Anda di halaman 1dari 2

A.

Mengapa Pendidikan Harus Orang yang Sudah Dewasa

Dalam rumusan di muka dinyatakan dengan tegas bahwa hal mendidik itu itu terdapat dalam
pergaulan atau hubungan antara cara orang dewasa dan anak. jadi di dalam hal ini ada dua
ketentuan:

a. si pendidik harus orang yang yang sudah dewasa sendiri ;


b. Si terdidik harus orang yang belum dewasa ; jadi terbatas pada anak-anak saja Mengapa
demikian?

Dalam hal ini kita harus ingat kepada tujuan pendidikan, jadi, yang kita tuju dengan
pendidikan kita adalah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidikan membawa anak-anak
kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa. Membawa anak kepada
kedewasaannya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran, dan
larangan-larangan saja, melainkan yang pertama-tama ialah dengan gambaran kedewasaan yang
senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidik nya di dalam pergaulan mereka.

Tetapi, dalam hal ini dapat melihatnya bahwa ada cukup banyak keluarga atau orang tua yang
sedikit banyak kurang dapat memenuhi syarat apalagi jika kita mengingat perkembangan
kebudayaan yang sangat pesat majunya seperti sekarang ini. Banyak diantara orang tua,
terutama di kota-kota besar tidak mempunyai waktu untuk bergaul dengan mendidik anaknya
disebabkan sibuknya urusan pekerjaan atau ekonomi. Demikian pula disebabkan oleh makin
majunya masyarakat dan kebudayaan manusia, tidak mungkin lagi pendidikan anak-anak itu
diserahkan kepada orang tua saja. Maka dari itu, pendidikan yang sebenarnya tugas dan
kewajiban orang tua, menjadi tugas masyarakat dan negara pula; masyarakat dan negara turut “
mengambil bagian" dalam hal ini.

Sesuai dengan asas pendidikan yang dianut oleh pemerintah dan bangsa Indonesia, yakni
pendidikan seumur hidup (life long education) , maka pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini dinyatakan dalam GBHN 1983-
1988 sebagai berikut: pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah.

B. Apakah yang Dimaksud dengan Kedewasaan

Kami percaya bahwa membaca keterangan-keterangan di atas para pembaca selalu bertanya
‘apakah yang dimaksud dengan kedewasaan itu?’ sudah seharusny pembaca bertanya seperti itu
sebenarnya, sulit bagi kita untuk merumuskan apakah dewasa itu, apalagi kalau kita
mengharapkan jawaban yang pendek, singkat, dan tepat. Sungguhpun demikian, untuk memberi
gambaran agar agak jelas pengertian itu berikut ini akan diterangkan secara singkat.

Arti kedewasaan kadang-kadang dibedakan menjadi kedewasaan jasmani dan kedewasaan


rohani. Manusia itu sebenarnya merupakan suatu individu, suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan antara jasmani dan rohani ya. Jadi, kita mencoba menguraikan arti kedewasaan
itu tidak akan menguraikan kedewasaan jasmani dan rohani, tetapi kedewasaan manusia
sebagai individu.
Jika segala kedewasaan itu kita tinjau, maka tampaklah ciri-cirinya, yaitu sifat tetap dan sifat
teratur dan statis jika dibandingkan dengan dinamika pada anak-anak yang selalu menghendaki
dan mengalami perubahan. Sebenarnya, pada orang dewasa Ada pula gejala-gejala yang
dinamis, tetapi dalam arti yang tidak plastis. Orang dewasa sudah tidak suka lagi bermain-main
seperti anak-anak. Anak belum mempunyai kedudukan yang tetap dalam masyarakat dan masih
memerlukan perlindungan.

Pada orang dewasa telah ada penetapan sendiri atas tanggung jawab sendiri. Jadi, kedewasaan
itu mempunyai bentuk dan wujud. oleh karena itu, kita dapat berkata bahwa seseorang itu telah
dewasa atau belum dewasa. Orang dewasa itu benar-benar mengetahui Siapa dirinya dan apa
yang diperbuat, baik kah atau buruk kah itu. Jadi, menjadi dewasa dan kedewasaan itu
mempunyai arti kesusilaan juga.

Dalam perkembangan anak menjadi dewasa, melalui suatu masa peralihan yang disebut
pubertas. Setelah masa pubertas dan adolesensi dilalui, ia telah menjadi dewasa. Padanya telah
terdapat keselarasan antara jasmani dan rohaninya. Kepribadian baik psikis maupun morel,telah
menjadi stabil. Kestabilan inilah yang memungkinkan orang dapat mengadakan hubungan
hubungan kemasyarakatan, seperti memilih jabatan, hidup berkeluarga dan berumah tangga
hidup dalam perkumpulan-perkumpulan, dan organisasi masyarakat.

Orang dewasa sadar akan stabilitas dan kestabilan itu. Ia benar-benar tahu siapa dirinya, apa
yang dapat dan tidak dapat dikerjakan titik pendek kata, ia tidak bergantung kepada pendapat
orang lain tentang harga dirinya dan kesanggupannya, Tidak seperti anak kecil yang selalu minta
penghargaan dan keputusan dari orang lain Jika ia mengerjakan sesuatu. Untuk mengakhiri
uraian tentang kedewasaan ini berikut perbandingan antara gejala-gejala ke anakan dan gejala
kedewasaan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai