ُّ يُ ْصب ُِح عَىَل لُك ِ ّ ُس َال َمى ِم ْن َأ َح ِدمُك ْ َصدَ قَ ٌة فَلُك ُّ ت َ ْسبِي َح ٍة َصدَ قَ ٌة َولُك ُّ حَت ْ ِميدَ ٍة َصدَ قَ ٌة َولُك
وف َصدَ قَ ٌة َوهَن ْ ٌى َع ِن الْ ُم ْن َك ِر َصدَ قَ ٌة َوجُي ْ ِزُئ ِ هَت ْ ِليةَل ٍ َصدَ قَ ٌة َولُك ُّ تَ ْكب َِري ٍة َصدَ قَ ٌة َوَأ ْم ٌر اِب لْ َم ْع ُر
ِم ْن َذكِل َ َر ْك َع َت ِان يَ ْر َك ُعهُ َما ِم َن الضُّ َحى
“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk
bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid
adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan
takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi mungkar
adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan salat dhuha
sebanyak dua raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa
mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya
dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat
Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan
dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari
itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan
urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau
shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan
beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan
mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).