemahan ini berbeda karena
terjemahan semantis harus mempertahankan gaya bahasa itu sedapat
mungkin, sementara terjemahan komunikatif harus mengubahnya
menjadi struktur yang tidak hanya berterima di BSa, tetapi harus luwes
dan cantik.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
52
BAB III
PRINSIP-PRINSIP PENERJEMAHAN
penulis pembaca
teks BSu teks BSa
penerjemah
Gambar 3.1. Kedudukan penerjemah di antara teks BSu dan teks BSa
Teks BSu:
Heal my impatient heart
which burns within me like a cancer.
Teach me not to be annoyed
by faults which buzz
in my ears as loudly as mosquito's wings.
Help me to love the small, the damaged,
the three-legged dog, without sorrow.
Fill me with understanding
as a pear tree fills with wind--
Touch my leaves, let my blooms shake down
and cover those I love with love.
(Mosby, no date: 29)
56
Teks BSa :
Sembuhkan hatiku yang tak sabar
yang membakar dalam diri seperti kanker
Ajari aku untuk tidak merasa jengkel
oleh kesalahan yang selalu terngiang
di telingaku sekeras dengung nyamuk.
Bantu aku untuk mencintai anjing kecil, penyakitan,
yang berkaki-tiga, tanpa kesedihan.
Limpahi aku dengan pengertian
seperti halnya pohon pear dimanja angin
Sentuhlah daun-daunku, biarkan bungaku berjatuhan
dan melingkupi orang-orang yang kucintai dengan cinta
Teks BSu:
A recent explosion of interest in trust has generated a large and
rapidly expanding body of literature, demonstrating trust's
importance to economic life. Trust seems to be a good markets and
firms can't get enough of: it helps facilitate cooperation, lowers
agency and transaction costs, promote smooth and efficient market
exchanges, and improves firms' ability to adapt to complexity and
change. (Wicks et. al. in Academy of Management Review, 1999, Vol
24, No. 1., p. 99)
Teks BSa:
Perkembangan minat yang besar pada masalah kepercayaan (trust)
telah melahirkan literatur yang banyak dan berkembang pesat.
Literatur ini menunjukkan betapa pentingnya peran kepercayaan
terhadap kehidupan ekonomi. Kepercayaan sepertinya menjadi
barang yang tidak bisa diperoleh oleh pasar dan perusahaan dalam
58
jumlah yang cukup. Kepercayaan membantu terbentuknya kerja
sama, menekan biaya keagenan dan transaksi, meningkatkan
hubungan pasar yang mulus dan efisien serta meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan
kompleksitas dan perubahan.
Teks asli:
We finished in that order.
I mean, Erwin, Bella and myself were the top three in the Law School
graduating class. The time for triumph was at hand. Job interviews. Offers.
Pleas. Snow jobs. Everywhere I turned somebody seemed to be waving a
flag that read: "Work for us, Barret!"
But I followed only the green flags. I mean, I wasn't totally crass, but
I eliminated the prestige alternatives, like clerking for a judge, and the
public service alternatives, like Department of Justice, in favor of a
lucrative job that would get dirty word "scrounge" out of our goddamn
vocabulary.
Third though I was, I enjoyed one inestimable advantage in
competing for the best legal spots. I was the only guy in the top ten who
wasn't Jewish. (And anyone who says it doesn't matter is full of it.) Christ,
there are dozens of firms who will kiss the ass of a WASP who can merely
pass the bar. Consider the case of yours truly: Law Review, All-Ivy, Harvard
and you know what else. Hordes of people were fighting to get my name
and numeral onto their stationery. I felt like a bonus baby--and I loved
every minute of it.
There was one especially intriguing offer from a firm in Los Angeles.
The recruiter, Mr. ______ (why risk a lawsuit?), kept telling me:
"Barret baby, in our territory we get it all the time. Day and night.I
mean, we can even have it sent up to the office!"
Not that we were interested in California, but I'd still like to know
59
precisely what Mr. _____ was discussing. Jenny and I came up with some
pretty wild possibilities, but for L.A. they probably weren't wild enough. (I
finally had to get Mr. ____ off my back by telling him that I really didn't
care for "it" at all. He was crestfallen.)
Actually, we had made up our minds to stay on the East Cost. At it
turned out, we still had dozens of fantastic offers from Boston, New York
and Washington. Jenny at one time thought D.C. might be good ("You
could check out the White House, Ol"), but I leaned toward New York. And
so, with my wife's blessing, I finally said yes to the firm of Jonas and Marsh,
a prestigious office (Marsh was a former Attorney General) that was very
civil-liberties oriented ("You can do good and make good at once," said
Jenny). Also, they really snowed me. I mean, old man Jonas came up to
Boston, took us to dinner at Pier Four and sent Jenny flowers the next day.
Jenny went around for a week sort of singing a jingle that went
"Jonas, Marsh and Barret." I told her not so fast and she told me to go
screw because I was probably singing the same tune in my head. I don't
have to tell you she was right.
Allow me to mention, however, that Jonas and Marsh paid Oliver
Barret IV $11,800, the absolute highest salary received by any member of
our graduating class.
So you see I was only third academically.
Teks BSa:
Urutannya memang seperti itu.
Erwin, Bella, dan aku sendiri merupakan lulusan terbaik di sekolah
hukum. Kini tiba waktunya untuk menikmati jerih payah kami. Wawancara
untuk mengisi lowongan. Tawaran kerja. Permohonan. Sanjungan.
Rasanya ke mana pun aku menoleh, aku melihat seseorang mengibarkan
bendera dengan tulisan: "Bekerjalah untuk kami, Barret!"
Tapi aku hanya mengikuti bendera-bendera hijau. Maksudnya, aku
tidak bodoh. Sejak pertama aku mengabaikan alternatif-alternatif
bergengsi, seperti menjadi asisten hakim, serta alternatif-alternatif
pengabdian masyarakat, seperti Departemen Kehakiman. Yang kuincar
adalah pekerjaan "basah", yang akan menghapus istilah "pas-pasan" dari
perbendaharaan kata kami.
Meski hanya menduduki peringkat ketiga, aku memiliki satu
keuntungan tak ternilai dalam perebutan posisi-posisi terbaik dalam
bidang hukum. Aku satu-satunya orang dalam sepuluh besar yang bukan
Yahudi. (Dan siapa pun yang berkata itu tidak berpengaruh, sebaiknya
diam saja.) Ada lusinan biro hukum yang mau berbuat apa saja untuk
60
memperoleh WASP yang lolos hanya dengan nilai pas-pasan. Aku sendiri,
misalnya: Law Review, tim utama, Harvard, dan sebagainya. Entah berapa
banyak orang saling bersaing agar bisa mencantumkan nama dan nomorku
pada kertas surat mereka. Aku merasa seperti anak emas, dan aku benar-
benar menikmatinya.
Aku menerima satu tawaran yang sangat menarik dari biro hukum di
Los Angeles. Orang yang ditugaskan merekrut aku, Mr. X (untuk apa harus
mengambil risiko dituntut?), terus mendesakku, "Barret, Baby. Di tempat
kami, kami bisa mendapatkannya kapan saja. Siang dan malam. Bahkan
bisa diantar ke ruang kerja!"
Terus terang, aku kurang tertarik pada California, tapi aku penasaran
apa persisnya yang dimaksudkan Mr. X. Jenny dan aku memikirkan
beberapa kemungkinan yang cukup seru, namun untuk ukuran L.A. tentu
masih kurang seru. (Akhirnya aku terpaksa memberitahu Mr. X bahwa aku
tidak berminat untuk "mendapatkannya", sekedar agar ia berhenti
mendesak-desakku. Ia tampak kecewa sekali.)
Sebenarnya kami sudah memutuskan untuk tetap di Pantai Timur. Dan
ternyata masih ada lusinan tawaran dari Boston, New York, dan
Washington. Jenny cenderung memilih D.C. ("Kau bisa lihat-lihat Gedung
Putih. Ol."), tapi aku condong ke New York. Dan karena itu, dengan restu
istriku, aku akhirnya menerima tawaran Biro Hukum Jonas & Marsh,
sebuah biro bergengsi (Marsh mantan Kepala Departemen Kehakiman)
yang berorientasi pada kebebasan perorangan. ("Kau bisa berbuat baik
sekaligus menikmati penghasilan yang baik," kata Jenny.) Mereka benar-
benar membuatku merasa tersanjung. Bayangkan saja, Mr. Jonas sendiri
yang datang ke Boston, mengajak kami makan malam di Pier Four, lalu
mengirim bunga untuk Jenny keesokan harinya.
Selama kira-kira satu mingu Jenny sibuk membayangkan "Jonas, Marsh
& Barret". Aku mengingatkannya agar jangan terburu-buru, dan ia
menyahut persetan denganku sebab ia yakin aku pun diam-diam
membayangkannya. Dan ia benar.
Ijinkanlah aku menambahkan bahwa Jonas & Marsh membayar Oliver
Barrett IV 11.800 dolar, gaji tertinggi di antara semua yang lulus
seangkatan denganku.
Jadi, aku memang nomor tiga, tapi hanya dari segi akademik.
61
penerjemahan. Dalam contoh di atas, naskah tersebut diterjemahkan
dengan kata-kata khas anak muda tahun 1990-an.
Kata snow job dihilangkan di dalam BSa. Kata tersebut artinya
pekerjaan yang menyenangkan. Di bagian lain, kata Sejak pertama
ditambahkan di dalam BSa (paragraf 2). Sebenarnya sedikit terjadi
kesalahpengertian oleh penerjemah. Kata public service sebenarnya
berarti jabatan pegawai negeri. Tetapi kata ini diterjemahkan menjadi
pengabdian masyarakat. Meskipun begitu, secara keseluruhan masih bisa
diterima.
Penerjemah ternyata juga melakukan penyesuaian agar
ekspresinya tidak terlalu kasar di dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh
adalah ekspressi kiss the ass (par. 4) yang diterjemahkan ke dalam mau
berbuat apa saja. Sebenarnya ada terjemahan yang lebih dekat yakni
menjilat pantat, tetapi mungkin penerjemahnya memandang terlalu
kasar.
Disamping itu, penerjemah juga menyederhanakan beberapa
ekspresi yang cukup sulit. Contohnya adalah ekspresi consider the case of
yours trully (par. 4). Yours trully ini merujuk pada penulisan surat, yaitu
salam penutup. Di dalam bahasa Indonesia tentu saja, hormat kami.
Setelah salam penutup ini tentu diikuti tanda tangan dan nama lengkap
beserta gelar. Dari nama dan gelar ini akan tampak jelas siapa pengirimnya
dan kualifikasinya. Ekspresi ini disederhanakan menjadi Aku sendiri
misalnya.
Contoh penyederhanaan yang lainnya adalah saat Jenny sort of
singing a jingle that went 'Jonas, Marsh and Barret' (par. 9). Sebenarnya
di sini Jenny menyenandungkan lagu yang populer sekitar Pearn Dunia II
yang berjudul Roll out the barrel. Hanya saja liriknya diganti menjadi Jonas,
Marsh and Barret. Dan ini semua diterjemahkan menjadi membayangkan
'Jonas, Marsh & Barret'. Ekspresi yang lainnya adalah to go screw (par. 9),
Sebenarnya ekspresi ini berarti mengatakan tidak, tetapi hatinya ingin.
Dalam BSa ekspresi ini diterjemahkan menjadi persetan denganku. Dan
ekspresi I don't have to tell you she was right (par. 9) cukup diterjemahkan
menjadi Dan ia benar. Secara umum hal ini bisa diterima. Inilah salah satu
ciri penerjemahan yang berpihak pada pembaca.
Meskipun begitu, kami juga mencatat bahwa terjemahan ini masih
bisa ditingkatkan kualitasnya dengan memperhatikan hal-hal berikut.
62
WASP (par. 4) dipungut begitu saja ke dalam BSa (bahasa Indonesia).
Karena banyak pembaca yang mungkin tidak tahu makna WASP. maka
lebih baik singkatan itu diterjemahkan atau paling tidak diberi penjelasan
orang kulit putih, asli Inggris, dan beragama Kristen. Barret, Baby (par. 6)
lebih baik diterjemahkan Nak Barret karena baby ini memang padanannya
nak dalam konteks tersebut. Yang terakhir, Attorney General (par. 8)
seharusnya tidak diterjemahkan menjadi mantan Kepala Departemen
Kehakiman, tetapi menjadi mantan Jaksa Agung karena memang itulah
yang benar.
Di depan telah dikemukakan bahwa memang tidak ada aturan
khusus mengenai pemilihan prinsip ini. Tetapi perlu diperhatikan adanya
jenis-jenis teks yang mencerminkan posisi penulis terhadap isi tulisannya,
yaitu teks sastra dan filsafat, teks informasi umum dan teks informasi
khusus. Di dalam teks sastra (serius), kedudukan penulis istimewa. Oleh
karena itu, prinsip terjemahannya biasanya condong ke terjemahan yang
setia pada teks BSu. Teks informasi umum, misalnya koran, bisa
diterjemahkan dengan prinsip terjemahan yang setia pada pembaca teks
BSa karena kedudukan penulis tidak penting di sini. Yang terakhir, teks
informasi khusus, misalnya dokumen hukum, teks ekonomi, dan teks
IPTEK seyogyanya didekati dengan prinsip terjemahan yang setia kepada
pembaca teks BSa, tetapi penerjemah tidak bisa seleluasa penerjemah
teks informasi umum. Ia harus memperhatikan ekspresi-ekspresi khas di
dalam tiap-tiap bidang atau konteks itu. Ekspresi ini biasanya disebut
register atau jargon.
Demikianlah penjelasan tentang prinsip-prinsip terjemahan ini.
Dapat dikemukakan lagi di sini bahwa seorang penerjemah tidak harus
setia pada satu prinsip penerjemahan selama kariernya sebagai
penerjemah. Ia boleh, atau bahkan harus, mengubah prinsip-prinsipnya
tergantung pada tujuan penerjemahannya.
63
BAB IV
STRATEGI PENERJEMAHAN
64
a. Penambahan (addition)
Penambahan di sini adalah penambahan kata-kata di dalam BSa
karena struktur BSa memang menghendaki begitu. Penambahan jenis ini
bukanlah masalah pilihan tetapi suatu keharusan. Sebagai contoh
perhatikan berikut ini:
BSu: Saya guru.
BSa: I am a teacher.
Di dalam contoh di atas, kata "am" dan "a" harus ditambahkan demi
keberterimaan struktur BSa. Di dalam contoh berikut, kata "do" juga harus
ditambahkan karena alasan yang sama.
BSu: Saya tidak mengira kalau kamu bisa datang hari ini.
BSa: I do not expect that you can come today.
b. Pengurangan (Subtraction)
Pengurangan artinya adanya pengurangan elemen struktural di dalam
BSa. Seperti halnya penambahan, pengurangan ini merupakan
keharusan. Perhatikan contoh berikut.
Di dalam contoh di atas kata elemen struktural yaitu kata kerja "go"
dan "is an" dikurangkan dari BSa.
c. Transposisi (Transposition)
Strategi penerjemahan ini digunakan untuk menerjemahkan klausa
atau kalimat. Berbeda dengan kedua strategi sebelumnya, transposisi bisa
dipandang sebagai suatau keharusan atau sebagai pilihan. Transposisi
adalah suatu keharusan apabila tanpa strategi ini makna BSu tidak
tersampaikan. Transposisi menjadi pilihan apabila transposisi dilakukan
karena alasan gaya bahasa saja. Artinya, tanpa transposisi pun makna BSu
sudah bisa diterima oleh pembaca teks BSa. Yang paling sering transposisi
dilakukan karena alasan kedua ini.
65
Dengan strategi ini penerjemah mengubah struktur asli BSu di
dalam kalimat BSa untuk mencapai efek yang padan. Pengubahan ini
dilakukan jika terdapat perbedaan antara struktur BSu dan BSa yang wajar.
Pengubahan ini bisa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, posisi
kata sifat, sampai pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan
(Newmark, 1988: 85; Rachmadie dkk., 1988: 1.36). Pemisahan satu kalimat
BSu menjadi dua kalimat BSa atau lebih, atau penggabungan dua kalimat
BSu atau lebih menjadi satu kalimat BSa juga termasuk di dalam strategi
ini.
Pengubahan letak kata sifat di dalam frasa nomina dan pengubahan
dari bentuk kata jamak menjadi tunggal atau sebaliknya merupakan
keharusan bagi penerjemah. Sebagai contoh adalah sebagai berikut.
Di dalam contoh di atas, letak kata sifat di dalam dua frasa nomina
"musical instruments" dan "two basic groups" diubah letaknya. Di dalam
bahasa Inggris, kata sifat yang berfungsi sebagai unsur "menerangkan"
harus berada di depan yang "diterangkan". Untuk banyak hal, bahasa
Indonesia mempunyai hukum D-M (Diterangkan - Menerangkan). Jadi
letak kata sifat tersebut harus diubah. Pengubahan itu bisa digambarkan
sebagi berikut.
66
menerjemahkan artikel.
d. Modulasi
Ada contoh transposisi yang khas, yang juga dikenal sebagai
modulasi. Modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan frasa, klausa,
atau kalimat. Di sini penerjemah memandang pesan dalam kalimat BSu
dari sudut yang berbeda atau cara berpikir yang berbeda (Newmark, 1988:
88). Strategi ini digunakan jika penerjemahan kata-kata dengan makna
literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar atau luwes. Perhatikan
contoh berikut:
a. Pungutan (borrowing)
Pungutan adalah strategi penerjemahan yang membawa kata BSu
ke dalam teks BSa. Jadi penerjemah sekedar memungut kata BSu yang ada,
oleh karena itu strategi ini disebut pungutan. Salah satu alasan
digunakannya strategi ini adalah untuk menunjukkan penghargaan
terhadap kata-kata tersebut. Alasan yang lain adalah belum ditemuinya
padanan di dalam BSa. Pungutan bisa mencakup: transliterasi dan
naturalisasi. Transliterasi adalah strategi penerjemahan yang
mempertahankan kata-kata BSu tersebut secara utuh, baik bunyi atau
tulisannya.
67
Naturalisasi adalah kelanjutan dari transliterasi. Dengan
naturalisasi kata-kata BSu itu ucapannya dan penulisannya disesuaikan
dengan aturan bahasa BSa. Naturalisasi ini juga sering disebut dengan
adaptasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh berikut.
BSu:
The skin consists of two main regions: the epidermis and the dermis. The
epidermis is the outer layer and consists chiefly of dead, dry, flattened cells
which rub off from time to time. More cells are produced from the layers
of living cells at the bottom of the epidermis. The dermis is the deeper layer
and consists of living cells of connective tissue, the lowest layer being the
cells which contain stored fat.
68
BSa:
Kulit terdiri atas dua bagian: epidermis dan dermis. Epidermis adalah
lapisan luar dan terutama terdiri atas sel-sel pipih yang telah kering dan
mati, yang selalu mengelupas. Banyak sel diproduksi dari lapisan sel hidup
yang berada di dasar bagian epidermis. Bagian dermis adalah lapisan
dalam dan terdiri atas sel-sel hidup yang membentuk jaringan
penghubung, dan lapisan yang terdalam adalah sel-sel yang mengandung
simpanan lemak.
d. Sinonim
Penerjemah bisa juga menggunakan kata BSa yang kurang lebih
sama untuk kata-kata BSu yang bersifat umum kalau enggan
70
menggunakan analisis komponensial. Strategi ini diambil karena analisis
komponensial dirasa bisa mengganggu alir kalimat BSa (Newmark, 1988:
83-84). Perhatikan contoh berikut:
e. Terjemahan resmi
Strategi lain yang sering digunakan adalah terjemahan resmi yang
telah dibakukan. Untuk itu, penerjemah yang mengerjakan naskah dari
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia perlu memiliki "Pedoman
Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing" yang dikeluarkan oleh Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Depdikbud R.I. Sebagai contoh
saja, "read-only memory" diterjemahkan menjadi "memori simpan tetap"
di dalam buku itu. Dengan menggunakan strategi ini penerjemah bisa
memperoleh dua keuntungan. Pertama, ia bisa menyingkat waktu dan,
kedua, ia bisa ikut serta memberi arah perkembangan bahasa Indonesia
pada jalur yang benar.
72
BSa: The police officers will help the women.
BSu: Polwan akan membantu ibu-ibu.
BSu: The skin, which is hard and scaly, is greyish in color, thus helping
to camouflage it from predators when underwater.
BSu: "Tetapi Bagaimana si Dora? Dia sudah terima itu cincin?" (Burung-
burung Manyar, 8)
BSa: "But what about Dora?" I asked my friend. "Did she get the ring?"
(The Weaverbirds, 16)
73
Di dalam contoh satu klausa utuh ditambahkan agar teks BSa
menjadi lebih mulus.
Pengurangan informasi terwujud dalam penghapusan kata atau
bagian teks BSu di dalam teks BSa. Dengan kata lain, penghapusan berarti
tidak diterjemahkannya kata atau bagian teks BSu di dalam teks BSa.
Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks BSu tersebut tidak begitu
penting bagi keseluruhan teks BSa dan biasanya agak sulit untuk
diterjemahkan. Jadi, mungkin penerjemah berpikir, daripada harus
menerjemahkan kata atau bagian teks BSu itu dengan konsekuensi
pembaca BSa agak bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk
menghilangkan saja bagian itu karena perbedaan maknanya tidak
signifikan dan mungkin hanya membuat bingung pembaca sasaran.
Perhatikan contoh berikut:
BSu: "Sama dengan raden ayu ibunya," katanya lirih. (BBM: 11)
BSa: "Just like her mother," she whispered.
Dalam contoh di atas, hubungan di penulis dan pembaca dalam teks BSu
terasa jauh atau impersonal. Dengan dipakainy akata “kita”, hubungan
74
itu menjadi lebih dekat di BSa.
d. Pengubahan ilokusi
Strategi pragmatik berikutnya adalah pengubahan ilokusi. Perubahan
ilokusi mengacu pada perubahan tindak tutur, misalnya dari pernyataan
menjadi permintaan.
Contoh:
BSu:
Some species are very large indeed and the blue whale, which can exceed
30 m in length, is the largest animal to have lived on earth. Superficially,
the whale looks rather like a fish, but there are important differences in
its external structure: its tail consists of a pair of broad, flat, horizontal
paddles (the tail of a fish is vertical) and it has a single nostril on the top
of its large, broad head.
BSa:
Beberapa spesies sangatlah besar. Ikan paus biru, yang bisa mencapai
panjang lebih dari 30 meter, adalah binatang terbesar yang pernah hidup
di bumi. Sepintas ikan paus tampak mirip ikan biasa. Ekornya terdiri atas
sepasang "sirip" lebar, pipih, dan mendatar (sementara ekor ikan biasa
tegak). Ikan paus mempunyai satu lubang hidung di atas kepalanya yang
75
besar dan lebar.
f. Penerjemahan parsial
Strategi pragmatik keenam adalah penerjemahan parsial atau tidak
menerjemahkan kata-kata atau kalimat yang ada sepenuhnya, tetapi
meringkasnya. Di sini isi informasi masih tetap sama.
h. transediting
Strategi pragmatik kedelapan adalah transediting. Ini dilakukan
dengan cara menyunting telebih dahulu teks BSu kemudian baru
menerjemahkannya. Hal ini dilakukan karena mutu teks BSU sangat buruk.
h. Penyaduran
Strategi yang terakhir adalah adaptasi atau penyaduran. Dengan
strategi ini pesan bisa diubah untuk disesuaikan dengan pembaca sasaran.
Penerjemahan novel yang aslinya ditujukan kepada orang dewasa di BSu
menjadi novel untuk anak-anak di BSa adalah juga contoh strategi ini.
Penerjemahan jenis ini tentu melibatkan pengubahan pilihan kata,
kerumitan ekspresi, dll.
Jika kita perhatikan strategi-strategi pragmatik ini, semakin ke
belakang semakin sulit untuk dikatakan sebagai penerjemahan jika kita
76
mengacu pada definisi konvensional penerjemahan. hingga tercapai
derajat penerjemahan yang paling rendah yakni strategi penyaduran.
77
BAB V
PADANAN GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL
79
Di dalam bahasa Inggris sendiri, frasa benda yang dibentuk dengan
kata sandang tak tentu dan kata benda mempunyai dua makna. Frasa
benda itu mungkin mewakili benda yang betul-betul ada dan hanya satu
jumlahnya, atau mungkin juga untuk mewakili semua benda yang
bersangkutan di dunia ini (konsep umum) seperti dalam kalimat Horse is a
strong animal. Di dalam contoh di atas, the horse mewakili kuda secara
keseluruhan. Oleh karena itu padanan kata sandang the tidak perlu
dihadirkan di dalam bahasa Indonesia sehingga terjemahannya menjadi
Kuda (adalah) binatang yang kuat. Persoalannya lain lagi di dalam contoh
berikut.
BSu: She ate an apple on the way and she did not realize that it was
not hers.
BSa: Ia makan sebuah apel di perjalanan dan ia tidak sadar bahwa
apel itu bukan miliknya.
BSu: It was an old table she had bought at a junk sale for two dollars
and painted pink. There were some cosmetic jars on it and a
silver-backed brush she had gotten as a present on her
eighteenth birthday and three small bottles of perfumes and
a manicure set all neatly laid out on a clean towel. (Rich Man
Poor Man, 1979:22)
BSa: Meja tersebut adalah sebuah meja tua yang dibelinya di pasar
loak seharga dua dolar dan bercat merah muda. Di atasnya
ada beberapa botol kosmetik, sebuah sisir berpunggung
perak yang didapatnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang
kedelapan belas, tiga botol kecil parfum dan seperangkat
manikur semuanya terjajar rapi pada selembar handuk
bersih.
80
b. Bentuk jamak
Bentuk jamak di dalam bahasa Inggris tidak selalu harus
diterjemahkan menjadi bentuk jamak yang berupa kata ulang di dalam
bahasa Indonesia. Bahasa Inggris memang mengenal nominal concord
atau agreement. Aturan ini mengharuskan bahwa kata benda harus dibuat
dalam bentuk jamak apabila ada bilangan atau kata lain yang menyatakan
jamak menyertainya. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia, bilangan atau
kata yang menunjukkan jamak justru tidak boleh diikuti kata yang berarti
jamak. Perhatikan contoh berikut.
BSa: Buku ini tentang dua pertanyaan paling penting tentang hidup.
“Ke mana aku akan pergi, dan siapa yang akan pergi
denganku?” Kita semua harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut suatu saat dalam hidup kita, dan urutan
kita menjawabnya sama pentingnya dengan pertanyaan-
pertanyaan itu sendiri.
c. Kata ganti
Di dalam bahasa Inggris ada kata ganti she, her, hers, he, him, his,
it, its, they, them their, theirs, we, our, dan ours. Di dalam bahasa Indonesia
kata gantinya tidak serumit itu, terutama mengenai jenis kelamin. She
sebenarnya berarti ia dengan jenis kelamin perempuan dan he bermakna
ia dengan jenis kelamin laki-laki. They adalah mereka untuk manusia
maupun benda. Sedangkan it adalah ia untuk benda. Yang perlu
diperhatikan adalah she dan her tidak harus diterjemahkan dengan ia
81
perempuan dan nya perempuan serta he dan him tidak perlu
diterjemahkan dengan ia laki-laki dan -nya laki-laki. Hal ini tidak lazim di
dalam bahasa Indonesia. Biasanya konteks membantu pembaca
mengidentifikasi jenis kelaminnya. Oleh karena itu, her, hers pun tidak
perlu diterjemahkan dengan miliknya perempuan, dan his tidak perlu
diterjemahkan dengan miliknya laki-laki.
Selain itu, di dalam bahasa Indonesia kata benda tidak lazim
diganti dengan "ia" atau "mereka". Kata benda bisa diulang-ulang saja.
Perhatikan contoh berikut.”
BSu: In the darkness, the big old house looks so frightening. It stands
with no neighbors, alone in the middle of the forest. Its
windows locked all time, nobody knows what’s behind them.
BSa: Dalam kegelapan, rumah tua yang besar itu nampak sangat
menakutkan. Rumah tersebut terpencil tanpa tetangga,
sendirian di tengah hutan itu. Jendela-jendelanya terkunci
sepanjang waktu, tanpa seorang pun tahu ada apa di balik
(jendela-jendela) itu.
d. Frasa benda
Di dalam bahasa Inggris, frasa benda biasanya terdiri atas
konstruksi "kata sandang + kata sifat + kata benda". Di dalam bahasa
Indonesia biasanya frasa benda terdiri atas "(kata sandang) + kata benda
+ kata sifat". Perhatikan contoh berikut.
a patient man = (seorang) lelaki yang sabar
an intelligent young girl = (seorang) gadis muda yang cerdas
a tall water tower = (sebuah) menara air yang tinggi
a long winding road = (sebuah) jalan yang panjang dan berliku
atau jalan panjang yang berliku
82
a girl in red = (seorang) gadis berpakaian merah.
paintings to admire = lukisan untuk dikagumi
rooms available = kamar yang tersedia
a beautiful intelligent young girl in red = (seorang) gadis cantik,
cerdas, muda, (dan) berpakaian merah
BSu: You will study the history of whaling and the present critical
situation of this magnificent animal.
BSa: Anda akan mempelajari sejarah penangkapan ikan paus dan
situasi kritis saat ini dari binatang yang hebat tersebut.
BSu: Whaling has been done by man for centuries and, in places,
provides a main source of food.
BSa: Penangkapan ikan paus telah dilakukan manusia selama
berabad-abad, dan di beberapa tempat, menjadi sumber
pangan utama.
BSu: Fishermen cast nets in the whale area in order to catch the
fish. In the process of drawing in the nets, a good many get
caught under water and, on being hauled into the boats
with the fish, are found to have died from drowning.
BSa: Para nelayan memasang jaring di area ikan paus untuk
menangkap ikan tersebut. Dalam proses penarikan jaring,
banyak ikan paus yang tertangkap di bawah air dan ketika
diangkat ke kapal ikan-ikan itu didapati telah mati karena
tenggelam.
83
Di dalam terjemahan terakhir frasa with the fish tidak perlu
diterjemahkan karena telah dapat diketahui maknanya dari bagian kalimat
berikutnya ikan-ikan itu.
f. Participle
Di dalam bahasa Inggris ada konstruksi yang disebut present
participle dan past participle. Present participle bentuknya sama dengan
"verb1 + ing" dan past participle adalah bentuk "verb3" dari kata kerja.
Bentuk ini bisa digunakan untuk membentuk frasa benda dan mempunyai
karakteristik kata sifat. Kedua jenis ini biasanya diterjemahkan dengan
kata benda dari bentuk participle tersebut. Yang perlu disadari adalah
present participle membawa serta sifat aktif dan past participle sepertinya
membawa sifat pasif. Jadi ada perbedaan antara "stealing robot" dan
"stolen robot" di dalam kalimat-kalimat berikut.
BSu: Is it the stealing robot? (BSa: Inikah robot pencuri itu?)
BSu: Is it the stolen robot? (BSa: Inikah robot curian itu?)
Jika kita memikirkan kaitan antara bentuk kata terkait kala (tense)
yang ada di dalam contoh teks BSu di atas, kita mungkin sedikit ragu-ragu.
Tetapi kalau kita mencoba memikirkan maknanya, atau mungkin
membayangkan kejadiannya, di dalam bahasa Indonesia, teks di atas bisa
diterjemahkan dengan mudah menjadi sebagai berikut:
BSu: Nowadays, more and more people realize that the world is
moving into critical period and whether we survive depend
on how we deal with the crisis. One of the biggest issues is
the world's food supply in relation to its growing population.
As far as we can estimate, world population was almost stable
at something under ten million for about a million years. The
increase began with the development of agriculture eight to
85
ten thousand years ago. After about seventeen hundred,
when industrialization began, the population started to grow
at about two per cent a year. Today there are about four
thousand million people and, if there are no major disasters,
there'll be six thousand million in the year two thousand. A
hundred years after that, there would be, in theory, be
anything up to sixteen thousand million. Even today there
isn't enough food for everyone and, unless major changes
occur, the situation is going to deteriorate rapidly.
h. Question tag
Di dalam bahasa Inggris sebuah pertanyaan jenis tertentu, yakni
yang mempunyai tempelan di belakang klausa utama, berguna untuk
menguji keyakinan atau pendapat pembicara. Kalimat ini disebut question
86
tag. Di dalam bahasa Indonesia pun ada juga jenis kalimat ini. Hanya saja
bentuk imbuhan di akhir kalimat itu berbeda. Perhatikan contoh berikut.
Di dalam contoh di atas bisa dilihat bahwa semua jenis tag bisa
diterjemahkan menjadi bukan atau bila disingkat kan.
87
Perhatikan contoh berikut.
BSu: If you come to the party, you will meet him personally.
BSa: Jika kamu datang ke pesta itu, kamu akan bertemu
dengannya secara pribadi.
BSu: If you came to the party, you would meet him personally.
BSa: Jika saja kamu datang ke pesta itu, kamu akan bertemu
dengannya secara pribadi. (Catanan: Ini artinya ada kondisi
lain yang menyebabkan "kamu" untuk tidak datang.)
BSu: If you had come to the party, you would have met him
personally.
BSa: Seandainya kamu datang ke pesta itu, kamu tentu bertemu
dengannya secara pribadi. (Catatan: Ini artinya "kamu"
memang tidak datang ke pesta yang dimaksud.)
j. Kalimat elipsis
Kalimat elipsis adalah suatu kalimat yang salah satu komponennya
dihilangkan. Untuk melacak kembali elemen yang dihilangkan ini pembaca
karus merujuk pada kalimat sebelumnya. Di dalam struktur bahasa Inggris,
kata kerja, kata benda, atau kata lainnya bisa dihilangkan di dalam kalimat
yang mengandung kesejajaran struktur (paralelisme). Di dalam bahasa
Indonesia kadang-kadang elemen yang bisa dihilangkan di dalam bahasa
Inggris bisa dihilangkan. Kadang juga tidak. Perhatikan contoh berikut.
BSu: Bill brought some meat to the camping ground and Tony
some sugar.
BSa: Bill membawa sedikit daing ke perkemahan itu dan Tony
membawa sedikit gula.
BSu: Most of the students looked sleepy, but the teacher wasn't.
BSa: Kebanyakan murid tampak mengantuk, tetapi gurunya tidak.
BSu: Few of the students were not satisfied, and neither was the
teacher.
BSa: Beberapa murid tidak puas, dan tidak juga gurunya.
BSu: Few of the students were disappointed. The teacher was too.
BSa: Beberapa murid kecewa. Gurunya juga.
89
k. Kata ganti It di awal kalimat
Bahasa Inggris mempunyai struktur kalimat sebagai berikut:
It + to + be + ....... + infinitive phrase.
It + to + be + ....... + that-clause atau relative clause.
Penerjemah perlu berhati-hati karena kata it itu tidak selalu
berarti ini, itu, hal itu, hal ini atau sejenisnya. Kata it di sini berfungsi
sebagai subjek tetapi artinya tidak ada. Gunanya untuk menekankan
penuturan atau bagian kalimat yang berada di posisi titik-titik di dalam
kalimat di atas. Ada bermacam-macam cara memberi tekanan di dalam
bahasa Indonesia. Perhatikan contoh-contoh berikut.
BSu: You have to keep it in mind that every citizen has right to
control his country.
BSa: Anda harus mencamkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak mengatur negara ini.
90
padanan di dalam BSa. Untuk itu penerjemah harus pandai-pandai
mempertimbangkan kata dengan padanan yang paling tepat sebelum ia
menjatuhkan pilihan.
Penerjemah harus memperhatikan konteks jika ia ingin
mendapatkan padanan yang sesuai. Bahkan, ia sering kali harus pula
melakukan penyesuaian leksikal, tidak sekedar mengambil padanan
harfiah dari suatu kata BSu.
Penerjemah secara khusus harus memperhatikan masalah
padanan leksikal ini terutama kalau ia menemui fenomena berikut:
BSu: They all looked tired and pale. They surely needed rice.
BSa: Mereka semua kelihatan letih dan pucat. Mereka tentunya
membutuhkan nasi.
91
Larson (1984: 89) menyebut fenomena ini dengan istilah
mismatching of reference atau ketidaksamaan acuan. Acuan adalah
benda, kejadian atau karakteristik yang dirujuk oleh suatu kata. Jadi selalu
ada kemungkinan bahwa suatu benda atau kejadian ada di dalam budaya
atau masyarakat tertentu tetap tidak ada di dalam masyarakat lainnya.
Meskipun benda, kejadian, atau karakteristik yang sama ada juga di dalam
dua budaya yang berbeda, tetapi sistem acuannya tidak mesti sama persis,
karena menurut teori medan makna di dalam kajian semantik, tiap-tiap
bahasa akan membagi wilayah makna dengan cara yang tidak sama.
Perhatikan contoh berikut:
Gambar 5.1 Bentuk rumah khas Indonesia, Yunani, dan Papaua Nugini
Fresh segar
tawar
kurang ajar
Homonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai wujud yang
sama. Contohnya adalah kata "can" di dalam kalimat berikut.
Di dalam kalimat itu sebetulnya ada dua macam kata "can". Yang
pertama berarti "bisa" dan yang kedua berarti "mengalengkan" (sebagai
kata kerja) dan "kaleng" (sebagai kata benda). Di dalam bahasa Indonesia
dapat dicontohkan kata-kata berikut.
bisa - can
bisa - poison
madu - honey
madu - second wife of one's husband
6.1 Imbuhan
Dalam banyak kasus, suatu kata BSu tidak bisa begitu saja
diterjemahkan apa adanya. Beberapa penyesuaian diperlukan.
Pembicaraan mengenai hal ini dimulai dengan sistem imbuhan.
Di dalam bahasa Inggris terdapat banyak sekali imbuhan, baik
yang berakar dari bahasa Latin maupun imbuhan asli bahasa Inggris yang
digunakan untuk mengubah jenis kata (derivational affixes) maupun
sekedar mengubah bentuk kata tanpa perubahan makna (inflectional
affixes). Demikian juga, bahasa Indonesia juga mempunyai banyak
imbuhan, baik yang asli Indonesia, seperti "ber-, me-, pe-, per-, di-, ke-,
ter-, se-", dan lain-lain, ada juga imbuhan yang berasal dari bahasa
Sansekerta, seperti "nir-, tan,- pasca-, swa-," dan lain-lain, serta yang dari
bahasa Latin, seperti "pra-, anti-, oto-," dan lain-lain. Di dalam bahasa
96
Inggris kita kenal beberapa imbuhan serta fungsinya sebagai berikut.
1. Awalan
a. berarti tidak, atau lawan kata yang diberi awalan
awalan contoh Inggris padanan Indonesia
non- nonsense, tidak masuk akal,
nontoxic tidak mengandung racun
dis- displace, salah menempatkan,
dissatisfy tidak memuaskan
mis- misprint, salah cetak,
miscommunication salah komunikasi
im- impolite tidak sopan
in- insoluble, tidak teruraikan,
incapable tidak mampu
il- illogical tidak logis
ir- irrational tidak rasional
un- unavoidable tak terelakkan
b. berarti satu
mono- monorail rel tunggal
c. berarti dua
bi- bicycle sepeda (dua roda)
bilingual dwibahasa
d. berarti tiga
tri- tricycle sepeda roda tiga
triangle segitiga
e. berarti lagi/kembali
re- relocation penempatan kembali
relokasi
rejoin menghubungkan kembali
bergabung lagi
f. berarti berubah atau berpindah
trans- transport angkutan
transform berubah bentuk
g. berarti bekas atau keluaran
ex- ex-wife mantan istri
ex-works keluar pabrik (di luar
pabrik)
97
2. Akhiran
a. untuk membuat kata benda
awalan contoh Inggris padanan Indonesia
-er, -or researcher peneliti
supervisor penyelia
-ist economist ahli ekonomi
-ance,-ence endurance daya tahan
-ment government pemerintahan
-ness hardness kekerasan
-ity activity kegiatan
-ion connection hubungan
-ing meeting pertemuan
Word and reading games can sometimes be used for motivation and
reading readiness. Some of these are also useful for additional drills
when more normal instruction begins. They may actually teach the pupil
hist first words while he thinks he is only playing. They make good relief
100
from concentrated study. (Gudschinsky dalam Larson, 1984: 60).
Playing games in which the pupils use words and read can sometimes
motivate them and prepare them to read. Persons who teach may also
use some of these games to drill the pupils more when they are later
instructing them in regular classes.
The games actually teach the pupil his first words while he thinks he is
only playing. They relief/relax pupils who have been concentrating as
they study.
Tulisan ulang dalam bentuk yang lebih sahaja di atas tentu saja
memudahkan penerjemah untuk memahami makana teks BSu. Tetapi
perlu diingat bahwa yang diterjemahkan bukan teks penulisan kembali
tersebut. Teks itu hanya sebagai pembantu pemahaman makna BSu saja.
101
bahasa Indonesia perlu menggabungkan dua konsep atau kata yaitu
"domba" dan "jantan". Sebaliknya, bahasa Inggris tidak mempunyai
konsep "gabah". Untuk menyampaikan konsep itu, bahasa Inggris perlu
menggunakan konsep yang amat umum dan luas, yaitu "rice".
Dari contoh-contoh terakhir, kita mengetahui bahwa memang
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mempunyai konsep yang mirip,
tetapi berbeda. Maknanya hampir sama, tetapi tetap berbeda. Di sini kita
juga tahu bahwa realitas dikonsepkan secara berbeda (Larson, 1984: 56).
Realitas tentang domba dikonsepkan secara lebih rinci di dalam bahasa
Inggris. Sedangkan realitas tentang padi, dikonsepkan jauh lebih detail di
dalam bahasa Indonesia.
6.4.1 Umum-Khusus
Beberapa kata bisa mempunyai hubungan umum-khusus apabila
komponen makna sebutir kata dimiliki oleh beberapa kata yang lain, tetapi
beberapa kata yang lain tersebut mempunyai komponen makna yang lebih
khusus. Di dalam bahasa Inggris ini tampak pada kata-kata contoh seperti
di dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.2 Kata khusus dalam BSu (diadaptasi dari Larson, 1984: 66)
Sheep Horse Chicken Dog Deer
Dewasa Jantan ram stallion rooster dog buck
Betina ewe mare hen bitch doe
Muda Jantan/Betina lamb colt/foal chick puppy fawn
102
Di dalam contoh di atas, kata 'sheep' adalah kata umum, sedangkan ketiga
kata yang lainnya 'ram', 'ewe', 'lamb' adalah kata-kata khusus. Oleh karena
itu hubungan kata pertama dengan ketiga kata ini disebut hubungan
umum khusus. Di dalam bahasa Indonesia bisa contohkan hubungan
antara kata 'bunga' dan 'melati', 'mawar', 'bakung' dan lain-lain.
Perlu disadari bahwa pada beberapa bahasa satu kata bisa dipakai
di dalam beberapa tingkat. Pada contoh di atas adalah kata 'dog' yang
dipakai pada tingkat yang paling umum, dan 'dog' yang dipakai untuk
merujuk pada anjing dewasa jantan.
Pemahaman penerjemah akan konsep ini akan sangat berguna
baginya untuk menganalisis kata di dalam BSu dan BSa dan juga di dalam
mencari padanan yang tepat di dalam BSa. Sebagai contoh perhatikan
kalimat berikut.
Di dalam contoh di atas ada kata 'stallion'. Di dalam bahasa Indonesia tidak
ada satu kata dengan makna yang persis sama. Yang ada adalah kata
dengan makna umum, yaitu 'kuda'. Oleh karena itu penerjemah bisa
menggunakan kata umum itu tetapi dengan menambahkan komponen
makna yang belum ada yaitu jenis 'dewasa dan jantan'. Maka penerjemah
bisa menggunakan kata 'kuda jantan' untuk menerjemahkannya. Maka
jadilah kalimat BSa sebagai berikut.
103
Tabel 6.3 Terjemahan kata dalam BSa
Domba Kuda Ayam Anjing Rusa
Dewasa Jantan domba kuda jago anjing rusa
(jantan) (jantan) (jantan) (jantan)
Betina domba kuda (induk) anjing rusa
(betina) (betina) ayam (betina) (betina)
Muda Jantan/Betina (anak) (anak) (anak) (anak) (anak) rusa
domba kuda ayam anjing
Dari perbandingan Tabel 6.2. dan Tabel 6.3. di atas bisa dipahami
bahwa Bahasa Indonesia tidak mempunyai kata-kata khusus untuk
sebagian besar kata-kata Bahasa Inggris dengan makna khusus seperti
yang tercantum dalam Tabel 6.2.
6.4.3 Sinonim
Kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau hampir sama
di dalam suatu bahasa disebut sinonim. Sebagai contoh adalah:
104
- berkata
- bergumam
- berbisik
- bertanya
- berujar
- bertutur
Dalam kaitannya dengan hal ini, penerjemah perlu mengetahui
perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu dalam hal kapan kata-
kata tertentu harus digunakan. Sebagai contoh 'bergumam' dan 'berbisik'
memang hampir sama maknanya. Tetapi dalam konteks, berbeda
penggunaannya. Perhatikan contoh berikut.
- Ani bergumam sendirian.
- Ani berbisik kepada Anto.
105
tidak ada di dalam bahasa yang lain. Perhatikan daftar kata berbalasan
berikut ini.
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
borrow - lend meminjam - meminjamkan
teach - learn mengajar - belajar
loan - loan hutang - piutang
Contoh yang lain adalah tentang topik 'keluarga'. Perhatikan tabel berikut.
108
6.5.3 Ketidakpadanan Butir Leksikal secara Budaya
Dari pembahasan tentang ketidakpadanan perangkat semantik di
atas, dapat diperkirakan bahwa pengelompokan kata berbeda dari satu
budaya ke budaya yang lain. Budaya jawa mempunyai banyak kata yang
terkonsentrasi di sekitar topik 'kelapa' dan 'padi', tetapi tidak mempunyai
banyak kata dalam konsentrasi 'salju', misalnya. Demikian juga tentang
kata sekitar topik keluarga (perhatikan kembali contoh di atas.)
Kata-kata dalam BSu dan BSa yang sekilas tampak sama sekalipun,
sebenarnya berbeda secara budaya. Ambil contoh kata 'house' dan
'rumah'. 'House' biasanya mempunyai sistem penghangat baik itu berupa
perapian atau penghangat listrik. Sedangkan 'rumah' tidak pernah punya
sistem penghangat. Ruang-ruang yang menjadi bagian sebuah 'house' pun
berbeda dengan ruang-ruang yang menjadi bagian 'rumah' orang Jawa,
misalnya. Di 'rumah' orang Jawa ada 'senthong', 'pendhapa', dan
'pringgitan. Sementara 'house' mempunyai 'living room', 'kitchen', dan
'bedroom'.
Kalimat "Orang-orang mengadakan rapat di ruang depan" akan
janggal bila diterjemahkan menjadi "The people have a meeting in the
front room", karena 'house' tidak mempunyai front room, yang ada adalah
'living room'.
Perhatikan pula perbedaan kata house dan home. Dalam konsep
bahasa Inggris, house adalah rumah yang dimiliki, sedangkan home adalah
rumah yang ditempati.
Kesimpulannya, dari pembahasan ini bisa dilihat bahwa seorang
penerjemah tidak hanya berkutat dengan konsep di dalam satu bahasa,
tetapi konsep di dalam dua bahasa. Setiap bahasa mungkin akan
membungkus konsep itu secara berbeda atau unik di dalam butir-butir
leksikalnya. Jika penerjemah ingin mencapai ketepatan yang bisa
dipertanggungjawabkan di dalam menerjemahkan, maka ia harus
mengetahui sesuatu yang berkenanan dengan kemungkinan kepadanan
(yang akan dibahasa di dalam sub bab berikut ini) atau ketidakpadanan
antara sistem leksial kedua bahasa tersebut.
6.7 Padanan Leksikal dengan Konsep yang Tidak Diketahui di dalam BSa
Salah satu tugas berat penerjemah, menurut Larson (1984: 163)
adalah mencari padanan leksikal dengan acuan konsep yang tidak dimiliki
oleh BSa. Bila ini terjadi, BSa sudah barang tentu tidak mempunyai butir
leksikal untuk konsep ini. Kesulitan penerjemah tidak hanya mencari
padanan kata dalam BSa, tetapi juga dalam mencari cara bagaimana
mengenalkan konsep itu ke dalam BSu. Ada tiga cara yang bisa ditempuh
oleh penerjemah bila ia menghadapi masalah ini: (1) menggunakan kata
umum dan frasa deskriptif (seperti yang telah dibahas di depan), (2)
menggunakan kata pinjaman atau jumputan, dan (3) penggantian kultural
(Beekman dan Callow dalam Larson, 1984: 163). Meskipun begitu
penerjemah harus sadar bahwa setiap pilihan mempunyai kelemahan dan
kelebihan.
Kata umum yang ditambah dengan frasa deskriptif tentu saja
membuat kalimat terjemahan lebih panjang dan terasa bebas, tetapi
makna yang ditransfer lebih utuh. Kata pinjaman membuat teks BSa terasa
asing, tetapi lebih efektif dan ekonomis. Sementara itu penggantian secara
kultural (cultural substitutues) memang membuat teks BSa terasa luwes
111
seperti teks asli, tetapi sebenarnya ada perbedaan makna antara kata BSu
dan Bsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, tujuan penerjemahan akan
menjadi pertimbangan utama bagi penerjemah.
Alternatif pertama bisa dilakukan dengan baik bila penerjemah
mau mempertimbangkan fungsi dan bentuk fisik dari konsep yang diacu
oleh kata BSu. Lalu padanan deskriptifnya mencakup kata umum ditambah
rincian fungsi dan/atau bentuknya.
Kata pungutan adalah kata BSu yang langsung dimasukkan ke
dalam BSa baik dengan atau tanpa modifikasi. Kita mempunyai banyak
sekali kata pinjaman, terutama dari bahasa Inggris, misalnya 'komputer',
'motor', 'efektif', dan dari bahasa Arab, misalnya 'setan', 'malaikat', 'hadir',
dll.
Penggantian kata BSu dengan kata lain dengan fungsi kultural yang
sama bisa dilakukan bila kata ini memang pada dasarnya menyngkut
fungsinya, bukan bentuknya. Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat
berikut.
Pada teks BSa yang pertama, 'buah duwet' diganti dengan 'chery
fruit' karena bahasa Inggris tidak mengenal 'duwet' dan maksud penulis
asli dengan 'buah duwet' itu adalah untuk sekedar pelega rasa haus dan
laparnya. Oleh karena itu 'chery fruit' sudahlah cukup. Tetapi bila tujuan
penulis asli adalah untuk memperkenalkan 'buah duwet' kepada sidang
pembaca bahasa Inggris, maka frasa deskiptif seperti teks BSa yang
kedualah yang lebih cocok. Di bawah ini ada beberapa contoh penggunaan
penggantian
Dengan kata lain dengan fungsi yang sama ini. Contoh-contoh ini
diambil dari novel "Burung-burung Manyar" karya Mangunwijaya dan
terjemahnnya buah karya T.M. Hunter, "The Weaverbirds".
BSa: In time the story would come out of her all by itself.
Nonetheless, she would slip in a suggestion here and there.
Show her, in a flash, her real intent, as a woman reveals her
nakedness when she's about to bathe at a spring in the chill
of the setting sun. Perhaps asking Mbok Ranu to massage her
back would provide the opportunity. (p. 23)
Contoh jenis 1
bookstore = book + store = toko buku
(buku) (toko)
toothache = tooth + ache = sakit gigi
(gigi) (sakit)
notebook = note + book = buku catatan
(catatan) (buku)
114
sunflower = sun + flower = bunga matahari
(matahari) (bunga)
cold blooded = cold + blooded = berdarah dingin
(dingin) (berdarah)
6.11.1 Eufemisme
Eufemisme adalah penggunaan kata-kata untuk mengganti kata-
kata atau ungkapan tertentu yang dianggap kasar atau dapat
menyinggung perasaan. Sebagai contoh adalah kata "mati". Kata ini dalam
konteks tertentu dianggap terlalu kasar. Oleh karena itu kata ini bisa
diganti dengan kata "berpulang". Perhatikan contoh-contoh berikut.
- Ibunya telah mati tiga tahun yang lalu.
- Ibunya telah berpulang tiga tahun yang lalu.
120
BSu: My life was a coma, empty like that of Adam in paradise (p.
344)
BSa: Hidupku adalah sebuah koma, kosong, seperti hidup Adam di
surga.
BSu: Beirut, free from the mud of winter and the dust of summer, is
like a bride in the spring, or like a mermaid sitting by the side
of a brook drying her smooth skin in the rays of the sun (p.
352)
BSa: Beirut, terbebas dari lumpur musim dingin dan debu musim
panas, bagaikan pengantin wanita di musim semi, atau bagai
puteri duyung yang sedang duduk berjemur untuk
mengeringkan kulitnya yang halus di pinggir sungai.
BSu: An old man likes to return in memory to the days of his youth
like a stranger who longs to go back to his own country (p.
352)
BSa: Orang tua ingin mengingat kembali masa mudanya seperti
seorang asing yang rindu pulang ke negaranya.
6.11.3 Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat
manusia kepada benda dan makluk tak bernyawa lain, termasuk
tumbuhan dan alam. Untuk menerjemahkan personifikasi penerjemah
bisa langsung menerjemahkannya secara harfiah asal tidak bertentangan
dengan kaidah tata bahasa BSa. Kalau terjemhan harfiah tidak berterima,
penerjemah bisa mengubah terjemahannya sedikit lebih bebas sehingga
makna dan gaya bahasa itu bisa tersampaikan. Perhatikan contoh-contoh
berikut. Kalimat BSu di ambil dari The Broken Wings karya Kahlil Gibran.
BSu: ... when love opened my eyes with its magic rays and touched
122
my spirit for the first with its fiery fingers, ... (p. 343)
BSa: ... saat cinta membuka mataku dengan sinar ajaibnya dan
untuk pertama kali menyentuh jiwaku dengan tangan-tangan
hangatnya, ...
BSu: ... and when I sat by the seashore I heard the waves singing the
song of Eternity (p. 383)
BSa: ... dan saat aku duduk di tepi laut aku dengar ombak
menyanyikan lagu keabadian.
BSu: ... and the passion that drew tears from my eyes was replaced
by perflexity that sucked the blood from my heart, ... (p. 400)
BSa: ... dan cinta yang mengeringkan air mata dari mataku berganti
menjadi kebingungan yang menyedot darah dari hatiku, ...
BSu: Don't just take it for granted. Study it first, speak later.
BSa: Jangan hanya menerima apa adanya. Pelajari dulu, baru bicara.
Bsu: Don't lose your heart. The sun always rises in the morning.
BSa: Jangan patah semangat. Matahari selalu terbit tiap pagi.
123
BSu: Michael Jackson is one of the living legends.
BSa: Michael Jackson adalah salah satu dari legenda hidup.
Dari pembahasan tentang makna figuratif atau makna kias ini dapat
disimpulkan bahwa penerjemah selayaknya berusaha menerjemahkan
teks secara langsung (harfiah) jika berterima di dalam BSA secara tata
bahasa dan semantis. Tetapi jika hal ini tidak mungkin, penerjemah bisa
lebih bebas untuk menuliskan kembali teks BSu menjadi teks BSa. Hal
pertama adalah mencari padanan yang ungkapan, gaya bahasa, atau kata
kias yang telah ada di dalam BSa. Bila hal ini pun tidak mungkin, cara
terakhir adalah menggunakan kata lain dengan makna yang sama dengan
ungkapan, gaya bahasa, atau kata kias BSu, yang bersifat universal, atau
kalau perlu menerangkan maksudnya.
124
BAB VII
MAKNA DAN TERJEMAHAN
Menurut Suryawinata (1989: 21-22) ada lima macam makna, yaitu makna
leksikal, gramatikal, tekstual, kontekstual atau situasional, dan makna
sosiokultural. Leksikal adalah butir linguistik yang terdapat di dalam
kamus. Jadi makna leksikal adalah makna yang diberikan di dalam kamus.
Sebagai contoh perhatikan makna leksikal dari kata "hand" yang terdapat
di dalam kamus Longman berikut.
Hand--the moveable parts at the end of the arms, including the fingers
a. menidurkan
b. meniduri
c. tertidur
a. memijat
b. memijati
c. memijatkan
125
a. Seekor anjing menggigit orang.
b. Orang menggigit seekor anjing.
a. I go to the office.
b. I went to the office.
c. To the office I went.
129
Tentang Demokrasi
Sekarang, orang bilang, Demokrasi
Ya demokrasi!
Demokrasi lebih baik kan?
Toko hancur, buruh mogok
Orang saling bunuh
Petinggi saling fitnah
Dan anak-anak kurang makan
Tak mampu menatap masa depan?
Dari contoh ini, pembaca tentu tahu bahwa kata demokrasi tidak
bermakna seperti yang diuraikan baris-baris di atas. Makna implisit utama
yang bisa ditarik dari puisi di atas adalah "orang berbuat semaunya dengan
mengatasnamakan demokrasi". Makna ini baru bisa dipahami setelah
pembaca membaca keseluruhan puisi.
Yang terakhir, makna tematik adalah makna yang dilihat dari
kedudukan sebuah kata di dalam kalimat. Kata pertama di dalam kalimat
disebut tema, dan mengandung informasi yang sudah sama-sama
diketahui oleh para pelibat pembicaraan. Informasi barunya diletakkan di
dalam bagian kalimat yang ada di belakang tema, yang disebut rema. Jadi
makna tematik adalah makna yang dipentingkan berdasarkan kedudukan
kata (tema-rema) di dalam kalimat. Kata yang pertama atau tema biasanya
lebih ditekankan di dalam kalimat, oleh karena itu maknanya tidak bisa
diabaikan begitu saja di dalam terjemahan. Makna tematik, atau makna
kata yang berkedudukan sebagai tema, ini merupakan dasar formal
ekuivalensi makna antara BSu dan BSa. Jadi kalimat "Ke sana dia pergi"
menurut makna tematik ini harus diterjemahkan menjadi, "There he goes"
karena makna tematik kata "Ke sana" itu penting.
Jenis kedua, makna komunikatif, juga bisa dibagi lagi menjadi
beberapa makna, yaitu: makna ilokusi, makna performatif, makna
inferensial, dan makna prognostik. Makna ilokusi adalah kekuatan atau
maksud dasar sebuah kalimat. Kalau kalimat itu kalimat tanya maka
dinyatakan dalam susunan kata yang bagaimana pun, makna ilokusinya
menuntut adanya jawaban. Kalimat BSu yang mempunyai makna ilokusi
seperti ini tentu saja tidak boleh diterjemahkan menjadi kalimat yang
hanya berupa himbauan.
Makna makna performatif adalah tindakan yang benar-benar
130
dilakukan jika sebuah kalimat ditulis atau sebuah ujaran diujarkan. Jadi,
sebuah kalimat bermakna memberi kekuatan hukum di dalam surat
perjanjian dan di dalam peristiwa perkawinan. Maksudnya adalah kalimat-
kalimat di dalam surat perjanjian mengikat kedua belah pihak secara
hukum. Sementara itu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pengantin
laki-laki dalam menjawab pertanyaan penghulu di dalam adat perkawinan
Islam adalah sebuah tindakan yang bisa mengesahkan atau tidak
mengesahkan hubungan perkawinan sepasang manusia itu.
Makna inferensial adalah makna yang bisa disimpulkan dari
sebuah kalimat. Kalimat "Seandainya saja kamu tahu hatiku" mempunyai
makna penyesalan. Kalimat itu menyiratkan makna bahwa pengujar atau
penulis menyesal bahwa pendengar atau pembaca dulu tidak mengetahui
isi hatinya.
Makna prognostik adalah makna kalimat untuk memberi tanda
bahwa sesuatu akan terjadi sebentar lagi. Kalimat "Tunggu apa lagi?"
memberi tanda bahwa pendengar harus segera bertindak.
Di dalam sebuah kalimat, biasanya hanya terdapat satu buah
makna komunikatif. Mungkin hal ini tidak begitu menyebabkan masalah
bagi penerjemah, tidak seperti makna kognitif di atas, atau makna
asosiatif. Makna asosiatif adalah makna yang berhubungan dengan latar
belakang penulis, situasi, atau bahkan nilai bunyi kalimat BSu. Bila
dihubungkan dengan latar belakang penulis, makna ini bisa ditangkap dari
sosioleknya. Jadi kita bisa membedakan makna kata "bersantap" dan
"makan". Maknya juga bisa diturunkan dari dialeknya, apakah kata yang
dipakai adalah "kenape" atau "kenapa". Makna bisa juga dilihat dari jenis
kata menurut kapan kata itu biasa digunakan. Jadi kalau kita mendengar
seseorang mengucapkan kata "diabaiken" kita bisa menebak bahwa
pengujar itu golongan tua yang menerima pendidikan bahasa Melayu
lama, bukan generasi muda yang menerima pendidikan bahasa Indonesia.
Makna asosiatif bisa ditangkap dari situasinya, apakah situasinya
formal atau informal, universal atau ekslusif, subjektif atau objektif
(Newmark, 1999: 29-31). Makna ini terutama meliputi makna pragmatis,
yaitu makna yang berkenaan dengan efek yang diingin diciptakan pada
pembaca tertentu.
Mengenai derajat keformalan ini, kita bisa melihat apakah kalimat
itu menggunakan kata "wafat", atau "mati, meninggal," atau "tewas."
131
Dalam hal keuniversalannya, kita bisa melihat apakah suatu kalimat
menggunakan kata-kata yang umum atau khusus untuk kalangan tertentu
saja, misalnya apakah menggunakan kata "perut" atau "abdomen." Dalam
hal keobjektifan, bisa dipertanyakan apakah sebuah kalimat menggunakan
kata-kata faktual atau kata-kata yang bermuatan emosi. Kita bisa
membedakan makna ini di dalam kalimat "Ada tiga bekas luka yang
mengeluarkan darah di bagian dada" dan "Darah mengucur deras dari
dadanya."
Makna kata asosiatif bisa juga ditinjau dari budaya pengguna atau
penulisnya. Kata "berambisi" yang digunakan oleh penulis Indonesia tentu
tidak bermakna sama dengan "ambition" yang dipakai oleh penulis Inggris.
Kata "demokrasi" mungkin berbeda maknanya dari kata "democracy" bagi
penulis yang berasal dari budaya berbeda.
Makna yang terkait dengan nilai bunyi atau efek suara dan
beberapa hasil manipulasi kata-kata bisa dilihat secara khusus pada gejala-
gejala yang disebut onomatopoeia, asonansi, aliterasi, rima, dan lain-lain.
Permainan kata ini bisa secara langsung digunakan utuk mengutarakan
makna.
Akhirnya bisa dimengerti bahwa di dalam sebuah teks terdapat
banyak sekali makna. Makna mana yang harus dipindahkan di dalam
proses penerjemahan? Jawabnya tentu saja makna yang dimaksudkan
oleh si penulis, bukan makna yang disusun sendiri oleh penerjemah.
Karena makna yang dikehendaki oleh penulis BSu ini hadir di dalam
tulisannya yang juga mengandung makna yang menurutnya kurang
penting, maka seorang penerjemah harus berhati-hati agar makna ini tidak
hilang di dalam proses penerjemahan. Makna ini harus diturunkan dari
keseluruhan teks sebagai hasil proses mempertimbangkan sekian banyak
makna yang telah disebut. Seorang penerjemah harus mampu
menentukan apakah di dalam sebuah kalimat makna kognitif, makna
komunikatif, atau makna asosiatifnya yang paling penting. Di samping itu
ada juga kemungkinan bahwa makna kognitif, makna komunikatif, dan
makna asosiatif ini menyatu dan oleh karenanya, kalau bisa, hendaknya
ditransfer ke dalam BSa secara utuh.
132
BAB VIII
PENERJEMAHAN TEKS IPTEK
1. Fungsi referensial.
Fungsi referensial terutama mengacu pada referen atau rujukan kata.
Di sini yang dipentingkan adalah acuannya, bendanya, atau konsepnya.
Perhatikan contoh di bawah ini:
2. Fungsi estetis
Fungsi estetis sering juga disebut fungsi puitis. Fungsi yang terutama
mementingkan keindahan komunikasi ini sering kali dijumpai pada
teks-teks sastra dan juga lirik-lirik lagu. Fungsi ini biasanya dihadirkan
dengan pemakaian kata-kata yang berbunga-bunga atau bahkan
bermakna ganda. Oleh karena itu, fungsi ini sangat jarang terdapat
dalam teks-teks IPTEK sebab teks IPTEK harus disajikan dengan lugas
tanpa memakai bahasa yang bisa menimbulkan kegandaan tafsir.
Sebagai contoh kalimat yang mengantung fungsi ini adalah salah
satu bait lagu "Candle in the Wind" yang ditulis oleh Elton John untuk
mengantar kepergian Lady Diana berikut ini.
3. Fungsi ekspresif
Fungsi ekspresif sering kali disebut juga fungsi emotif. Fungsi ini
berfokus pada pembicara atau penulis, yaitu proses pengungkapan
kehendak dan perasaan pembicara atau penulis. Contoh teks yang
kental dengan fungsi ini adalah buku harian, otobiografi, memoar,
ulasan dan komentar atau resensi. Karya sastra pun sangat sering
mengandung fungsi ini.
Teks IPTEK jarang menonjolkan fungsi ini karena yang terpenting
di dalam teks IPTEK adalah acuannya bukan cara menerangkan acuan
itu yang mungkin saja khas bagi tiap-tiap penulisnya. Kalau toh fungsi
ini hadir di dalam teks IPTEK, maka fungsi ini bisa saja diabaikan.
4. Fungsi direktif
Fungsi direktif sering juga disebut fungsi konatif atau fungsi imperatif.
Fungsi ini berfokus pada penerima pesan, pendengar atau pembaca.
Fungsi ini hadir dengan nyata bila si penerima pesan, pendengar atau
pembaca itu bisa memberi tanggapan, reaksi, atau perbuatan sesuai
dengan kehendak penulis. Fungsi ini sering kali dijumpai di dalam teks
IPTEK terutama teks mengenai petunjuk melakukan sesuatu, mulai dari
buku manual alat-alat listrik sampai petunjuk pelaksanaan percobaan
di laboratorium. Perhatikan contoh berikut:
136
5. Fungsi fatis
Fungsi ini berfokus pada kelangsungan jalannya komunikasi atau
terjaganya hubungan komunikasi antara pembicara/penulis dengan
pendengar/pembaca. Biasanya fungsi ini ada di dalam komunikasi yang
tidak langsung, misalnya lewat telepon antara seseorang dengan orang
lain, lewat radio (ORARI, KRAP), lewat satelit antara petugas menara
kontrol pelabuhan udara, dan lain-lain. Selain itu, di dalam buku IPTEK
pun kadang juga terdapat fungsi ini. Ada banyak cara penulis
mengingatkan pembacanya bahwa ia sedang membahas masalah A
dan bukan B. Sebagai contoh, setelah dalam beberapa paragraf penulis
membahas ciri pertama dari gunung berapi, penulis memulai alenia
baru dengan kata "Ciri kedua dari gunung berapi aktif adalah …".
6. Fungsi metalingual
Fungsi ini berfokus pada lambang, yaitu perlambangan unsur, konsep,
dan relasi. Fungsi ini sangat penting bagi teks IPTEK. Di dalam
matematika terdapat banyak rumus. Dan rumus-rumus ini adalah
perwujudan nyata akan pentingnya fungsi metalingual ini. Huruf-huruf
di dalam rumus tersebut adalah lambang-lambang yang mewakili
konsep-konsep. Cobalah ingat rumus luas persegi panjang yang sangat
sederhana itu, L= p x l. Di dalam rumus ini L mewakili konsep luas, dan
p dan l mewakili konsep panjang dan lebar. Jangan lupa juga bahwa x
mewakili konsep perkalian atau penjumlah berulang. Contoh lain
adalah lambang-lambang unsur dan reaksi dalam ilmu kimia. Tentunya
kita sangat kenal dengan lambang-lambang ini: H2O (air), O2 (oksigen),
dll.
Selain sistem lambang di atas, cara merepresentasikan konsep
dan hubungan bisa dilakukan dengan skema, diagram, grafik, dll.
Tujuan utama fungsi metalingual ini adalah untuk mencegah
terjadinya salah tafsir terhadap konsep yang disampaikan penulis.
Dengan kata lain ketunggalan makna di dalam teks IPTEK sangatlah
penting. Hal ini, menurut Suryawinata (1990: 52) bertolak belakang
dengan karya sastra yang justru akan sangat menarik bila ada
kegandaan makna atau ketaksaan.
Di dalam teks-teks IPTEK sering kali terdapat fungsi referensial,
direktif, dan metalingual, dan kadang-kadang juga fungsi fatis untuk
137
menjaga kesatuan teks. Tetapi yang perlu disadari bahwa fungsi-fungsi
ini mungkin sekali berada secara bersama-sama di dalam sebuah teks,
atau paling tidak lebih dari satu fungsi yang menonjol. Pemahaman
akan fungsi yang dominan di dalam sebuah teks akan membantu
penerjemah untuk tidak melakukan kesalahan di dalam memahami
tujuan sebuah teks.
140
unsur -- komponen--elemen--aspek
keadaan -- suasana--kondisi
(2) kata yang paling singkat jika ada dua kata atau lebih yang rujukannya
sama; misalnya:
zat kecil partikel
sejenis batu kristal
terbagi-bagi kuantisasi
pemantulan cahaya refleksi
derajat panas temperatur
(3) kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar, misalnya:
kewajiban darma
percobaan eksperimen
(4) kata umum yang diberi makna baru/khusus, misalnya:
galak menggalakkan
acu acuan/mengacu
rujuk rujukan/merujuk
Pendahuluan
Teks Utama
Penutup
There are two main types of cranes--the jib and the overhead. The jib has a
long arm--the jib--which point outward horizontally or up at an angle. The
crane works of the principle of the lever. The front wheel of the crane acts
as the fulcrum of the lever, which is the pivot about which movement takes
place. The load arm (the length of the lever) is measured from the load to
the front wheel. The force arm (the length of the lever between the applied
force and the fulcrum) is measured from the height of the crane to the front
wheels. If the crane tries to lift too heavy a load, it tips forwards. Many
cranes ring a warning bell if the load is dangerously heavy. (Methold,
Waters, Cohler, 1980:54)
Teks BSu:
Merokok dan Kehamilan
1. Kehamilan merupakan hasil dari pertemuan antara sperma
dengan sel telur. Untuk terjadi suatu kehamilan yang baik
diperlukan sperma yang baik, sel telur yang normal dan kondisi
lingkungan yang menunjang perkembangan dan pertumbuhan
embrio/janin.
11. Setelah bayi dilahirkan dari ibu perokok maka bayi akan berada
dalam lingkungan perokok, sehingga ia menjadi :
1. Perokok pasif, yang juga mempunyai risiko sama dengan
perokok aktif.
2. Polutan yang terdapat pada ibu akan terdapat pula di air susu
ibu.
3. Bayi akan mempunyai masalah saluran pernafasan.
Teks BSa:
SMOKING AND PREGNANCY
6. The cigarette smoke with its components will create a bad impact
on the fertility degree by:
1. decreasing the quantity and quality of the sperms,
2. decreasing the tendency of the sperms to be abnormal
morphologically,
3. decreasing the quantity of the ovum,
4. increasing the quantity of immature ovum (diploid) as a result
of disturbance of the cell fission
5. decreasing the number abnormal embryo (triploid), so the
aborting degree is higher
6. disturbing the cilia in the fallopian tube, so the possibility for
ectopic pregnancy is increased.
7. increasing the possibility of early menopause
151
8. Components contained in the cigarette smoke, however, can pass
through this barrier so that they can freely flow into the fetus'
body. Nicotine and CO narrows the artery's diameter in the
placenta and the umbilical cord. Thus, they decrease the flow of
blood from the mother and decrease the fetus' oxygenation. The
function of placenta will also be disturbed so that the nutrient
supply is disturbed, too.
Kalimat statif:
The RS-5 system is composed of an undersea acoustic beacon, a
surface-vessel mounted array….a vertical reference unit….[and]
control unit. The sensor is housed on a support assembly…When the
gear is down and locked….
154
Paragraf yang terdiri atas kalimat pasif di atas mempunyai tiga
bentuk pasif. Bentuk pasif yang pertama tanpa pelaku (agent). Jadi is
lowered bisa diterjemahkan menjadi diturunkan dan is raised menjadi
dinaikkan. Paragraf yang terdiri atas empat bentuk statif is composed of
bisa diterjemahkan menjadi tersusun atas. Is housed diterjemahkan
menjadi terletak, is down diterjemahkan menjadi (pada posisi) di bawah
dan is locked diterjemahkan menjadi (dalam posisi) terkunci. Jadi sekali
lagi yang membedakan adalah ada tidaknya aktivitas yang dirujuk oleh
bentukan to be + past participle tersebut.
Penggunaan modalitas
Modal, terutama modal pasif, sering dijumpai dalam wacana
IPTEK. Banyak sekali ditemui kalimat yang dibuka dengan It should be
made clear that… Tetapi yang sedikit lebih sulit lagi adalah adanya
pergeseran makna dari makna standard dari modal-modal tersebut
dengan apabila modal-modal tersebut digunakan dalam tulisan IPTEK.
Sebagai contoh should dan may di dalam bahasa Inggris biasa digunakan
untuk mengungkapkan makna yang artinya sebenarnya must. Untuk lebih
jelasnya perhatikan paragraf berikut ini.
Weld backing
Steel weld backing should be sufficiently thick so that the molten
metal will not burn through the backing. In most cases the steel
weld backing is fused and remains part of the weldment.
One of the best possible nonfusible weld backings is
copper. Copper should be of a sufficient mass or liquid cooled so as
to readily dissipate the heat. For steel thicknesses other than gage
material, a relief groove may be necessary. The depth of this relief
groove may be as little as 0.02" or as much as 1/8" or more.
(Teks dikutip dari Trimble; 1985:120)
155
Penggunaan kata sandang/artikel tentu (the)
Penggunaan artikel the sering kali tidak konsisten, terutama di
dalam teks manual teknis dan sejenisnya. Sebenarnya penulis harus
menggunakan artikel the, tetapi entah disengaja atau tidak ia
mengabaikannya begitu saja. Bagi penutur asli bahasa Inggris hal ini tidak
menjadi soal, tetapi bagi pembaca yang bukan penutur asli bahasa Inggris,
ia menjadi ragu-ragu apakah harus membutuhkan artikel tentu tersebut di
dalam terjemahannya atau tidak. Perhatikan contoh wacana direktif
berikut ini.
The gas turbine engine fires continuously. The engine draws air
through the diffuser and into the compressor, raising its
temperature. The high pressure air passes into the combustion
chamber, where it is mixed with a fuel and produces an intense
flame. The gas from the combustion chamber is directed through
the turbine, where the pressure of the gas decreases and its velocity
increases. The turbine drives the compressor. The gas increases in
speed as it passes through the exhaust nozzle before it is finally
expelled from the turbine. A net force results from the change in
momentum of the gases between the inlet and the exhaust. If a gas
turbine is intended to drive an automobile, it must be designed so
that as much energy as possible is absorbed by the turbine and
transferred to the drive shaft.
(Teks dikutip dari Trimble; 1985: 122)
BSu:
The results which are shown in Table 5 were achieved by developing
a new computer program. These results indicate that it is no longer
necessary to budget at the 7% rate for repair.
BSa:
Hasil yang ditampilkan dalam Tabel 5 diperoleh dengan cara
mengembangkan program komputer baru. Hasil ini menunjukkan
bahwa tidak lagi perlu membuat anggaran 7% untuk perbaikan.
159
Tabel 8.1. Contoh makna dan padanan jargon dalam bidang
komputer
Jargon dalam Makna Padanan dalam
Bsu BSa
AC Arus bolak-balik Arus listrik
Power cord Kabel yang menghubungkan Kabel listrik
ke sumber daya
AC outlet Alat tempat penancapan soket
kabel listrik dari alat
elektronik
LED indicator Lampu petunjuk yang berupa Lampu petunjuk
dioda yang mengeluarkan
cahaya
PC Komputer pribadi Komputer
Video signal Kabel penghubung monitor Kabel sinyal video
cable dengan alat pemroses
sentral
Video card Tempat tancapan dari Soket kartu video
socket rangkaian elektronik untuk
pengolah sinyal gambar
Jika monitor Anda tidak bisa beroperasi dengan benar, lihatlah butir-
butir pengecekan berikut ini untuk mendapatkan pemecahan
masalahnya sebelum mencari bantuan.
2. No picture, yet LED indicator is on: make sure the PC is turn on. Check
to make sure the video signal cable is firmly connected in the video
card socket. Check to make sure that the video card is securely
seated in the PC.
(2). Tidak ada gambar, tetapi lampu petunjuknya menyala. Perhatikan
bahwa komputernya dihidupkan. Periksa untuk memastikan bahwa
kabel sinyal videonya terhubung dengan kuat di dalam soket kartu
video. Periksalah untuk memastikan bahwa kartu videonya
tertancap kuat di dalam komputer.
161
BAB IX
PENERJEMAHAN KARYA SASTRA
2. Terjemahan Literal
Terjemahan dengan metode ini menekankan proses penerjemahan
dari kata ke kata dalam BSa. Kebanyakan terjemahan puisi dengan cara
ini betul-betul menghilangkan makna dalam puisi aslinya. Selain
menghilangkan makna, struktur frasa dan kalimatnya akan melenceng
jauh dari struktur dalam BSa.
3. Terjemahan Irama
Terjemahan irama (metrical translation) adalah penerjemahan puisi
dengan penekanan utama pada pencarian atau pereproduksian irama
atau matra puisi aslinya dalam puisi hasil terjemahannya. Strategi
terjemahan jenis ini biasanya akan menghasilkan terjemahan yang
mengacaukan makna dan juga memporak-porandakan struktur BSa
karena secara umum tiap-tiap bahasa mempunyai sistem tekanan
dalam pelafalan kata yang berbeda-beda.
5. Terjemahan Bersajak
Dalam metode terjemahan ini, penerjemah mengutamakan
pemindahan rima akhir larik puisi aslinya ke dalam puisi
terjemahannya. Hasil terjemahan ini adalah sebuah terjemahan yang
secara fisik kelihatan sama tetapi menilik maknanya, hasilnya tidak
memuaskan.
170
6. Terjemahan Puisi Bebas
Dalam terjemahan dengan metode ini mungkin penerjemah bisa
mendapatkan ketepatan padanan kata dalam BSa dengan baik, dan
kadar kesastraannya pun bisa dipertanggungjawabkan. Di lain pihak,
masalah rima dan irama dalam jenis terjemahan ini cenderung
diabaikan. Dengan demikian, secara fisik, mungkin puisi hasil
terjemahan ini kelihatan berbeda dari puisi aslinya, tetapi dalam hal
makna, puisi ini terasa sama.
7. Interpretasi
Interpretrasi di sini tidak sama dengan intepretasi yang artinya
terjemahan lisan seperti yang sudah dibahas di dalam Bab. Dalam jenis
terjemahan interpretasi ini Lefevere mengajukan dua jenis terjemahan
yang masing-masing disebutnya versi dan imitasi. Suatu versi puisi
dalam BSa mempunyai isi atau makna yang sama bila dibandingkan
dengan puisi aslinya dalam BSu tetapi bentuk "wadag"nya telah
berubah sama sekali. Sedangkan dalam imitasi, penerjemah betul-
betul telah menuliskan puisinya sendiri dengan judul dan topik serta
titik tolak yang sama dengan puisi aslinya.
Kalau disimak, dalam kajiannya tersebut rupanya Lefevere ingin
menegaskan kembali pendapat Anne Cluysenaar. Anne Cluysenaar (dalam
Bassnett-McGuire, 1980: 82) menyatakan bahwa kelemahan metode-
metode terjemahan puisi umumnya disebabkan oleh adanya penekanan
pada satu atau beberapa elemen puisi dalam proses penerjemahannya.
Dari sini jelas bahwa metode penerjemahan yang demikian akanlah
mengorbankan elemen-elemen puisi yang lain. Oleh karena puisi tersusun
dari elemen-elemen tadi yang tertata secara seimbang, maka
pengorbanan salah satu atau beberapa elemen dalam penerjemahannya
tentu akan merusak keseimbangan yang telah dibangun dengan susah
payah oleh si penyair. Dengan demikian proses tersebut juga merusak
puisi secara keseluruhan.
Secara garis besar, ketujuh metode penerjemahan puisi di atas
ternyata mengarah pada dua kutub yang saling menjauh. Dalam metode
terjemahan literal, metrikal (irama) dan terjemahan bersajak, penerjemah
mementingkan segi bentuk luar dan karenanya rela mengorbanan
maknanya. Umumnya kalangan penerjemah ini percaya bahwa unsur
171
keindahan yang dibangun dari irama dan bunyilah yang paling berharga
untuk dipertahankan dalam terjemahan puisi.
Sedang metode terjemahan puisi ke prosa, puisi bebas, dan
interpretasi lebih meletakkan tekanan pada pengabadian makna atau
pesan dari puisi aslinya, karena unsur inilah yang merupakan jiwa puisi,
unsur yang membuat puisi menjadi bermakna bagi pembacanya. Salah
seorang pendukung pendapat ini, Popovic (Basnett-McGuire, 1980: 82),
mengatakan bahwa penerjemah puisi mempunyai hak untuk bebas
merdeka dari penyair aslinya asalkan kebebasan itu diabdikan sepenuhnya
untuk menghidupkan kembali puisi asli itu di dalam BSa. Seorang penyair
Inggris, Ezra Pound (dalam Bassnett-McGuire, 1980: 83), malah lebih
ekstrim lagi. Dalam rangka menjawab kritik tentang terjemahannya atas
"Homage to Sextus Propertius" dia mengatakan bahwa tujuannya
menerjemahkan puisi tersebut adalah untuk menghidupkan kembali
"seseorang" yang telah mati. Tentu saja seseorang yang dimaksud di sini
adalah si penyair asli yang memang telah mati.
Sementara itu Peter Newmark (1988) berpendapat bahwa
pemberian penekanan pada salah satu unsur, baik makna atau pun
bentuk, bisa saja terjadi meskipun yang paling sering adalah penekanan
pada maknanya. Hal ini tergantung pada nilai puisi itu sendiri dan juga
pendapat si penerjemah tentang puisi tersebut. Memang secara mandiri,
puisi mempunyai watak sendiri, apakah dia lebih menonjolkan bentuk
untuk mencapai keindahan ataukah mementingkan makna yang
dikandungnya. Kalau puisi asli memang menonjolkan bentuk maka
penerjemah harus mempertahankan bentuknya, tetapi bila puisi itu
memang mementingkan makna yang dikandungnya, maka sudah
selayaknya penerjemah mementingkan makna, sedang keindahan bentuk
boleh menjadi nomor dua.
Tetapi nilai puisi seperti di atas bukan satu-satunya faktor
penentu. Pendapat si penerjemah tentang puisilah yang kiranya lebih
berperanan. Penerjemah bisa saja memandang bahwa yang terpenting
dalam puisi itu adalah fungsi estetik. Untuk itu bentuk yang merupakan
wahana keindahan itu harus terjaga dengan baik. Penerjemah yang lain
memandang bahwa di dalam puisi fungsi ekspresiflah yang terpenting,
sehingga makna yang terkandung di dalam puisi harus bisa tersampaikan
secara utuh.
172
Penulis sendiri berpendapat bahwa penekanan-penekanan
elemen-elemen tertentu seperti itu tidak perlu terjadi. Sekuat apapun
fungsi estetik dalam sebuah puisi, pasti puisi itu mengandung makna yang
tertata rapi dalam kata-kata terpilih. Karena keindahan dalam puisi adalah
keberhasilan si penyair menghadirkan makna yang ingin disampaikan
dengan bahasa yang indah. Keindahan kata-kata ini kadang-kadang begitu
menonjol, tapi kadang-kadang sepertinya tidak begitu diperhatikan.
Apapun alasannya, makna itu merupakan isi dan bentuk lahir itulah
wadahnya. Wadah memang kadang dibuat sangat indah, tetapi kadang
juga lusuh tak karuan. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa
makna masihlah yang utama, setelah itu gaya (bentuknya). Dan idealnya,
dalam terjemahan, maknanya bisa terjaga utuh dan keindahan gayanya
bisa ternikmati oleh pembaca BSa. Hal ini sejalan dengan pendapat Nida
dan Taber bahwa menerjemahkan berarti mencari padanan dari BSu di
dalam BSa, yang pertama dalam hal makna kemudian dalam hal gayanya.
Coba simak contoh berikut. Puisi aslinya ditulis oleh Sutrosno
Martoatmojo dan terjemahannya dikerjakan oleh John McGlynn.
BSu:
Salju
salju!
salju!
salju!
salju!
salju!
putih!
putih!
putih!
putih!
putih!
salju kuputihkan,
putih kusaljukan.
(McGlynn, 1990: 28)
173
BSa:
Snow
snow!
snow!
snow!
snow!
snow!
white!
white!
white!
white!
white!
Di dalam contoh di atas, baik gaya maupun makna bisa dialihkan dengan
sempurna.
Ada kalanya penerjemah dihadapkan pada situasi yang sulit,
dimana dia harus memilih salah satu antara dua hal yang sama-sama
penting yakni makna atau gaya. Kesulitan ini hadir manakala penerjemah
harus mencari padanan pasangan kata yang bersajak baik sekali dalam
BSu, misalnya hound and wound. Dalam BSa memang ada padanan
katanya yakni anjing dan luka, tetapi pasangan ini tidaklah seindah
pasangan hound and wound. Ada pasangan yang sejenis dan cukup enak
didengar dalam Bahasa Indonesia, misalnya kuda dan luka. Tetapi tentu
saja maknanya sudah tidak sama. Dalam situasi sulit semacam ini
penerjemah hendaknya ingat batasan terjemahan menurut Nida dan
Taber (1982) yang menyatakan bahwa menerjemahan berarti mencari
padanan teks asli dalam teks BSa dalam hal makna dan baru kemudian
gayanya. Dengan demikian penerjemah seyogyanya "memenangkan"
makna atau pesannya. Selain itu perlu pula dipertimbangkan terlebih
174
dahulu apakah kata anjing dalam kasus di atas betul-betul tak bisa diganti
dengan kata kuda?
BSa:
You came into my life
at a critical time.
I came into your life
when you were like
a wild horse
in need of a plain.
(McGlynn, 1990: 45)
179
harus diakui bahwa rima akhir barisnya tidak sama, tetapi pesannya sama;
tak ada penambahan,
BSu:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali, kapal, perahu tidak berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
BSa-1:
Twilight at a Little Harbor
This time no one's looking for love
between the sheds, the old jouse, in the make-believe
of poles and ropes. A boat, a prau without water
181
puffs and blows, thinking there's something it can catch
BSa-2:
Twilight at a Little Harbour
The drizzle speeds the darkness. There is still the flapping of an eagle
flicking the gloom, the rustling (of the) day glides away
to meet the lures of a future harbour. Motionless
and Now the land and water are asleep, the waves vanished.
183
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. (ed.) 1985. Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing.
Jakarta: Balai Pustaka.
Gibran, Kahlil. 1985. The Broken Wing: The Treasured Writing of Kahlil
Gibran. Castle USA.
184
Hariyanto, Sugeng. 1997. An Evaluation of the English Translation of An
Indonesian Novel: A Case Study on the Translation of
Mangunwijaya's "Burung-Burung Manyar". Singapore: Proyek
Penelitian untuk Program Diploma in Applied Linguistics, SEAMEO
RELC Singapore.
Hasyim, Yuzef Al. 1969. Al-Mufi:d Fi: al-Adab al-Arabi. Beirut: Al Maktab
at-Tijari.
Hatim, Basil and Ian Mason. 1990. Discourse and the Translator. Longman:
Longman Group Limited.
Nida, Eugene A., and Taber, Charles R.. 1982. The Theory and Practice of
Translation. Leiden: E.J. Brill.
Pearsall, Paul. 1993. The Ten Laws of Lasting Love. New York: Simon &
Schuster.
Shaw, Irwin. 1969. Rich Man Poor Man. New York: Dell Publishing Co., Inc.
187
LAMPIRAN 1
Daftar terjemahan akronim bahasa Indonesia.
G30S Abortive coup by the Indonesian Communist Party on Sept. 30, 1965.
Gabsi Indonesian Contract Bridge Association
Gaikindo Association of Indonesian Automotive Industries
Gapensi Indonesian Builders Association
Gapkindo Indonesian Rubber Producers Association
Gappindo Association of Indonesian Fishing Companies
GAPPRI Association of Indonesian Cigarette Producers
GBHN State Policy Guidelines
GBSI Federation of Independent Trade Unions
GDN National discipline movement Gegana bomb squad
Gerkatin Organization For Care of the Deaf
Gestapu Gerakan 30 September (Sept. 30 Movement 1965)
Ginsi Indonesian Importers Association
GKBI Federation of Indonesian Batik Cooperatives
GKJ Gedung Kesenian Jakarta (Jakarta Playhouse)
GMF Garuda Maintenance Facility
193
GMKI Indonesian Christian Students Movement
GMNI The Indonesian Nationalist Students Movement
GNOTA National Foster Parents Movement
GOI Government of Indonesia
Golkar Functional Group
Golput The acronym for Golongan Putih, literally meaning "white group",
coined to describe people who refuse to vote during the general elections.
GPBSI All Indonesian Theater Organization
GPK The government term meaning peace-disturbing movement or
security disturbance groups
GRM Marhaen's People Movement, an organization grouping disciples of
the late president Sukarno
GUS Coordinating Agency for the Development of the Informal Sector
GUSK Small-scale business task force
194
IAI Indonesian Architects Association
IAIN State Islamic Institute or State Academy of Islamic Studies
IBF International Badminton Federation
IBI Indonesian Midwives Association
IBRA Indonesian Bank Restructuring Agency
IBT Eastern part of Indonesia
ICEL Indonesian Center for Environmental Law
ICIP Indonesian Cleaner Industrial Production Program
ICMI Association of Indonesian Muslim Intellectuals
ICW Indonesian Corruption Watch
ICWA Indonesian Council on World Affairs
IDI Indonesian Doctors Association
IDT Presidential instruction on least developed villages program
IGGI Inter-Governmental Group on Indonesia (now CGI)
IIEE Foundation Foundation of Indonesian Institute for Energy Economics
IIP Institute of Public Administration
IJEG Indonesian Japanese European Group
IJS Jakarta Social Institute
Ikadin Indonesian Bar Association
Ikapi Indonesian Publishers Association
Ikasi Indonesian Fencing Association
IKIP Teachers Training Institute
IKJ Jakarta Arts Institute
IKPM Indonesian Fashion Designers Association
IKPN Civil Servants Cooperatives Organization
IMAMI Indonesian Mosques Association
IMB Building permits
IMI Indonesia Motorsports Association
IMM Muhammadiyah Students Association
IMS-GT Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle
IMT-GT Indonesian-Malaysia-Thailand Growth Triangle
INACA Indonesian Nati
Inkopar Federation of Employees Cooperative
INDRA Indonesian Debt Restructuring Agency
INFA Indonesian Forwarders Association
INFID International NGO Forum on Indonesian Development
195
INPI Indonesian NGOs Partners Initiatives
INPI-PACT Indonesian NGOs Partners Initiatives Private Agencies
Collaborating Together
IGA Indonesian Gas Association
Inkopkar Workers' Central Cooperative
INPRES Presidential instruction program
INSA Indonesian National Shipowners Association
Insus An agricultural intensification program
INTI Chinese-Indonesians Association
IPA Indonesian Petroleum Association
IPB Bogor Institute of Agriculture
IPCOS Institute for Policy and Community Studies
IPHI Association of Indonesian Lawyers
IPKI Independence Vanguard Party
IPKIN Indonesian Association of Computer and Information Professionals
IPMI Indonesian Management Institute
IPMI Indonesian Fashion Designers Association
Ipoleksosbud Ideology, politics, economic, social and cultures
IPSI Indonesian Pencak Silat Association
IPTN Bandung-based PT Industri Pesawat Terbang Nusantara,
IPU Inter-Parliamentary Union
ISAI Institute for the Studies on Free Flow of Information
ISEI Indonesian Economists Association
ISHI Institute of Study on Human Interests
ISI Indonesian Fine Arts Institute
ISSI Indonesian Cycling Association (lnt 4/98)
ISWI Association of Indonesian Women Graduates
ITB Bandung Institute of Technology
ITI Indonesian Technical Institute
ITPB Indonesia Tourism Promotion Board different from BPPI ??
ITTO International Tropical Timber Organization
MA Supreme Justice
MANI Anti-Nuclear Society
MARA Council for People's Mandate
Masyumi Indonesian Muslim Congregation)
Masjumi Defunct Islamic political party Majelis Syurro Muslimin Indonesia
MCK Mandi, cuci, kakus — public bathing, washing and toilet facilities
Menwa University military group, recruited and trained by ABRI
MIPPA Indonesian Society for Alternative Press (Australia-based)
MKGR Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong, a mass organization
affiliated to Golkar which broke away in May 1998
Mobnas National car
Monas The National Monument in Medan Merdeka Square, Centra
Jakarta
MPI Indonesian Forestry Society
MPR People's Consultative Assembly
MPRS Provisional People's Consultative Assembly
MUI Indonesian Ulemas Council
NAFED National Agency for Export Development
NCO Nusantara Chamber Orchestra
NEM Grade point average from the final school exam
NERIC Natural Resources Information Center
199
NU Nahdlatul Ulama, a 30-million-strong Muslim organization.
205
UDT Timorese Democratic Union
UGM Gadjah Mada University in Yogyakarta
UI University of Indonesia in Jakarta
UKI Christian University of Indonesia
UKSW Satya Wacana Christian University in Salatiga, Central Java
Unfrel University Network for Free and Fair Elections (a poll watchdog)
URC The police's rapid reaction unit
206
LAMPIRAN 2
Contoh Terjemahan Cerita Pendek
Teks BSu:
The Luncheon
I caught sight of her at the play, and in answer to her beckoning I went
over during the interval and sat down beside her. It was long time sine I had last
seen her, and if someone had not mentioned her name I hardly think I would have
recognized her. She addressed me brightly.
“Well, it’s many years since we first met. How time does fly! We’ve none
of use getting any younger. Do you remember the first time I saw you? You asked
me to luncheon.”
Did I remember?
It was twenty years ago and I was living in Paris. I had a tiny apartment in
the Latin quarter overlooking a cemetery, and I was earning barely enough money
to keep body and soul together. She had read a book of mine and had written to
me about it. I answered, thanking her, and presently I received from her another
letter saying that she was passing through Paris and would like to have a chat with
me; but her time was limited, and the only free moment she had was on the
following Thursday; she was spending the morning at the Luxembourg and would
I give her a little luncheon at Foyot’s afterwards? Foyot’s is a restaurant at which
the French senators eat, and it was so far beyond my means that I had never even
thought of going there. But I was flattered, and I was too young to have learned
to say no to a woman. (Few men, I may add, learn this until they are too old to
make it of any consequence to a woman what they say.) I had eighty (gold francs)
to last me the rest of the month, and a modest luncheon should not cost more
than fifteen. If I cut out coffee for the next two weeks I could manage well enough.
I answered that I would meet my friend—by correspondence—at Foyot’s
on Thursday at half-past twelve. She was not so young as I expected and in
appearance imposing rather than attractive. She was, in fact, a woman of forty (a
charming age, but not one that excites a sudden and devastating passion at first
sight), and she gave me the impression of having more teeth, white and large and
even, than were necessary for any practical purpose. She was talkative, but since
207
she seemed inclined to talk about me I was prepared to be an attentive listener.
I was started when of fare was brought for the prices were a great deal
higher than I had anticipated. But she assured me.
“I never eat anything for luncheon,” she said.
“Oh, don’t say that !” I answered generously.
“I never eat more than one thing. In think people eat fart more
nowadays. A little fish, perhaps. I wonder if they have any salmon.”
Well, it was early in the year for salmon and it was not on the bill of fare,
but I asked the waiter if there was any. Yes, a beautiful salmon had just come in,
it was the first they had had. I ordered for my guest. The waiter asked her if she
would have something while it was being cooked.
“No,” she answered, “I never eat more than one thing. Unless you have
a little caviare. I never mind caviare.”
My heat sank a little. I knew I could not afford caviare, but I could not
very well tell her that. I told the waiter by all means bring caviare. For myself I
chose a cheapest dish on the menu and that was a mutton chop.
“I think you are unwise to eat meat,” she said. “I don’t know how you can
expect to work after eating heavy things like chops. I don’t believe in overloading
my stomach.”
Then came the question of drink.
“I never drink anything for luncheon,” she said.
“Neither do I,” I answered promptly.
“Except white wine,” she proceeded as though I had not spoken. “These
French white wines are so light. They’re wonderful for the digestion.”
“What would you like?” I asked, hospitable still, but not exactly effusive.
She gave me a bright and amicable flash of her white teeth.
“My doctor won’t let me drink anything but champagne.”
I fancy I turned a trifle pale. I ordered half a bottle. I mentioned casually
that my doctor had absolutely forbidden me to drink champagne.
“What are you going to drink, then?”
“Water.”
She ate the caviare and she ate the salmon. She talked gaily of art and
literature and music. But I wondered what the bill would come to. When my
mutton chop arrived she took me quite seriously to ask.
“I see that you’re in the habit of eating a heavy luncheon. I’m sure it’s a
mistake. Why don’t you follow my example and just eat one thing? I’m sure you’d
feel ever so much better for it.”
“I am only going to eat one thing,” I said, as the waiter came again with
the bill of fare.
She waved him aside with an airy gesture.
208
“No, no, I never eat anything for luncheon. Just a bite, I never want more
than that, and I eat that more as an excuse for conversation than anything else. I
couldn’t possibly eat anything more unless they had some of those giant
asparagus. I should be sorry to leave Paris without having some of them.”
My heart sank. I had seen them in shops, and I knew that they were
horribly expensive. My mouth had often watered at the sight of them.
“Madame wants to if you have any of those giant asparagus,” I asked the
waiter.
I tried with all my might to will him to say no. A happy smile spread over
his broad, priest-like face, and he assured me that they had some so large, so
splendid, so tender, that it was a marvel.
“I’m not in the least hungry,” my guest sighed, “but if you insist I don’t
mind having some asparagus.”
I ordered them.
“Aren’t you going to have any?’
“Never, I never eat asparagus.”
“I know there are people who don’t like them. The fact is, you ruin your
palate by all the meat you eat.”
We waited for the asparagus to be cooked. Panic seized me. It was not a
question now how much money I should have left over for the rest of the month,
but whether I had enough to pay the bill. It would be mortifying to find myself ten
francs short and be obliged to borrow from my guest. I could not bring myself do
that. I knew exactly how much I had, and if the bill came to more I made up my
mind that I would put my hand in my pocket and with a dramatic cry start up and
say it had been picked. Of course, it would be awkward if she had not money
enough either to pay the bill. Then the only thing would be to leave my watch and
say I would come back and pat later.
The asparagus appeared. They were enormous, succulent, and
appetizing. The smell of melted butter tickled my nostrils as the nostrils of
Jehovah were tickled by the burned offerings of the virtuous Semites. I watched
the abandoned woman thrust them down her throat in large voluptuous
mouthfuls, and in my polite way I discoursed on the condition of the drama in the
Balkan. At last she finished.
“Coffee?” I said.
“Yes, just an ice-cream and coffee,” she answered.
I was past caring now, so I ordered coffee for myself and an ice-cream
and coffee for her.
“You know, there’s one thing I thoroughly believe in,” she said, as she at
the ice-cream. “One should always get up from a meal feeling one could eat a little
more.”
209
“Are you still hungry?” I asked faintly.
“Oh, no, I’m not hungry; you see, I don’t eat luncheon. I have a cup of
coffee in the morning, and then dinner, but I never eat more than one thing for
luncheon. I was speaking for you.”
“Oh, I see!”
Then a terrible thing happened. While we were waiting for the coffee the
head waiter, with an ingratiating smile on his false face, came up to us bearing a
large basket full of huge peaches. They had the blush of an innocent girl; they had
the rich tone of an Italian landscape. But surely peaches were not in season then?
Lord knew what they cost. O knew too—a little later, for my guest, going on with
her conversation, absentmindedly took one.
“You see, you’ve filled your stomach with a lot of meat”—my one
miserable little chop—“and you can’t eat any more. But I’ve just had a snack and
I shall enjoy a peach.
The bill came, and when I pad it I found that I had only enough for a quite
inadequate tip. Her eyes rested for an instant on the three francs I left for the
waiter, and I knew that she thought me mean. But when I walked out of the
restaurant I had the whole month before me and not a penny in my pocket.
“Follow my example,” she said as we shook hands, “and never eat more
than one thing for luncheon.”
“I’ll do better than that,” I retorted. “I’ll eat nothing for dinner tonight.”
“Humorist!” she cried gaily, jumping into a cab. “You’re quite a
humorist!”
But I have had my revenge at last. I do not believe that I am a vindictive
man, but when the immortal gods take a hand in the matter it is pardonable to
observe the result with complacency. Today she weighs twenty-one stone.
Teks BSa:
Makan Siang
Saya bertemu dengannya pada suatu pertunjukkan drama. Dan sebagai balasan
terhadap lambaian tangannya, saya hampiri dia saat istirahat dan saya duduk di
sampingnya. Itu terjadi setelah cukup lama kami tidak saling bertemu, sejak
terakhir kali saya berjumpa dengannya. Dan, jika saat itu tidak ada seseorang yang
menyebutkan namanya, saya kira saya tidak akan mampu mengenalinya lagi. Saat
itu saya sapa dia dengan ceria.
"Yaah,…telah bertahun-tahun sejak pertemuan pertama itu. Waktu
berlalu begitu cepat! Kita semua kelihatan semakin tua. Ingatkah Anda waktu
pertama kali kita berjumpa? Anda mengundang saya untuk makan siang."
210
Ingatkah saya?
Waktu itu dua puluh tahun yang lalu, dan saat itu saya tinggal di Paris.
Saya tinggal di sebuah apartemen sempit yang menghadap ke kuburan di kawasan
permukiman orang-orang Amerika Latin. Penghasilan saya sangat kecil, cukup
untuk sekadar menyatukan raga dan nyawa. Dia telah membaca buku saya dan
berkirim surat kepada saya tentang buku itu. Saya membalasnya sebagai ucapan
terimakasih. Dan, akhirnya, saya menerima suratnya yang lain yang mengatakan
bahwa ia akan singgah di Paris. Ia ingin ngobrol dengan saya. Tapi waktunya
sangat terbatas. Satu-satunya waktu luang adalah hari Kamis berikutnya. Di pagi
harinya, katanya, ia akan menghabiskan waktunya di Luksemburg dan setelah
itu… saya boleh mengundangnya makan siang sederhana di Restoran Foyot's.
Foyot's adalah restoran tempat para senator Prancis bersantap. Selama
ini, restoran itu di luar jangkauan kantong saya, sehingga saya tidak pernah
berpikir untuk pergi ke sana. Tetapi, saya telah terbujuk, dan saya terlalu muda
untuk berkata "tidak" kepada seorang wanita. (Banyak orang, perlu saya
tambahkan di sini, baru belajar pada usia yang terlalu tua untuk mengatakan
dengan jujur apa yang sebenarnya ia inginkan kepada seorang wanita.) Saya
punya delapan puluh frank emas untuk biaya hidup sampai akhir bulan, dan
makan siang yang sederhana tidak akan menghabiskan uang lebih dari 15 frank.
Jika saya puasa tidak minum kopi selama dua minggu berikutnya, saya akan dapat
mengatur pengeluaran saya dengan cukup baik.
Saya balas suratnya bahwa saya akan menemui teman saya itu di Foyot's
Kamis jam 12:30. Dan, ternyata, dia tidak begitu muda seperti yang saya
bayangkan. Penampilannya lebih terkesan lebih norak, bukan menarik. Ternyata,
dia seorang wanita 40 tahun (usia yang menawan, tetapi bukan usia yang
mengobarkan nafsu ganas dan sontak pada pandangan pertama.) Dan, saya
mempunyai kesan, giginya yang putih, besar, dan tidak teratur terlalu banyak
jumlahnya daripada yang ia butuhkan untuk tujuan praktis. Dia banyak bicara.
Tetapi, karena pembicaraannya menjurus kepada saya, maka saya bersiap-siap
untuk menjadi pendengar yang penuh perhatian.
Saya terkejut saat pelayan memberikan daftar menu kepada saya, karena
harga-harganya jauh lebih tinggi dari perhitungan saya. Tapi dia menenangkan
saya.
"Saya tidak pernah makan apa-apa untuk makan siang," katanya.
"Ah, jangan begitu!" Saya pun menjawabnya dengan tulus.
"Saya tak pernah makan lebih dari satu jenis makanan. Menurut saya,
orang-orang sekarang terlalu banyak makan. Seekor ikan kecil, mungkin, sudah
cukup. Apakah mereka punya salmon, ya?"
Yah, waktu itu terlalu awal untuk musim salmon dan makanan itu tidak
tertera pada daftar menu. Tetapi, saya tanyakan kepada pelayan kalau-kalau
211
mereka punya salmon. Ya, seekor ikan salmon yang menyenangkan telah datang.
Itu adalah salmon pertama yang dipunyai restoran itu. Saya pun memesannya
untuk tamu saya. Seorang pelayan bertanya kepadanya apakah dia ingin
memesan sesuatu selama menunggu ikan salmon itu dimasak.
"Tidak," jawabnya. "Saya tidak pernah makan lebih dari satu jenis
makanan. Kecuali Anda punya sedikit kaviar. Saya tidak keberatan untuk makan
sedikit kaviar."
Hati saya sedikit mengkerut. Saya tahu, saya tidak mampu membeli
kaviar, tapi saya tak bisa begitu saja berterus-terang kepada tamu saya itu. Tentu
saja saya katakan kepada pelayan itu untuk membawakannya kaviar. Untuk saya
sendiri, saya pilih makanan yang paling murah dalam daftar menu itu. Dan
makanan itu adalah daging kambing.
"Saya kira Anda kurang bijak makan daging," katanya. "Saya heran
bagaimana Anda bisa bekerja setelah makan makanan berat seperti daging
kambing. Saya tidak suka menjejali perut saya dengan makanan seperti itu."
Setelah itu datang pertanyaan tentang minuman.
"Saya tidak pernah minum apa pun selama makan siang," katanya.
"Tidak juga saya," saya jawab dengan cepat.
"Kecuali anggur putih," dia melanjutkan kaata-katanya seolah-olah saya
tidak pernah berbicara sepatah pun. "Anggur putih Prancis begitu ringan.
Minuman itu baik sekali untuk pencernaan."
"Apa yang Anda suka?" tanya saya masih dengan sepenuh hati, tapi
tanpa kegembiraan yang pura-pura.
Dia tersenyum dengan manis. "Dokter saya tidak mengizinkan saya
minum apa pun kecuali champagne."
Saya membayangkan, muka saya pasti kelihatan pucat. Saya pesan
setengah botol. Saya katakan sambil lalu bahwa dokter saya betul-betul melarang
saya minim champagne.
"Lalu Anda ingin minum apa?"
"Air putih."
Dia melahap kaviar itu, setelah itu ikan salmonnya. Dengan ceria dia
berbicara tentang seni, sastra dan musik. Tetapi saya cemas, berapa bon yang
harus saya bayar nantinya. Waktu daging kambing saya datang, dia bertanya
kepada saya dengan pertanyaan yang menyudutkan.
"Saya tahu Anda punya kebiasaan makan siang dengan makanan yang
berat-berat. Tetapi, saya yakin itu keliru. Mengapa Anda tidak mengikuti contoh
saya dan hanya makan satu jenis makanan saja? Saya yakin, Anda akan merasa
lebih nyaman karenanya."
"Saya hanya akan makan satu jenis," kata saya saat pelayan datang lagi
dengan menu di tangan.
212
Dia menyuruh pelayan itu pergi dengan isyarat ringan.
"Tidak, tidak, saya tidak pernah makan apa pun untuk makan siang.
Hanya satu gigit, saya tidak ingin lebih banyak daripada itu. Dan saya makan ini
tidak lebih sebagai sekadar alasan percakapan, bukan karena alasan lain. Saya
mungkin tidak akan makan apa-apa lagi kecuali jika mereka mempunyai sedikit
asparagus besar. Saya akan sangat menyesal bila meninggalkan Paris tanpa
menikmati sedikit asparagus itu."
Hati saya menciut. Saya pernah melihat asparagus-asparagus itu di toko,
dan saya tahu bahwa harganya minta ampun mahalnya. Sering mulut saya ngiler
melihatnya.
“Tamu saya ini ingin tahu apakah Anda memiliki asparagus raksasa,”
tanya saya pada pelayan.
Saya berdoa dengan sepenuh hati agar pelayan itu berkata tidak. Tetapi,
sebuah senyuman bahagia mengembang di wajahnya yang seperti wajah
pendeta, lebar. Dan dia mengatakan pada saya bahwa restoran itu punya banyak
asparagus dan malah beberapa sangat besar, sangat menyenangkan, sangat
lunak, sehingga asparagus itu menjadi istimewa.
“Sebetulnya saya tidak begitu lapar,” kata tamu saya. “Tetapi bila Anda
mendesak saya, saya pun tidak keberatan menikmatinya.”
Saya pesan asparagus itu.
“Tidakkah Anda akan menikmatinya juga?”
“Tidak, saya tidak pernah makan asparagus.”
“Saya tahu ada orang yang tidak menyukainya. Tetapi, Anda merusak cita
rasa Anda dengan makan daging yang telah Anda makan tadi.”
Kami menunggu asparagus itu dimasak. Kepanikan melilit saya. Ini bukan
karena masalah berapa sisa uang saya pada akhir bulan ini, tetapi masalahnya
apakah saya punya cukup uang untuk membayar bon restoran itu nanti. Pasti
sangat memalukan bila saya kekurangan 10 frank saja, misalnya, dan terpaksa
harus menghutang kepada tamu saya. Saya tidak sanggup menanggung malu itu.
Saya tahu pasti berapa banyak uang di dompet saya. Sebab itu, saya
berpikir nekat, jika bon restoran melebihi yang ada di dompet saya, saya akan
berpura-pura merogoh saku dan segera berteriak keras-keras seolah-olah saya
telah kecopetan. Tentu saja akan memalukan bila tamu saya itu tidak cukup uang
untuk menalangi membayar bon itu. Jadi, satu-satunya jalan adalah meninggalkan
jam tangan saya dan mengatakan kepada pemilik restoran bahwa saya akan
kembali lagi untuk membayar bon tersebut.
Asparagus itu muncul. Makanan itu sangat besar, berlemak, dan
mengundang nafsu makan. Bau mentega yang meleleh menggoda lubang hidung
Jehovah yang digoda persembahan kurban orang Semit yang baik hati. Saya lihat
wanita kasar itu menelan hidangan melalui kerongkongannya dengan suapan-
213
suapan besar. Saya sendiri dengan sopan bercerita tentang situasi drama di
Balkan. Akhirnya, dia selesai makan.
“Kopi?” tanya saya.
“Ya, es krim dan kopi saja,” jawabnya.
Saya tidak peduli lagi sekarang. Makanya, saya memesan kopi untuk saya
sendiri dan es krim serta kopi untuknya.
“Anda tahu, ada satu hal yang saya percaya,” katanya, saat dia makan es
krim itu. “Orang itu harus bangkit dari meja makan dengan perasaan dia mampu
makan sedikit lagi.”
“Anda masih lapar?” tanya saya dengan lemah.
“Oh, tidak, saya tidak lapar. Saya tidak makan siang, ya kan? Saya minum
secangkir kopi di waktu pagi dan kemudian makan malam, tetapi saya tidak
pernah makan lebih dari satu jenis untuk makan siang. Saya sudah katakan itu
kepada Anda.”
“Oh, ya!?”
Kemudian suatu hal yang menakutkan terjadi. Saat kami menunggu kopi,
pelayan kepala dengan senyum palsunya datang kepada kami dengan membawa
sekeranjang penuh buah persik besar-besar. Buah-buah itu berwarna kemerah-
merahan seperti pipi perawan polos yang merah. Buah-buah itu begitu menarik
seperti pemandangan alam Itali. Tetapi, waktu itu tentu bukan musim persik.
Tuhan tahu berapa harganya. Saya tahu juga sebentar kemudian, karena tamu
saya itu, di tengah-tengah percakapan, serta-merta mencomotnya sebuah.
“Anda tahu, Anda telah mengisi perut Anda dengan banyak daging.
Karena daging kambing kecil itu saja, Anda tak dapat makan apa-apa lagi. Sedang
saya baru saja menikmati makan kecil dan masih akan menikmati buah persik.”
Bon pun datang. Saat saya bayar, ternyata sisa uang saya hanya sedikit
lagi untuk tip pelayan. Dengan cepat mata tamu saya itu melihat pada uang tiga
frank yang saya tinggalkan untuk pelayan, dan saya tahu dia mengira saya ini pelit.
Tetapi, saat saya berjalan ke luar restoran, saya harus hidup sebulan penuh tanpa
uang sepeser pun di saku.
“Ikuti contoh saya,” katanya saat kami berjabat tangan. “Jangan sampai
makan lebih dari satu jenis untuk makan siang.”
“Saya akan melakukan lebih baik lagi daripada itu,” jawab saya. “Malam
ini, saya tidak akan makan apa-apa.”
“Humoris!” teriaknya dengan ceria sambil meloncat ke dalam mobil.
“Anda cukup humoris!”
Tetapi, akhirnya saya merasa dendam. Saya tidak percaya bahwa saya
seorang pendendam, tetapi jika Tuhan Yang Mahakekal menghukum saya karena
hal ini, saya kira saya boleh melihat hasilnya dengan berpuas diri. Dia sekarang
berbobot 133 kilo.
214
TENTANG PENULIS
215
Zuchridin Suryawinata, lahir 27 Agustus 1931. Pada tahun 1952 ia
menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA-B Negeri Yogyakarta.
Kursus B1/STC Bahasa Inggris Yogyakarta diselesaikannya pada tahun
1956. Pada tahun 1963, ia menamatkan program Doctorandus, FKIP
Universitas Airlangga. Setelah itu ia menjadi dosen pada Jurusan Bahasa
Inggris di almamaternya. Pada tahun 1982 ia menamatkan program
Doktornya di Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Sekarang ia adalah Guru
Besar bidang Terjemahan pada Fakultas Sastra dan Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang (dahulu IKIP Malang).
216