Anda di halaman 1dari 8

REVIEW MATERI

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang hidup yang terus berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan
maupun melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad ke 5M
berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh
Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Pada zaman
penjajahan Belanda pada awal abad - 20, pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan
bahasa Melayu untuk mempermudah komunikasi dengan berpatokan pada bahasa Melayu
Tinggi yang sudah mempunyai kitab – kitab rujukan. Pada 16 Juni 1927 dalam sidang
Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Bahasa Indonesia
secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonemm (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan
organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang.1 Beberapa
aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

Penggunaan tanda baca yang baik & benar sangat penting dalam menulis artikel. Bayangkan
jika kita membaca sepuluh paragraf tanpa titik atau koma, akan sangat membingungkan
bukan? Apalagi ketika kita hanya bisa mendengar dan dibacakan. Tidak hanya untuk
mendukung keterbacaan penggunaan tanda baca yang benar sangat berpengaruh terhadap
kualitas tipografi artikel tersebut. Beberapa contoh tanda baca yang sering digunakan tetapi
tidak umum seperti titik, koma, tanda seru & tanda Tanya.Mungkin kita kurang
mempedulikan penggunaan tanda baca tersebut. Memang cukup merepotkan jika kita
mengimplementasikan pada tiap artikel, tetapi itulah seni dalam tipografi. Tidak ada salahnya
berusaha tampil “sempurna” dalam artian kita menggunakan kaidah-kaidah penulisan secara
benar.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara Merujuk pada Undang-Undang


Dasar 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi, “ Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.”
Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk
digunakan dalam berbagai kegiatan dan urusan kenegaraan. Sebagai bahasa Negara berarti
1
bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Dengan demikian bahasa Indonesia harus
dipergunakan sesuai dengan kaidah, Peraturan dan tatatertib yang berlaku. Bahasa Indonesia
yang dipakai di haruskan dengan menggunaka kalimat yang lengkap dan baku.

Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Kedudukan Sebagai Bahasa Negara juga Meliputi 4 aspek
yaitu :

1.Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, adalah Kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara yang di wujudkan dalam bahasa naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945 telah menggunakan bahasa Indonesia. Setelah proklamasi itu di kumandangkan
pemakaian bahasa Indonesia harus di gunakan dalam segala bidang seperi upacara, peristiwa
penting, dan juga kegiatan kenegaraan dalam bentuk lisan (pidato) maupun tulis (surat
penting negara).

2.Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.

Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan, Kedudukan Bahasa
Indonesia ini sebagai bahasa Negara diwujudkan dengan digunakanya bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari mulai dari pendidikan taman kanak-
kanak, jenjang pendidikan SD, Jenjang pendidikan SMP, Jenjang pendidikan SMA Maupun
sampai dengan jenjang pendidikan perkuliahan. Materi pelajaran sekolah yang berbentuk
media cetak juga harus menggunakan bahasa Indonesia, Hal itu juga dilakukan dengan
menerjemahkan (mengartikan) buku-buku yang berbahasa asing menjadi bahasa Indonesia.
Cara seperti itu akan sangat membantu dalam meningkatkan laju perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar ilmu pendidikan, pengetahuan dan teknolologi (iptek).

Sebagai bahasa Negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Dengan
demikian bahasa Indonesia harus dipergunakan sesuai dengan kaidah, Peraturan dan tatatertib
yang berlaku. Bahasa Indonesia yang dipakai di haruskan dengan menggunaka kalimat yang
lengkap dan baku.

Ejaan bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A sampai Z.


Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia sehingga dapat
mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri dari huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan. Dalam EYD, terdapat aturan-aturan
untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni: pemenggalan kata pada kata dasar,
penulisan huruf seperti penggunaan huruf kapital atau huruf besar, huruf tebal dan
penggunaan huruf miring. Penggunaan kata dalam penulisanya pun perlu diperhatikan.
seperti kata dasar, kata turunan,kata depan dan bentuk partikel. Untuk menulis sebuah karya
tulis harus memperhatikan aturan-aturan penulisan bahasa Indonesia yang sesuai. khususnya
bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas makalah, laporan praktik kerja lapangan,
menyusun proposal, dan skripsi.

Kalimat merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua sintaksis adalah
cabang yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur-unsur pembentuknya.
Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa, dan kalimat.
Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara
kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (clause atau kalimat
yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan.
1985:21)
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan kelengkapan
pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur
yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis
yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,
serta disertai dengan intonasi final.
kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta
bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi
gramatikal.
Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Frase sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari
kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur- unsurnya
terdiri atas frase endosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan eksosentrik; frase dilihat dari
segi kategori katanya terdiri atas empat macam frase: nominal, verbal, ajektival, numeralia,
fromina. Klausa dilihat dari kategori kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal
(ajektif, intransitif, aktif, pasif, dan resiprokal), klausa nominal, klausa bilangan, dan klausa
depan. Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni
kalimat nominal, kalimat verbal (intransitif, ekatransitif, dwritransitif, semi transitif, pasif)
kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya
terdiri atas kalimat berita, tanya, dankalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas
dua majenis, yakni kalimat majemuk setara (penjumlahan pertentang, pemilihan, sebab),
kalimat mejemuk bertingkat dan kalimat majemuk bertingkat.

Konstruksi sintaksis ialah satuan bahasa yang bermakna yang termasuk ke dalam
bidang sintaksis yang minimal terdiri atas dua unsur. Satuan bahasa yang bermakna yang
termasuk ke dalam bidang sintaksis meliputi wacana, kalimat, klausa, dan frase. Oleh karena
itu, wacana, kalimat, klausa, dan frase juga termasuk konstruksi sintaksis.

Wacana ialah konstruksi sintaksis yang pada umumnya terdiri atas kalimat-kalimat yang
mendukung sebuah gagasan yang lengkap. Wacana tulis bisa berupa paragraf atau karangan
yang utuh. Wacana lisan bisa berupa kesatuan gagasan yang diungkapkan dengan kalimat-
kalimat yang terjalin secara padu atau keseluruhan pembicaraan tentang tema atau topik
tertentu. Sebagian ahli menyatakan bahwa wacana tidak termasuk bidang sintaksis karena
wacana sudah melampaui batas kalimat dan karena sintaksis dianggap sebagai ilmu yang
mengkaji kalimat.

Kalimat ialah konstruksi sintaksis yang terdiri atas unsur-unsur segmental yang mungkin
berupa kata, frase, atau klausa dan unsur-unsur suprasegmental yang berupa jeda atau
kesenyapan dan intonasi. Walaupun ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata, pada
umumnya kalimat terdiri atas dua kata atau lebih yang mungkin pula berupa konstruksi frase
atau klausa. Terlepas dari berapa jumlah kata yang menjadi unsurnya, semua kalimat
memiliki unsur suprasegmental yang berupa kesenyapan dan intonasi. Perhatikan contoh
konstruksi kalimat berikut ini.

Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek,
pelengkap, keterangan, maupun tidak. Namun demikian, dalam pemakaian bahasa unsur yang
berupa subjek itu juga sering dihilangkan dan unsur yang hampir tidak pernah dihilangkan
ialah predikat. Jadi, unsur yang hampir selalu ada di dalam klausa ialah predikat (lihat
Ramlan, 1982).

Frase ialah konstruksi sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi (Ramlan, 1982:121). Artinya, frase selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Oleh
karena itu, frase juga disebut kelompok kata. Di samping itu, frase tidak pernah melampaui
batas fungsi. Artinya, frase secara keseluruhan selalu berada di dalam satu fungsi tertentu,
yaitu S, P, O, PEL, atau KET. Kata-kata yang menjadi anggota sebuah frase tidak bisa
sebagian berada pada, misalnya, fungsi S dan sebagian berada pada fungsi P. Jika demikian,
satuan gramatik itu bukan frase melainkan klausa. Frase juga didefinisikan sebagai gabungan
dua kata atau lebih yang hubungan di antaranya tidak bersifat predikatif; tidak boleh yang
satu sebagai S dan yang lain sebagai P (Kridalaksana, 2001:59).

Sebagai konstruksi sintaksis, wacana yang berupa paragraf pada umumnya memiliki
unsur yang berupa kalimat-kalimat yang mendukung sebuah gagasan yang lengkap; wacana
yang berupa teks lengkap atau utuh pada umumnya memiliki unsur yang berupa paragraf-
paragraf yang mendukung sebuah gagasan yang lengkap. Di samping itu, wacana juga
memiliki unsur yang berupa alat kalimat, yaitu urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas.
Sebagai konstruksi sintaksis, kalimat memiliki dua unsur, yaitu unsur segmental yang berupa
kata, frase, dan klausa serta unsur suprasegmental yang berupa jeda atau kesenyapan dan
intonasi. Sebagai konstruksi sintaksis, klausa memiliki unsur yang disebut fungsi, kategori,
dan peran. Sebagai konstruksi sintaksis, frase memiliki unsur yang berupa kata-kata. Kata-
kata sebagai unsur frase menampakkan aspek bentuk dan aspek makna. Oleh karena itu,
aspek bentuk dan aspek makna kata-kata yang menjadi unsur frase sekaligus juga merupakan
unsur konstruksi frase sebagai konstruksi sintaksis.

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan selukbeluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase. Oleh karena itu, objek kajian sintaksis ialah wacana, kalimat, klausa, dan
frase dengan segala permasalahannya, baik mengenai hubungan bentuk maupun hubungan
makna unsur-unsurnya. Walaupun setiap wacana, kalimat, klausa, dan frase itu terdiri atas
kata-kata yang merupakan unsurnya, kata bukan merupakan objek kajian sintaksis. Kata
merupakan objek kajian morfologi. Di dalam sintaksis, kata diperlakukan sebagai satuan
terkecil pembentuk konstruksi frase, klausa, dan kalimat

Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki pengertian lengkap dan dibangun oleh
kontruksi fungsional dan tidak tergantung pada kontruksi gramatikal yang lebih besar atau
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan secara lengkap.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu klausa.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat majemuk ini
terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk
kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di
dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Ilmu linguistik disebut juga dengan linguistik umum (general linguistik). Artinya
linguistik tidak hanya menyelidiki suatu langue tertentu tanpa memperhatikan ciri-ciri bahasa
lain. sebagai contoh, sulit bagi kita untuk untuk memahami morfologi bahasa Indonesia jika
tidak memahami morfologi bahasa-bahasa lain. Memang, morfologi bahasa Iindonesia
seharusnya dianalisis hanya dengan bahasa Indonesia, akan tetapi bahan itu saja tidak
memberikan pengertian kepada kita bagaimana struktur morfologi pada umumnya. Dengan
kata lain, sasaran linguistik bukan hanya  terfokus pada langue saja, tetapi juga
pada langage yang lebih umum.

Aliran struktural adalah sebutan yang diberikan pada paham bahasa yang berlandaskan pada
pemikiran Behavioristik. Jadi dengan didasari kepada paham behavioristik hakikat bahasa itu
dipandang dari perwujudan lahiriahnya, jadi di dalam taksonomi gramatika disusun dari
tataran terendah berupa fonem, morfem, frasa, klausa, sampai tataran tertinggi yang berupa
kalimat. Teori Behavioristik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
individu. Paham behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain paham behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam suatu kegiatan belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
suatu kebiasaan yang dikuasai oleh individu.

Dari pengertian aliran struktural di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran struktural atau
behavioristik adalah salah satu aliran linguistik yang mendeskripsikan suatu bahasa
berdasarkan ciri atau sifat khas dari bahasa itu sendiri.

Kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang
penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud
dapat berupa pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat
dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalan-nya. Kalimat baku harus logis,
subyek jelas, tidak ada unsur sia-sia, dan tidak terpengaruh bahasa daerah. Definisi baku
dibedakan dari segi lafal, ejaan, gramatikal, dan nasional. Adapun sebab-sebab ketidak
bakuan diantaranya adalah kesalahan dalam pelesapan imbuhan awalan dan akhiran,
pemborosan kata, pengunaan bahasa jawa, kesalahan pembentukan kata, dan ketidaktepatan
pemilihan kata.
Paragraf adalah suatu kumpulan dari suatu kesatuan pikiran yang kedudukannya lebih
tinggi serta lebih luas daripada kalimat .Dapat diartikaan pula paragraf adalah bagian dari
sebuah karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, yang berisikan tentang imformasi dari
penulis untuk pembaca dengan pikiran utama sebagai pusatnya dan juga pikiran penjelas
sebagai pendukungnya. Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang berhubungan antara satu
dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang menghasilkan sebuah imformasi. Paragraf juga
dapat di sebut sebagai penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang berkaitan
dan memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai karangan yang singkat.
Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan letak dari pikiran utamanya :
a.       Paragraf Deduktif
Merupakan deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan setelah kalimat utama.
b.     Paragraf Induktif
          Merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf. Dan kalimat
penjelasnya terletak sebelum kalimat utanya.
c.     Paragraf campuran
          Merupakan parakraf yang kalimat utamanya terletak diawal dan di akhir paragraf.
Sedangkan kalimat penjelasnya berada di tengah-tengah paragraf.

Berdasarkan jenis ceritanya yakni :


a.       Paragraf  Narasi
Merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian berdasarkan urutan waktunya.
Paragraf narasi terdiri dari dua jenis yaitu narasi kejadian dan narasi runtut cerita.
b.      Paragraf Eksposisi
Merupakan paragraf yang bertujuan untuk  memafarkan, menyampaikan, juga
menerangkan suatu topik kepada orang lain.
c.       Paragraf Argumentasi
Merupakan parafraf yang digunakan untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun,
pendapat penulis yang di sertai bukti dan juga fakta.
d.      Paragraf persuasi
Merupakan paragraf yang mempunyai tujuan untuk membujuk orang lain supaya
melakukan suatu yang diinginkan oleh penulisnya.

          Berdasarkan tujuannya :
a.       Paragraf pembuka
Memiliki sifat yang ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca
kepada masalah yang akan di uraikan.
b.      Paragraf penghubung
Berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf
ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Paragraf-paragraf penghubung bergatung pola
dari jenis karangannya.
c.       Paragraf penutup
Berisi simpulan atau penegasan kembali mengenai hal-hal yang di anggap penting.

          Berdasarkan isi :
a.       Paragraf deskripsi
Ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf
tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya di pakai untuk melakukan sesuatu, Hal,
keadaan, situasi dan cerita.
b.      Paragraf proses
Ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam
kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, Melipiti
waktu, ruang, klimaks, dan antiklimaks.

Anda mungkin juga menyukai