(makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi
Kesehatan dan Perilaku)
Dosen Pengampu:
Dr. Dewi Rokhmah., S. KM., M. Kes
Oleh:
KELOMPOK 2
Dakwatun Shofia 192110101020
Rabiah Sekar Putri A 192110101068
Mar'atus Sholihah 192110101184
Salsha Billah Putri Radicha 192110101082
Ainul Qismatil Katsiiroh 192110101075
Farrah Salsa Sabitah 192110101162
Malika Ayu Rizqia 192110101031
Juniar Maulina Wardani 192110101065
Mia Indryani 192110101182
Dinda Tiara Nurzahrah D 192110101060
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas Karunia dan Hidayah-Nya
penyusunan makalah dengan judul “Sejarah Promosi Kesehatan” ini dapat kami
selesaikan dengan lancar. Ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
kepada Ibu Dr. Dewi Rokhmah., S. KM., M. Kes. selaku guru pembimbing mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat dengan sabar dan perhatiannya
dalam memberikan bimbingan, arahan, dan saran hingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tak lupa, terimakasih kami kepada semua pihak yang membantu kami
dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Namun kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan
kami. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat
kami perlukan guna penyempurna makalah ini dikemudian hari.
Demikian penyusunan makakah ini, semoga dapat memberi manfaat bagi
diri saya sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................4
1.1 Sejarah Promosi Kesehatan Deklarasi Alam Ata................................................4
1.2 Sejarah Promosi Kesehatan Ottawa Charter.......................................................6
1.2.1 Promosi Kesehatan.........................................................................................6
1.2.2 Misi Promosi Kesehatan.................................................................................7
1.2.3 Strategi Promosi Kesehatan............................................................................8
1.3 Sejarah Promosi Kesehatan Adelaide...............................................................10
1.4 Sejarah Promosi Kesehatan Sweden.................................................................11
1.5 Sejarah Promosi Kesehatan Sebelum Kemerdekaan.........................................15
1.6 Sejarah Promosi Kesehatan di Jakarta..............................................................16
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................20
3.2 Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
individu maupun kelompok masyarakat dapat secara mandiri mampu melakukan
upaya hidup bersih dan sehat untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Masalah kesehatan di Indonesia masih banyak terjadi hal ini terlihat dari
masih tingginya angka kejadian penyakit baik penyakit yang menular dan
penyakit tidak menular. Dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2019
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penderita tuberkulosis
tertinggi ke-2 dengan angka kejadian Angka insiden tuberkulosis Indonesia pada
tahun 2018 sebesar 316 per 100.000 penduduk dengan angka kematian penderita
tuberkulosis sebesar 40 per 100.000 penduduk. Masalah kesehatan lain seperti
HIV/AIDS yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2019 dilaporkan
sebanyak 50.282 kasus infeksi HIV yang meningkat dari tahun 2018 sebesar
46.659. Tidak hanya penyakit TBC dan HIV/AIDS tetapi penyakit hepatitis, diare,
kusta dan penyakit karena vektor seperi DBD, chikungunya dan lain sebagainya,
serta penyakit tidak menular juga masih seperti jantung koroner, kanker serviks
dan payudara, diabetes dan lain sebagainya. masih ada di Indonesia. (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Menurut (Noor, 2014). Masalah kesehatan
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara host, agen dan lingkungan. Host
merupakan manusia baik dari segi biologis dan sosial, agen merupakan unsur
penyebab penyakit baik unsur biologi, nutrient, kimiawi serta fisika, dan
lingkungan merupakan keadaan yang mendukung hubungan host dan agen baik
lingkungan fisik, sosial dan biologi. Jadi, terjadinya masalah kesehatan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal dan faktor eksternal dari
individu ataupun kelompok masyarakat sehingga diperlukan pendekatan promosi
kesehatan masyarakat sebagai salah satu upaya dalam mengatasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
Urgensi promosi kesehatan yaitu salah satu cara mengatasi masalah kesehatan
baik masa kini dan masa yang akan datang. Seperti yang terjadi pada Indonesia
saat ini yang menghadapi pandemi Covid-19 dimana salah satu upaya pemerintah
melalui promosi kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Oleh karena itu, promosi kesehatan sangat
penting dalam mengatasi masalah kesehatan. Adanya promosi kesehatan tidak
2
terlepas dari sejarah promosi kesehatan terbentuk sehingga penulis ingin
membahas sejarah terjadinya atau adanya promosi kesehatan secara Internasion
(di dunia) serta secara Nasional (di Indonesia) sendiri.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
dan penentuan nasib dalam mencapai kesehatan mereka sendiri. Menurut
(Jamkesindonesia, 2020) pelayanan kesehatan primer mencakup hal-hal seperti:
1. Pendidikan kesehatan;
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi;
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi;
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk keluarga berencana);
5. Imunisasi
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemic;
7. Pengobatan penyakit-penyakit umum; dan
8. Penyediaan obat esensial
5
negara-negara berkembang. Sehingga diharapkan hal ini dapat mengurangi
kesenjangan status kesehatan di negara maju dan negara berkembang, serta dapat
mencapai target kesehatan bagi semua (health for all) di tahun 2000.
6
bahwa kesehatan merupakan sumberdaya dalam kehidupan sehari-hari (World
Health Organization, 2009a)
Kondisi mendasar dan sumber daya yang menjadi prasyarat untuk kesehatan
yaitu, perdamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan, ekosistem
yang stabil, sumberdaya yang berkelanjutan, dan keadilan sosial. Sebelum upaya
peningkatan kesehatan dilaksanakan kondisi sehat harus didasari dengan
terpenuhinya prasyarat dasar yang sudah di sebutkan (World Health Organization,
2009a).
1. Advokasi (advocate)
Dalam upaya pemenuhan kesehatan seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain kondisi politik, ekonomi,
sosial, budaya, perilaku dan faktor biologis. Berbagai faktor tersebut akan
memunculkan suatu kondisi, kondisi yang tidak baik akan diubah menjadi
kondisi yang lebih kondusif dengan promosi kesehatan melalui advokasi
(Nurmala et al., 2018). Advokasi merupakan kegiatan meyakinkan
pemegang kekuasaan kebijakan bahwa pelaksanaan suatu program
kesehatan adalah penting. Advokasi dilakukan pada pemegang kekuasaan
kebijakan di berbagai jenjang dan sektor yang terkait dengan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Bentuk dari kegiatan advokasi ada dua, yaitu bentuk
formal dan informal. Contoh bentuk formal advokasi adalah presentasi dan
seminar usulan program kesehatan yang disampaikan untuk mencari
dukungan. Sedangkan contoh bentuk tidak formal berupa kunjungan pada
pejabat yang secara tidak langsung merupakan usaha mencari sebuah
dukungan. Kegiatan advokasi tidak terbatas pada petugas kesehatan saja,
tetapi masyarakat juga bisa dilakukakan oleh masyarakat (Nurmala et al.,
2018).
7
2. Mediasi (mediate)
Menjadi mediator atau penghubung antar sektor kesehatan dan sektor lain
yang berperan sebagai mitra adalah salah satu misi dari promosi kesehatan.
Penghubung ini diperlukan karena dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat diperlukan peran berbagai pihak, bukan hanya dari
sektor kesehatan. Dengan adanya kemitraan yang dihubungkan promosi
kesehatan, masalah kesehatan yang bisa diatasi akan lebih kompleks lagi
(Notoatmodjo, 2010).
3. Memampukan (enable)
Pemerataan pencapaian kesehatan merupakan focus dari promosi
kesehatan. Promosi kesehatan memiliki tujuan untuk memastikan bahwa
setiap orang mempunya kesempatan yang sama untuk mencapai potensi
kesehatan yang sepenuhnya, dengan demikian perbedaan status kesehatan
yang ada pada masyarakat tidak lagi ada. Promosi kesehatan juga
mencakup upaya untuk menciptakan lingkungan yang suportif,
aksesibilitas informasi, keterampilan, dan kesempatan untuk menentukan
pilihan secara mandiri. Seseorang tidak tidak akan bisa mencapai potensi
kesehatan secara penuh saat tidak bisa menentukan determinan
kesehatannya secara mandiri, baik itu untuk laki-laki atau perempuan
(World Health Organization, 2009a).
8
membuat kebijakan yang berpihak pada kesehatan (World Health
Organization, 2009a)
2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
Pengelola tempat umum dan pemerintah kota merupakan sasaran dari
strategi ini. Tujuannya agar sarana-prasarana dan fasilitas yang disediakan
bisa mendukung dan memfasilitasi masyarakat atau minimal pengunjung
untuk melakukan perilaku sehat. Contoh sarana-prasarana yang
menciptakan lingkungan mendukung perilaku sehat adalah adanya tempat
sampah yang layak, adanya fasilitas kakus (WC), tersedianya air bersih,
adanya ruang khusus untuk perokok, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Pemahaman yang dimiliki masyarakat selama ini adalah dalam pelayanan
kesehatan, masyarakat hanya berperan sebagai customer atau pengguna
dari layanan kesehatan. Sedangkan pihak pemerintah dan swasta
merupakan provider atau penyedia layanan kesehatan. Pemahaman ini
perlu diubah, bahwasanya masyarakat bisa berperan sebagai pengguna
sekaligus penyelenggara layanan kesehatan dalam batas tertentu
(Notoatmodjo, 2010)
4. Keterampilan individu (personnal skill)
Kesehatan yang utuh dari kumpulan individu, keluarga, dan kelompok
akan membentuk kesehatan masyarakat. Komponen terkecil dari
ternentuknya kesehatan masyarakat adalah kesehatan individu, itulah
alasan mengapa peningkatan skill individu perlu dilakukan. Jika individu
memiliki pengetahuan tentang kesehatan, cara mencegah penyakit,
mengenal penyakit, bagaimana cara memperoleh layanan kesehatan
professional, dan sebagainya, maka kesehatan masyarakat akan terbentuk
seiringan (Notoatmodjo, 2010).
5. Gerakan masyarakat (community action)
Dalam upaya merealisasikan visi promosi kesehatan yaitu mewujudkan
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, maka kegiatan dan pergerakan dalam masyarakat harus ada
9
yang ditujukan untuk kesehatan. Usaha untuk mewujudkan kegiatan dan
gerakan masyarakat ini dapat didorong dan dipacu pelaksanaanya melalui
kegiatan promosi kesehatan. Jika kegiatan sudah berjalan, maka akan
terbentuk masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).
10
produksi tembakau akan terlalu berat harga yang harus dibayar utnuk
keuntungan daripada kesehatan yang terlibat.
Pada konfersnsi ini pemerintah harus berkomitmen untuk
pengembangan kebijakan public yang sehat denngan mentapkan target
nasional dan bertekad mengurangi pertumbuhan tembakau dan produksi
alcohol, pemasaran, dan konsumsi secara signifikan.
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Pengelolaan lingkungan harus melindungi kesehatan manusia dari
efek buruk langsung dan tidak langsung baik biologi, kimia, dan faktor
fisik, dan harus mengakui bahwa perempuan dan laki-laki merupakan
bagian dari ekosistem yang kompleks. Sumber daya alam yang sangat
beragam tetapi terbatas sangat penting bagi umat manusia. Kebijakan
mempromosikan kesehatan dapat dicapai hanya dalam lingkungan untuk
menghemat sumber daya melalui strategi ekologi global, regional, dan
lokal.
11
mulai khawatir dengan ancaman terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dijelaskan
oleh komisi dunia untuk pembangunan lingkungan dalam laporannya Our
Common Future, yang menyediakan pemahaman tenntang pentingnya
pembangunan berkelanjutan.
12
tujuan promosi kesehatan yakni, kemiskinan, jutaan orang hidup dalam
kemiskinan yang ekstrim dan perampasan di lingkungan semikin
terdegradasi di daerah perkotaan dan pedesaan. Kemiskinan
menggagalkan ambisi seseorang untuk bermimpi membangun masa
depan yang lebih baik, pertumbuhan penduduk semakin tinggi,
kurangnya akses air bersih, makanan yang cukup, tempat teduh dan
kebersihan, kurangnya pendidikan dan eksploitasi secara seksual.
a. Dimensi sosial
Dimensi sosial Meliputi cara norma, adat istiadat dan proses
sosial mempengaruhi masyarakat. Dimensi politik
membutuhkan pemerintah untuk menjamin demokrasi
partisipasi dalam pengambilan keputusan desentralisasi dan
sumber daya.
b. Dimensi Politik
Dimensi politik memerlukan pemerintah untuk menjamin
demokrasi partisipasi dalam pengambilan keputusan dan
desentralisasi tanggung jawab dan sumber daya
c. Dimensi ekonomi
Dimensi Ekonomi membutuhkan penyaluran ulang sumber daya
untuk pencapaian kesehatan dan kebutuhan untuk pembangunan
berkelanjutan.
d. Kebutuhan Menggali
13
Keterampilan Wanita, Pengetahuan Di Semua Sektor termasuk
pembuat kebijakan dan ekonomi untuk perkembangan
infrastruktur semua sektor kebijaakan dan ekonomi.
14
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk beberapa negara.
Tindakan mendesak ini dilakukan untuk mendukung negara berkembang
mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk negaranya sendiri.
Konfensi sundvall menunjukkan masalah kesehatan, lingkungan dan
manusia, perkembangannya tidak bisa di paksakan. Pengembangan harus
menyiratkan peningkatakn kualitas hidup (World Health Organization,
2009b)
PES masuk ke Indonesia pada tahun 1922, dan terjadi epidemi pada tahun
1933, 1934 dan 1935 terjadi di banyak tempat, terutama di Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935, rencana pemberantasan PES dilaksanakan dengan cara
menyemprotkan DDT ke rumah warga dan melakukan vaksinasi massal. Menurut
catatan, hingga tahun 1945, 15.000.000 orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925,
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda, mengamati tingginya
angka kematian dan kesakitan yang tinggi di Banyumas-Purwokerto pada saat itu.
Dari pengamatan dan analisisnya, ia menyimpulkan bahwa mortalitas yang tinggi
dan morbiditas yang tinggi disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk.
Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di
kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan, Padahal mereka mengambil
minum juga dari kali. selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh karena itu, untuk
memulai pekerjaan kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan wilayah
15
percontohan melalui "propaganda" atau pendidikan penyuluhan kesehatan.
Hingga saat ini, usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal mula kesehatan
masyarakat di Indonesia (Notoatmodjo, 2011)
Sebelum 1965, istilah yang dikenal saat itu adalah "pendidikan kesehatan".
Dalam perencanaan kesehatan, pendidikan kesehatan hanya merupakan pelengkap
dari pelayanan kesehatan. Dalam keadaan darurat seperti wabah penyakit dan
bencana, sasarannya adalah perseorangan (individu), sehingga sasaran rencana
lebih pada perubahan pengetahuan seseorang. Pendidikan kesehatan diartikan
sebagai upaya atau kegiatan yang membantu individu, kelompok atau masyarakat
untuk meningkatkan kemampuan berperilaku dan mencapai derajat kesehatan
yang terbaik (Susilowati, 2016).
16
a. Melindungi lingkungan dan dapat memanfaatkan sumber daya
dengan baik
b. Menghindari hal-hal yang dapat merugikan kesehatan orang lain.
c. Menjaga keselamatan masyarakat, baik di tempat umum maupun di
tempat kerja.
d. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral dari
kebijakan pembangunan.
e. Membatasi produksi pedagang terhadap barang-barang yeng
berbahaya seperti tembakau, termasuk membatasi praktek
pemasaran yang tidak sehat.
2. Meningkan investasi untuk pembangunan kesehatan
Seringkali investasi kesehatan yang ada di bebagai negara tidak
mencukupi dan tidak efektif. Dibutuhkannnya pendekatan multi sektor
yang benar dalam meningkatan investasi untuk pembangunan. Termasuk
sumberdaya tambahan untuk pendidikan yang mencangkup sektor
kesehatan. Investasi yang lebih besar untuk kesehatan dan reorientasi
investasi yang telah ada baik didalam maupun di luar negeri. Mempunyai
potensi yang sangat bermakna untuk pembangunan manusia, kesehatan,
dan kualitas hidup.
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
Berbagai sektor kemitraan baik dalam pemerintahan dan masyarakat
selalu diperlukan dalam promosi kesehatan. Selain itu, kemitraan yang
telah ada perlu diperkuat dan perlu adanya mengembangkan potensi
kemitraan yang baru. Dengan adanya kemitraan memberikan manfaat
dalam kesehatan seperti saling bertukar keahlian, keterampilan dan sumber
daya. Dalam kemitraan juga harus memiliki keterbukaan, saling
memahami dan menghormati serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
membuat pertunjuk pelaksanaan WHO dapat dijadikan rujukan.
4. Meningkatkan kemampuan perorangan dan penyeberdayaan masyarakat
Pomosi kesehatan dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat, bukan
untuk dan kepada masyarakat. ini dilakukan untuk meningkatkan baik
17
kemampuan perorangan untuk berbuat, maupun kemampuan kelompok,
organisasi serta masyarakat luas dalam mempengaruhi determinan
kesehatan.
Dalam mendukung meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
promosi kesehatan diperlukan latihan kepemimpinan, akses ke sumber
daya dan pendidikan praktis. Sedangkan untuk memperdayakan
perorangan memerlukan akses yang lebih konsisten dan terpecaya dalam
proses pembuatan keputusan disamping ketrampilan dan pengetahuan
yang sangat diperlukan untuk membuat dampak perubahan. Komunikasi
media, dantradisional dalam menunjang proses tersebut, sedangkan
sumber daya sosial, budaya, dan spiritual perlu dimanfaatkan secara
inovatif.
5. Mengembangkan infrastruktur untuk promosi kesehatan
Untuk mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan, harus dicari
mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional maupun global. Insentif
dan rangsangan harus diciptakan untuk mempengaruhi tindakan
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, dan sektor
swasta untuk memaksimalkan mobilisasi sumber daya promosi kesehatan.
Berbagai “tatanan kesehatan” merupakan dasar kelembagaan untuk
melambangkan infrastruktur yang diperlukan dalam promosi kesehatan.
Tantangan baru dibidang kesehatan menunjukkan bahwa jaringan kerja
yang baru perlu diciptakan untuk mencapai kerjasama lintas sektor.
Jaringan kerja tersebut harus membantu kerjasama baik di dalam maupun
antar negara, dan untuk mempermudah pertukaran informasi tentang
strategi yang efektif untuk setiap tatanan.
Pelatihan dan praktek kepemimpinan lokal harus didorong untuk
menunjang kegiatan promosi kesehatan. Dokumentasi bebagai pengalaman
promosi kesehatan dari berbagai penelitian dan laporan kegiatan harus
ditingkatkan untuk memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Semua negara harus mengembangkan promosi kesehatan yang disesuaikan
18
dengan lingkungan politik, hukum, pendidikan, sosial dan ekonomi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997).
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan masyarakat menurut (Winslow,2020) adalah ilmu dan seni untuk
memperpanjang hidup dengan mencegah penyakit untuk meningkatkan kesehatan
melalui pengorganisasian masyarakat. Cara yang dilakukan untuk pemeliharaan
kesehatan yaitu melalui upaya kuratif dan rehabilitatif sedangkan untuk meningkat
kesehatan yaitu melalui upaya preventif dan promotif.
Masalah kesehatan di Indonesia masih banyak terjadi hal ini terlihat dari
masih tingginya angka kejadian penyakit baik penyakit yang menular dan
penyakit tidak menular. Maka kesehatan bagi kita semua sangatlah penting, agar
tidak terkena penyakit. Dilakukan promosi kesehatan yang berfungsi untuk
mengatasi kesehatan disuatu masyarakat di masa kini ataupun masa yang akan
datang.
3.2 Saran
Bahwa paper ini memiliki banyak kekurangan dari segi penulisan atau isi
pembahasan, maka dari itu penulis akan menerima kritik dan saran dari pembaca.
Begitup kita sebaiknya mengetahui setiap sejarah promosi kesehatan di berbagai
Negara baik itu Internasional ataupun Nasional. Dengan itu kita akan
mengetahuinya dan dapat melakukannya disetiap masyarakat sekitar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Jamkesindonesia. (2020). UHC Dan Gerakan Health For All, 1948 - 2030.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., & Yulia Anhar, V. (2018).
Promosi Kesehatan. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga.
21
World Health Organization. (2009a). Milestones in Health Promotion Statements
from Global Conferences. Switzerland: WHO Press.
22