Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR ORGANISASI DAN ORGANISASI


PENDIDIKAN
(LANDASAN HISTORI DAN KEILMUAN)
(Disusun untuk menyelesaikan tugas individu pada mata kuliah
“Leadership dan Keorganisasian Pendidikan”

Disusun Oleh:

SYAIFUL ANAM
NIM : 192630016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UIN
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2020

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Tinjauan Historis Organisasi................................................................................3
B. Kerangka Konsep Dasar Organisasi...................................................................4
C. Dimensi Struktur Organisasi.................................................................................9
D. Desain Organisasi....................................................................................................10
E. Sekolah Sebagai Organisasi Sekolah.................................................................12
G. Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar...........................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas individu
pada mata kuliah Leadership dan Keorganisasian Pendidikan di Program Pasca
Sarja UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten ini dengan baik dan tepat waktu.
Allah SWT berfirman, “ Dialah yang menciptakan kamu dari yang satu
dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan ( beberapa waktu). Kemudian
taltkala ia merasa berat, keduanya ( suami – isteri) bermohon kepada Allah,
Tuhannya seraya berkata: “ Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Qs.Al A’raaf :
189 ).
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Serang, Februari 2020


Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan

kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi

kebutuhanya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. Hal

ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial

yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi

telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok

manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama

berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Pendidikan adalah infestasi jangka panjang dalam upaya

pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan satu bentuk upaya

yang dilakukan dalam konteks organisasi, baik itu keluarga, masyarakat,

sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan utama

yang harus dicapai yang kita yakini sebagai tujuan pendidikan. Pencapaian

tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan

menggunakan pendekatan organisasi. Dalam perkembangannya organisasi

pendidikan adalah salah satu organisasi formal (sekolah atau madrasah)

yang dipercaya dan diharapkan mampu membekali putra-putri bangsa

menyongsong masa depannya.

1
Sekolah sebagai organisasi dapat kita lihat dari dua sisi, yaitu

tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi pendidikan formal

yang memiliki tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa

keberadaan organisasi pendidikan ini ditujukan untuk mencapai tujuan

pendidikan lebih efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tinjauan historis organisasi ?

2. Apa pengertian organisasi?

3. Apa Jenis-Jenis Organisasi?

4. Apa aspek-aspek dalam organisasi?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui tinjauan historis organisasi.

2. Untuk mengetahui pengertian organisasi.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi.

4. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam organisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Historis Organisasi

Allah SWT berfirman, “ Dialah yang menciptakan kamu dari yang

satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan

yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan ( beberapa waktu). Kemudian

taltkala ia merasa berat, keduanya ( suami – isteri) bermohon kepada Allah,

Tuhannya seraya berkata: “ Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak

yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Qs.Al

A’raaf : 189 ).

Sudah menjadi qodratnya bahwa manusia itu tidaklah bisa hidup

sendiri, mereka membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Ketika Nabi Adam

diciptakan dengan berjuta gemerlap syurga namun ia tetap merasa ada yang

kurang, kemudian ia memohon untuk diciptakan wanita (Siti Hawa) yang

menjadi wanita pertama dan menjadi penghapus sepi baginya. Lantas apakah

dengan diciptakannya Siti Hawa sebagai teman hidup lantas sudah cukup?

Tidak, mereka pun masih merasa kesepian dan kemudian memohon pada

Rabbnya untuk diberikan anak.

Dari ayat itu dapat disimpulkan bahwa manusia itu butuh oranglain

(berorganisasi) untuk mengarungi kehidupan dan menyelesaikan misi/ tujuan

yang ingin dicapai. Maka mustahilah ketika manusia menyatakan bahwa ia

3
tidak butuh oranglain untuk hidup. Mendasar hal itulah kemudian muncul

pemikiran untuk hidup bersama dan membentuk sebuah ikatan / organisasi

yang lebih modern dengan berbagai macam tujuannya.

B. Kerangka Dasar Konsep Organisasi

1. Pengertian Organisasi

1.1. Gibson, Ivancevich dan Donelly (1966:6), mendefinisikan

Organisasi sebagai “wadah yang memungkinkan masyarakat

dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dicapai oleh

masyarakat secara individu”

1.2. Stephen P. Robbins (1994:4), mendefinisikan Organisasi

sebagai “kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar,

dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi dan

berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama”

1.3. Oteng Sutisna (1993:205), organisasi adalah mekanisme yang

mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan

pekerjaan-pekerjaan.

Dari pengertian diatas dapat dirumuskan organisasi adalah adalah

suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk mempersatukan kegiatan-

kegiatan dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya untuk tujuan

bersama.

4
3.Jenis-jenis Organisasi

a. Formal

Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur

organisasi yang menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan

informal. Struktur organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur

administrasi berikut:

a. Kedudukan

b. Hierarki kekuasaan

c. Kedudukan garis dan staff

b. Informal

Keberadaan organisasi informal dapat dilihat dari 3 karakteristik,

yaitu norma perilaku, tekanan untuk adaptasi, dan kepemimpinan informal

c. Bentuk-bentuk Oganisasi Pendidikan

1. Organisasi PGRI

Organisasi profesi guru saat ini sudah mulai tumbuh layaknya jamur di musim
hujan. Jika pada era Orde Baru (Orba) bicara guru pasti inhern dengan PGRI.
Guru sinonimnya adalah PGRI atau sebaliknya. Bahkan secara politispun guru
dan organisasi profesi guru yang bernama PGRI ini dimobilisasi bahkan
dikooptasi oleh rezim. Sudah pengetahuan umum jika mobilisasi politik
penguasa, dilakukan pada guru dan PGRI untuk memilih partai berkuasa saat
itu (Golkar). Namun setelah reformasi, lahirnya UU Sisdiknas diperkuat oleh
UU Guru dan Dosen (UU GD) yang terlahir kemudian, guru diwajibkan aktif
dalam suatu wadah organisasi profesi yang tidak tunggal.

5
Implikasinya sekarang yakni wadah organisasi profesi guru bukan lagi
monopoli Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI telah menjadi
organisasi profesi guru yang mapan dan telah kokoh. Baik secara finansial
maupun secara organisasional. Lahir pada 25 November 1945. Saat ini Ketua
Umum PGRI adalah Bapak Sulistyo yang juga seorang anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) periode 2009-2014. Sebelumnya PGRI
dikomandani oleh Bapak Prof. Dr. Mohamad Surya, juga seorang anggota
DPD periode 2004-2009. Saya juga tidak tahu apakah para mantan (pengurus)
ketua umum PGRI akan mengisi jabatan pemerintah dan terjun ke politik
praktis (anggota DPD atau DPR). Publik pasti akan bertanya juga apakah
ketua umum PGRI haruskah seorang guru atau tidak. Tapi di beberapa daerah
faktanya adalah ada ketua PGRI wilayah/daerah (kabupaten/provinsi) yang
nota bene seorang kepala dinas pendidikan (bukan seorang guru).

2. Organisasi Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)

Saat ini pilihan wadah organisasi guru sangat variatif. Tidak lagi tunggal dan
monopolistik. Sepengetahuan saya sebagai seorang guru, selain PGRI masih
ada sederetan organisasi guru yang di luar wadah tunggal PGRI. Dikenal
kemudian nama Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), yang diketuai
oleh Bapak Suparman (seingat saya beliau adalah guru SD, tapi saya tidak
tahu SD apa dan dimana). FGII acap kali tampil di media, dengan pernyataan-
pernyataan Suparman yang mengkritik UN atau upaya advokasi terhadap
guru-guru yang dimarjinalkan. Pengurus FGII juga telah tersebar di beberapa
wilayah Indonesia. FGII sering melontarkan kritik terhadap kebijakan
pendidikan dan vokal untuk pengadvokasian bagi guru yang dipinggirkan.
Seperti terkait pengangkatan guru honorer, tunjangan dan dikotomi guru
negeri dan swasta.

6
3. Organisasi Ikatan Guru Indonesia (IGI)

Selain PGRI dan FGII wadah organisasi guru lainnya bernama Ikatan Guru
Indonesia (IGI). IGI diketuai oleh Bapak Satria Dharma yang kebetulan juga
seorang Kompasianer. Setahu saya beliau adalah dosen di Kalimantan Timur
(apakah guru?). Ketua Dewan Pembina IGI adalah Indra Jati Sidi (Mantan
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang pernah jadi tersangka kasus
pengadaan buku Depdiknas, 2005. Sumber: Gatra.com). IGI acap kali
mengadakan kegiatan pelatihan guru-guru, lokakarya dan beragam aktivitas
dalam rangka peningkatan kualitas para guru. IGI juga sudah melebarkan
sayap organisasinya di beberapa provinsi dan kabupaten. Saya pikir banyak
guru yang tertarik untuk masuk ke wadah IGI ini.

4. Organisasi Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)

Selain organisasi IGI, kemudian di media baru-baru ini muncul wadah


organisasi guru lain yang bernama Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Berdiri sekitar awal Januari 2011 yang dideklarasikan di kantor ICW Jakarta.
Walaupun masih “bayi”, tetapi kelahiran FSGI ini dibidani oleh beberapa
tokoh pendidikan dan aktivis LSM. Ada nama Ade Irawan (ICW), Lodewijk
F. Paat (Koalisi Pendidikan) bersama saudaranya Jimmy Paat, ada beberapa
aktivis LBH Jakarta seperti Nurcholis. Kemudian oleh beberapa guru yang
vokal, diantaranya Retno Listyarti. Sekedar mengembalikan memori publik 5-
6 tahun ke belakang. Sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Retno
mengarang buku ajar PKn (SMA), ada redaksi di dalam buku tersebut
tentang dissenting opinion putusan hakim terkait kasus korupsi Akbar
Tanjung. Pihak Akbar Tanjung mensomasi dan menuntut secara perdata
terhadap Retno dan Penerbit Erlangga.
5. Organisasi Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI)

PGM Indonesia di bentuk pada tanggal 23 Juli 2008 di Jakarta serta


dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2008 di Aula Pandansari, Cibubur Jakarta
dengan dihadiri oleh 1.260 guru madrasah yang berasal
dari 12 Provinsi dan 26 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa
Barat dan DKI Jakarta.

7
Agar keberadaan Persatuan Guru Madrasah (PGM ) lebih diakui oleh berbagai
pihak, maka atas inisiatif DPW PGM Jawa Barat, DKI Jakarta
dan Banten diadakanlah Musyawarah Nasional Guru Madrasah yang pertama
pada tanggal 23-24 Juli 2008 di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta dengan
menghasilkan beberapa keputusan antara lain berdirinya Organisasi Profesi
Guru Madrasah yaitu Persatuan Guru Madrasah (PGM) serta penetapan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Guru Madrasah.

Dalam perkembangan selanjutnya Persatuan Guru Madrasah Indonesia yang


disingkat PGM Indonesia mengubah nama menjadi Perkumpulan Guru
Madrasah yang disingkat PGM berdasarkan hasil Musyawarah Nasional II
Persatuan Guru Madrasah yang dilaksanakan pada tanggal 27-28
Desember 2012 di Taman Wiladatika, Cibubur.

Langkah awal kepengurusan yang baru, maka diadakan Pelantikan Pengurus


DPP PGM Indonesia Masa Bakti 2013-2018 di Asrama Haji Provinsi Jawa
Barat, Kota Bekasi sekaligus Pencanangan Gerakan Nasional Cinta Madrasah
yang disingkat GENCAR

4. Aspek-aspek Organisasi

Aspek-aspek organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada

dalam suatu organisasi. O’Connor, T. mengungkapkan bahwa organisasi

setidaknya memiliki empat komponen utama, yaitu mission (misi), goals

(tujuan), objectives (sasaran) dan behavior (perilaku). Mission adalah

alasan utama keberadaan suatu organisasi. Goals adalah tujuan umum atau

tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan stake

holder organisasi. Objectives adalah sasaran/ hasil yang spesifik, terukur

dan terkait dengan tujuan. Sedangkan behaviors mengacu pada

produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai.

8
Aspek- aspek organisasi pendidikan adalah komponen-komponen yang
harus ada dalam organisasi pendidikan. Keberadaan komponen ini menjadi
pilar dari suatu organisasi penidikan. Artinya jika salah satu komponen tidak
berfungsi, maka organisasi pendidikan tidak akan berjalan sama sekali. Dalam
pandangan system organisasi Pendidikan mengalami :

a. Entrophy yaitu : dimana kondisi organisasi pendidikan dalam keadaan


hancur. Dalam organisasi pendidikan setidaknya memiliki 4 komponen
utama yaitu :
b. Misi adalah alasan utama keberadaan organisasi pendidikan .
c. Visi adalah sesuatu yang ingin di capai dari penyelenggaraan Pendidikan
d. Tujuan adalah divisi – divisi fungsional organisasi pendidikan yang
menghubungkan dengan stakeholder organisasi .
e. Objektif adalah hasil sasaran yang spesifik, terukur dan terkait dengan
tujuan. Keberadaan organisasi tidak terlepas dari 4 komponen tersebut.
Jika organisasi tidak memiliki sasaran yang harus dicapai oleh setiap orang
dalam organisasi.

Visi Menjadi lembaga pendidikan yang memiliki manajemen dan struktur


organisasi yang efektif dan efisien dalam pembagian tugas dan fungsi sesuai
dengan wewenang tanggung jawab serta spesifikasi jabatan.
Misi Membuat sebuah organisasi yang tepat, fleksibel, dan mampu
memberikan keluwesan dalam bekerja bagi para karyawan, dan juga efektif,
serta efisien dalam hal manajerialnya.
Tujuan Mendapatkan suatu bentuk organisasi yang tepat, ideal, dan sesuai
dengan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan. Menggambarkan Job
Analisys berupa Job Description dan Job Spesification yang jelas dan tegas.

C. Dimensi Struktur Organisasi

Menurut Robbins, ada 3 komponen yang menjadi struktur organisasi,

yaitu:

9
1. Kompleksitas

Kompleksitas adalah tingkat diferensiasi yang ada dalam

sebuah organisasi. Diferensiasi bisa dilihat secara vertical, horizontal

dan spasial. Diferensiasi vertical adalah pembedaan yang didasarkan

pada kedalaman struktur. Semakin rumit hierarkinya, maka akan

semakin sulit dikoordinasikan. Diferensiasi horizontal adalah

perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya,

sifat dari tugas yang dilaksanakan, tingkat pendidikan

dan pelatihan pegawai. Sedangkan diferensiasi spasial adalah

pembedaan yang didasarkan pada kondidsi geografis.

2. Formalisasi

Formalisasi adalah tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam

organisasi distandarkan. Standarisasi perilaku akan mengurangi

keanekaragaman. Standarisasi mendorong koordinasi dan

penghematan.

Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk melakukan

standarisasi perilaku pegawai adalah seleksi, persyaratan

peran(analisis), peraturan, prosedur, kebijaksanaan, pelatihan dan

ritual.

3. Sentralisasi

Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan

dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal organisasi.

D. Desain Organisasi
Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam

organisasi. Mintzberg (Robbins, 1994:304) menyebutkan lima elemen

umum dalam suatu organisasi, yaitu:

10
1. The operating core. Para pekerja yang melakukan pekerjaan dasar

yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa.

2. The strategic apex. Manajer tingkat puncak yang diberi tanggung

jawab keseluruhan untuk organisasi.

3. The middle line. Para manajer yang menjadi penghubung

operating core dengan strategic apex.

4. The techno structure. Para analisis yang mempunyai tanggung

jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam

organisasi.

5. The support staff. Orang-orang yang memberi jasa pendukung tidak

langsung kepada organisasi.

Robbins menganalisis desain organisasi yang berbeda, dikarenakan

organisasi memiliki system dan aturan yang berbeda. Lima konfigurasi

umum yang dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin,

birokrasi professional, struktur divisional, dan adhocracy.

Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang kecil dengan

karakteristik organisasi yang baru dibentuk, lingkungan organisasi

sederhana dan dinamis, menghadapi krisis, atau jika yang mempunyai

kekuasaan ingin kekuasaanya didesentralisasi.

Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat

menangani ukuran yang besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan

sebuah teknologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin distandarisasi .

11
Birokrasi professional yang didesain untuk pekerjaan yang rutin,

hanya saja para anggota birokrasi professional adalah para spesialis teknis

yang menghadapi sebuah lingkungan yang kompleks agar berjalan efektif.

Struktur divisional untuk menanggapi strategi yang menekankan

keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar,

teknologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk

menjadi sederhana dan stabil.

Adhocracy meminta agar manajemen puncak melepaskan

kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang

memiliki strategi variatif, beresiko tinggi, teknologi tidak rutin,

lingkungannya dinamis atau kompleks.

E. Sekolah sebagai Organisasi Sosial

Sekolah sebagai organisasi social memandang organisasi dalam

konteks system social yang memiliki tujuan tertentu. Organisasi social

adalah organisasi yang dicirikan oleh ketergantungan antar bagian,

kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan social

yang kompleks, dan budaya organisasi yang khas.

Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya.

Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individu atau

kolektif yag harus dikoordinasikan supaya terarah pada pencapaian tujuan.

Disinilah interaksi social berlangsung yang tidak hanya dipengaruhi struktur

12
dan anggotanya, tetapi juga oleh budaya, politik, teknik produksi, dan

lingkungannya.

Hoy dan Miskel (2001:31), menggambarkan elemen-elemen dalam

organisasi sebagi berikut:

1. Struktur

Struktur dalam konteks sekolah meliputi peran dan harapan

birokrasi, posisi dan hierarki, aturan dan regulasi, serta spesialisasi.

2. Individu

Individu dalam interaksi organisasi yang diatur oleh struktur

organisasi memiliki kebutuhan keyakinan, dan pemahaman tersendiri

terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dua hal utama dala individu adalah

kognisi dan motivasi. Kognisi terdiri dari kebutuhan, tujuan, keyakinan dan

pemahaman. Motivasi merupakan alasan/ motif seseorang bekerja.

3. Culture

Culture (budaya) mereprentasi sesuatu yang tidak tertulis dalam

oraganisasi, meliputi nilai dan norma, kebiasaan, keyakinan, cara berpikir,

dan artifact (sesuatu yang bersifat fisik). Menurut W. Z. Ouchi (1981), T.

E. Deal dan A. A. Kennedy (1982), T. J. Petters dan R. H. Waterman

(1982), Kreiner dan Kinicki (2005:90), bahwa kebudayaan memiliki

dampak yang besar terhadap perilaku individu dalamorganisasi.

4. Politics

Politics merupakan kekuatan hubungan informal yang

memunculkan penyeimbang bagi kekuatan organisai formal. Politik

13
merupakan hal yang bersifat informal, tidak terlihat, dan tidak memiliki

legitimasi formal.

5. Environment

Environment adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi.

Sebagai system social, organisasi memiliki batas organisasi yang mungkin

bias.

6. Outcomes

Outcomes adalah hasil yang dicapai dari proses transformasi

berbagai komponen input. Proses transformasi meliputi interaksi empat

komponen, yaitu system struktur, budaya, politik, dan individu.

7. Internal feedback loops

Internal feedback loops adalah umpan balik internal yang muncul

dari berbagai komponen organisasi social (struktur, budaya, politik dan

individu).

8. Eksternal feedback loop

Eksternal feedback loop umpan balik eksternal yang muncul dari

interaksi lingkungan internal sekolah dengan lingkungan eksternalnya.

F. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajar

Sekolah dipandang sebagai organisme yang hidup dan berkembang

sebagaimana makhluk hidup. Fasilitasi organisasi supaya kemampuan SDM

dapat belajar terus inilah yang berkembang saat ini dan dikenal dengan

“learning organization” (LO). LO diperkenalkan oleh Peter Senge sekitar

14
1990 dan menghasilkan berbagai aplikasi dalam berbagai bidang, salah

satunya manajemen.

Cara yang harus dipikirkan oleh kepala sekolah dan personilnya

untuk menjadikan sekolahnya tempat LO adalah:

1. Menemukan berbagai cara untuk membuat struktur organisasi

sekolah yang secara terus menerus mendukung layanan

pembelajaran dan memperluas kemampuan adaptasi sekolah.

2. Mengembangkan iklim dan budaya organisasi yag memiliki

karakteristik terbuka, kerjasama, dan mampu mengatur diri

sendiri.

3. Mengidentifikasi individu yang progresif, sukses, dan terbuka

untuk perubahan.

4. Mencegah kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak

benar dalam layanan pembelajaran.

5. Memimpin dengan model kepemimpinan transformasional.

6. Komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan.

7. Membuat keputusan partisipasif.

8. Mengembangkan kapasitas sekolah untuk merespon berbagai

masalah secara efektif dan menyeluruh.

15
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sudah menjadi qodratnya bahwa manusia itu tidaklah bisa hidup sendiri,

mereka membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Mendasar hal itulah kemudian

muncul pemikiran untuk hidup bersama dan membentuk sebuah ikatan / organisasi

yang lebih terkonsep dengan berbagai macam tujuannya hingga sekarang ini.

Organisasi adalah adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk

mempersatukan kegiatan-kegiatan dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya

untuk tujuan bersama.

Tinjauan Historis organisasi Pendidikan adalah bahwa Sudah menjadi

qodratnya bahwa manusia itu tidaklah bisa hidup sendiri, mereka membutuhkan

orang lain dalam hidupnya. Ketika Nabi Adam diciptakan dengan berjuta

gemerlap syurga namun ia tetap merasa ada yang kurang, kemudian ia memohon

untuk diciptakan wanita (Siti Hawa) yang menjadi wanita pertama dan menjadi

penghapus sepi baginya. Lantas apakah dengan diciptakannya Siti Hawa sebagai

teman hidup lantas sudah cukup? Tidak, mereka pun masih merasa kesepian dan

kemudian memohon pada Rabbnya untuk diberikan anak.

Berdasarkan jenisnya, organisasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

Organisasi Formal dan Organisasi Informal.Bentuk-bentuk organisasi pendidikan


yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Persatuan Guru Madrasah
Indonesia (PGMI), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Ikatan Guru
Indonesia (IGI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)

16
Aspek-aspek organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada

dalam suatu organisasi yaitu: mission (misi), goals (tujuan), objectives (sasaran)

dan behavior (perilaku).

a. Entrophy yaitu : dimana kondisi organisasi pendidikan dalam keadaan hancur.


Dalam organisasi pendidikan setidaknya memiliki 4 komponen utama yaitu :
b. Misi adalah alasan utama keberadaan organisasi pendidikan .
c. Visi adalah sesuatu yang ingin di capai dari penyelenggaraan Pendidikan
d. Tujuan adalah divisi – divisi fungsional organisasi pendidikan yang
menghubungkan dengan stakeholder organisasi .
e. Objektif adalah hasil sasaran yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan.
Keberadaan organisasi tidak terlepas dari 4 komponen tersebut. Jika organisasi
tidak memiliki sasaran yang harus dicapai oleh setiap orang dalam organisasi.
B. SARAN-SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai pemakalah merasa masih banyak
kekurangan dari makalah yang kami buat. Maka dari itu kami mohon kritikan dan
saran dari para pembaca yang sifatnya membangun agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama dimasa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

James L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly; alih bahasa Nunuk


Adiarni. 1997. Organisasi: perilaku, struktur, proses, jilid 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge; alih bahasa Ratna Saraswati & Febriella
Sirait. 2015. Perilaku Organisasi Organizational Behavior -16/E..
Jakarta : Salemba Empat.
Oteng Sutisna;1989.Manajemen dan Organisasi Sekolah. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai