Dalam rumusan di muka dinyatakan dengan tegas bahwa hal mendidik itu itu terdapat dalam
pergaulan atau hubungan antara cara orang dewasa dan anak. jadi di dalam hal ini ada dua
ketentuan:
Dalam hal ini kita harus ingat kepada tujuan pendidikan, jadi, yang kita tuju dengan
pendidikan kita adalah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidikan membawa anak-anak
kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa. Membawa anak kepada
kedewasaannya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran, dan
larangan-larangan saja, melainkan yang pertama-tama ialah dengan gambaran kedewasaan yang
senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidik nya di dalam pergaulan mereka.
Tetapi, dalam hal ini dapat melihatnya bahwa ada cukup banyak keluarga atau orang tua yang
sedikit banyak kurang dapat memenuhi syarat apalagi jika kita mengingat perkembangan
kebudayaan yang sangat pesat majunya seperti sekarang ini. Banyak diantara orang tua,
terutama di kota-kota besar tidak mempunyai waktu untuk bergaul dengan mendidik anaknya
disebabkan sibuknya urusan pekerjaan atau ekonomi. Demikian pula disebabkan oleh makin
majunya masyarakat dan kebudayaan manusia, tidak mungkin lagi pendidikan anak-anak itu
diserahkan kepada orang tua saja. Maka dari itu, pendidikan yang sebenarnya tugas dan
kewajiban orang tua, menjadi tugas masyarakat dan negara pula; masyarakat dan negara turut “
mengambil bagian" dalam hal ini.
Sesuai dengan asas pendidikan yang dianut oleh pemerintah dan bangsa Indonesia, yakni
pendidikan seumur hidup (life long education) , maka pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini dinyatakan dalam GBHN 1983-
1988 sebagai berikut: pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah.
Kami percaya bahwa membaca keterangan-keterangan di atas para pembaca selalu bertanya
‘apakah yang dimaksud dengan kedewasaan itu?’ sudah seharusny pembaca bertanya seperti itu
sebenarnya, sulit bagi kita untuk merumuskan apakah dewasa itu, apalagi kalau kita
mengharapkan jawaban yang pendek, singkat, dan tepat. Sungguhpun demikian, untuk memberi
gambaran agar agak jelas pengertian itu berikut ini akan diterangkan secara singkat.
Pada orang dewasa telah ada penetapan sendiri atas tanggung jawab sendiri. Jadi, kedewasaan
itu mempunyai bentuk dan wujud. oleh karena itu, kita dapat berkata bahwa seseorang itu telah
dewasa atau belum dewasa. Orang dewasa itu benar-benar mengetahui Siapa dirinya dan apa
yang diperbuat, baik kah atau buruk kah itu. Jadi, menjadi dewasa dan kedewasaan itu
mempunyai arti kesusilaan juga.
Dalam perkembangan anak menjadi dewasa, melalui suatu masa peralihan yang disebut
pubertas. Setelah masa pubertas dan adolesensi dilalui, ia telah menjadi dewasa. Padanya telah
terdapat keselarasan antara jasmani dan rohaninya. Kepribadian baik psikis maupun morel,telah
menjadi stabil. Kestabilan inilah yang memungkinkan orang dapat mengadakan hubungan
hubungan kemasyarakatan, seperti memilih jabatan, hidup berkeluarga dan berumah tangga
hidup dalam perkumpulan-perkumpulan, dan organisasi masyarakat.
Orang dewasa sadar akan stabilitas dan kestabilan itu. Ia benar-benar tahu siapa dirinya, apa
yang dapat dan tidak dapat dikerjakan titik pendek kata, ia tidak bergantung kepada pendapat
orang lain tentang harga dirinya dan kesanggupannya, Tidak seperti anak kecil yang selalu minta
penghargaan dan keputusan dari orang lain Jika ia mengerjakan sesuatu. Untuk mengakhiri
uraian tentang kedewasaan ini berikut perbandingan antara gejala-gejala ke anakan dan gejala
kedewasaan sebagai berikut