Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH SET PELUANG INVESTASI, PERTUMBUHAN

PERUSAHAAN, STRUKTUR ASET, RETAINED EARNING,


DAN KEPEMILIKAN INSTITUTIONAL TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi

Oleh :

BERTHA ANDRIELLA
NIM : 2012310324

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2015
PENGARUH SET PELUANG INVESTASI, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
STRUKTUR ASET, RETAINED EARNING, DAN KEPEMILIKAN
INSTITUTIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

Bertha Andriella
2012310324
STIE Perbanas Surabaya
Email : berthaandriella95@gmail.com
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

Debt policy refers to the basic policy of the company regarding the amount of short
term debt and long term debt as a form of alternative funding. Factors that influence the debt
policy is investment opportunity set, growth company, assets structure, retained earning, and
institutional ownership. This study analyzed the effect of investment opportunity set, growth
company, assets structure, retained earning, and institutional ownership to debt policy. The
subjects of this study consisted of Manufactured companies listed in Indonesia Stock
Exchange in the period 2012-2014 were selected by purposive sampling. The analysis
method in this research used multiple linear regression. The result of regression analysis was
investment opportunity set didn’t significant positive effect to debt policy, growth company
didn't significant negative effect to debt policy, asset structure significant positive effect to
debt policy, retained earning significant negative effect to debt policy, and institutional
ownership significant positive effect to debt policy.

Keywords : debt policy, growth company, institutional ownership, investment opportunity set,
retained earning
Menurut Moeljadi (2006:14), Ada
PENDAHULUAN dua bentuk sumber pendanaan perusahaan
yaitu sumber pendanaan internal (internal
Pengelola perusahaan yakni manajer financing), dan sumber pendanaan
memegang peranan penting dalam proses eksternal (external financing). Pendanaan
pengambilan keputusan yang berkaitan internal adalah penggunaan dana yang
dengan kegiatan utama perusahaan berasal dari dalam perusahaan misalnya
termasuk dalam hal pencairan dana. laba ditahan dan berbagai cadangan
Keputusan yang diambil harus sesuai (cadangan penyusutan). Sedangkan
dengan tujuan-tujuan perusahaan dengan pendanaan eksternal adalah penggunaan
mempertimbangkan kepentingan pihak- dana yang berasal dari luar perusahaan
pihak yang terlibat termasuk pemilik misalnya calon pemegang saham baru dan
modal. Pada dasarnya manajemen calon kreditor. Salah satu alternatif
seharusnya bertindak berdasarkan pendanaan yang dapat digunakan oleh
kepentingan para pemilik modal, tetapi manajemen untuk mendapatkan dana yang
manajemen mempunyai tujuan yang besar yakni dengan melakukan pendanaan
berbeda dengan tujuan pemilik modal. eksternal melalui hutang.
Konflik antara manajemen dan pemilik Kondisi utang luar negeri Indonesia
modal disebabkan karena adanya pada akhir Mei 2015 tercatat sebesar USD
perbedaan kepentingan yang disebut 302,3 miliar atau setara dengan 3,926
dengan agency conflict. triliun rupiah. Mengutip laman dari Bank

1
Indonesia (25/7/2015), grafik mengenai kondisi utang luar negeri Indonesia
ditunjukkan dalam gambar 1.

Posisi Utang Luar Negeri Indonesia


Bulan Mei 2015

Sektor Swasta
44% Sektor Publik
56%

Gambar 1
Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Bulan Mei 2015
Sumber : http//:economy.okezone.com dan laman Bank Indonesia
Berdasarkan data pada gambar 1, menekan sebagian besar pendapatannya
Utang luar negeri Indonesia sektor publik (Yeniatie dan Nicken, 2010). Semakin
sebesar USD 133,5 miliar atau 44,2 % dari cepat pertumbuhan perusahaan
total utang luar negeri. Sementara disektor mengindikasikan sedang mengadakan
swasta sebesar 55,8 % dari total utang luar ekspansi yang menimbulkan pendanaan
negeri, terutama terkonsentrasi pada sektor yang cukup besar.
keuangan, industri pengolahan, Menurut Yulius (2011), sebagian
pertambangan, serta listrik, gas, dan air besar aset yang dimiliki perusahaan adalah
bersih. Terkait dengan posisi tersebut, aset tetap dan memiliki nilai likuiditas
utang luar negeri sektor industri yang dapat dijual. Semakin besar jumlah
pengolahan mengalami peningkatan dari aset tetap perusahaan, semakin besar
tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi pinjaman yang akan diberikan. Hal ini
pertumbuhan disektor industri pengolahan dikarenakan aset tetap sebagai jaminan
juga mengalami peningkatan. Sementara kepada kreditur.
pertumbuhan disektor pertambangan, Semakin besar laba ditahan suatu
keuangan, listrik, gas dan air bersih perusahaan, maka perusahaan dapat
mengalami penurunan. menggunakan dana internal untuk
Hasil penelitian Yulius (2011) pendanaan sehingga tidak menggunakan
menunjukkan bahwa adanya bukti empiris dana pihak lain atau hutang kepada
bahwa perusahaan mempunyai peluang kreditur dan penerbitan saham baru.
bertumbuh yang besar mempunyai debt Perusahaan dengan laba ditahan yang
ratio yang rendah dalam keputusan besar akan dapat mencukupi kebutuhan
struktur modalnya. Set peluang investasi pendanaan perusahaan.
atau investment opportunity set (IOS) Hasil penelitian Eva Larasati (2011)
terlihat pada peluang pertumbuhan menunjukkan bahwa rata-rata emiten di
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai Indonesia lebih dari 55 % sahamnya
peluang investasi yang besar cenderung dimiliki oleh suatu institusi, artinya
menggunakan sumber dana berasal dari perusahaan go public di Indonesia
laba ditahan dan modal saham daripada dikendalikan melalui institusi atau badan
pinjaman yang mengandung risiko. hukum (PT) berbentuk holding company.
Suatu perusahaan yang sedang Tingginya kepemilikan institutional suatu
berada pada tahap pertumbuhan cenderung perusahaan mencerminkan adanya kontrol

2
eksternal yang kuat terhadap perusahaan. Menurut John J. Wild dan K.R.
Semakin tinggi kepemilikan institutional Subramanyam (2010:44), penggunaan
maka semakin tinggi penggunaan hutang yang digunakan perusahaan sebagai
hutangnya. bentuk sumber dananya. Besarnya hutang
Berdasarkan kesimpulan yang yang digunakan perusahaan dapat dilihat
berbeda di atas, maka penulis tertarik dari nilai leverage ratio.
untuk melakukan penelitian yang sama
namun pada sampel dan periode yang Set Peluang Investasi
berbeda. Hal ini dilakukan untuk Menurut Yulius (2010), Implikasi
mengetahui lebih jauh tentang pengaruh teori IOS (Investment opportunity set) atau
set peluang investasi, pertumbuhan dikenal dengan set peluang investasi
perusahaan, struktur asset, retained berkaitan dengan keputusan pendanaan
earning, dan kepemilikan institutional yang telah dilakukan oleh perusahaan.
terhadap kebijakan hutang pada Moeljadi (2006:236), menjelaskan bahwa
perusahaan manufaktur yang go public di keputusan pendanaan akan menyangkut
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. penentuan secara optimal mengenai
struktur modal dan kebijakan dividen.
RERANGKA TEORITIS YANG Set peluang investasi secara melekat
DIPAKAI DAN HIPOTESIS tidak dapat diamati dan cenderung tidak
sempurna bila diukur dengan
Kebijakan Hutang menggunakan proksi tunggal saja. Metha
Hutang adalah kewajiban masa kini Arieska (2011) menjelaskan beberapa
yang mempunyai konsekuensi mengikat pendekatan yang digunakan untuk
dimana penyelesaiannya mengorbankan mengukur set peluang investasi sebagai
sumber daya yang memiliki untuk berikut :
memenuhi tuntutan pihak lain (SAK 2015, a. Pendekatan proksi berbasis pada harga
par.61). John J. Wild dan K.R. (price-based proxies)
Subramanyam (2010:169) menjelaskan Proksi berbasis harga adalah proksi
bahwa kewajiban dapat berupa pendanaan yang menyatakan bahwa prospek
dan operasi. Kewajiban pendanaan pertumbuhan perusahaan sebagian
(financial liabilities) merupakan seluruh dinyatakan dalam harga pasar. Proksi
bentuk pendanaan kredit seperti wesel ini menyatakan bahwa prospek
bayar jangka panjang dan obligasi, pertumbuhan perusahaan secara
pinjaman jangka pendek, dan sewa. parsial dinyatakan dalam harga-harga
Kewajiban operasi (operating liabilities) saham, dan perusahaan yang tumbuh
merupakan kewajiban yang timbul dari akan memiliki nilai pasar yang lebih
operasi seperti kreditor perdagangan, tinggi secara relatif untuk aset-aset
kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban (aset in place).
pensiun. b. Pendekatan proksi berbasis pada
Menurut FASB (Financial investasi
Accounting Standard Board), hutang Proksi berbasis investasi adalah suatu
adalah suatu pengorbanan ekonomi dimasa kegiatan investasi yang besar
mendatang yang timbul karena kewajiban berkaitan secara positif dengan nilai
sekarang atau suatu entitas untuk IOS suatu perusahaan. Semakin tinggi
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa IOS perusahaan maka semakin tinggi
kepada entitas lain dimasa mendatang juga tingkatan investasi dalam
sebagai akibat transaksi masa lalu. berbentuk aset yang diinvestasikan
Kebijakan hutang adalah kebijakan untuk waktu yang lama.
yang diambil oleh manajemen dengan
melakukan pembiayaan melalui hutang.

3
Pertumbuhan Perusahaan merupakan sumber utama distribusi
Pertumbuhan perusahaan merupakan dividen. Saldo laba dapat dibatasi untuk
gambaran bagaimana perkembangan usaha pembayaran dividen. Pembatasan saldo
yang dilakukan periode sekarang laba merupakan pembatasan atau
dibandingkan dengan periode sebelumnya. ketentuan sejumlah saldo laba yang
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan didistribusikan sebagai dividen dan tujuan
yang tinggi menunjukkan bahwa dengan tertentu (Suad Husnan dan Pudjiastuti,
sumber daya yang dimiliki bisa 2011:230).
menghasilkan pertumbuhan yang baik. Ada dua alternatif perlakuan
Westerfield Ross dan Jordan terhadap laba setelah pajak, yaitu akan
(2009:149) menjelaskan dua macam diinvestasikan kembali sebagai laba
pertumbuhan yang digunakan dalam ditahan ataukah dibagikan sebagai dividen.
perencanaan jangka panjang yaitu Laba ditahan menggambarkan kondisi
pertumbuhan internal dan pertumbuhan keuangan internal perusahaan, karena jika
berkelanjutan. Pertumbuhan internal perusahaan mempunyai nilai laba ditahan
adalah pertumbuhan maksimum yang yang besar berarti perusahaan lebih
dicapai tanpa pendanaan eksternal dan memilih untuk menggunakan dana internal
menggunakan sumber pendanaan internal. untuk mencukupi kebutuhan dananya.
Pertumbuhan berkelanjutan adalah
pertumbuhan maksimum yang dapat Kepemilikan Institutional
dicapai dengan menggunakan sumber dana Komposisi kepemilikan saham dapat
dari luar perusahaan. memiliki dampak penting dalam sistem
pengendalian manajemen dalam
Struktur Aset perusahaan. I Made Sudana (2011:10)
Jumingan (2006:19) menjelaskan menjelaskan kepemilikan institusional
struktur aset menggambarkan sebagian merupakan proporsi kepemilikan saham
aset yang digunakan sebagai jaminan oleh pemerintah, institusi keuangan
untuk memperoleh hutang. Struktur aset (perusahaan investasi bank, perusahaan
yang dijaminkan adalah aset tetap. Aset asuransi), institusi berbadan hukum,
tetap (fixed assets) merupakan harta institusi luar negeri, dan dana perwalian
kekayaan yang berwujud, yang bersifat pada akhir tahun.
relatif permanen digunakan dalam operasi Kepemilikan institutional merupakan
regular lebih dari satu tahun dan dibeli pemegang saham dari pihak eksternal yang
dengan tujuan tidak dijual kembali. melakukan pengawasan terhadap kinerja
Aset tetap perusahaan dijadikan manajemen sehingga manajer tidak
sebagai jaminan bagi kreditur sehingga melakukan perilaku oppotunistik dalam
struktur aset mempengaruhi fleksibilitas menjalankan perusahaan. Kepemilikan
perusahaan dalam penggunaan hutang. institutional akan mendorong peningkatan
Para kreditur akan memberikan pinjaman pengawasan yang lebih optimal (Yeniatie
kepada perusahaan yang mempunyai dan Nicken, 2010).
jaminan aset tetap karena kreditur berfikir
bahwa akan terhindar dari risiko tidak Pengaruh Set Peluang Investasi
terbayarkan pokok pinjaman atau hutang. terhadap Kebijakan Hutang
Jensen (1986) menyatakan bahwa
Retained Earning kebijakan pendanaan sehubungan dengan
Saldo laba atau retained earning peluang investasi, pada umumnya
merupakan modal yang dihasilkan sebuah merupakan hasil negosiasi terhadap
perusahaan. Saldo laba perusahaan problem underinvestment. Perusahaan
mencerminkan akumulasi laba atau rugi dengan peluang investasi yang tinggi
yang tidak dibagikan. Saldo laba biasanya memiliki tingkat pertumbuhan

4
yang tinggi. Hal ini dikarenakan sumber dana internal yang mencukupi
perusahaan tersebut melakukan investasi kegiatan operasionalnya. Berdasarkan pada
akan tetapi memiliki free cash flow dan telaah literatur yang menjelaskan
aset in place yang rendah sehingga pertumbuhan perusahaan, maka hipotesis
memiliki potensi underinvestment atau yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
penggunaan hutang yang besar. Hipotesis 2 : Pertumbuhan Perusahaan
Yulius (2011) menemukan hasil memiliki pengaruh negatif
yang bahwa set peluang investasi terhadap kebijakan hutang.
berpengaruh positif terhadap kebijakan
hutang. Prospek pertumbuhan perusahaan Pengaruh Struktur Aset terhadap
akan direspon positif oleh pasar sehingga Kebijakan Hutang
peluang investasi yang dihasilkan sangat Perusahaan dengan komposisi aset
besar. Berdasarkan uraian tersebut maka lancar yang lebih besar daripada komposisi
dalam penelitian ini dapat dirumuskan aset tetap terhadap total aset dapat
hipotesis sebagai berikut : menggunakan utang yang lebih besar
Hipotesis 1 : Set Peluang Investasi untuk mendanai investasinya dibandingkan
memiliki pengaruh positif dengan perusahaan yang komposisi aset
terhadap kebijakan hutang. tetapnya lebih besar dibandingkan dengan
aset lancar. Aset tetap merupakan salah
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan satu jaminan yang bisa menyakinkan pihak
terhadap Kebijakan Hutang lain untuk bisa memberikan pinjaman
I Made Sudana (2011:162) kepada perusahaan, sehingga perusahaan
menjelaskan suatu perusahaan yang yang struktur asetnya lebih fleksibel akan
mengalami pertumbuhan yang tinggi lebih mudah memperoleh pinjaman.
berarti perusahaan tersebut berhasil Teori Keagenan menjelaskan bahwa
meningkatkan nilai perusahaan untuk perusahaan menggunakan hutang dengan
menghasilkan keuntungan/laba. Perusahan melakukan jaminan pinjaman kepada
dengan pertumbuhan yang tinggi pihak lain untuk melakukan pengawasan
menunjukkan bahwa dengan sumber daya terhadap manajemen. Semakin tinggi
yang dimiliki bisa menghasilkan struktur asset tetap di perusahaan maka
pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan semakin tinggi tingkat penggunaan utang
perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang dilakukan sebagai pengawasan
terhadap hutang perusahaan karena suatu terhadap manajemen. Penelitian tentang
perusahaan yang sedang berada pada tahap struktur aset terhadap kebijakan hutang
pertumbuhan menghasilkan laba yang dilakukan oleh Pancawati dan Rahmawati
konsisten sehingga perusahaan mencukupi (2012), Yeniatie dan Nicken (2010). Hasil
kebutuhan dananya. yang diperoleh yaitu struktur aset
Pecking Order Theory menyatakan mempunyai pengaruh positif terhadap
bahwa perusahaan yang tingkat kebijakan hutang. Aset Perusahaan yang
pertumbuhan tinggi maka perusahaan dijadikan jaminan kredit lebih banyak
mempunyai dana internal mencukupi menggunakan hutang karena investor akan
kegiatan operasional perusahaan. selalu memberikan pinjaman apabila
Penelitian pertumbuhan perusahaan mempunyai aset tetap yang dijaminkan.
terhadap kebijakan hutang dilakukan oleh Berdasarkan uraian tersebut maka dalam
Pancawati dan Rachmawati (2012), dan penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
Rizka dan Ratih (2009). Hasil yang sebagai berikut :
mereka peroleh yaitu pertumbuhan Hipotesis 3 : Struktur Aset memiliki
perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengaruh positif terhadap kebijakan
kebijakan hutang. Perusahaan yang hutang.
pertumbuhannya tinggi mempunyai

5
Pengaruh Retained Earning terhadap
Kebijakan Hutang Pengaruh Kepemilikan Institutional
John J. Wild dan K.R. Subramanyam terhadap Kebijakan Hutang
(2010:230), retained earning merupakan Kepemilikan Institutional merupakan
salah satu sumber dana yang paling pemegang saham dari pihak eksternal yang
penting dan utama bagi perusahaan, karena melakukan pengawasan terhadap kinerja
laba ditahan merupakan dana milik manajemen sehingga manajer tidak
perusahaan sendiri, sehingga biaya melakukan perilaku oppotunistik dalam
modalnya lebih rendah daripada menjalankan perusahaan. Perusahaan
menggunakan dana pihak lain. Laba dengan kepemilikan institutional yang
ditahan merupakan akumulasi laba yang tinggi cenderung menggunakan hutang.
merupakan hak para pemegang saham, Hal ini dikarenakan pemegang saham tidak
sehingga semakin banyak dana yang menginginkan deviden yang dibagikan
dialokasikan ke retained earning, maka berkurang dikarenakan adanya penerbitan
laba yang dibayarkan ke dividen semakin saham baru yang dikeluarkan perusahaan
berkurang. Semakin besar laba yang tidak sebaliknya pemegang saham institusi
dibayarkan sebagai dividen maka semakin menginginkan hutang untuk mencukupi
banyak sumber dana internal untuk kebutuhan dana perusahaan.
melakukan pendanaan dan tidak banyak Kepemilikan institusional memiliki
menggunakan utang dalam pembelanjaan arti penting dalam memonitor manajemen
perusahaan. dalam mengelola perusahaan. Semakin
Pecking Order Theory menjelaskan besar kepemilikan institusional maka
bahwa perusahaan akan mengutamakan semakin efisien fungsi monitoring
menggunakan sumber dana internal untuk terhadap manajemen dalam pemanfaatan
kebutuhan pendanaan perusahaan. Dengan aset perusahaan serta pencegahan
tingkat laba ditahan yang besar pemborosan oleh manajemen
mengisyaratkan adanya sumber dana (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011).
internal yang cukup untuk mencukupi Penelitian tentang kepemilikan
kebutuhan pendanaan dan tidak banyak institutional terhadap kebijakan hutang
menggunakan utang sebagai sumber dilakukan oleh Eva Larasati (2011), Rizka
pendanaan perusahaan. Hasil penelitian dan Ratih (2009). Hasil yang mereka
Pancawati dan Rahmawati (2012) peroleh yaitu kepemilikan institutional
menunjukkan bahwa laba ditahan berpengaruh positif terhadap kebijakan
mempunyai pengaruh yang negatif hutang. Hal ini menggambarkan bahwa
terhadap kebijakan hutang. Semakin besar naiknya kepemilikan institutional akan
laba ditahan menjelaskan bahwa menyebabkan kenaikan pula pada hutang
perusahaan semakin besar menggunakan perusahaan. Berdasarkan pada telaah
dana internal perusahaan untuk reinvestasi, literatur yang menjelaskan pertumbuhan
sehingga tidak banyak menggunakan dana perusahaan, maka hipotesis yang dapat
pihak lain. Berdasarkan pada telaah dirumuskan sebagai berikut :
literatur yang menjelaskan pertumbuhan Hipotesis 5 : Kepemilikan Institutional
perusahaan, maka hipotesis yang dapat memiliki pengaruh positif
dirumuskan sebagai berikut : terhadap kebijakan hutang.
Hipotesis 4 : Retained Earning memiliki
pengaruh negatif terhadap Kerangka pemikiran yang mendasari
kebijakan hutang. penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

6
Set Peluang Investasi (X1)
+
Pertumbuhan Perusahaan (X2) -
Kebijakan Hutang
+
Struktur Aset (X3) (Y)
-
Retained Earning (X4) +

Kepemilikan Institutional (X5)

Gambar 2
Kerangka Pemikiran
sekunder yang telah tersedia di Bursa Efek
METODE PENELITIAN Indonesia dan dilengkapi dengan ringkasan
kinerja, buku akuntansi keuangan, dan
Klasifikasi Sampel data-data lainnya yang mendukung dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian ini.
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Variabel Penelitian
Teknik pengambilan sampel menggunakan Variabel penelitian yang digunaakn
metode purposive sampling atau dengan dalam penelitian ini meliputi variabel
kriteria pemilihan. Adapun kriteria dependen yaitu kebijakan hutang dan
pemilihan sebagai berikut : (1) Perusahaan variabel independen terdiri dari set
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek peluang investasi, pertumbuhan
Indonesia (BEI) dan mengeluarkan laporan perusahaan, struktur aset, retained
keuangan lengkap periode 2012-2014, (2) earning, dan kepemilikan institutional.
Perusahaan yang menggunakan mata uang
rupiah dalam laporan keuangannya, (3) Definisi Operasional Variabel
Sampel yang digunakan harus mempunyai Kebijakan Hutang
kepemilikan institutional. Kebijakan hutang adalah kebijakan
Dari 143 perusahaan yang tercatat di yang diambil oleh manajemen dengan
Bursa Efek Indonesia, maka diperoleh 97 melakukan pembiayaan melalui hutang. I
perusahaan yang menjadi sampel Made Sudana (2011:20) menjelaskan
penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan Indikator dalam pengukuran variabel ini
sampel. menggunakan debt ratio. Debt ratio
mengukur proporsi dana yang bersumber
Data Penelitian
dari utang untuk membiayai aset
Penelitian ini mengambil sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di perusahaan.
Bursa Efek Indonesia yang sudah Total hu tan g
dikategorikan dengan ciri-ciri khusus yang
Debt Ratio = (1)
Total aset
tercantum sebelumnya selama periode
2012-2014. Data yang digunakan dalam Set Peluang Investasi
penelitian ini adalah data kuantitatif. Set peluang investasi secara melekat
Teknik pengumpulan data untuk keperluan tidak dapat diamati dan cenderung tidak
penelitian ini dilakukan dengan sempurna bila diukur dengan
dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan menggunakan proksi tunggal saja.
adalah mengumpulkan semua data

7
Metha Arieska (2011) menjelaskan (BV ATP t − BV ATP t−1)
beberapa pendekatan yang digunakan CEMVA = (6)
untuk mengukur set peluang investasi
(aset − ekuitas) + ( n × CP )
Keterangan :
sebagai berikut :
BV = nilai buku
a. Pendekatan proksi berbasis pada harga
ATP = asset tetap
(price-based proxies)
n = jumlah lembar saham
Proksi berbasis harga adalah proksi yang
CP = harga penutupan
menyatakan bahwa prospek pertumbuhan
perusahaan sebagian dinyatakan dalam
Pertumbuhan Perusahaan
harga pasar. Proksi berbasis harga ini
Pertumbuhan perusahaan adalah
diukur dengan menggunakan :
gambaran bagaimana perkembangan usaha
1. Rasio market to book value of equity
(MVEBVE) yang dilakukan periode sekarang
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
( n × CP )
MVEBVE = (2) Pertumbuhan perusahaan diukur dengan
total ekuitas growth ratio.
Keterangan :
aset (t )−aset (t−1)
n = jumlah lembar saham GROWTH = (7)
CP = harga penutupan aset (t−1)
2. Rasio market to book value of asets
(MVABVA) Struktur Aset
aset −ekuitas + ( n×CP ) Struktur aset menggambarkan
MVABVA = (3) sebagian aset yang digunakan sebagai
aset
Keterangan : jaminan untuk memperoleh hutang.
n = jumlah lembar saham Struktur aset yang dijaminkan adalah aset
CP = harga penutupan tetap. Struktur aset merupakan proporsi
3. Rasio firm value to book value of PPE aset tetap terhadap total aset perusahaan.
(VPPE) Aset Tetap
aset − ekuitas + ( n× CP ) ASET = (8)
VPPE = (4 ) Total aset
aset tetap netto
Keterangan : Retained Earning
n = jumlah lembar saham Laba ditahan menggambarkan
CP = harga penutupan kondisi keuangan internal perusahaan,
b. Pendekatan proksi berbasis pada karena jika perusahaan mempunyai nilai
investasi laba ditahan yang besar berarti perusahaan
Proksi berbasis investasi adalah suatu lebih memilih untuk menggunakan dana
kegiatan investasi yang besar berkaitan internal untuk mencukupi kebutuhan
secara positif dengan nilai IOS suatu dananya. Pancawati dan Rahmawati (2012)
perusahaan. Proksi berbasis investasi ini menjelaskan pengukuran laba ditahan
diukur dengan menggunakan : dengan menggunakan pengukuran variabel
1. Capital Addition to asets book value dummy. Untuk membedakan sampel
ratio (CEBVA) perusahaan yang mempunyai laba ditahan
( BV ATP t − BV ATP t−1) positif dengan laba ditahan yang negatif
CEBVA = (5 )
total aset atau defisit maka dalam sampel
Keterangan : perusahaan yang mempunyai laba ditahan
BV = nilai buku positif diberikan kategori 1, sedangkan
ATP= Aset tetap untuk perusahaan yang mempunyai laba
2. Capital Addition to asets market value ditahannya negatif maka di berikan
ratio (CEMVA) kategori 0.

8
(bebas). Model regresi yang baik
Kepemilikan Institutional seharusnya tidak terjadi korelasi antara
Kepemilikan institusional adalah variabel independen. Cara untuk
proporsi kepemilikan saham oleh mendeteksi ada atau tidaknya
pemerintah, institusi keuangan (perusahaan multikolinearitas adalah apabila nilai
investasi bank, perusahaan asuransi), tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10. Jika
institusi berbadan hukum, institusi luar terjadi multikolinearitas, maka dapat diatasi
negeri, dan dana perwalian pada akhir dengan transformasi variabel atau
tahun. Kepemilikan institutional mengeluarkan satu variabel independen
merupakan pemegang saham dari pihak yang mempunyai korelasi tinggi dari
eksternal yang melakukan pengawasan regresi.
terhadap kinerja manajemen sehingga
manajer tidak melakukan perilaku Uji Autokorelasi
oppotunistik dalam menjalankan Uji autokorelasi bertujuan untuk
perusahaan. menguji apakah dalam model regresi ada
Jumlah saham institusi korelasi antara kesalahan pengganggu pada
INST = (9 ) periode t dengan kesalahan pengganggu
Jumlah saham beredar pada periode t-1. Pengujian dilakukan
dengan Uji Durbin-Watson (DW Test)
Teknik Analisis Data dengan kriteria sebagai berikut: (a) Bila
Teknik-teknik yang digunakan dalam nilai DW terletak antara batas atas/Upper
mengelola data setelah data terkumpul Bound (du) dan (4-du), maka koefisien
yaitu: autokorelasi sama dengan nol, artinya
Analisis Deskriptif tidak ada autokorelasi (b). Bila nilai DW
Menjelaskan tentang variabel-variabel terletak diantara batas atas (du) dan batas
yang digunakan, yaitu kebijakan hutang, set bawah (dl) atau DW terletak di antara (4-
peluang investasi, pertumbuhan perusahaan, du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat
struktur aset, retained earning, dan disimpulkan (c). Bila nilai DW lebih
kepemilikan institutional. rendah dari batas bawah / Lower Bound
(dl), maka koefisien autokorelasi lebih
Uji Asumsi Klasik besar dari nol artinya ada autokorelasi
Uji Normalitas positif, dan (d). Bila nilai DW lebih besar
Uji normalitas bertujuan untuk dari (4-dl), maka koefisien autokorelasi
menguji apakah dalam model regresi, lebih kecil dari nol, artinya ada
variabel penganggu/residual memiliki autokorelasi negatif.
distribusi normal. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogrov- Uji Heteroskedastisitas
Smirnov. Apabila hasil pengujian Uji heteroskedastisitas bertujuan
menunjukkan hasil yang tidak signifikan, untuk menguji apakah dalam model regresi
artinya data terdistribusi normal. Jika tidak terjadi ketidaksamaan variance dari
terdistribusi normal, artinya dapat diatasi residual satu pengamatan ke pengamatan
dengan membuang data yang menyimpang yang lain. Cara untuk mendeteksi ada atau
jauh dari distribusi normal yang terbentuk. tidaknya heteroskedatisitas dengan Uji
Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk
meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen (Imam Ghozali,
Uji Multikolinearitas 2013:142). Jika variabel independen
Uji multikolinearitas bertujuan untuk signifikan secara statistik mempengaruhi
menguji apakah model regresi ditemukan variabel dependen, maka ada indikasi
adanya korelasi antar variabel independen terjadi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat

9
dari probabilitas signifikansinya diatas a = konstanta
kepercayaan 5%. X1 = Set peluang investasi
X2 = pertumbuhan
Alat Analisis X3 = struktur aset
Untuk mengetahui hubungan antara X4 = retained earnings
set peluang investasi, pertumbuhan X5 = kepemilikan institutional
perusahaan, struktur aset, retained earning e = error
dan kepemilikan institutional terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan Tahap berikutnya adalah pengujian
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek hipotesis yang akan menguji baik uji
Indonesia periode 2012-2014 digunakan model (Uji F) maupun pengujian statistik
model regresi linier berganda (multiple (Uji t)
regression analysis).
Alasan dipilihnya model regresi HASIL PENELITIAN DAN
linier berganda karena untuk menguji PEMBAHASAN
pengaruh beberapa variabel bebas terhadap Uji Deskriptif
satu variabel terikat. Untuk mengetahui Analisis deskriptif digunakan untuk
hubungan tersebut, maka berikut adalah memberikan gambaran mengenai vaiabel-
persamaan regresinya : variabel dalam penelitian ini yaitu,
Y =a+b 1 x 1+b 2 x 2+b 3 x 3+ b 4 x 4+ b 5 x 5+e variabel kebijakan hutang, pertumbuhan
Dimana : perusahaan, struktur aset, retained earning,
Y = Kebijakan hutang dan kepemilikan institutional. Tabel 1
b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien regresi berikut adalah hasil uji deskriptif :

Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Rata-rata Standar deviasi


Kebijakan Hutang 190 0,031922 1,406920 0,463824 0,249424
Set Peluang Investasi 190 -5,960857 82,920727 10,618896 12,925789
Pertumbuhan Perusahaan 190 -0,427885 3,779959 0,220786 0,391589
Struktur Aset 190 0,021485 0,948050 0,357243 0,206921
Kepemilikan Institutional 190 0,000596 0,989583 0,557782 0,260105

Variabel N Positif Negatif


Laba ditahan 190 157 33
82,63 % 17,37 %
Sumber : Data diolah

Berdasarkan pada tabel 1 nilai tersebut ditunjukkan dengan melihat rata-


kebijakan hutang tertinggi adalah PT. rata kebijakan hutang dibawah 1, sehingga
Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) yang dapat disimpulkan bahwa perusahaan
menempati posisi nilai tertinggi sebesar dapat membayar hutang dengan aset
1,40692 di tahun 2014. Sedangkan nilai perusahaan.
kebijakan hutang terendah dimiliki PT. Variabel IOS menggunakan
Jembo Cable Company Tbk (JECC) pendekatan untuk pengukuran lima proksi
sebesar 0,031922 ditahun 2013. Secara tunggal menjadi satu proksi gabungan
keseluruhan perusahaan sampel (N) yaitu set peluang investasi dengan
memiliki kebijakan hutang yang baik. Hal menggunakan analisis faktor. Tabel

10
tersebut menyajikan rincian nilai pada tahun 2012 yang dimiliki oleh PT.
maksimum dan minimum dari nilai Alaska Industrindo Tbk. (ALKA). Secara
keseluruhan atas komponen MVEBVE, keseluruhan perusahaan sampel (N)
MVABVA, VPPE, CEBVA, dan CEMVA memiliki struktur aset yang baik. Hal
yang telah dilakukan analisis faktor selama tersebut ditunjukkan dengan melihat rata-
tahun 2012-2013. Nilai set peluang rata struktur aset sebesar 0,35, sehingga
investasi tertinggi dimiliki PT. Hanjaya dapat disimpulkan bahwa perusahaan
Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar mempunyai struktur aset yang baik dengan
82,9207 ditahun 2012 sedangkan nilai set nilai proporsi aset tetap yang dimiliki
peluang investasi terendah tahun 2012 perusahaan sebesar 35% dari total aset.
dimiliki PT. Yana Prima Hasta Persada Retained earning atau laba ditahan
Tbk (YPAS) sebesar -5,9608. Secara diukur menggunakan variabel dummy
keseluruhan perusahaan sampel (N) dimana dikategorikan 1 jika mempunyai
memiliki nilai set peluang yang tinggi laba ditahan positif dan dikategorikan 0
dengan nilai mean yang tinggi diatas 1. jika mempunyai laba ditahan negatif atau
Hal ini dapat disimpulkan bahwa defisit. Didalam tabel 4.2, variabel laba
berdasarkan pendekatan harga dan ditahan menunjukkan bahwa terdapat 157
pendekatan investasi maka perusahaan sampel yang mempunyai laba ditahan
memiliki tingkat investasi yang tinggi positif atau sama dengan 82,63 persen dari
dimana banyaknya aset yang ditanamkan keseluruhan sampel, sedangkan 33 sampel
perusahaan. lainnya mempunyai laba ditahan negatif
Nilai pertumbuhan perusahaan (defisit) atau sama dengan 17,37 persen
tertinggi dimiliki PT. Hanson International dari keseluruhan sampel.
Tbk (MYRX) sebesar 3,7799 di tahun Nilai tertinggi kepemilikan
2013 sedangkan nilai pertumbuhan institutional sebesar 0,9895 dimiliki oleh
perusahaan terendah dimiliki PT. Alaska PT. Bentoel International Investama Tbk.
Industrindo Tbk (ALKA) sebesar -0,4278 (RMBA) sedangkan nilai terendah sebesar
ditahun 2012. Hasil ringkasan diatas 0,0005 pada tahun 2012 yang dimiliki oleh
pertumbuhan perusahaan ditunjukkan PT. Sepatu Bata Tbk. (BATA). Hasil
dengan melihat rata-rata pertumbuhan ringkasan kepemilikan institutional
perusahaan bernilai positif, sehingga dapat menunjukkan bahwa sebagian perusahaan
disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan institutional
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sebesar lebih dari 50%. Dapat disimpulkan
dan menghasilkan pertumbuhan bahwa semakin tinggi nilai kepemilikan
perusahaan yang baik. institutional maka memiliki dampak
Nilai tertinggi struktur aset dimiliki penting dalam sistem pengendalian
oleh PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia manajemen perusahaan terutama dalam
Tbk. (KBRI) sebesar 0,9480 ditahun 2012 penggunaan dana perusahaan.
sedangkan nilai terendah sebesar 0,0214
Tabel 2
Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 190
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .21845551
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .054
Negative -.037
Kolmogorov-Smirnov Z .054
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

11
Tabel 3
Uji Multikolonieritas
Unstandardized Standardized Collinearity
Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constan) .511 .069 7.403 .000
IOS -.002 .001 -.126 -1.805 .073 .861 1.161
GROWTH .000 .042 .000 -.006 .995 .972 1.029
ASTP .223 .085 .185 2.624 .009 .838 1.193
LABA -.214 .044 -.327 -4.922 .000 .947 1.056
INST .136 .062 .142 2.184 .030 .990 1.011

Tabel 4
Uji Autokorelasi
Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson
the Estimate
1 .483a .233 .212 .2214037 1.776

Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constan) .322 .039 8.419 .000
IOS -.002 .001 -.160 -2.127 .035
GROWTH -.006 .024 -.017 -.238 .815
ASTP -.089 .049 -.140 -1.829 .069
LABA -.093 .025 -.269 -3.747 .000
INST -.056 .036 -.110 -1.568 .119
Uji memiliki nilai dibawah 0,10 hasilnya
Asumsi Klasik berkisar antara 0,838 sampai 0,990.
Uji Normalitas Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
Berdasarkan hasil uji normalitas pada uji tersebut menunjukkan tidak terjadi
penelitian ini nilai Kolmogorov-Smirnov multikolinearitas antara variabel
sebesar 0,054 dan tidak signifikan pada independen dalam model regresi dan
0,05 (karena p=0,200 > 0,05). Berarti hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
residual terdistribusi normal dan hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 2. Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada
Uji Multikolinearitas penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas DW sebesar 1,776 dibanding dengan nilai
pada penelitian ini dapat diketahui bahwa tabel dengan menggunakan nilai signifikan
nilai VIF (Variance Inflaction Factor) 0,05 atau 5%, jumlah sampel (n) 190 dan
variabel-variabel independen tidak ada jumlah variabel independen (k) 5. Karena
yang memiliki nilai diatas 10, hasilnya nilai DW sebesar 1,776 lebih kecil dari
berkisar antara 1,011 sampai 1,193 batas atas (du) 1,816 dan lebih besar dari
sedangkan tolerance value tidak ada yang batas bawah (dl). Sehingga dapat

12
disimpulkan bahwa hasil uji tersebut ditahan yang signifikan secara statistik
menunjukkan tidak ada kesimpulan dalam mempengaruhi variabel dependen nilai
model regresi. absolut Res (Abs_Res). Hal ini terlihat dari
probabilitas signifikansinya dibawah
Uji Heteroskedastisitas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas disimpulkan model regresi mengandung
pada penelitia ini dapat diketahun bahwa adanya heteroskedastisitas.
nilai variabel independen IOS dan laba

Tabel 6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig. Keterangan
B Std. Error Beta
(Constan) .511 .069 7.403 .000
IOS -.002 .001 -.126 -1.805 .073 Tidak signifikan
GROWTH .000 .042 .000 -.006 .995 Tidak signifikan
ASTP .223 .085 .185 2.624 .009 Positif signifikan
LABA -.214 .044 -.327 -4.922 .000 Negatif signifikan
INST .136 .062 .142 2.184 .030 Positif signifikan
Uji F Fhitung = 11.173 .000 Model Fit
Uji R2 Adjusted R square = .212 SEE = .2214037

c. Koefisien regresi laba ditahan sebesar


Analisis Regresi Linier Berganda – 0,214 yang menyatakan bahwa setiap
Merupakan suatu analisis yang digunakan kenaikan variabel laba ditahan sebesar
untuk mengetahui besarnya pengaruh 1 rupiah maka akan menurunkan
beberapa variabel bebas pada variabel variabel kebijakan hutang sebesar
terikat. Adapun dapat dilihat pada Tabel 6 0,214 rupiah.
dan disusun menjadi persamaan regresi d. Koefisien regresi kepemilikan
sebagai berikut: institutional sebesar 0,136 yang
Y = 0,511 – 0,002 X1 + 0,000 X2 + 0,023 menyatakan bahwa setiap kenaikan
X3 – 0,214 X4 +0,136 X5 + e variabel kepemilikan institutional
Persamaan regresi linier berganda tersebut sebesar 1 persen maka akan
dapat menjelaskan masing-masing meningkatkan variabel kebijakan
koefisien regresi sebagai berikut: hutang sebesar 0,136 persen.
a. Konstanta sebesar 0,511 yang artinya
bahwa jika variabel independen (set Uji Hipotesis
peluang investasi, pertumbuhan Uji Model (Uji F)
perusahaan, struktur asset, retained Uji F pada penelitian ini digunakan untuk
earning, dan kepemilikan institutional) mengetahui apakah model regresi set
dianggap konstan, maka besarnya peluang investasi, pertumbuhan
kebijakan hutang sebesar 0,511. perusahaan, struktur aset, laba ditahan,
b. Koefisien regresi struktur aset sebesar kepemilikan institutional terhadap
0,223 yang menyatakan bahwa setiap kebijakan hutang apakah fit dengan data
kenaikan variabel struktur aset sebesar penelitian sehingga data tersebut dapat
1 rupiah maka akan meningkatkan digunakan atau model regresi sudah tepat.
variabel kebijakan hutang sebesar Pada tabel 6 dapat dilihat menunjukkan
0,223 rupiah. bahwa hasil nilai F hitung 11,173 dengan

13
tingkat signifikansi 0,000. Nilai yang diperoleh dengan tingkat signifikansi
signifikansi tersebut < 0,05 yang artinya sebesar 0,995 lebih besar dari taraf
H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa data signifikansi 0,05. Nilai t hitung sebesar –
tersebut dapat dikatakan memenuhi 0,006 dan bernilai negatif maka H0
penilaian data yang fit sehingga dapat diterima. Variabel pertumbuhan
digunakan untuk pengujian selanjutnya. perusahaan tidak berpengaruh negatif
Jadi dapat disimpulkan hasil uji F terhadap kebijakan hutang.
menunjukkan model regresi baik (fit). Variabel X3 (struktur aset)
berdasarkan hasil perhitungan yang
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) diperoleh dengan tingkat signifikansi
Uji Koefisien determinasi digunakan untuk sebesar 0,009 lebih kecil dari taraf
mengukur seberapa jauh kemampuan signifikansi 0,05. Nilai t hitung sebesar
model dapat menjelaskan variasi dari 2,624 dan bernilai positif maka H0 ditolak.
variabel dependen. Nilai koefisien Variabel struktur aset berpengaruh positif
determinasi adalah antara nol dan satu. terhadap kebijakan hutang.
Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan Variabel X4 (laba ditahan)
variabel-variabel independen dalam berdasarkan hasil perhitungan yang
menjelaskan variabel independen sangat diperoleh dengan tingkat signifikansi
terbatas. Nilai (R2) yang mendekati satu sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf
berarti variabel independen dapat signifikansi 0,05. Nilai t hitung sebesar –
memberikan semua informasi yang 4,922 dan bernilai negatif maka H0
dibutuhkan memprediksi variasi variabel ditolak. Variabel laba ditahan berpengaruh
independen. Tabel 6 menunjukkan negatif terhadap kebijakan hutang.
besarnya nilai Adjusted R Square sebesar Variabel X5 (kepemilikan
0,212 yang artinya bahwa hanya 21,2% institutional) berdasarkan hasil
variasi kebijakan hutang dapat dijelaskan perhitungan yang diperoleh dengan tingkat
oleh variasi set peluang investasi, signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil dari
pertumbuhan perusahaan, struktur aset, taraf signifikansi 0,05. Nilai t hitung
laba ditahan, dan kepemilikan institutional. sebesar 2,814 dan bernilai positif maka H0
Sisanya sebesar 78,8% dijelaskan oleh ditolak. Variabel kepemilikan institutional
variabel lain diluar model. Nilai standard berpengaruh positif terhadap kebijakan
error of the estimate (SEE) sebesar hutang.
0,2214037. Nilai SEE ini menunjukkan
bahwa semakin kecil nilai SEE akan Pembahasan
membuat model regresi semakin tepat Pengaruh Set Peluang Investasi
dalam memprediksi variabel dependen. terhadap Kebijakan Hutang
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
Uji statistik t dengan menggunakan regresi linier
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui berganda menunjukkan bahwa nilai t
bahwa Variabel X1 (set peluang investasi) hitung sebesar -1,805 dengan tingkat
berdasarkan hasil perhitungan yang signifikansi sebesar 0,073 lebih besar dari
diperoleh dengan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebesar 0,073 lebih besar dari taraf hipotesis pertama tidak terpenuhi yaitu set
signifikansi 0,05. Nilai t hitung sebesar – peluang investasi tidak dapat
1,805 dan tidak bernilai positif maka H0 mempengaruhi positif terhadap kebijakan
diterima. Variabel set peluang investasi hutang. Artinya bahwa set peluang
tidak berpengaruh positif terhadap investasi semakin rendah maka semakin
kebijakan hutang. tinggi kebijakan hutang.
Variabel X2 (pertumbuhan Dapat disimpulkan bahwa apabila
perusahaan) berdasarkan hasil perhitungan dalam perusahaan set peluang investasi

14
semakin tinggi tidak berarti bahwa pertumbuhan perusahaan tidak dapat
perusahaan tersebut memiliki kebijakan mempengaruhi negatif terhadap kebijakan
hutang yang tinggi hanya karena dianggap hutang. Artinya bahwa pertumbuhan
bahwa nilai set peluang investasi tinggi perusahaan semakin tinggi maka semakin
dan nilai kebijakan hutang tinggi. Hal ini tinggi kebijakan hutang.
menunjukkan bahwa adanya fluktuasi yang Dapat disimpulkan bahwa apabila
tidak konsisten dan tidak sesuai teori perusahaan dengan pertumbuhan yang
bahwa naik turunnya set peluang investasi tinggi tidak berarti perusahaan tersebut
dan kebijakan hutang, maka set peluang memiliki kebijakan hutang yang rendah
investasi tidak berpengaruh positif hanya karena dianggap bahwa nilai
terhadap kebijakan hutang. Teori pecking pertumbuhan yang tinggi menunjukkan
order menunjukkan bahwa set peluang kinerja yang baik sehingga tidak perlu
investasi sangat mempengaruhi struktur membutuhkan dana pihak ketiga. Hal ini
modal, kebijakan hutang dan kebijakan menunjukkan bahwa adanya fluktuasi
akuntansi perusahaan. Set peluang tidak konsisten dan tidak sesuai teori
investasi merupakan karakteristik yang bahwa naik turunnya pertumbuhan
digunakan perusahaan dalam menentukan perusahaan dan kebijakan hutang, maka
cara pandang manajer, pemilik, investor, pertumbuhan perusahaan tidak
maupun kreditor terhadap keputusan berpengaruh negatif terhadap kebijakan
pendanaan perusahaan. Sehingga dari hutang. Berdasarkan teori pecking order
penjelasan ini disimpulkan bahwa tinggi bahwa perusahaan yang mempunyai
rendahnya nilai set peluang investasi tidak pertumbuhan yang baik akan mempunyai
dapat menentukan apakah kebijakan kinerja yang baik. Hal ini berarti
hutang perusahaan akan tinggi atau rendah. perusahaan menggunakan sumber dana
Hasil penelitian ini tidak sejalan internalnya terlebih dahulu yang dapat
dengan penelitian Fury (2011) dan Yulius mencukupi membiayai kegiatan
(2011) yang menyebutkan bahwa set operasionalnya. Berdasarkan teori bahwa
peluang investasi berpengaruh signifikan pertumbuhan perusahaan memiliki
terhadap kebijakan hutang. Temuan ini pengaruh signifikan dan hubungan yang
menunjukkan bahwa perusahaan dengan negatif. Yang artinya semakin tinggi
peluang investasi yang tinggi maka dapat pertumbuhan perusahaan maka semakin
mengelola keuangan dengan efisien rendah penggunaan hutang untuk kegiatan
sehingga tidak memerlukan penggunaan operasionalnya. Sehingga dari penjelasan
hutang berlebihan yang akan beresiko. ini disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
Perusahaan dengan set peluang investasi nilai pertumbuhan perusahaan tidak dapat
yang tinggi akan mempunyai debt rasio menentukan apakah kebijakan hutang
yang lebih rendah dan sebaliknya perusahaan akan tinggi atau rendah.
perusahaan dengan set peluang investasi Hasil penelitian ini tidak sejalan
yang rendah akan mempunyai debt rasio dengan penelitian Pancawati dan
yang tinggi. Rahmawati (2012) yang menyebutkan
bahwa pertumbuhan perusahaan
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
terhadap Kebijakan Hutang hutang. Temuan ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan tingkat pertumbuhan yang rendah
dengan menggunakan regresi linier cenderung tidak menggunakan hutang
berganda menunjukkan bahwa nilai t untuk memenuhi kebutuhan dana.
hitung sebesar -0,006 dengan tingkat Pertumbuhan perusahaan tidak semuanya
signifikansi sebesar 0,995 lebih besar dari berasal dari hutang, karena perusahaan
0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih cenderung untuk menghindari resiko
hipotesis kedua tidak terpenuhi yaitu apabila tidak mampu melunasinya.

15
Perusahaan dengan pertumbuhan Nicken (2010) yang menyebutkan bahwa
perusahaan yang tinggi akan mempunyai struktur aset berpengaruh signifikan
debt rasio yang tinggi dan sebaliknya terhadap kebijakan hutang. Nilai struktur
perusahaan dengan pertumbuhan yang aset yang tinggi akan lebih mudah
rendah akan mempunyai debt rasio yang mendapatkan pinjaman dengan jaminan
rendah. berupa aset tetap. Kepemilikan aset tetap
yang besar dan adanya penawaran
Pengaruh Struktur Aset terhadap pemberian kemudahan pinjaman serta
Kebijakan hutang adanya kesempatan berinvestasi akan
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan menjadi pertimbangan
dengan menggunakan regresi linier Temuan ini menunjukkan bahwa
berganda menunjukkan bahwa nilai t perusahaan menggunakan penggunaan
hitung sebesar 2,624 dengan tingkat hutang sebelum memutuskan untuk
signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari menerbitkan ekuitas. Penggunaan hutang
0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa harus disertai dengan struktur aset yang
hipotesis ketiga terpenuhi yaitu struktur tinggi berupa aset tetap yang digunakan
asset dapat mempengaruhi positif terhadap sebagai syarat jaminan bagi kreditur.
kebijakan hutang. Artinya bahwa struktur Perusahaan dengan struktur aset yang
aset rendah maka semakin rendah tinggi maka akan semakin tinggi
kebijakan hutang. penggunaan hutangnya.
Dapat disimpulkan bahwa apabila
dalam perusahaan yang mempunyai Pengaruh Retained Earning terhadap
proporsi asset tetap yang tinggi berarti Kebijakan Hutang
bahwa perusahaan tersebut memiliki Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
kebijakan hutang yang tinggi karena asset dengan menggunakan regresi linier
tetap digunakan perusahaan sebagai berganda menunjukkan bahwa nilai t
jaminan untuk kreditur. Hal ini hitung sebesar -4,922 dengan tingkat
menunjukkan bahwa adanya fluktuasi yang signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
konsisten dan sesuai teori bahwa naik 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
turunnya struktur asset dan kebijakan hipotesis keempat terpenuhi yaitu retained
hutang, maka struktur asset berpengaruh earning dapat mempengaruhi negatif
positif terhadap kebijakan hutang. terhadap kebijakan hutang. Artinya bahwa
Berdasarkan teori pecking order retained earning semakin rendah maka
bahwa perusahaan yang mempunyai semakin rendah kebijakan hutang.
struktur aset yang tinggi akan mempunyai Dapat disimpulkan bahwa apabila
peluang untuk jaminan penggunaan hutang dalam perusahaan laba ditahan semakin
dalam hal membutuhkan dana. Hal ini tinggi berarti bahwa perusahaan tersebut
berarti perusahaan menggunakan hutang memiliki kebijakan hutang yang rendah
untuk sumber dananya mengambil karena dianggap bahwa nilai laba ditahan
keputusan menerbitkan ekuitas. Semakin tinggi dan nilai kebijakan hutang rendah.
tinggi struktur asset tetap di perusahaan Hal ini menunjukkan bahwa adanya
maka semakin tinggi tingkat penggunaan fluktuasi yang konsisten dan sesuai dengan
utang yang dilakukan sebagai pengawasan teori bahwa naik turunnya laba ditahan dan
terhadap manajemen. Sehingga dari kebijakan hutang, maka retained earning
penjelasan ini disimpulkan bahwa tinggi berpengaruh negatif terhadap kebijakan
rendahnya nilai struktur aset akan hutang.
menentukan apakah kebijakan hutang Berdasarkan teori pecking order
perusahaan akan tinggi atau rendah. bahwa perusahaan lebih memilih internal
Hasil penelitian ini sejalan dengan equity untuk membayar dividen dan
penelitian Yulius (2011) dan Yeniatie dan mengimplementasikannya sebagai peluang

16
pertumbuhan. Semakin besar laba yang perusahaan tersebut memiliki kebijakan
tidak dibayarkan sebagai dividen maka hutang yang tinggi karena dianggap nilai
semakin banyak sumber dana internal kepemilikan institutional tinggi dan nilai
untuk melakukan pendanaan dan tidak kebijakan hutang tinggi. Hal ini
banyak menggunakan utang dalam menunjukkan bahwa adanya fluktuasi yang
pembelanjaan perusahaan. Secara konsisten dan sesuai dengan teori bahwa
keseluruhan variabel laba ditahan terlihat naik turunnya kepemilikan institutional
bahwa hutang perusahaan yang dan kebijakan hutang, maka kepemilikan
mempunyai laba ditahan positif 0,214 institutional berpengaruh positif terhadap
lebih rendah daripada hutang perusahaan kebijakan hutang.
yang mempunyai laba ditahan negatif atau Berdasarkan teori pecking order
defisit. Jadi dengan kata lain hutang bahwa perusahaan dengan kepemilikan
perusahaan yang mempunyai laba ditahan institutional yang tinggi cenderung
positif 21,4 persen lebih rendah menggunakan hutang. Hal ini dikarenakan
dibandingkan dengan hutang perusahaan pemegang saham tidak menginginkan
yang mempunyai laba ditahan negatif atau deviden yang dibagikan berkurang
defisit. dikarenakan adanya penerbitan saham baru
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikeluarkan perusahaan sebaliknya
penelitian Pancawati dan Rahmawati pemegang saham menginginkan hutang
(2012) yang menyebutkan bahwa laba untuk mencukupi kebutuhan dana
ditahan berpengaruh signifikan terhadap perusahaan.
kebijakan hutang. Temuan ini Hasil penelitian ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa hierarki dalam penelitian Eva Larasati (2011) yang
pencairan dana perusahaan dimana lebih menyebutkan bahwa kepemilikan
memilih internal equity yakni laba ditahan institutional berpengaruh signifikan
dan depresiasi untuk membiayai kegiatan terhadap kebijakan hutang. Hasil
operasionalnya. Penggunaan hutang penelitian hubungan kepemilikan
perusahaan akan dipilih jika sumber dana institutional terhadap kebijakan hutang
internal belum mencukupi dan mempunyai sejalan dengan teori pecking order yang
risiko yang besar. Perusahaan dengan laba menyatakan bahwa kepemilikan
ditahan yang tinggi maka akan semakin institutional berhubungan positif dengan
berkurang penggunaan hutangnya. hutang. Temuan ini menunjukkan bahwa
perusahaan menggunakan penggunaan
Pengaruh Kepemilikan Institutional hutang sebelum memutuskan untuk
terhadap Kebijakan Hutang menerbitkan ekuitas. Perusahaan dengan
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan kepemilikan institutional yang tinggi maka
dengan menggunakan regresi linier akan semakin tinggi penggunaan
berganda menunjukkan bahwa nilai t hutangnya.
hitung sebesar 2,184 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil dari KESIMPULAN, KETERBATASAN
0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa DAN SARAN
hipotesis kelima terpenuhi yaitu
kepemilikan institutional dapat Hasil dari uji statistik F
mempengaruhi positif terhadap kebijakan menunjukkan bahwa terdapat nilai F
hutang. Artinya bahwa kepemilikan hitung 11,173 dengan tingkat signifikansi
institutional semakin rendah maka semakin 0,000. Nilai signifikansi tersebut < 0,05
rendah kebijakan hutang. yang artinya H0 ditolak. Hal ini berarti
Dapat disimpulkan bahwa apabila bahwa data tersebut dapat dikatakan model
dalam perusahaan kepemilikan fit.
institutional semakin tinggi berarti bahwa

17
Nilai Adjusted R Square sebesar b. Penelitian selanjutnya diharapkan
0,212 yang artinya bahwa hanya 21,2% meninjau kembali teori agensi karena
variasi kebijakan hutang dapat dijelaskan kurang relevan dengan topik penelitian
oleh variasi set peluang investasi,
c. Penelitian selanjutnya diharapkan
pertumbuhan perusahaan, struktur aset,
laba ditahan, dan kepemilikan institutional. dapat menambah variabel-variabel
Sisanya sebesar 78,8% dijelaskan oleh yang menjadi determinan dalam
variabel lain diluar model. Nilai standard kebijakan hutang misalkan ukuran
error of the estimate (SEE) sebesar perusahaan, profitabilitas, kepemilikan
0,2214037. Nilai SEE ini menunjukkan manajerial, sehingga diharapkan hasil
bahwa semakin kecil nilai SEE akan penelitian menjadi lebih baik
membuat model regresi semakin tepat
d. Penelitian selanjutnya diharapkan
dalam memprediksi variabel dependen.
Hasil analisis yang menguji dapat menggunakan perusahaan go
masing-masing variabel bebas berdasarkan public dengan semua sektor agar
hasil Uji statistik t adalah sebagai berikut: sampel yang diambil lebih representatif
a. Set peluang investasi tidak berpengaruh dan hasil penelitiannya dapat
positif terhadap kebijakan hutang. digeneralisasi untuk semua jenis
b. Pertumbuhan perusahaan tidak industri
berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang.
c. Struktur aset berpengaruh positif DAFTAR RUJUKAN
terhadap kebijakan hutang. Eva Larasati. 2011. “Pengaruh
d. Retained Earning berpengaruh negatif Kepemilikan Manajerial,
terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Institusional dan
e. Kepemilikan institutional berpengaruh Kebijakan Dividen Terhadap
positif terhadap kebijakan hutang. Kebijakan Hutang Perusahaan”.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam Jurnal Ekonomi Bisnis, 16(2), 103-
penelitian ini yang dapat mempengaruhi 107.
hasil penelitian, bagi peneliti selanjutnya Fury K. Fitriyah. 2012. “Pengaruh
dapat mempertimbangkan keterbatasan Kepemilikan Institusional, Set
berikut antara lain adalah : Kesempatan Investasi Dan Arus Kas
a. Teori agensi yang digunakan kurang Bebas Terhadap Utang”. Media
relevan dengan topik penelitian Riset Akuntansi, 1(1).
b. Sampel data dalam penelitian ini masih IAI. 2014. Standar Akuntansi Keuangan.
terdapat autokorelasi dan Dewan Standar Akuntansi Keuangan
heteroskedastisitas Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan I Made Sudana. 2011. Manajemen
yang telah diuraikan tersebut, berikut Keuangan Perusahaan Teori dan
beberapa saran yang akan diberikan Praktik. Erlangga, Jakarta.
kepada beberapa pihak yang terkait dalam Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis
penelitian ini : Multivariate dengan Program
a. Penelitian selanjutnya diharapkan IBMSPSS 21 Update PLS RegresiI,
edisi 7. Badan Penerbit Universitas
untuk memperpanjang periode
Diponegoro, Semarang.
penelitian, sehingga jumlah sampel John Wild J. dan K.R. Subramanyam,
mampu menghasilkan penelitian yang 2010. Analisis Laporan Keuangan,
lebih baik Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta.
Jumingan. 2006. .Analisa laporan
Keuangan. Bumi Aksara, Jakarta.

18
Kurniasih Miftahul Jannah. 2015. Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis
http://economy.okezone.com/read/20 dan Akuntansi, 12(1), 1-16
15/07/24/20/1184810/mayoritas- Yulius K. Susanto. 2011. “Kepemilikan
utang-luar-negeri-dimiliki- Saham, Kebijakan Dividen,
perusahaan-swasta. (diakses tanggal Karakteristik Perusahaan, Risiko
17 September 2015) Sistimatik, Set Peluang Investasi dan
Metha Arieska. 2011. “Pengaruh Aliran Kebijakan Hutang”. Jurnal Bisnis
Kas Bebas dan Keputusan dan Akuntansi, 13(3), 195-210
Pendanaan Terhadap Nilai
Pemegang Saham dengan Set
Kesempatan Investasi dan Dividen
Sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 13(1), 13-
23.
Moeljadi. 2006. ManajemenKeuangan
Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Edisi Pertama.
Bayumedia Publishing, Malang.
Pancawati Hardiningsih & Rachmawati
Meita Oktaviani. 2012. “Determinan
Kebijakan Hutang (Dalam Agency
Theory dan Pecking Order Theory)”.
Dinamika Akuntansi Keuangan dan
Perbankan, 1(1).
Rizka Indahningrum & Ratih Handayani.
2009. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividen, Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan”. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, 11(3), 189-207.
Sofyaningsih & Hardiningsih. 2011.
“Struktur Kepemilikan, Kebijakan
Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai
Perusahaan”. Dinamika Keuangan
dan Perbankan, 3(1).
Suad Husnan dan Pudjiastuti. 2011.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Westerfield Ross & Jordan. 2009.
Pengantar Keuangan Perusahaan,
Edisi 8. Salemba Empat, Jakarta.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010.
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Non Keuangan yang Terdaftar di

19

Anda mungkin juga menyukai