Diantara kesalahan-kesalahan yang sangat besar yang banyak dilakukan oleh orang-
orang yang melakukan shalat yaitu mereka tidak tuma’ninah ketika mereka shalat. Padahal Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan bahwa orang tersebut adalah pencuri yang paling
buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َال ُيِتُّم: َيا َرُس ْو َل اِهلل َو َك ْي َف َيْس ِر ُق ِم ْن َص َالِتِه؟ َقاَل: َقاُلْو ا،َأْس َو ُأ الَّناِس َس ِر َقًة اَّلِذي َيْس ِر ُق ِم ْن َص َالِتِه
.ُر ُك ْو ُعَه ا َو َال ُسُجْو ُدَه ا
“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku
dan sujudnya” (HR Ahmad dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)
Baca Juga:
Muqaddimah - Kitab At-Taudhih Wal Bayan Li Syajaratil Iman (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq
Al-Badr)
Pada hadits di atas dijelaskan bahwa tidak tuma’ninah ketika shalat adalah sejelek-jelek
pencurian dan bahkan lebih buruk dari pencuri harta.
Tuma’ninah atau tenang ketika shalat adalah salah satu rukun dari rukun-rukun shalat.
Tidak sah shalat apabila tidak tuma’ninah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata
dengan orang yang tidak tuma’ninah dalam shalat. Beliau berkata:
ِإَذا ُقْم َت ِإىَل الَّص اَل ِة َفَك ِّبْر َّمُث اْقَر ْأ َم ا َتَيَّس َر َمَع َك ِم ْن اْلُق ْر آِن َّمُث اْر َك ْع َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َر اِكًع ا َّمُث اْر َف ْع َح ىَّت
َتْع َتِد َل َقاِئًم ا َّمُث اْسُج ْد َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َس اِج ًد ا َّمُث اْر َفْع َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َج اِلًس ا َّمُث اْس ُج ْد َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َس اِج ًد ا َّمُث
اْفَعْل َذِلَك يِف َص اَل ِتَك ُك ِّلَه ا
“Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat al Quran yang
mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tuma’ninah, lalu
bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud
dengan tuma’ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan
tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada
seluruh shalatmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, para ulama mengambil pelajaran bahwa orang yang tidak menegakkan
punggungnya ketika ruku’ dan sujud, maka shalatnya tersebut tidak sah dan wajib baginya untuk
mengulangi shalatnya. Hal ini sebagaimana perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
orang yang cepat-cepat ketika shalat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
Banyak sekali perintah untuk menegakkan shalat dan menyempurnakannya. Juga hadits-
hadits yang menunjukkan larangan meninggalkan tuma’ninah atau meninggalkan salah satu
rukun atau wajib-wajib shalat. Dan diantara hadits-hadits tersebut adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malih radhiyallahu ‘anahu
bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Adapun dalil lain yang menunjukkan disyariatkannya tuma’ninah adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Ali bin Syaiban,
beliau mengatakan bahwa dulu dia pernah shalat dibelakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian beliau melihat dari belakangnya ada orang yang tidak menegakkan
punggungnya ketika ruku’ dan sujud. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai
melaksanakan shalat, beliau mengatakan:
Yang dimaksud dengan menegakkan di sini yaitu meluruskan pungguhnya ketika dia
bangkit dari ruku’ dan sujud. Hadits ini merupakan dalil bahwa bangkit dari ruku’, duduk dan
tuma’ninah adalah rukun dari rukun-rukun shalat.