Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

(makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Promosi
Kesehatan dan Perilaku)

Dosen Pengampu:
Dr. Dewi Rokhmah., S. KM., M. Kes

Oleh:
KELOMPOK 2
Dakwatun Shofia 192110101020
Rabiah Sekar Putri A 192110101068
Mar'atus Sholihah 192110101184
Salsha Billah Putri Radicha 192110101082
Ainul Qismatil Katsiiroh 192110101075
Farrah Salsa Sabitah 192110101162
Malika Ayu Rizqia 192110101031
Juniar Maulina Wardani 192110101065
Mia Indryani 192110101182
Dinda Tiara Nurzahrah D 192110101060

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas Karunia dan Hidayah-Nya
penyusunan makalah dengan judul “Sejarah Promosi Kesehatan” ini dapat kami
selesaikan dengan lancar. Ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
kepada Ibu Dr. Dewi Rokhmah., S. KM., M. Kes. selaku guru pembimbing mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat dengan sabar dan perhatiannya
dalam memberikan bimbingan, arahan, dan saran hingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tak lupa, terimakasih kami kepada semua pihak yang membantu kami
dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Namun kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan
kami. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat
kami perlukan guna penyempurna makalah ini dikemudian hari.
Demikian penyusunan makakah ini, semoga dapat memberi manfaat bagi
diri saya sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Jember, 13 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................4
1.1 Sejarah Promosi Kesehatan Deklarasi Alam Ata................................................4
1.2 Sejarah Promosi Kesehatan Ottawa Charter.......................................................6
1.2.1 Promosi Kesehatan.........................................................................................6
1.2.2 Misi Promosi Kesehatan.................................................................................7
1.2.3 Strategi Promosi Kesehatan............................................................................8
1.3 Sejarah Promosi Kesehatan Adelaide...............................................................10
1.4 Sejarah Promosi Kesehatan Sweden.................................................................11
1.5 Sejarah Promosi Kesehatan Sebelum Kemerdekaan.........................................15
1.6 Sejarah Promosi Kesehatan di Jakarta..............................................................16
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan............................................................................................................20
3.2 Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO Kesehatan adalah keadaan sempurna baik secara fisik, mental,
maupun sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Dalam hal ini
penting mempelajari kesehatan masyarakat karena tujuan dari kesehatan
masayarakat adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Kesehatan masyarakat menurut (Winslow,2020) adalah ilmu dan seni
untuk memperpanjang hidup dengan mencegah penyakit untuk meningkatkan
kesehatan melalui pengorganisasian masyarakat. Cara yang dilakukan untuk
pemeliharaan kesehatan yaitu melalui upaya kuratif dan rehabilitatif sedangkan
untuk meningkat kesehatan yaitu melalui upaya preventif dan promotif. Hal ini
tidak terlepas dari cerita Yunani terkait sejarah kesehatan masyarakat dimana
terdapat dua orang yaitu Asclepius melakukan pengobatan penyakit melalui
pembedahan pada orang yang sakit dan Higeia yang merupakan asisten Asclepius
mengajarkan kepada masyarakat terkait pola hidup seimbang sehingga penyakit
tidak terjadi.
Muncul dua pendekatan dari kejadian dua tokoh tersebut. Pendekatan
pengobatan setelah terjadi sakit oleh Asclepius atau disebut juga pendekatan
kuratif serta pendekatan sebelum terjadinya penyakit oleh Higeia yang disebut
upaya preventif. Upaya peningkatan (promosi) kesehatan muncul sebagai salah
satu pendekatan untuk mencegah terjadinya penyakit. (Notoatmodjo, 2011).
Promosi kesehatan merupakan salah satu pendekatan kesehatan masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat hal ini sebagaimana
yang tercantum dalam visi promosi kesehatan dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orag untuk tercapainya derjaat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Misi promosi kesehatan masyarakat yaitu Advokat, menjembatani serta
memampukan. (Notoatmodjo, 2010). Jadi, promosi kesehatan bertujuan agar

1
individu maupun kelompok masyarakat dapat secara mandiri mampu melakukan
upaya hidup bersih dan sehat untuk mengatasi masalah kesehatannya.
Masalah kesehatan di Indonesia masih banyak terjadi hal ini terlihat dari
masih tingginya angka kejadian penyakit baik penyakit yang menular dan
penyakit tidak menular. Dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2019
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penderita tuberkulosis
tertinggi ke-2 dengan angka kejadian Angka insiden tuberkulosis Indonesia pada
tahun 2018 sebesar 316 per 100.000 penduduk dengan angka kematian penderita
tuberkulosis sebesar 40 per 100.000 penduduk. Masalah kesehatan lain seperti
HIV/AIDS yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2019 dilaporkan
sebanyak 50.282 kasus infeksi HIV yang meningkat dari tahun 2018 sebesar
46.659. Tidak hanya penyakit TBC dan HIV/AIDS tetapi penyakit hepatitis, diare,
kusta dan penyakit karena vektor seperi DBD, chikungunya dan lain sebagainya,
serta penyakit tidak menular juga masih seperti jantung koroner, kanker serviks
dan payudara, diabetes dan lain sebagainya. masih ada di Indonesia. (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Menurut (Noor, 2014). Masalah kesehatan
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara host, agen dan lingkungan. Host
merupakan manusia baik dari segi biologis dan sosial, agen merupakan unsur
penyebab penyakit baik unsur biologi, nutrient, kimiawi serta fisika, dan
lingkungan merupakan keadaan yang mendukung hubungan host dan agen baik
lingkungan fisik, sosial dan biologi. Jadi, terjadinya masalah kesehatan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal dan faktor eksternal dari
individu ataupun kelompok masyarakat sehingga diperlukan pendekatan promosi
kesehatan masyarakat sebagai salah satu upaya dalam mengatasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan masalah kesehatan.
Urgensi promosi kesehatan yaitu salah satu cara mengatasi masalah kesehatan
baik masa kini dan masa yang akan datang. Seperti yang terjadi pada Indonesia
saat ini yang menghadapi pandemi Covid-19 dimana salah satu upaya pemerintah
melalui promosi kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Oleh karena itu, promosi kesehatan sangat
penting dalam mengatasi masalah kesehatan. Adanya promosi kesehatan tidak

2
terlepas dari sejarah promosi kesehatan terbentuk sehingga penulis ingin
membahas sejarah terjadinya atau adanya promosi kesehatan secara Internasion
(di dunia) serta secara Nasional (di Indonesia) sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah sebagai berikut

a. Bagaimana sejarah dari promosi kesehatan di dunia (Internasional) ?


b. Bagaimana sejarah dari promosi kesehatan di Indonesia (Nasional) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam bahan
pembelajaran menganai bahan pembelajaran mata kuliah Dasar Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku dengan topik sejarah promosi kesehatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu :

a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah promosi kesehatan di dunia


(Internasional)
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah promosi kesehatan di Indonesia
(Nasional).

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1) Menambah pengetahuan atau wawasan bagi penulis dan pembaca.


2) Menambah pengetahuan terkait sejarah promosi kesehatan
3) Berkontribusi pada masalah kesehatan di Indonesia melalui promosi
kesehatan.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Promosi Kesehatan Deklarasi Alam Ata


Deklarasi Alma-Ata adalah hasil kesepakatan antara 140 negara melalui
konferensi internasional tentang Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health
Care) yang diadakan di Alma-Ata, Kazakhtan pada tanggal 12 September 1978
(Jamkesindonesia, 2020; World Health Organization, 2000). Konferensi
Internasional ini diadakan atas dasar kerjasama antara WHO (World Health
Organization) dan UNICEF (United Nation’s Children Fund). Konferensi ini
menyatakan dengan tegas bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia yang
fundamental, adanya ketimpangan besar terkait status kesehatan di negara maju
dan negara berkembang harus dijadikan perhatian bersama bagi seluruh negara di
dunia.

Konferensi ini menyatakan bahwa pelayanan kesehatan primer merupakan


kunci utama untuk mencapai kesehatan bagi semua (health for all) di tahun 2000.
Menurut deklarasi Alma-Ata tahun 1978, pelayanan kesehatan primer
didefinisikan sebagai (World Health Organization, 1978):

“Primary health care is essential health care based on practical,


scientifically sound and socially acceptable methods and technology made
universally accessible to individuals and families in the community through their
full participation and at a cost that the community and country can afford to
maintain at every stage of their development in the spirit of self-reliance and self-
determination.”

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan


primer merupakan pelayanan kesehatan esensial yang didasarkan pada praktik
berwawasan ilmiah, metode dan teknologi yang dapat diterima dan diakses secara
universal oleh individu atau kelompok masyarakat melalui partisipasi penuh,
sehingga individu atau masyarakat dapat mengembangkan semangat kemandirian

4
dan penentuan nasib dalam mencapai kesehatan mereka sendiri. Menurut
(Jamkesindonesia, 2020) pelayanan kesehatan primer mencakup hal-hal seperti:

1. Pendidikan kesehatan;
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi;
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi;
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk keluarga berencana);
5. Imunisasi
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemic;
7. Pengobatan penyakit-penyakit umum; dan
8. Penyediaan obat esensial

Pelaksanaan pelayanan kesehatan primer memerlukan adanya keterlibatan dan


menuntut upaya terkoordinasi semua sektor serta aspek pembangunan nasional
dan masyarakat, khususnya pertanian, peternakan hewan, makanan, industri,
pendidikan, perumahan, pekerjaan umum, komunikasi dan sektor-sektor lainnya.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan primer mengandalkan petugas kesehatan
(dokter, perawat, bidan, pembantu dan pekerja masyarakat) serta praktisi
tradisional yang terlatih sebagai tim kesehatan untuk membantu menanggapi
kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Selain itu, pemerintah wajib
merumuskan kebijakan, strategi, dan rencana aksi nasional untuk
mempertahankan pelayanan kesehatan primer sebagai bagian dari kesehatan
nasional yang komprehensif.

Konferensi Alma-Ata menyerukan pentingnya aksi nasional dan internasioal


dalam mengembangkan dan melaksanakan pelyananan kesehatan primer di
seluruh dunia khususnya di negara berkembang dengan semangat teknis dan
kerjasama yang sesuai dengan Tatanan Ekonomi Internasional Baru. Konferensi
ini mendesak pemerintah, WHO, UNICEF, lembaga multilateral dan bilateral,
organisasi non pemerintah, lembaga pendanaan, seluruh petugas kesehatan dan
seluruh komunitas dunia untuk mendukung dan berkomitmen terhadap pelayanan
kesehatan primer serta meningkatkan dukungan finansial dan teknis terhadap

5
negara-negara berkembang. Sehingga diharapkan hal ini dapat mengurangi
kesenjangan status kesehatan di negara maju dan negara berkembang, serta dapat
mencapai target kesehatan bagi semua (health for all) di tahun 2000.

1.2 Sejarah Promosi Kesehatan Ottawa Charter


Konferensi internasional pertama untuk promosi kesehatan diselenggarakan di
Ottawa, Kanada tanggal 17-21 November 1986. Konferensi ini menghasilkan
piagam (charter) yang memuat aksi dalam mencapai kesehatan untuk semua
(Health for All) tahun 2000 dan seterusnya. Konferensi ini merupakan sebuah
respon dari adanya harapan untuk gerakan baru dalam kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Diskusi yang berlangsung pada konferensi ini berfokus pada
kebutuhan dari wilayah industrialis, namun tetap mempertimbangakan masalah
yang serupa pada daerah lain. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari konfrensi
Alma-Ata yang mendeklarasikan pelayanan kesehatan primer, target kesehatan
untuk semua dari WHO, dan debat World Health Assembly tentang kegiatan lintas
sektor dalam kesehatan(World Health Organization, 2009a).

1.2.1 Promosi Kesehatan


Salah satu hasil dari konferensi Ottawa adalah definisi promosi kesehatan.
Berdasarkan Ottawa Charter, menyatakan :

“Health promotion is the process of enabling people to increase control over,


and to improve, their health.”

Berdasar kutipan tersebut dapat diketahui bahwa promosi kesehatan


merupakan suatu proses mengupayakan masyarakat agar dapat dan mau
meningkatkan kemampuan untuk memelihara kesehatnnya(Nurmala, Rahman,
Nugroho, Erlyani, & Yulia Anhar, 2018). Upaya ini ditujuakn untuk mencapai
kesehatan yang mencakup keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial. Hal
yang harus dilakuakn oleh individu atau kelompok masyarakat untuk
mewujudkannya adalah dengan mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi untuk
mengatasi masalah yang ada di lingkungannya. Kegiatan tersebut menunjukkan

6
bahwa kesehatan merupakan sumberdaya dalam kehidupan sehari-hari (World
Health Organization, 2009a)

Kondisi mendasar dan sumber daya yang menjadi prasyarat untuk kesehatan
yaitu, perdamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan, ekosistem
yang stabil, sumberdaya yang berkelanjutan, dan keadilan sosial. Sebelum upaya
peningkatan kesehatan dilaksanakan kondisi sehat harus didasari dengan
terpenuhinya prasyarat dasar yang sudah di sebutkan (World Health Organization,
2009a).

1.2.2 Misi Promosi Kesehatan


Hasil lain yang termuat dalam Ottawa Charter adalah misi promosi kesehatan,
misi tersebut dituangkan menjadi tiga kegiatan antara lain :

1. Advokasi (advocate)
Dalam upaya pemenuhan kesehatan seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain kondisi politik, ekonomi,
sosial, budaya, perilaku dan faktor biologis. Berbagai faktor tersebut akan
memunculkan suatu kondisi, kondisi yang tidak baik akan diubah menjadi
kondisi yang lebih kondusif dengan promosi kesehatan melalui advokasi
(Nurmala et al., 2018). Advokasi merupakan kegiatan meyakinkan
pemegang kekuasaan kebijakan bahwa pelaksanaan suatu program
kesehatan adalah penting. Advokasi dilakukan pada pemegang kekuasaan
kebijakan di berbagai jenjang dan sektor yang terkait dengan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Bentuk dari kegiatan advokasi ada dua, yaitu bentuk
formal dan informal. Contoh bentuk formal advokasi adalah presentasi dan
seminar usulan program kesehatan yang disampaikan untuk mencari
dukungan. Sedangkan contoh bentuk tidak formal berupa kunjungan pada
pejabat yang secara tidak langsung merupakan usaha mencari sebuah
dukungan. Kegiatan advokasi tidak terbatas pada petugas kesehatan saja,
tetapi masyarakat juga bisa dilakukakan oleh masyarakat (Nurmala et al.,
2018).

7
2. Mediasi (mediate)
Menjadi mediator atau penghubung antar sektor kesehatan dan sektor lain
yang berperan sebagai mitra adalah salah satu misi dari promosi kesehatan.
Penghubung ini diperlukan karena dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat diperlukan peran berbagai pihak, bukan hanya dari
sektor kesehatan. Dengan adanya kemitraan yang dihubungkan promosi
kesehatan, masalah kesehatan yang bisa diatasi akan lebih kompleks lagi
(Notoatmodjo, 2010).
3. Memampukan (enable)
Pemerataan pencapaian kesehatan merupakan focus dari promosi
kesehatan. Promosi kesehatan memiliki tujuan untuk memastikan bahwa
setiap orang mempunya kesempatan yang sama untuk mencapai potensi
kesehatan yang sepenuhnya, dengan demikian perbedaan status kesehatan
yang ada pada masyarakat tidak lagi ada. Promosi kesehatan juga
mencakup upaya untuk menciptakan lingkungan yang suportif,
aksesibilitas informasi, keterampilan, dan kesempatan untuk menentukan
pilihan secara mandiri. Seseorang tidak tidak akan bisa mencapai potensi
kesehatan secara penuh saat tidak bisa menentukan determinan
kesehatannya secara mandiri, baik itu untuk laki-laki atau perempuan
(World Health Organization, 2009a).

1.2.3 Strategi Promosi Kesehatan


1. Kebijakan yang berwawasan kesehatan ( healthy public policy)
Merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada pembuat
kebijakan (Notoatmodjo, 2010). Tujuan dari strategi ini adalah
mengarahkan pembuat kebijakan menjadikan sektor kesehatan sebagai
sektor yang harus dipertimbangkan dalam setiap kebijakan pada semua
jenjang dan semua bidang. Strategi ini juga harus diimbangi dengan
mengidentifikasi hambatan yang ditemukan saat proses adopsi kebijakan
yang berwawasab kesehatan pada sektor non kesehatan dan menyelesaikan
hambatan tersebut, sehingga pembuat kebijakan mempunyai pilihan untuk

8
membuat kebijakan yang berpihak pada kesehatan (World Health
Organization, 2009a)
2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
Pengelola tempat umum dan pemerintah kota merupakan sasaran dari
strategi ini. Tujuannya agar sarana-prasarana dan fasilitas yang disediakan
bisa mendukung dan memfasilitasi masyarakat atau minimal pengunjung
untuk melakukan perilaku sehat. Contoh sarana-prasarana yang
menciptakan lingkungan mendukung perilaku sehat adalah adanya tempat
sampah yang layak, adanya fasilitas kakus (WC), tersedianya air bersih,
adanya ruang khusus untuk perokok, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Pemahaman yang dimiliki masyarakat selama ini adalah dalam pelayanan
kesehatan, masyarakat hanya berperan sebagai customer atau pengguna
dari layanan kesehatan. Sedangkan pihak pemerintah dan swasta
merupakan provider atau penyedia layanan kesehatan. Pemahaman ini
perlu diubah, bahwasanya masyarakat bisa berperan sebagai pengguna
sekaligus penyelenggara layanan kesehatan dalam batas tertentu
(Notoatmodjo, 2010)
4. Keterampilan individu (personnal skill)
Kesehatan yang utuh dari kumpulan individu, keluarga, dan kelompok
akan membentuk kesehatan masyarakat. Komponen terkecil dari
ternentuknya kesehatan masyarakat adalah kesehatan individu, itulah
alasan mengapa peningkatan skill individu perlu dilakukan. Jika individu
memiliki pengetahuan tentang kesehatan, cara mencegah penyakit,
mengenal penyakit, bagaimana cara memperoleh layanan kesehatan
professional, dan sebagainya, maka kesehatan masyarakat akan terbentuk
seiringan (Notoatmodjo, 2010).
5. Gerakan masyarakat (community action)
Dalam upaya merealisasikan visi promosi kesehatan yaitu mewujudkan
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, maka kegiatan dan pergerakan dalam masyarakat harus ada

9
yang ditujukan untuk kesehatan. Usaha untuk mewujudkan kegiatan dan
gerakan masyarakat ini dapat didorong dan dipacu pelaksanaanya melalui
kegiatan promosi kesehatan. Jika kegiatan sudah berjalan, maka akan
terbentuk masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).

1.3 Sejarah Promosi Kesehatan Adelaide


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan kedua dilaksanakan di Adelaide,
Australia pada tangga 5-9 April 1988. Konferensi Adelaide diikuti oleh negara-
negara yang hadir di Konferensi Ottawa. Konferensi Adelaide membahas lebih
lanjut mengenai kebijakan publik berwawasan kesehatan yaitu “Kesehatan adalah
Hak Asasi Manusia dan Kesehatan merupakan Investasi Sosial” (Bazaruddin,
2016). Empat prioritas tersebut adalah :

1. Mendukung Kesehatan Wanita


Perempuan adalah promotor kesehatab primer diseluruh dunia dan
sebagian besar pekerjaan merekka dilakukan tanpa upah minimal
(Bazaruddin, 2016). Konferensi ini mengusulkan bahwa negara-negara
mulai mengembangkan kebijakan public nasional di mana agenda
kesehatan perempaun meliputi proposal untuk :
a. Kerja sama peduli yang dilakukan dalam masyarakat
b. Praktik bersalin berdasarkan preferensi dan kebutuhan perempuan
c. Mekanisme yang mendukung untuk pekerjaan
2. Makanan dan Gizi
Konferensi merekomendasikan pemerintah segera mengambil
tindakan langsung di semua tingkatan untuk menggunakan daya beli
mereka du pasar makanan untuk memastikan bahwa pasokan angan
memberikan konsumen akses siap untuk makanan bergizi
3. Penggunaan Tembakau dan Alkohol
Produksi serta pemasaran tembakau dan alkohol adalah kegaitan yang
sagat menguntungkan bagi pemerintah melalui pajak (Bazaruddin, 2016).
Pemerintah menganggap bahwa konsekuensi ekonomi dari mengurangi

10
produksi tembakau akan terlalu berat harga yang harus dibayar utnuk
keuntungan daripada kesehatan yang terlibat.
Pada konfersnsi ini pemerintah harus berkomitmen untuk
pengembangan kebijakan public yang sehat denngan mentapkan target
nasional dan bertekad mengurangi pertumbuhan tembakau dan produksi
alcohol, pemasaran, dan konsumsi secara signifikan.
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Pengelolaan lingkungan harus melindungi kesehatan manusia dari
efek buruk langsung dan tidak langsung baik biologi, kimia, dan faktor
fisik, dan harus mengakui bahwa perempuan dan laki-laki merupakan
bagian dari ekosistem yang kompleks. Sumber daya alam yang sangat
beragam tetapi terbatas sangat penting bagi umat manusia. Kebijakan
mempromosikan kesehatan dapat dicapai hanya dalam lingkungan untuk
menghemat sumber daya melalui strategi ekologi global, regional, dan
lokal.

Pada tahun 1989 diadakan pertemuan Kelompok Promosi Kesehatan negara-


negara berkembang di Geneva sebagai seruan untuk bertindak. Pada pertemuan ini
ditekankan 3 startegi pokok promosi kesehatan untuk pembagunan kesehatan,
yaitu Advokasi kebijakan, pengembangan aliansi yang kuat dan sistem dukungan
sosial, serta pemberdayaan masyarakat.

1.4 Sejarah Promosi Kesehatan Sweden


Konferensi Internasional ke tiga tentang promosi kesehatan, mendukung
munculnya konferensi sundvall. Hal ini di mulai dengan komitmen WHO untuk
tujuan kesehatan (1977) kemudian diikuti oleh UNICEF/WHO konferensi
internasional pada kesehatan primer, di Alma-Ata (1978), dan konferensi
internasional pertama tentang promosi kesehatan di negara industry (Ottawa
1986). Selanjutnya dilakukan pertemuan tentang kebijakan publik yang sehat
(Adelaide 1988) dan Call for Action: Health Promotion In Developing Countries
(Jenewa 1989) yang telah menjelaskan lebih lanjut tentang relevansi dan makna
promosi kesehatan. sejalan dengan perkembangan dibidang kesehatan, masyarakat

11
mulai khawatir dengan ancaman terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dijelaskan
oleh komisi dunia untuk pembangunan lingkungan dalam laporannya Our
Common Future, yang menyediakan pemahaman tenntang pentingnya
pembangunan berkelanjutan.

Konferensi Internasional ketiga tentang promosi kesehatan, mengadakan


konferensi promosi kesehatan yang dihadiri 81 negara. Panggilan ini menuntut
berbagai negara untuk berperan aktif dalam mendukung promosi kesehatan,
mengingat masalah kesehatan merupakan masalah yang di alami berbagai negara.
Salah satu hal yang dibahas di dalam konferensi ini adalah kemiskinan, yang
mengancam terhadap kesehatan masyarakat di setiap negara, hal ini membuat
tujuan Health For All pada tahun 2020 sulit untuk direalisasikan. Langkah
kedepan yang dapat di ambil untuk memperbaiki kesehatan berupa pembuatan
lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi dan politik yang
mendukung. Konverensi sundvall menjalskan banyak contoh pendekatan untuk
menciptakan support lingkungan yang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan
dan keaktifan komunitas dalam sektor promosi kesehatan. konferensi ini diakui
bahwa setiap orang memiliki peran dalam berkreasi untuk mendukung kesehatan.

Koverensi sundvall di mulai dengan ajakan bertindak, dimensi aksi


mendukung, proposal pengajuan dan pencapaian akuntabilitas global. Adapun
aspek didalam konverensi sundvall sebagai berikut :

1. Ajakan untuk bertindak

Seruan untuk bertindak didapat hal utama yang dapat dilakukan


dengan yakni dengan advokasi kepada pemegang kebijakan untuk
mendorong membentuk aliansi yang luas menuju tujuan bersama
kesehatan untuk semua. Peserta konferensi berjanji akan menyampaikan
hasil advokasi ke komunitas konferensi unuk memulai melakukan
tindakan promosi kesehatan. Komunitas tersebut juga mengikut sertakan
organisasi united bangsa untuk memperkuat komitmen pembangunan
berkelanjutan. Permasalahan yang harus diselesaikan untuk menciptakan

12
tujuan promosi kesehatan yakni, kemiskinan, jutaan orang hidup dalam
kemiskinan yang ekstrim dan perampasan di lingkungan semikin
terdegradasi di daerah perkotaan dan pedesaan. Kemiskinan
menggagalkan ambisi seseorang untuk bermimpi membangun masa
depan yang lebih baik, pertumbuhan penduduk semakin tinggi,
kurangnya akses air bersih, makanan yang cukup, tempat teduh dan
kebersihan, kurangnya pendidikan dan eksploitasi secara seksual.

2. Dimensi mendukung aksi

Dimensi mendung aksi harus dilakukan dengan tindakan yang


terkoordinasi di tingkat lokal regional nasional dan global untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan. Adapun aspek yang dilakukan
dalam aksi mendukung meliputi

a. Dimensi sosial
Dimensi sosial Meliputi cara norma, adat istiadat dan proses
sosial mempengaruhi masyarakat. Dimensi politik
membutuhkan pemerintah untuk menjamin demokrasi
partisipasi dalam pengambilan keputusan desentralisasi dan
sumber daya.
b. Dimensi Politik
Dimensi politik memerlukan pemerintah untuk menjamin
demokrasi partisipasi dalam pengambilan keputusan dan
desentralisasi tanggung jawab dan sumber daya
c. Dimensi ekonomi
Dimensi Ekonomi membutuhkan penyaluran ulang sumber daya
untuk pencapaian kesehatan dan kebutuhan untuk pembangunan
berkelanjutan.
d. Kebutuhan Menggali

13
Keterampilan Wanita, Pengetahuan Di Semua Sektor termasuk
pembuat kebijakan dan ekonomi untuk perkembangan
infrastruktur semua sektor kebijaakan dan ekonomi.

3. Proposal Untuk Tindakan

Konferensi Sundvall optimis bahwa proposan untuk menerapkan


strategi kesehatan untuk segala hal harus mencerminkan dua prinsip
dasar yang meliputi.

a. Ekuitas harus menjadi prioritas dasar dalam berkreasi

Lingkungan yang mendukung kesehatan harus merelakan


tenaga dan pemikiran kreatif dengan menyertakan masyarakat
dalam sebuah hal baru. Segala kebijakan yang mengarah pada
pembangunan berkelanjutan harus mengikuti prosedur baru. Untuk
mencapai kesetaraan distribusi dan tanggung jawab sumber daya

b. Tindakan publik untuk lingkungan yang mendukung

Kesehatan harus saling ketergantungan dengan makhluk hidup


dan mengelola sumber daya dengan baik. Masyarakat adat
memiliki keunikan hubungan spiritual dan budaya lingkungan
fisik, yang mana hal ini memberikan nilai yang berharga dalam
kehidupan. Oleh karena itu, masyarakat adat dilibatkan dalam
kegiatan pembangunan berkelanjutan

4. Pencapaian akuntabilitas global

Konferensi sundvall mencanankan komunitas internasional untuk


menciptakan mekanisme akuntabilitas kesehatan dan ekologi atas dasar
prinsip kesehatan yang berkelanjutan. WHO dan UNEP mendesak untuk
memperkuat upaya mereka untuk mengembangkan kode perdagangan,
pemasaran zat dan produk yang berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan. WHO dan UNEP di desak untuk mengembangkan pedoman

14
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk beberapa negara.
Tindakan mendesak ini dilakukan untuk mendukung negara berkembang
mengidentifikasi dan menerapkan solusi untuk negaranya sendiri.
Konfensi sundvall menunjukkan masalah kesehatan, lingkungan dan
manusia, perkembangannya tidak bisa di paksakan. Pengembangan harus
menyiratkan peningkatakn kualitas hidup (World Health Organization,
2009b)

1.5 Sejarah Promosi Kesehatan Sebelum Kemerdekaan


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai dengan
penjajahan Belanda pada abad ke-16. Saat itu, kesehatan masyarakat di Indonesia
diawali dengan pemberantasan penyakit cacar dan kolera, dan masyarakat sangat
mengkhawatirkan penyakit tersebut. Kolera masuk ke Indonesia pada tahun 1927,
dan wabah kolera eltor merebak di Indonesia pada tahun 1937. Kemudian pada
tahun 1948, penyakit cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Oleh karena itu, sejak terjadinya wabah kolera,
pemerintah Belanda telah melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

PES masuk ke Indonesia pada tahun 1922, dan terjadi epidemi pada tahun
1933, 1934 dan 1935 terjadi di banyak tempat, terutama di Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935, rencana pemberantasan PES dilaksanakan dengan cara
menyemprotkan DDT ke rumah warga dan melakukan vaksinasi massal. Menurut
catatan, hingga tahun 1945, 15.000.000 orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925,
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda, mengamati tingginya
angka kematian dan kesakitan yang tinggi di Banyumas-Purwokerto pada saat itu.
Dari pengamatan dan analisisnya, ia menyimpulkan bahwa mortalitas yang tinggi
dan morbiditas yang tinggi disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk.
Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di
kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan, Padahal mereka mengambil
minum juga dari kali. selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh karena itu, untuk
memulai pekerjaan kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan wilayah

15
percontohan melalui "propaganda" atau pendidikan penyuluhan kesehatan.
Hingga saat ini, usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal mula kesehatan
masyarakat di Indonesia (Notoatmodjo, 2011)

Sebelum 1965, istilah yang dikenal saat itu adalah "pendidikan kesehatan".
Dalam perencanaan kesehatan, pendidikan kesehatan hanya merupakan pelengkap
dari pelayanan kesehatan. Dalam keadaan darurat seperti wabah penyakit dan
bencana, sasarannya adalah perseorangan (individu), sehingga sasaran rencana
lebih pada perubahan pengetahuan seseorang. Pendidikan kesehatan diartikan
sebagai upaya atau kegiatan yang membantu individu, kelompok atau masyarakat
untuk meningkatkan kemampuan berperilaku dan mencapai derajat kesehatan
yang terbaik (Susilowati, 2016).

1.6 Sejarah Promosi Kesehatan di Jakarta


Deklarasi Jakarta pada tahun 1997 merupakan salah satu tonggak promosi
kesehatan yang lahir dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-4.
Dengan tema “Pemeran Baru pada Era Baru: Mengantarkan Promosi Kesehatan
pada Abad ke-21”. Konferensi ini berkesempatan untuk merenungkan kembali
tentang promosi kesehatan yang efektif untuk mengkaji kembali determinan
kesehatan atau tantangan-tantangan baru dan untuk mengidentifikasi arah serta
stategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam promosi kesehatan di
abad ke-21. Menkes RI yang ikut serta hadir pada konferensi di Jakarta adalah
Prof. Dr. Suyudi yang juga menjadi pembicara kunci pada konferensi tersebut.

Prioritas Promosi Kesehatan Pada Abad ke-2

1. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan


Ditujukan untuk pembuat keputusan harus memiliki tanggung jawab
komitmen sosial yang kuat dalam berbagai sektor. Baik sektor yang
berurusan dengan masyarakat umum maupun sektor swasta. Harus dapat
mempromosikan kesehatan, baik dalam kebijakan maupun praktek.
Sebagai berikut :

16
a. Melindungi lingkungan dan dapat memanfaatkan sumber daya
dengan baik
b. Menghindari hal-hal yang dapat merugikan kesehatan orang lain.
c. Menjaga keselamatan masyarakat, baik di tempat umum maupun di
tempat kerja.
d. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral dari
kebijakan pembangunan.
e. Membatasi produksi pedagang terhadap barang-barang yeng
berbahaya seperti tembakau, termasuk membatasi praktek
pemasaran yang tidak sehat.
2. Meningkan investasi untuk pembangunan kesehatan
Seringkali investasi kesehatan yang ada di bebagai negara tidak
mencukupi dan tidak efektif. Dibutuhkannnya pendekatan multi sektor
yang benar dalam meningkatan investasi untuk pembangunan. Termasuk
sumberdaya tambahan untuk pendidikan yang mencangkup sektor
kesehatan. Investasi yang lebih besar untuk kesehatan dan reorientasi
investasi yang telah ada baik didalam maupun di luar negeri. Mempunyai
potensi yang sangat bermakna untuk pembangunan manusia, kesehatan,
dan kualitas hidup.
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
Berbagai sektor kemitraan baik dalam pemerintahan dan masyarakat
selalu diperlukan dalam promosi kesehatan. Selain itu, kemitraan yang
telah ada perlu diperkuat dan perlu adanya mengembangkan potensi
kemitraan yang baru. Dengan adanya kemitraan memberikan manfaat
dalam kesehatan seperti saling bertukar keahlian, keterampilan dan sumber
daya. Dalam kemitraan juga harus memiliki keterbukaan, saling
memahami dan menghormati serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
membuat pertunjuk pelaksanaan WHO dapat dijadikan rujukan.
4. Meningkatkan kemampuan perorangan dan penyeberdayaan masyarakat
Pomosi kesehatan dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat, bukan
untuk dan kepada masyarakat. ini dilakukan untuk meningkatkan baik

17
kemampuan perorangan untuk berbuat, maupun kemampuan kelompok,
organisasi serta masyarakat luas dalam mempengaruhi determinan
kesehatan.
Dalam mendukung meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
promosi kesehatan diperlukan latihan kepemimpinan, akses ke sumber
daya dan pendidikan praktis. Sedangkan untuk memperdayakan
perorangan memerlukan akses yang lebih konsisten dan terpecaya dalam
proses pembuatan keputusan disamping ketrampilan dan pengetahuan
yang sangat diperlukan untuk membuat dampak perubahan. Komunikasi
media, dantradisional dalam menunjang proses tersebut, sedangkan
sumber daya sosial, budaya, dan spiritual perlu dimanfaatkan secara
inovatif.
5. Mengembangkan infrastruktur untuk promosi kesehatan
Untuk mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan, harus dicari
mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional maupun global. Insentif
dan rangsangan harus diciptakan untuk mempengaruhi tindakan
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, dan sektor
swasta untuk memaksimalkan mobilisasi sumber daya promosi kesehatan.
Berbagai “tatanan kesehatan” merupakan dasar kelembagaan untuk
melambangkan infrastruktur yang diperlukan dalam promosi kesehatan.
Tantangan baru dibidang kesehatan menunjukkan bahwa jaringan kerja
yang baru perlu diciptakan untuk mencapai kerjasama lintas sektor.
Jaringan kerja tersebut harus membantu kerjasama baik di dalam maupun
antar negara, dan untuk mempermudah pertukaran informasi tentang
strategi yang efektif untuk setiap tatanan.
Pelatihan dan praktek kepemimpinan lokal harus didorong untuk
menunjang kegiatan promosi kesehatan. Dokumentasi bebagai pengalaman
promosi kesehatan dari berbagai penelitian dan laporan kegiatan harus
ditingkatkan untuk memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Semua negara harus mengembangkan promosi kesehatan yang disesuaikan

18
dengan lingkungan politik, hukum, pendidikan, sosial dan ekonomi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997).

Adapun Deklarasi Jakarta merumuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak


pada determinan kesehatan, dan memberikan manfaat kesehatan terbesar
pada masyarakat.
2. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan
upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam
kesehatan .
3. Deklarasi Jakarta juga merumuskan prioritas promosi kesehatan abad ke-
21 yaitu Meningkatnya tanggung jawab sosial dalam kesehatan,
meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, konsolidasi dan
perluasan kemitraan untuk kesehatan, meningkatkan kemampuan
masyarakat dan pemberdayaan individu serta menjamin tersedianya
infrastruktur promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
komponen penting dalam promosi kesehatan (Kurniati, 2017).

19
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan masyarakat menurut (Winslow,2020) adalah ilmu dan seni untuk
memperpanjang hidup dengan mencegah penyakit untuk meningkatkan kesehatan
melalui pengorganisasian masyarakat. Cara yang dilakukan untuk pemeliharaan
kesehatan yaitu melalui upaya kuratif dan rehabilitatif sedangkan untuk meningkat
kesehatan yaitu melalui upaya preventif dan promotif.

Masalah kesehatan di Indonesia masih banyak terjadi hal ini terlihat dari
masih tingginya angka kejadian penyakit baik penyakit yang menular dan
penyakit tidak menular. Maka kesehatan bagi kita semua sangatlah penting, agar
tidak terkena penyakit. Dilakukan promosi kesehatan yang berfungsi untuk
mengatasi kesehatan disuatu masyarakat di masa kini ataupun masa yang akan
datang.

3.2 Saran
Bahwa paper ini memiliki banyak kekurangan dari segi penulisan atau isi
pembahasan, maka dari itu penulis akan menerima kritik dan saran dari pembaca.
Begitup kita sebaiknya mengetahui setiap sejarah promosi kesehatan di berbagai
Negara baik itu Internasional ataupun Nasional. Dengan itu kita akan
mengetahuinya dan dapat melakukannya disetiap masyarakat sekitar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bazaruddin, dkk (Universitas D. (2016). Sejarah Perkembangan Promosi


Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang


Promosi Kesehatan pada Abad 21.

Jamkesindonesia. (2020). UHC Dan Gerakan Health For All, 1948 - 2030.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Panduan Pencegahan


Penularan COVID-19 untuk Masyarakat.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). PROFIL KESEHATAN


INDONESIA TAHUN 2019. In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Kurniati, D. P. Y. (2017). Promosi Kesehatan Matrikulasi Bagian Promosi


Kesehatan STUDY GUIDE 2016 / 2017.

Noor, N. N. (2014). epidemiologi. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Notoatmodjo, S. (2010). PROMOSI KESEHATAN TEORI DAN APLIKASI (Edisi


Revi). Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT.


RINEKA CIPTA.

Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., & Yulia Anhar, V. (2018).
Promosi Kesehatan. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga.

Susilowati, D. (2016). Promosi Kesehatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

World Health Organization. (2000). Declaration of Alma-Ata.

21
World Health Organization. (2009a). Milestones in Health Promotion Statements
from Global Conferences. Switzerland: WHO Press.

World Health Organization. (2009b). Milestones in Health Promotion Statements


from Global Conferences (Vol. 42).

22

Anda mungkin juga menyukai