Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

GEJALA AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU

DIKETAUI OLEH CALON PENDIDIK DAN PENDIDIK

Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Nurhayati B, M. Pd

Oleh:
Kelas Pendidikan Biologi B
Kelompok 4

Hasniar (220013301028)
Nisa Almagfirah (220013301038)
Nurheni Arifin (220013301046)
Nurhidayah Hasan (220013301047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

SEPTEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menganugerahkan kepada kita
semua buah kecerdasan yaitu otak dengan kapasitor memori yang besar sehingga
kita sebagai khalifah dimuka bumi ini merupakan makhluk yang mulia derajatnya
dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah SWT.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju dunia yang terang benderang, sampai
dengan saat ini. Alhamdulillahirobbil’alamin, dalam kesempatan kali ini telah
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Gejala Aktivitas Umum Jiwa
Manusia yang Perlu Diketahui Oleh Calon Pendidik dan Pendidik”. Makalah ini
dibuat sebagai tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi calon
pendidik dan pendidik terhadap gejala aktivitas umum jiwa manusia yang akan
dibuat lebih baik lagi dan untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

D. Manfaat Penelitian........................................................................................2

II. PEMBAHASAN ...............................................................................................4

A. Perlunya Calon Pendidik dan Pendidik Mengetahui dan Memahami Gejala


Aktivitas Jiwa Peserta Didik ........................................................................4

B. Jenis-jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia yang Perlu Diketahui


oleh Calon Pendidik dan Pendidik ...............................................................4

III. PENUTUP .......................................................................................................29

A. Kesimpulan.................................................................................................29

B. Saran ...........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................30


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan sifat dan perilaku, serta kepribadian

seperti emosi, adaptasi dan minatnya terhadap sesuatu. Pembentukan kejiwaan

dimulai sejak seseorang terlahir ke dunia. Tiap-tiap individu telah membawa bibit-

bibit sifat dalam diri yang sepanjang proses kehidupannya akan senantiasa

berkembang menjadi kejiwaan tertentu. Selama proses itu, ada beberapa faktor

yang mempengaruhinya. Diantaranya, pengalaman dan cara menghadapinya sesuai

tingkat kesadaran atau usia, dan mental yang kuat, akhlak serta jiwa yang dapat

dipelajari berdasarkan ilmu psikologi.

Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Psikologi

mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak.

Secara umum aktivitas-aktivitas itu dapat dicari hukum-hukum psikologi yang

mendasarinya. Dalam aktivitas sehari – hari, manusia tentunya memilki sifat umum

yang dapat terlihat saat manusia sedang melakukan suatu aktivitas. Pada umumnya,

untuk mengetahui keadaan sekitar tentunya tiap individu memiliki cara tersendiri

bagaimana merespon segala hal yang ada disekitar mereka. Cara paling dasar untuk

mengenal lingkungan sekitar yaitu dengan memperhatikan, kemudian mulai

mengenali lingkungan tersebut dengan cara tersendiri dari tiap individu. Salah satu

contoh yang paling mudah kita temui adalah pada saat proses belajar mengajar

dikelas. Seorang guru pastinya akan menjelaskan mengenai materi pelajaran.

1
2

Kemudian secara sadar maupun spontan, para peserta didik pasti memperhatikan

guru tersebut. Mulai dari materi apa yang sedang disampaikan, bahkan mungkin

ada pula yang hanya memperhatikan gerakan yang dilakukan oleh guru tersebut,

karena setiap individu memiliki intepretasi dan tanggapan yang berbeda satu sama

lain, apa yang sedang dipikirikan oleh peserta didik yang satu, berbeda dengan apa

yang dipikirkan oleh peserta didik yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, pada

makalah ini kelompok kami akan membahas gejala aktivitas umum jiwa manusia

yang perlu diketahui oleh calon pendidik dan pendidik.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gejala aktivitas jiwa peserta didik yang perlu diketahui oleh

calon pendidik dan pendidik?

2. Seperti apa jenis-jenis gejala aktivitas umum jiwa manusia yang perlu

diketahui oleh calon pendidik dan pendidik ?

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami gejala aktivitas jiwa peserta didik.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis gejala aktivitas umum jiwa manusia yang

perlu diketahui oleh calon pendidik dan pendidik.

C. Manfaat Penelitian

1. Agar calon pendidik dan pendidik dapat mengetahui dan memahami gejala

aktivitas jiwa peserta didik.


3

2. Agar calon pendidik dan pendidik dapat mengetahui jenis-jenis gejala

aktivitas umum jiwa manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlunya Calon Pendidik dan Pendidik Mengetahui dan Memahami

Gejala Aktivitas Jiwa Peserta Didik

Psikologi pendidikan merupakan salah satu disiplin ilmu yang berisi

pemaparan tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk

kepentingan mendidik atau membina perkembangan kepribadian manusia. Semua

gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam

pada psikologi pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa secara psikologis (ilmu

jiwa) dan secara anatomis dan fisiologis-biologis dan sosiologis, peserta didik

sebagai bagian integral dari manusia pada umumnya, memiliki karakteristik yang

unik yang perlu dipahami oleh para calon pendidik dan pendidik. Pengetahuan

tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan dengan gejala aktivitas

umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon pendidik dan pendidik

dalam memahami peserta didik secara individual pendidik menyukseskan proses

pembelajaran di kelas (Hadis dan Nurhayati, 2008).

B. Jenis-jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia yang Perlu Diketahui

oleh Calon Pendidik dan Pendidik

Gejala jiwa pada manusia tampak dalam perilakunya. Ada beberapa bentuk

gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul dalam bidang pendidikan.

Bentuk-bentuk gejala jiwa tersebut sangat mendasari dan mempengaruhi berbagai

4
5

perilaku manusia, baik perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku

peserta didik atau siswa (Aswar, 1996).

1. Perhatian Peserta Didik

Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas diartikan

sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta didik yang tertuju kepada sajian materi yang

dijelaskan oleh pendidik pada saat proses pembelajaran di kelas sedang

berlangsung. Seorang siswa dianggap memiliki perhatian belajar terhadap materi

pelajaran yang diajarkan oleh pendidik di kelas. Jika siswa tersebut memusatkan

perhatiannya dengan cara memfokuskan pandangannya ke depan dan memusatkan

kesadaran dan daya jiwanya untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran

yang disajikan oleh pendidik di kelas (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Kata “perhatian” tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa

contoh dapat menjelaskan hal ini: (1) Dia sedang memperhatikan contoh yang

diberikan oleh pendidiknya, (2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang

diberikan oleh dosen yang baru itu. Kedua contoh tersebut mempergunakan kata

perhatian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga

psikis tertuju kepada suatu objek dan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai

sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2018).

Perhatian merupakan suatu aktivitas manusia dalam berinteraksi yang

melibatkan penginderaan manusia, dimana yang dalam prosesnya sering disebut

dengan kata memperhatikan baik secara spontan maupun dengan kehendak pribadi.

Dalam proses memperhatikan suatu objek, perhatian akan dikatakan berhasil jika

dalam prosesnya dilakukan dengan intensif, dan sebaliknya dikatakan tidak


6

berhasil jika dalam prosesnya dilakukan dengan tidak intensif. Dalam aktivitas

sehari-hari, manusia tentunya memerlukan perhatian dalam berinteraksi dengan

manusia atau individu lain (Soemanto dan Wasty, 2009).

Perhatian belajar yang dimiliki oleh peserta didik dan manusia pada

umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian insentif dan tidak insentif,

perhatian spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpencar, perhatian

terpusat, dan perhatian campuran. Perhatian belajar peserta didik yang intensif,

yaitu perhatian yang mendalam yang dimiliki peserta didik pada saat melakukan

aktivitas belajar. Peserta didik yang selalu memiliki perhatian belajar ini akan lebih

mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang dijelaskan

oleh guru di kelas. Sebaliknya peserta didik yang memiliki perhatian belajar yang

tidak intensif akan sulit mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran

yang dijelaskan oleh guru di kelas (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Semakin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau

pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hal ini telah

banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi

kesimpulan bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya

disertai oleh perhatian yang intensif. Selain itu semakin intensif perhatian yang

menyertai sesuatu aktivitas akan makin sukses (Suryabrata, 2018).

Perhatian belajar yang spontan pada diri peserta didik ialah perhatian belajar

yang terjadi seketika, karena peserta didik mendapatkan rangsangan yang sifatnya

tiba-tiba. Sedangkan perhatian belajar sekehendak (dipaksakan) ialah perhatian

belajar yang sengaja ditimbulkan pada diri peserta didik. Contoh perhatian belajar
7

spontan ialah ketika seorang peserta didik mengikuti pelajaran di kelas, lalu tiba-

tiba terjadi keributan di luar kelas, maka tiba-tiba perhatian peserta didik tersebut

beralih kearah tempat terjadinya keributan tersebut. Dan contoh dari perhatian

belajar yang dipaksakan, misalnya sekalipun suasa di dalam kelas panas di siang

hari, para peserta didik harus dapat memaksakan diri untuk memusatkan

perhatiannya kepada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Perhatian

konsentratif atau terpusat ialah perhatian belajar yang memusat atau terfokus

kepada objek yang dipelajari. Perhatian distributif ialah perhatian belajar yang

sifatnya menyebar yang dimiliki oleh peserta didik, dan perhatian campuran ialah

perhatian belajar yang sifatnya gabungan antara perhatian belajar yang memusat

dengan perhatian distributif (Hadis dan Nurhayati, 2008).

2. Motivasi Belajar

Motivasi secara umum dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor motivasi belajar secara umum dan

motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang

sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi

kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik

secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja,

produktivitas, kreativitas dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan

tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi

dalam menjalani hidupnya. Guru yang yang memiliki motivasi mengajar yang

tinggi ditandai dengan rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan
8

kreatif dalam melakukan pembaruan dalam bidan Pendidikan (Hadis dan

Nurhayati, 2008).

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri

siswa maupun dari luar siswa, sehingga menimbulkan hasrat, keinginan, semangat

dan kegairahan dalam kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Motivasi

belajar merupakan sebuah dorongan yang muncul secara sadar maupun tidak sadar

dalam diri siswa pada saat kegiatan belajar secara terus menerus untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapai sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Motivasi belajar

adalah hasrat yang timbul dalam diri siswa yang menyebabkan terjadinya kegiatan

belajar. Adanya motivasi belajar akan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan pada arah kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi dan belajar adalah dua

hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam

melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang tidak akan

melakukan kegiatan pembelajaran (Suryabrata dan Sumadi, 2011).

Motivasi yang dimiliki individu dibagi atas beberapa jenis, yaitu (1) motif

yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik, yaitu moti-motif yang diisyaratkan

secara biologis, misalnya dorongan untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan

lainnya yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan

hidup individu, dan (2) motif yang sifatnya dipelajari, misalnya dorongan untuk

mempelajari materi pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar suatu

kedudukan. Ditinjau dari segi relevansi motif dengan tujuan tingkah laku, maka

motif dibedakan atas dua jenis, yaitu motif-motif ekstrinsik dan motif-motif
9

instrinsik. Motif ekstrinsik ialah motif yang berfungsi karena adanya rangsangan

dari luar diri individu, sedangkan motif instrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi

tanpa membutuhkan rangsangan dari luar (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi sehingga untuk mencapai prestasi tersebut peserta didik dituntut untuk

menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan belajarnya. Menurut Uno (2011), fungsi motivasi belajar adalah: (1)

Menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar

apabila seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang

menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

pernah dilalui. (2) Memperjelas tujuan belajar. Peran motivasi dalam memperjelas

tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk

belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau

dinikmati manfaatnya oleh anak. (3) Ketekunan belajar. Seorang anak yang telah

termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan baik dan tekun

dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi yaitu:

(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-

perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

(Hadis dan Nurhayati, 2008).


10

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Menurut

Slameto (2010), terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

motivasi belajar pada siswa, antara lain yaitu sebagai berikut: (1) Dorongan

kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahui, mengerti, dan memecahkan masalah.

Dorongan ini timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/masalah.

(2) Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajar dan melaksanakan tugas-

tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk

memperoleh status dan harga diri dan (3) Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan

untuk menguasai bahan pelajaran/belajar dengan niat guna mendapatkan

pembenaran dari orang lain/teman-teman. Kebutuhan ini sukar dipisahkan dengan

harga diri.

Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang

membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

aktivitas belajar. Hal tersebut juga dapat ditanamkan kepada diri peserta didik

dengan cara memberikan Latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Hadis dan Nurhayati, 2008).

3. Pikiran Peserta Didik

Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap

orang pada saat mereka menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan. Proses

berpikir juga terjadi saat seseorang di hadapakan kepada berbagai pertanyaan yang

harus dijawab. Kemampuan berpikir bagi setiap orang termasuk peserta didik di
11

sekolah berbeda-beda. Perbedaan kemampuan berpikir antara individu yang satu

dengan individu pada umummnya disebabkan oleh faktor intelegensi, tingkat

pengetahuan, tingkat pengalaman, tngkat Pendidikan, dan berbagai faktor lainnya

yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir suatu individu (Hadis dan

Nurhayati, 2008).

Dalam kehidupan, tentunya manusia tidak luput dari hal yang dinamakan

berpikir. Karena setiap langkah dan setiap aktvitas manusia, didasarkan oleh

pemikirannya. Dengan demikian, dalam berpikir seseorang menggabungkan

pengertian satu dengan yang lain dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan

yang dihadapi (Soemanto dan Wasty, 2009).

Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki tiga fugsi yaitu: (1) membentuk

pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) pembentukan kesimpulan atau

keputusan. Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan individu, yaitu jenis

berpikir divergen dan korvergen. Jenis berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang

umum dilakukan oleh individu pada umummnya dan bersifat rutin sedangkan jenis

berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, kreatif, dan produktif yang

selalu memecahkan masalah dari berbagai alternaif pemecahan masalah. Jenis

berpikir ini juga merupakan jenis berpikir yang kompleks yang dituntut pada

individu di era globalisasi agar dapat tetap eksis dan solid dalam era kompetisi

global (Hadis dan Nurhayati, 2008).

4. Perasaan Peserta Didik

Perasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya

berhubungan dengan fungsi mengenai dan dialami dalam kualitas senang dan tidak
12

senang dalam berbagai taraf. Perasaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan

jasmaniah (perasaan tingkat rendah) berupa perasaan indera dan perasaan vital.

Perasaan indera seperti sedap, manis, dan sebagainya, dan perasaan vital, yaitu

perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti segar, letih, dan

sebagainya (La Suko, 1990). Sedangkan perasaan rohaniah (perasaan tingkat

tinggi), yaitu perasaan intelektual, misalnya merasa senang kalua lulus ujian,

perasaan keindahan, perasaan social, perasaaan kesusilaan, perasaan keagamaan,

dan perasaan harga diri (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Perasaan rohaniah terdiri dari beberapa bagian menurut Sumadi Suryabrata

(2015), yaitu sebagai berikut :

a. Perasaan Intelektual

Perasaan intelektual ialah perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek

(pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi. Misalnya

perasaaan kecewa yang dialami seseorang yang sama sekali tak dapat mengerjakan

soal ujian.

b. Perasaan Kesusilaan

Perasaan kesusilaan atau disebut juga sebagai perasaan etis ialah perasaan tentang

baik-buruk seseorang. Perasaan kesusilaan terdapat dua macam, yaitu perasaan

positif dan negatife. Perasaan kesusilaan positif misalnya dialami sebagai rasa puas

kalua orang telah melakukan hal baik, sedangkan perasaan kesusilaan negative

misalnya dialami sebagai rasa menyesal kalua orang telah melakukan hal yang tidak

baik.

c. Perasaan Keindahan
13

Perasaan keindahan adalah perasaan yang menyertai atau yang timbul karena

seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.

d. Perasaan Sosial

Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesame manusia,

perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesama manusia , untuk bergaul,

saling tolong-menolong, memberi dan menerima simpati dan antisipasi, rasa setia

kawan dan sebagainya.

e. Perasaan Harga Diri

Perasaan harga diri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perasaan harga diri

positif dan harga diri negatif. Perasaan harga diri positif misalnya perasaan puas,

senang, gembira, bangga yang dialami oleh seseorang yang mendapatkan

penghargaan dari pihak lain (misalnya mendapatkan pujian, hadiah, tanda jasa, dan

sebagainya). Sedangkan perasaan harga diri negatif misalnya perasaan kecewa, tak

senang, tak berdaya, kalau seseorang mendapatkan celaan, dimarahi, mendapatkan

hukuman dan sebagainya.

f. Perasaan Keagamaan

Perasaan keagamaan ialah perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan

seseorang tentang adanya yang Maha Kuasa seperti: rasa kagum akan kebesaran

Tuhan, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya secara ajaib, dan sebagainya.

5. Sikap Peserta Didik

Secara umum sikap merupakan suatu yang ditunjukkan yang ada dalam diri

manusia. Dengan menunjukkan suatu reaksi dari seseorang tersebut. Sikap yang

bias dilihat secara langsung menunjukkan keberadaan suatu respon yang diberikan.
14

Secara tidak langsung sifat atau sikap emosional yang menangkap stimulasi-

stimulasi social (Astuti, 2021).

Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap

suatu objek atau rangsangan tertentu (Gurungan, 1987). Sikap juga dapat diartikan

sebagai kecenderungan individu untuk merasa senang dan tidak senang terhadap

suatu objek. Dengan mengacu kepada pengertian sikap secara umum, maka sikap

belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan peserta didik untuk bereaksi

terhadap materi pelajaran di sekolah (Hadis dan Nurhayati, 2008).

peserta didik tentunya mempunyai sikap yang sangat mungkin berbeda

dengan teman sekelasnya terhadap pembelajaran. Sikap peserta didik merupakan

kecenderungan bertingkah laku terhadap pembelajaran. Sikap peserta didik

terhadap pembelajaran yang positif mempengaruhi cara belajar sehingga

dimungkinkan peserta didik akan lebih giat belajar dan pada akhirnya kemungkinan

hasil yang didapat juga lebih baik. Pada kenyataannya, masih ada beberapa siswa

yang memiliki sikap belajar yang kurang bagus terhadap mata pelajaran, sehingga

berhubungan dengan hasil belajar yang akan dicapai. Sikap merupakan perilaku

yang dimiliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini yang mana perilaku tersebut

berbeda-beda. Sikap merupakan masalah yang penting dalam psikologi. Hal ini

cukup dimengerti apalagi jika dilihat dari segi pentingnya sikap didalam tingkah

laku sehari-hari. Dalam dunia pendidikan, sikap belajar diperlukan peserta didik

untuk meningkatkan hasil belajar (Arif, 2018).

Sikap belajar yang ada pada peserta didik akan mambawa warna dan corak

pada tindakan, baik menerima maupun menolak dalam menggapai sesuatu hal yang
15

ada diluar darinya. Sikap belajar dapat menentukan cara belajar dan bagaimana

memperlajari mata pelajaran, sehingga mudah untuk dipahami. Sikap belajar ini

akan mempengaruhi hasil belajar. Artinya, semakin baik sikap belajar, maka

semakin baik pula hasil belajar (Saefudin, 2005).

Sikap belajar peserta didik dapat diukur oleh guru dengan menggunakan

skala liker. Untuk mengungkapkan sikap belajar peserta didik dengan skala liker

tersebut, seorang guru dapat menyusun pertanyaan- pertanyaan yang termuat dalam

angket yang menunjukkan piihanjawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Pengungkapan sikap belajar peserta didik oleh guru

sangat penting dilakukan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta didik

tentang proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru, yaitu apakah telah

menyenangkan bagi peserta didik atau tidak (Hadis dan Nurhayati, 2008).

6. Ingatan Peserta Didik

Ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri,

yaitucepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dalam menyimpan, dan siap

untuk memproduksi kesan yang dicamkan tanpa perubahan (La Sulo, 1990). Materi

pelajaran yang telah dipelajar oleh peserta didik dapat tersimpan dengan baik dalam

memori, maka peserta didik harus melakukan cara-cara berikut : (1) mengulangi

secara terus menerus mempelajari materi pelajaran, dan (2) cepat tidur setelah

belajar mengulangi bercampurnya pesan baru kedalam materi pelajaran yang telah

tersimpan dalam memori otak (Hadis dan Nurhayati, 2008).


16

Ingatan yang dimiliki seseorang tergantung pada persepsi atau pengalaman

yang dimiliki oleh setiap individu. Daya ingat atau memori dimaknai tidak hanya

kemampuan untuk menyimpan apa yang pernah dialami namun juga termasuk

kemampuan untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang

telah diketahui. Menurut Nofindra (2019) daya ingat peserta didik dibedakan

menjadi dua bagian yaitu :

a. Daya ingat jangka pendek adalah system penyimpanan yang dapat menahan

informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik.

b. Daya ingat jangka Panjang adalah system daya ingat menjadi tempat menyimpan

informasi dalam kurun waktu yang lama sehingga dianggap sebagai suatu

penyimpanan yang kapasitas sangat besar.

Daya ingat yang baik akan menyebabkan peserta didik dapat belajar dengan

mudah dan mencapai hasil ptimal, namun tidak setiap peserta didik memiliki daya

ingat yang baik. Secara teori menurut Sumadi (2015) dapat dibedakan menjadi tiga

aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu :

1. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan. Mencamkan terdiri atas dua bagian,

yaitu : (1) mencamkan sekehendak (sengaja) yang artinya mencamkan dengan

sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan

sesuatu, dan (2) mencamkan yang tidak sekehendaki (tidak sengaja) yang

diartikan dengan tidak dikehendaki, tidak sengaja memperoleh sesuatu

pengetahuan.

2. Menyimpan kesan-kesan
17

3. Mereproduksikan kesan-kesan. Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal

yang telah dicamkan.

7. Fantasi Peserta Didik

Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk tanggapan-tanggapan

baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tanggapan yang

baru tidak harus sesuai dengan benda yang ada. Fantasi juga dapat diartikan sebagai

kemampuan peserta didik dalam merenung dan menghayal secara positif untuk

menemukan ide-ide baru yang inovatif. Dengan fantasi memungkinkan manusia

menemukan suatu yang baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti

handphone generasi ketiga yang memiliki fasilitas camera dan dapat dipakai untuk

telekoforensi (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau

bayangan bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri

dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan. keadaan-keadaan yang

akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi Secara

disadari yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasi-fantasinya. Misal

seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya,

seorang pemahat, seorang pemahat yang sedang memamahat arca atas dasar daya

fantasinya (Thahir, 2014).

Mengingat manfaat produk atau hasil fantasi bagi kehidupan manusia sangat

besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan fantasi peserta didik juga

dituntut besar, agar melalui fantasi peserta didik dapat menemukan suatu ide-ide

yang cemerlang untuk melahirkan suatu yang inovativ. Jika para peserta didik telah
18

dapat melakukan fantasi secara positif, para peserta didik akan mampu menemukan

suatu temuan-temuan yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri.

Temuan-temuan baru lahir dari proses fantasi peserta didik merupakan perwujudan

aktualisasi diri pada diri peserta didik.

Berfantasi secara positif bagi peserta didik sangat diperlukan, sebab mereka

melakukan proses fantasi dalam aktivitas pembelajaran. Peserta didik dapat

diilhami oleh berbagai gagasan atau ide-ide baru yang bermanfaat bagi peserta didik

itu sendiri dan masyarakat. Contohnya peserta didik yang menang lomba kerya tulis

ilmiah termasuk hasil dari proses fantasi yang positif, yang terlibat penting untuk

menunbuhkan fantasi positif anak adalah guru, orang tua, dan masyarakat dalam

membantu, membimbing, melatih, mengarahkan serta menyalurkan proses fantasi

anak kearah yang positif agar bermanfaat dikalangan orang banyak dan anak dapat

mencapai taraf aktualisasi diri yang optimal dan maximal.

Fantasi merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian

sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin.

Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas fantasi yang

mengabstraksi, yang mendeterminasi dan yang mengombinasi. Kekuatan fantasi

orang dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai arti yang penting

dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat menambah bayangan-

bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga dengan demikian akan menambah

bahan bayangan yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa

fantasi itu tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang

dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Hal ini
19

merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata.

Fantasi juga dapat menimbulkan kedustaan dan sebagainya.

8. Tanggapan Peserta Didik

Tanggapan merupakan bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita

melakukan pengamatan. Menanggapi tidak saja menghidupkan Kembali apa yang

telah kita amati, tetapi juga mengantisipasi yang akan dating dan mewakili yang

sekarang. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggapan atau presepsi, yaitu

bayangan pengiring, yaitu bayangan yang tinggal setelah kita melihat sesuatu dan

bayangan eidetic yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga mempunyai

pengamatan, faktor tanggapan ini memegang peranan penting dalam aktivitas

pembelajaran. Oleh karena itu para guru disekolah harus berusaha mengembangkan

tanggapan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal

dan maximal. (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Tanggapan atu presepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang

mendasari terjadinya tanggapan itu. Karena itu, presepsi peserta didik digolongkan

kedalam beberapa tanggapan tipe, yaitu tipe tanggapan yang visual, auditif,

gustatoris, dan alfaktoris. Ke-empat tipe tanggapan pada diri peserta didik tersebut

harus diperhatikan dan dikembangkan oleh para pendidik secara individual. Jika

pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan memperhatikan

perbedaan individu sampai peserta didik dalam hal tipe persepsi yang dimiliki,

maka akan berkembang dengan baik.

9. Minat Belajar Peserta Didik


20

Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukan

oleh individu kepada suatu objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda

yang tidak hidup. Sedangkan minat belajar dapat diartikan sebgai rasa tertarik yang

ditunjukan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik dirumah,

disekolah, dan dimasyarakat.

Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri

dalam beberapa gejala, seperti: gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan

proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari

pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian,

rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui

keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar (Sirait, 2016)

Jika individu atau peserta didik merasa tertarik atau berminat dalam

melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukan sikap dan

prilaku yang baik berupa: peserta didik menunjukan gairah yang tinggi dalam

melakukan aktivitas belajar, tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar

sekalipun dalam waktu yang lama, aktiv, kreatif, dan produktif dalam

melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, tidak mengenal

lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar

dianggap sebagai suatu hobby dan bagian dari hidup, dan sebagainya. Sebaliknya,

peserta didik yang tidak memiliki minat belajar akan menunjukan sikap dan prilaku

belajar yang tidak baik pula berupa acuh tak acuh dalam belajar, aktivitas belajar

dianggap sebagai suatu beban, cepat lelah murung serta bosan dalam belajar dan

sebagainya (Hadis dan Nurhayati, 2008).


21

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena minat siswa merupakan

faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan

sebaikbaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk

mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha

bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus

belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang

besar, mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya

adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa

merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar. Minat mengandung

unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh

sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak

demikian, minat tidak akan mempunyai arti (Sirait, 2016).

Minat belajar dapat diukur melalui 4 indikator yaitu ketertarikan untuk

belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar, dan pengetahuan. Ketertarikan

untuk belajar diartikan apabila seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran

maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan

rajin belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang

tersebut, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada beban

dalam dirinya. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang

terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan mengesampingkan

hal lain dari pada itu. Jadi siswa akan mempunyai perhatian dalam belajar, jika jiwa

dan pikirannya terfokus dengan apa yang ia pelajari. Motivasi merupakan suatu
22

usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan

belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi pencapaian tujuan yang

diharapkan dalam situasi interaksi belajar. Pengetahuan diartikan bahwa jika

seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka akan mempunyai

pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta bagaimana manfaat belajar

dalam kehidupan sehari-hari (Sobandi dan Nurhasanah, 2016).

Jika dicermati secara mendalam, antara minaat dan motivasi merupakan

gejala aktivitas jiwa manusia yang susah dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi

mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sam lain. Peserta didik yang menunjukan

minata belajar yang tinggi juga pasti menunjukan motivasi belajar yang tinggi,

faktor pencetus munculnya motivasi belajar yang tinggi pada diri peserta didik ialah

faktor sikap dan minat belajar yang tinggi pada diri peserta didik. Tidak mungkin

peserta didik termotivasi belajar tinggi jika peserta didik tersebut memiliki sifat

belajar dan minat belajar yang tidak tinggi pula.

Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor objek belajar yang terdiri dari metode, strategi, dan pendekatan

pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media

pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainya.

Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dan dilaksanakan olleh guru dalam upaya

untuk menumbuhkembangkan minat belajar pesrta didik. Para calon guru dan guru

perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang minat peserta didik.

Sedangkan kepada para guru yang telah aktif mengajar perlu melakukan penelitian

tentang minat belajar peserta didik sebagai umpan balik bagi guru untuk
23

menegetahui apakah peserta didik yang diajar berminat rendah, sedang, atau tinggi

dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolanya. Dari umpan balik tentang

kondisi minat belajar peserta didik tersebut guru dapat menyempurnakan atau

memperbaiki serta meningkatkan kualitas proses pembelajarannya di kelas.

Minat belajar peserta didik juga dapat diungkap dengan menggunakan skala

likert dalam angket dan infentori jika menggunakan angket, pernyataan-pernyataan

dalam angket mencakup beberapa opsi jawaban seperti sangat sentuju, ragu-ragu,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sedangkan jika menggunakan infentori opsi

pilihan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam infentori mencakup opsi ya dan

tidak (Hadis dan Nurhayati, 2008).

10. Pengamatan Belajar

Pengamatan sebagai bagian dari gejala aktivitas umum jiwa manusia

memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran dikelas. Sebagian besar

pesan dan kesan beljar yang diperolah oleh peserta didik dikelas adalah diproses

melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat oleh mata. Pengamatan ialah suatu

aktivitas jiwa untuk mengenal diri kita dengan melihat, mendengar, membau dan

mencecapnya (Hadis dan Nurhayati,2008).

Pengertian observational learning ialah belajar melalui observasi. Itu terjadi

apabila individu mengarnati perilaku seseorang, tetapi tidak tampak ataupun secara

langsung menerima akibatnya. Orang yang melakukan sesuatu dan menjadi sasaran

pengamatan biasa disebut model. Jadi observational learning mode ling dapat

diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada individu melalui kegiatan

pengamatan sehingga individu dapat meniru apa yang diamati.


24

Gejala gangguan pengamatan pada diri peserta didik, juga perlu

mendapatkan perhatian oleh para peserta didik. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar

yang dialami oleh peserta didik di kelas disebabkan oleh peserta didik mengalami

gangguan pengamatan. Untuk mengetahui gangguan pengamatan anak didik, guru

perlu melakukan kerjasama dengan dokter, psikolog, konselor, wali kelas, guru

kelas, orang tua peserta diidik, dan pihak terkait lainnya. Hasil konsultasi dan kerjsa

sama dari berbagai pihak tersebut diharapkan dapat mengatasi gangguan

pengamatan anak sehingga anak dapat membpelajari dengan baik (Hadis dan

Nurhayati,2008).

11. Kepribadian

Psikologi kepribadian merupakan kajian yang berfokus pada usaha dalam

memahami tabiat, watak, sifat dan karakter seseorang. Salah satu bidang yang

banyakn menggunakan peran psikologi kepribadian yaitu pendidikan. Namun

secara garis besar, proses terjadinya pendidikan bersumber kepada dua hal yaitu

guru sebagai pendidik dan pengajar serta anak didik yang menerima pendidikan itu

sendiri. Dalam masa-masa usia sekolah Guru ditugaskan untuk membentuk dan

mengembangkan kepribadian anak didiknya, seperti keadaan keluarga, taraf sosial

ekonomi, budaya dan lingkungan sekitar serta watak dan sifat anak didiknya serta

guru juga harus memahami keberadaan setiap individu anak sebagai wujud yang

utuh, menangani setiap permasalahan yang muncul dari diri anak dalam peristiwa

belajar melalui pendekatan psikologi. Untuk membedakan psikologi kepribadian

dengan cabang-cabang lainnya adalah usahanya untum mensintesiskan dan

mengintegrasikan prionsip-prinsip yang terdapat dalam bidang-bidang psikologi


25

lain tersebut. Dalam bidang psikologi tidak ada satu bidangpun yang memiliki

daerah yang demikian luas seperti psikologi kepribadian.

Kata kepribadian berasal dari personality dalam Bahasa Inggris yang berarti

tokoh dan krpibadian (Echols dan Shadily. 1990:426). Menurut Woodworth dan

Marquis (1974:118) kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan kualitas dan

perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir,

minat, sikap, cara-cara bereaksi, dan pandangan-pandang hidup individu yang

berkaitan (Hadis dan Nurhayati,2008).

Kepribadian adalah penyesuaian diri ,yaitu suatu proses respons individu,

baik yang bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-

kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasiu dan konflik, serta

memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan norma

lingkungan. Dibawah ini akan dikemukakan sederetan definisi dari berbagai aliran

psikologi tentang kepribadian :

1. Teori psikoanalisis oleh Sigmund Freud memandang bahwa kepribadian terdiri

dari tiga komponen yaitu id (naluri), ego (kesadaran atau aku), superego (hati

nurani).

2. Kaum behavioristik oleh B.F Skinner memandang bahwa kepribadian sebagai

rangkaian kebiasaan (habits) yang tersusun dari sejumlah hubungan ransangan

(stimulus) dan reaksi (respons) yang memperoleh penguatan (reinforcement).

3. Leon Festinger dan penganut psikologi kognitif memandang bahwa

kepribadian adalah proses kogniitif yaitu berpikir dan membuat keputusan.


26

4. A.H Maslow dari aliran humanistik berpendapat bahwa kebutuhan manusia

yang tertinggi adalah akulturasi diri, bagaimana manusia itu barusaha untuk

mencapai akuluturasi dirinya itulah yang menetukan perilakunya.

5. Richard Davidson memandang kepribadian sebagai hasil kerja bagian-bagian

dari otak yang disebut prefontal cortex (PFC) sebagai pusat rasio dan amygdala

sebagai pusat emosi.

Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru,

karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik, maka

guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya dikelas sesuai dengan

karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.

Informasi tentang karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing

peserta didik dapat menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam menyusun program

pembelajaran dikelas yang memperhatikan perbedaan individu -individu dari setiap

peserta didik (Hadis dan Nurhayati, 2008).

Menurut Inge Hutagalung (2007), kepribadian memiliki prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Kepribadian selalu berkembang dan berubah

2. Kepribadian melibatkan kerja tubuh dan jiwa

3. Kepribadian sebagai sifat khas pada suatu individu

4. Kepribadian mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

Sehingga usaha untuk memperoleh pemahaman mengenai perilaku manusia bukan

dimaksudkan untuk melampiaskan kualitas hasrat ingin tahu saja tetapi juga
27

diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri dalam

kehidupan (Winkel,1983).

Menurut Abu Ahmadi (2005), perkembangan kepribadian sebagai

perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan

dan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat

dikelompokkan kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.

faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor

genetis maksudnya ialah bawaan sejak lahir danmerupakan pengaruh

keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya

atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari orang tersebut. Faktor

eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan

seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga,

sampai dengan pengaruh dari berbagai media sosial (Sjarkawi, 2008).

Menurut Paul Henry Mussen (1994), selain faktor yang mempengaruhi

pembentukan kepribadian juga terdapat faktor yang menghambat pembentukan

kepribadian antara lain:

a. Faktor Biologis, yang merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan

jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,

pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjarkelenjar, saraf, tinggi

badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani

setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan.


28

Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa

sifat-sifat dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu

masingmasing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada

kepribadian seseorang.

b. Faktor Sosial, yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni manusia-

manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam

faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,

dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.

c. Faktor Kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri

masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di

mana seseorang itu dibesarkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan

dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon

pendidik dan pendidik dalam memahami peserta didik untuk menyukseskan

proses pembelajaran di kelas

2. jenis-jenis gejala aktivitas umum jiwa manusia yang perlu diketahui oleh calon

pendidik dan pendidik yaitu: perhatian peserta didik, motivasi belajar, pikiran

peserta didik, perasaan peserta didik, sikap belajar peserta didik, ingatan

peserta didik, fantasi peserta didik, tanggapan peserta didik, minat belajar,

pengamatan belajar, kepribadian

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini masi jauh dari kata sempurna, meskipun

begitu makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan bernilai guna bagi para

pembaca, dan bisa dijadikan sumber atau referensi dalam penulisan makalah yang

serupa.

29
30

DAFTAR PUSTAKA

Arif, L dan Samidjo. 2008. Hubungan Antara Sikap Belajar dan Motivasi Belajar
Kejujuran Dengan Hasil Belajar Gambar Teknik. Jurnal Vokasi. Vol 6, No
1. ISSN : 2579-4159. Hal. 92-97
Astiuti, Y. T. 2021. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Seni Tari Dimasa Pandemi
Covid-19. Jurnal Kajian Ilmiah. Vol 21, No 1. ISSN: 1410-9794. Hal. 101-
110.
Abu Ahmadi. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S., 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset
Gerungan, W. A. 1987. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Jakarta :
Bina Aksara.
Hadis, A. dan Nurhayati B. 2008. Psikoogi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta : PT. Indeks
Koesworo. 2001. Teori-teori Kepribadian. Bandung : Eresco
La Sulo, S. L. 1990. Pengantar Bimbingan- Konseling dan Psikologi Pendidikan.
Ujung Pandan : FIP IKIP.
Mahmudi. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung : CV. Pustaka Setia
Nofindra, R. 2019. Ingatan, Lupa dan Transfer Dalam Belajar dan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Rokania. Vol 4, No 1. ISSN : 2527-6018. Hal. 21-39.
Paul Henry Mussen. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta : Arcan
Sarlito, W. dan Sarwono. 2013. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sirait, E. D. 2016. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Formatif.
Vol. 6 (1): 35-43.
Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara
Soemanto, Wasty. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
31

Sobandi, A., & Nurhasanah, S. 2016. Minat Belajar Sebagai Determinasi Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. Vol. 1(1): 128-
135.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sumadi, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Thahir, A. 2014. Psikologi Belajar. Lampung: Institut Agama Islam Negeri Raden
Intan Lampung.
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel,W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai