Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MAGANG KEPEMIMPINAN

Di Pusat Pengembangan Kewirausahaan “PPKwu”


LPPM UNS

Desi Fitriana
K7520018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Laporan Akhir Magang Kepemimpinan di Kantor PPKwu
LPPM UNS Tahun 2022 dengan baik dan tepat waktu.
Pelaksanaan kegiatan magang sampai dengan penyusunan laporan ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan dari berbagai
pihak, baik bersifat moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hery Sawiji, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret,
2. Ibu Susantiningrum, S.Pd.,S.E.,M.A.B. selaku Ketua PPKwu UNS yang telah
memberikan Penulis izin untuk melaksanakan kegiatan Magang Kepemimpinan di
tempat tersebut,
3. Dr. Tutik Susilowati, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Magang
Kepemimpinan Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
arahan, bimbingan, dan masukan selama pelaksanaan magang
4. Seluruh staff PPKwu UNS yang telah membantu pelaksanaan magang, dan
5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan laporan ini di masa yang akan datang. Demikian penyusunan laporan
Magang Kepemimpinan ini, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya.
Penulis,

Desi Fitriana

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan Mempelajari Kepemimpinan ................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3
A. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN ................................................................ 3
B. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN ................................................................... 7
C. PENGAMBILAN KEPUTUSAN....................................................................... 12
D. PERAN PEMIMPIN DALAM PERUSAHAAN .............................................. 20
E. PERUBAHAN ORGANISASI ........................................................................... 24
BAB III............................................................................................................................. 27
KAJIAN KEPEMIMPINAN DI TEMPAT MAGANG............................................... 27
A. Uraian Praktik Kepemimpinan di Tempat Magang........................................ 27
1. Struktur Organisasi ........................................................................................ 27
2. Gaya Kepemimpinan yang ada di Tempat Magang .................................... 27
3. Pendekatan Kepemimpinan yang dilakukan Pemimpin di Tempat Magang
28
4. Pengambilan Keputusan yang dilakukan Pemimpin................................... 29
5. Peran Pemimpin di Tempat Magang ............................................................ 29
6. Perubahan yang Telah dilakukan di Tempat Magang ................................ 30
B. Pembahasan ......................................................................................................... 30
C. Berdasarkan temuan dan teori buatlah model kepemimpinan yang ideal .... 31
BAB IV ............................................................................................................................. 33
IMPLEMENTASI SIKAP.............................................................................................. 33
A. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat
berdasarkan Pancasila (tidak hanya di tempat magang, namun dalam kurun
waktu selama magang) ............................................................................................... 33

iii
B. Sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri ......................................................................................................................... 34
BAB V .............................................................................................................................. 35
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 35
A. SIMPULAN ......................................................................................................... 35
B. SARAN ................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 36

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi PPKwu UNS ........................................................ 27

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu proses aktivitas – aktivitas sebuah
kelompok terorganisir yang dilakukan ke arag pencapaian tujuan. Dalam
pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan
seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk
mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan
bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam
sebuah organisasi atau instansi, peran kepemimpinan merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya efektivitas kerja. Bahkan
sekarang ini bisa dikatakan bahwa kemajuan yang dicapai dan kemunduran
yang dialami oleh suatu instansi, sangat ditentukan oleh peranan
pemimpinnya yang dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya. Hal ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mencapai efektivitas kerja. Jika seorang pemimpin mampu
mengaplikasikan kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada, maka para pegawai pun akan dapat bekerja dengan
nyaman dan semangat yang tinggi

Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari


pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam
menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk
bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan
tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian
peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari
seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku

1
yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai
seorang pemimpin.

Keterkaitan kepemimpinan dalam bidang administrasi perkantoran adalah


dalam bidang administrasi perkantoran, pengetahuan tentang
kepemimpinan sangat diperlukan. Dalam bidang administrasi, memimpin
dan dipimpin terjadi di dalamnya. Seorang admin yang kompeten dalam
bidangnya, perlu memahami bagaimana memimpin dan dipimpin dalam
organisasi demi mewujudkan tercapainya tujuan organisasi yang telah
dibuat.

B. Tujuan Mempelajari Kepemimpinan


Tujuan mempelajari kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait kepemimpinan
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa terkait
kepemimpinan
3. Untuk dapat memiliki kemampuan memimpin maupun dipimpin dalam
dunia kerja

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN


1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut arti secara harfiah, pimpin berarti bimbing. Memimpin
berarti membimbing atau menuntun. Pemimpin merupakan orang yang
memimpin ataupun seorang yang menggunakan wewenang serta
mengarahkan bawahannya guna mengerjakan pekerjaan mereka untuk
mencapai tujuan tertentu dari organisasi. Seperti manajemen,
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara
yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Beberapa definisi
Kepemimpinan menurut para ahli yaitu :

a) Menurut Stoner, (1996 : 161) menyatakan bahwa kepemimpinan


adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan
dengan pekerjaan dari anggota kelompok.

b) Menurut Wahjosumidjo (1999: 79) bahwa seorang pemimpin


memiliki kecerdasan, pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat
sifat antara lain Dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan
dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya
dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin karismatik,
terutama dalam lingkungan sosial dan politik.

c) Menurut Tead;Terry;Hoyt didalam Kartono,2003. Definisi


kepemimpinan menurutnya adalah sebuah kegiatan ataupun sebuah seni
untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang
didasarkan kepada kemampuan yang dimiliki oleh orang itu guna
membimbing orang lain didalam usaha mencapai berbagai tujuan yang
ingin dicapai oleh kelompok.

3
d) Menurut Salusu (1988,80) bahwa Kepemimpinan ditafsirkan sebagai
kekuatan yang menyeleksi mimpimimpi seseorang dan kemudiannya
menetapkan tujuan hidup seseorang. Kepemimpinan dalam
pandangannya berarti sesuatu daya yang mampu menggerakkan
seseorang dari dalam dirinya dan mengarahkan seseorang kepada
sukses pencapaian misi (organisasi).

e) Menurut sudut pandang Young, kepemimpinan itu sebuah bentuk


dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi yang mampu untuk
mengajak ataupun mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu
yang berdasarkan kepada penerimaan oleh organisasinya, dan
mempunyai keahlian yang khusus yang sesuai dengan situasi yang
khusus pula. Selain dapat memberikan pengarahan kepada para
bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan
pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat
mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu
dilaksanakan dengan tepat.

f) Menurut Geneen (1984: 80), bahwa kepemimpinan


sebagaiseperangkat kemampuan individual yang sangat subyektif dan
sulit diukur secara kualitatif dengan angka. Kemampuan seseorang
mempengaruhi orang lain adalah bersumber dari hati nurani yang
sangat subyektif tersebut. Oleh karena tidak punya ukuran obyektif,
kepemimpinan tidak dapat diajarkan, apalagi ditiru oleh seseorang sejak
dilahirkan. Mantan Presiden Amerika, mengatakan bahwa Pengaruh
Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja Karyawan di
Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta kepemimpinan adalah
sebuah seni yang sangat special dimiliki seseorang. Untuk
melaksanakannya diperlukan visi yang besar dari seseorang yang
menjadi pemimpin. Potensi kepemimpinan visioner seorang pemimpin
dapat bersumber dari potensi mengembangkan seni dan kepemimpinan.

4
Kepemimpinan tidak dapat terlepas dari konsep pemimpin yang
komprehensif. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai
faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi (Bass,
1990, dalam Menon, 2002) demikian juga keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya
dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu
pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi
fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku
keorganisasian. Schein (1992), Nahavandi&Malekzadeh (1993), dan
Kouzes & Posner (1987;1993) menyatakan pemimpin mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasi.
Pemimpin memegang peran kunci dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi organisasi. (dalam Su’ud, 2000).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan yang


dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain, kelompok
dan bawahan, kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku orang lain,
mempunyai kemampuan ataupun keahlian khusus didalam bidang yang
diharapkan oleh kelompoknya guna mencapai tujuan dan sasaran.
Menyadari akan pentingnya peran seorang pemimpin dari beberapa
definisi diatas, didalam sebuah usaha untuk mencapai tujuan sebuah
organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa, keberhasilan ataupun
kegagalan yang dialami oleh sebagian besar organisasi ditentukan oleh
bagaimana kualitas kepemimpinan yang dipunyai oleh pihak yang
memimpin organisasi tersebut.

Berhasil atau tidaknya organisasi dalam mencapai tujuan yang telah


ditetapkan, tergantung kepada berbagai cara yang dilakukan oleh
pemimpin untuk memimpin organisasi itu. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, pengurus penggerak, ketua, kepala,
penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin

5
digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai
cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya
berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya
digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu
lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum
tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh
yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki
oleh orang yang bukan "pemimpin". Arti pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/
kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/kelebihan di satu bidang , sehingga diamampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitasaktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono, 1994 : 181). Pemimpin jika dialihbahasakan ke
bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-
LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :

Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas


rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan. Educate,
seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan
mewariskan knowledge pada rekan-rekannya. Advice, memberikan
saran dan nasehat dari permasalahan yang ada. Discipline, memberikan
keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam
setiap aktivitasnya. (UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

6
NASIONAL, 2003)

B. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu
kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud
mengidentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi dengan
kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai aggapan bahwa
seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan
perilaku-perilaku tertentu, akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok apapun dimana ia berada. Pemikiran dan penelitian sekarang
mendasarkan pada pendekatan ketiga, yaitu pandangan situasional tentang
kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas
yang dilakukan. Seperti hal ini yang dilakukan oleh Kepala Kamar Mesin
(KKM) untuk mengakomodir para anggota awak dikamar mesin.

1. Pendekatan Sifat – Sifat Kepemimpinan

a. Sifat – sifat kepemimpinan

Berbagai studi perbandingan sifat-sifat pemimpin cenderung lebih tinggi,


mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih ramah, dan lebih percaya
diri dari pada yang lain dan mempunyai kebutuhan akan kekuasaan lebih
besar. Tetapi kombinasi sifat-sifat tertentu yang akan membedakan antara
pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut, belum pernah ditemukan.
Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat-sifat kepemimpinan bahwa
pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang itu dilahirkan membawa
atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin.
Penemuan-penemuan lanjutan Seorang peneliti Edwin Ghiselli dalam
penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya

7
penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut:

1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability).


2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
3) Kecerdasan.
4) Ketegasan (decisiveness).
5) Kepercayaan diri.
6) Inisiatif.

Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan empat ciri atau sifat utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi:

1) Kecerdasan.

2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial.

3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan

4) Sikap-sikap hubungan manusiawi.

2. Pendekatan Perilaku Kepemimpinan

a. Fungsi-fungsi kepemimpinan

Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua


fungsi utama yaitu:

1) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related)


atau pemecahan masalah.
Ini menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi
dan pendapat.
2) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance)
atau sosial. Fungsi ini mencakup segala sesuatu yang dapat
membantu kelompok berjalan lebih lancar, penengahan

8
perbedaan pendapat, dan sebagainya.(UNDANG UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, 2003)

3. Gaya – Gaya Kepemimpinan

Menurut Susilo Martoyo (1996:146) gaya kepemimpinan diantaranya:

a. Gaya kepemimpinan Direktif Otokratif

Gaya kepemimpinan ini memberikan peluang yang sangat luas kepada


pemimpin untuk melaksanakan otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahan
untuk mengemukakan pendapat sangat terbatas. Pemimpin merupakan
pusat komando, pusat perintah terhadap bawahan.

b . Gaya Kepemimpinan Persuasif

Pemimpin melaksanakan otoritas dan kontrol terutama dalam proses


pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemimpin
memperhatikan masukan-masukan dari bawahan, bawahan mendapat
kebebasan terbatas untuk mengemukakan pendapatnya, mereka diikut
sertakan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, putusan pimpinan
merupakan keputusan bersama meskipun jumlah/persentase masukan dari
bawahan masih terhitung minim.

c. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Pemimpin memberikan kesempatan yang luas kepada bawahan untuk ikut


serta dalam pengambilan keputusan. Cara yang ditempuh adalah
menyajikan rancangan yang bersifat sementara. Rancangan tersebut
ditawarkan kepada bawahan, yang masih terbuka kemungkinan adanya
perubahan. Dengan cara ini pemimpin berkesempatan menguji gagasannya
kepada bawahannya melalui proses konsultasi. Cara ini juga memberikan

9
peluang yang luas bagi bawahan untuk mengemukakan pendapatnya secara
bebas dalam membuat suatu keputusan manajemen.

d. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Pemimpin memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas-luasnya


kepada bawahan untuk mengemukakan pendapatnya. Pemimpin dan
bawahan bekerjasama secara penuh dalam team. Cara lain, pemimpin dan
bawahan bekerja dalam team tetapi pemimpin tidak berperan langsung
melainkan mendelegasikan kepada staff senior.

Pendelegasian pembuatan keputusan menunjukan adanya kebebasan


bertindak dalam batas tertentu, meskipun bawahan sangat dominan tetapi
tetap tanggung jawab berada pada pimpinan.

e. Gaya Kepemimpinan Musyawarah

Kepemimpinan beradasarkan tata nilai kebersamaan yang di wujud kan


dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royang, tindakan pemimpin ditandai
oleh rasa tolong menolong, saling membantu dan berkerja sama berdasarkan
kasih sayang, serta tetap berpegang pada efisiensi dan efektif. Tindakan
yang dilakukan oleh pemimpin dalam pengambilan keputusan mengikuti
prosedur penentuan masalah, pengumpulan data, analisa data dan
pengambilan kesimpulan.

f . Gaya dengan orientasi tugas (task oriented)

KKM berorientasi tugas mengarahkan dan mengatasi bawahan secara


tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya. KKM dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan anggota
awak kapal itu sendiri.

g. Gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented)

10
KKM berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan
dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok
untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana
persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan
menghormati dengan para anggota kelompok.

4. Tipe – tipe Kepemimpinan

Tiga tipe dasar sebagai bentuk-bentuk proses pemecahan masalah dan

mengambil keputusan, adalah sebagai berikut:

a. Pemimpin Otokratis/Otoriter

Pemimpin yang bersifat otokratis memperlihatkan ciri-ciri sebagai


berikut: Memberikan perintah-perintah yang selalu diikuti, menentukan
kebijaksanaan bawahan tanpa sepengetahuan mereka. Tidak
memberikan penjelasan secara terperinci tentang rencana yang akan
datang, tetapi sekedar mengatakan kepada anggotanya tentang
langkahlangkah yang mereka lakukan dengan segera dijalankan.
Memberikan pujian kepada mereka yang selalu mengikuti kehendaknya.
Selalu jauh dengan anggota sepanjang masa.

b. Pemimpin Demokratis

Pemimpin demokratis hanya memberikan perintah setelah


mengadakan musyawarah dahulu dengan para anggotanya dan
mengetahui bahwa kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setelah
dibicarakan dan diterima oleh anggotanya. Pemimpin tidak akan
meminta anggotanya mengerjakan sesuatu tanpa terlebih dahulu
memberitahukan rencana yang akan mereka lakukan. Baik atau buruk,
benar atau salah adalah persoalan anggotanya dimana masing-masing
ikut serta dalam bertanggung jawab sebagai anggotanya.

11
c. Pemimpin Liberal atau Laissez - Fair

Pemimpin liberal yaitu kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin


tidak memimpin atau mengendalikan sepenuhnya dan tidak pernah ikut
serta dengan bawahannya. Pemimpin tipe ini menyerahkan segala
sesuatunya.

C. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang
memerlukan penanganan serius. Dalam pelaksanaannya, pengambilan
keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses dan gaya
pengambilan keputusan.

1. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam prakteknya dapat dilakukan


melaui tahapan-tahapan berikut:

a). Identifikasi masalah

b). Mendefinisikan masalah

c). Memformulasikan dan mengembangkan alternatif

d). Implementasi keputusan

e). Evaluasi keputusan

Menurut Gibson dkk (1987), proses pengambilan keputusan


meliputi tujuh langkah berikut:

1). Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai


proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran
keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang
harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.

12
2). Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar
pengambilan keputusan harus diidentifikasikan dan diberi
batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi
batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya,
sehingga memerlukan upaya penggalian.

3). Mengembangkan alternatif : Tahap ini berisi


pengnidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan
untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu
ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam
tahap ini. Belum ada komentar dan analisis.

4). Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai


berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah
dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga
disusun juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran pengambilan keputusan. Hasil tahap ini
mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang
dipandang layak untuk dilaksanakan.

5). Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak


tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik.
pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam
memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk
mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada
masa yang akan datang.

6). Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus


dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupaka abstraksi,
sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.

13
7). Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu
pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan
keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.

Sementara itu, tahapan-tahapan dalam proses pengambilan


pengambilan keputusan dapat dikemukanan sebagai berikut:

a). Tetapkan masalah

b). Identifikasi kriteria keputusan

c). Alokasi bobot pada kriteria

d). Kembangkan alternatif

e). Evaluasi alternatif

f). Pilih alternatif terbaik

2. Gaya pengambilan keputusan

Gaya adalah learn habit atau kebiasaan yang dipelajari.


Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok,
gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk
berbuat baik. Riset tentang gaya pengambilan keputusan
telah mengindikasi empat pendekatan gaya individual yang
berbeda terhadap pengambilan keputusan,

Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang


dibatasi oleh dimensi:

a. Cara berpikir, terdiri dari:

1). Logis dan rasional; mengolah informasi secara


serial

2). Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara


keseluruhan.

14
b. Toleransi terhadap ambiguitas

1). Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur


informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas

2). Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur


informasi, sehingga dapat memproses banyak
pemikiran pada saat yang sama.

Kombinasi dari kedua dimensi di atas menghasilkan


gaya pengambilan keputusan seperti:

1). Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan


mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan
secara cepat dan berorientasi jangka pendek

2). Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari


rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat,
mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru

3). Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan


intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali
menekan solusi kreatif atas masalah

4). Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan


intuitif. Mencoba menghindari konflik dan
mengupayakan penerimaan.

Berdasarkan uraian tentang pengertian, proses, dan gaya


pengambilan keputusan, maka berikut ini adalah langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan yang perlu ditempuh:

1). Cerna masalah

Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat


perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dan metode.

15
Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil
inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah
daripada metode dan cara.

2). Identifikasi alternatif

Kemampuan untuk memperoleh alternatif yang relevan


sebanyak banyaknya.

3). Tentukan prioritas

Memilih di antara banyak alternatif adalah esensi dari


pengambilan keputusan.

4). Ambil langkah

Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran


pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan
evaluasi guna memberikan umpan balik.

c. Teknik Pengambilan Keputusan

Teknik-teknik pengambilan keputusan yang paling umum


digunakan dalam pengambilan keputusan antara lain sebagai
berikut (Siagian, 1988):

1). Brainstorming

Teknik ini sudah digunakan sejak waktu yang lama, mungkin


merupakan teknik yang paling tua. Teknik ini cukup alternatif
dalam membentuk persepsi tentang masalah yang dihadapi.
Untuk permasalahan-permasalahan yang sederhana, yang tidak
terlalu memerlukan penelaahan mendalam, teknik ini banyak
disukai.

16
Brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi,
dimana gagasan dari seseorang ditanggapi (didukung,
dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain,
pada penggunaan metode curah pendapat orang lain tidak untuk
ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat
kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua
peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan
peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama. Langkah-langkah metode
Brainstorming

a) Pemberian informasi dan motivasi.


b) Identifikasi.
c) Klasifikasi.
d) Verifikasi.
e) Konklusi (Penyepakatan).

2). Teknik Delphy

Teknik delphy biasanya dilakukan dengan tidak melibatkan


orang dalam organisasi sebagai pengambil keputusan,
melainkan pihak luar (misalnya sekelompok ahli). Teknik ini
dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh
opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh
konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik
ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi
peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan,
program perencanaan dan lain–lain. Teknik Delphi
dikembangkan sebagai pendekatan ke analisis permasalahan
ketika sangat sedikit data tersedia atau sistem nyata sedang

17
dipertimbangkan. Dalam teknik inii, sekelompok ahli
terpilih membentuk panel yang akan menghasilkan jawaban
konsensus terhadap pertanyaan yang diajukan kemereka.
Dalam lingkungan simulasi, panel mungkin terdiri dari
manager dan pengguna sistem yang sedang dimodekan dan
pertanyaan adalah tentang perilaku atau kinerja sistem di
bawah kondisi operasi tertentu. Teknik Delphi tidak
memasukkan diskusi tatap muka, oleh karena itu terhindar
dari ketegangan diskusi kelompok seperti dominasi peserta
paling vokal. Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang
berbeda yaitu : Pembuat keputusan, staf, dan responden.
Pembuat keputusan akan bertangungjawab terhadap
keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri
dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf
dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan
menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data
dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin
oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman dalam
desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem
area. Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam
pengetikan. Mailing kuesioner, membagi dan proses hasil
serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang
yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk
menjawab kuisioner. Teori Delphi ini sangat baik untuk
memecahkan masalah yang bersifat general, dimana rencana
kebijakan tersebut berkaitan erat dengan ahli-ahli bidang
tertentu. Karena dari setiap ahli pada bidang tertentu akan
dapat mengeluarkan aspirasinya yang memiliki kemampuan
dari segi yang didalaminya. Selain itu, metode ini tidak
memperhatikan nama dari ahli untuk mencegah pengaruh
besar satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan

18
masing – masing responden memiliki waktu yang cukup
untuk mempertimbangkan masing – masing bagian dan jika
perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi
kuisioner sehingga dapat menghindari tekanan sosial
psikologi.

3). Teknik Kelompok Nominal

Teknik ini mirip teknik delphy, bedanya para ahli yang


terlibat dalam pengambilan keputusan bertemu secara tatap
muka.

Teknik kelompok nominal adalah salah satu teknik peran


serta dalam pengambilan keputusan yang lebih jarang
dipakai dibanding dengan teknik sumbang saran. Teknik ini
dimaksudkan sebagai suatu cara untuk mengumpulkan
pandangan dan penilaian perorangan dalam suasana
ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti
persoalan suatu masalah, lalu mencari jalan penyelesaian
yang terbaik.

Teknik kelompok ini adalah proses terstruktur yang


mengharuskan anggota kelompok menulis gagasan/ide
secara perseorangan, kemudian melaporkannya kepada
kelompok .

4). Teknik Synetics

Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik brainstorming,


melibatkan seorang ahli dalam pengambilan keputusan, baik
dari organisasi sendiri atau orang luar yang bertindak sebagai
nara sumber.(Suseno, 2017)

19
D. PERAN PEMIMPIN DALAM PERUSAHAAN
1. Peran Mencari dan Memberi Informasi
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi;
artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut
bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus,
maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal
masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Pencarian serta
penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian
rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang
dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang
disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak
internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-
asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan
sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan peran
consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar
organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik
pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan
simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam
melaksanakan pekerjaannya.

2. Peran Mempengaruhi Orang Lain


Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu
mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah
harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya
melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di
sekolah. Secara sederhana kepemimpinan transformasional dapat
diartikan sebagai proses untuk mengubah dan mentransformasikan
individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya

20
melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan
terhadap para bawahan
Pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok dengan
cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya
cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji proses-proses
mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan
yang dipimpin. Merujuk kepada kamus besar bahasa Indonesia (Balai
Pustaka ;1988), pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang.
Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa
kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu.
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan
merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada
akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
diharapkan.

Menurut Bass dan Avolio (1990) dalam Muchji dan Priyono (2004 ),
ada 4 unsur yang mendasari kepemimpinan transformasional yaitu:
a. Charisma
Kharismatik pada pemimpin transformasional didapatkan dari
pandangan pengikut, sehingga seorang pemimpin yang berkharisma
akan mempunyai banyak pengaruh dan dapat menggerakkan serta
dapat mengilhami bawahannya dengan suatu visi yang dapat
diselesaikan melalui usaha keras.
b. Inspiration
Pemimpin yang inspirasional dapat mengartikulasikan tujuan
bersama serta dapat menentukan suatu pengertian mengenai apa
yang dirasa penting serta apa yang dirasakan benar, sehingga

21
pemimpin dapat mempertinggi arti serta meningkatkan harapan
yang positif mengenai apa yang perlu dilakukan.
c. Intellectual stimulation
Para pemimpin membantu bawahannya untuk dapat memikirkan
mengenai masalah masalah lama dengan cara baru.
d. Individualized consideration
Seorang pemimpin harus mampu untuk memperlakukan
bawahannya secara berbeda beda namun adil, yaitu mampu
memperhatikan satu persatu bawahannya dan tidak hanya mengenali
kebutuhannya serta meningkatkan perspektif bawahan, namun juga
memberikan prasarana dalam rangka pencapaian tujuan secara
efektif serta memberi pekerjaan yang memberikan tantangan yang
lebih. Pada kepemimpinan transformasional, bawahan akan
melakukan pekerjaan yang melebihi apa yang telah ditetapkan, hal
ini dikarenakan adanya pengaruh dari pimpinan.

3. Peran Membangun Hubungan


Peran pemimpin dalam membangun hubungan contohnya adalah
seperti hubungan dalam tim. Peranan kepemimpinan dalam tim
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan
pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan
tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan
sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk
mencapai tujuan akhir yang sama.
Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:
a. Memperlihatkan gaya pribadi
b. Proaktif dalam hubungan
c. Mengilhami kerja tim
d. Memberikan dukungan timbal balik
e. Membuat orang terlibat dan terikat
f. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi

22
g. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara
kontruktif
h. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
i. Mengakui prestasi anggota tim
j. Berusaha mempertahankan komitmen
k. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim
Pemimpin juga harus membawa energi yang positif Setiap orang
mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun
hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja
untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh
karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang
positif, seperti, Percaya pada orang lain, Keseimbangan dalam
kehidupan, Melihat kehidupan sebagai tantangan, Sinergi, Latihan
mengembangkan diri sendiri

4. Peran Membuat Keputusan


Pemimpin memainkan peran utama dalam proses pembuatan
keputusan. Karena wewenang dan kedudukan formalnya sebagai
pusat syaraf organisasi, hanya dialah yang bisa mengambil
keputusan yang bersifat strategis. Peran pemimpin dalam membuat
keputusan adalah:
A. Peran selaku wiraswastawan (entrepreneur): pemimpin
bertanggungjawab untuk memajukan dan menyesuaikan
organisasinya dengan perkembangan lingkungan.
Peranannya selaku pengumpul informasi, suatu ketika
mungkin menemukan gagasan-gagasan baru.
B. Peran selaku penghalau gangguan: tidak ada suatu organisasi
pun yang selalu berjalan mulus. Suatu saat pasti akan

23
mengalami gangguan tertentu yang disebabkan
perkembangan situasi/keadaan.
C. Peran selaku pembagi sumberdaya; peran ini adalah
tanggungjawab pemimpin untuk menentukan “siapa akan
dapat apa” dalam organisasi yang dipimpinnya. Sumberdaya
yang paling penting untuk diatur pembagiannya adalah
waktu yang dimilikinya. Selanjutnya pemimpin dibebani
tugas untuk mengatur pola hubungan formal yang mengatur
bagaimana pekerjaan dibagi dan dikoordinasikan.

D. Peran selaku perunding; penelitian membuktikan bahwa


pemimpin menggunakan waktunya yang tidak sedikit untuk
mengadakann perjanjian demi perjanjian. Penutupan perjanjian
ini nampaknya telah merupakan tugasnya yang rutin, yang
mengalir dari kedudukannya sebagai pusat syaraf organisasi dan
kewenangan yang dimilikinya dalam organisasi.(Burbano,
2015)

E. PERUBAHAN ORGANISASI
Perubahan organisasi secara sederhananya dapat diartikan adalah
pembahasan mengenai mengapa, kapan, dan bagaimana organisasi
melakukan perubahan (Hatch, 1997; 350).

1. Penyebab Perubahan
a. Faktor Internal
Menyangkut faktor internal organisasi.
Contoh:
1) Perubahan tujuan
2) Perubahan jumlah personel
3) Menurunnya semangat kerja
b. Faktor Eksternal

24
Disebabkan oleh perubahan lingkungan organisasi.
Contoh:
a. Regulasi pemerintah
b. Kondisi ekonomi
c. Tindakan pesaing

2. Jenis Perubahan
1. Perubahan terencana
Upaya – upaya perubahan yang bersifat proaktif dan secara sengaja
dilakukan organisasi (procative and purposeful change)

Mengapa disebut proaktif? Biasanya pengelola organisasi


melakukan suatu perubahan terencana adalah dalam rangka
mengantisipasi tantangan yang bakal dihadapi organisasi di masa
mendatang.

2. Perubahan tidak terencana


Jenis – jenis perubahan yang tidak dapat diantisipasi oleh organisasi.
Contohnya disini adalah: perubahan cara pandang tentang
pekerjaan, perubahan penafsiran simbol – simbol dan pemaknaan
dalam organisasi, perubahan politik internal organisasi, dan lain –
lain.

3. Level Perubahan
a. Perubahan Makroevolusioner
Ini adalah perubahan perubahan-perubahan organisasi yang
disebabkan oleh perilaku organisasi-organisasi lain. Tindakan atau
aksi dari organisasi - organisasi lain acapkali mempengaruhi suatu
organisasi, sehingga terjadi perubahan.

b. Perubahan Microevolusioner

25
Ini adalah perubahan – perubahan yang disebabkan pengaruh faktor
– faktor internal dalam siklus atau daur kehidupan organisasi, baik
karena pertambahan ukuran dan kompleksitas, maupun masalah
pertumbuhan (growth) dan penurunan (decline) organisasi.

c. Perubahan politis
Political forces of change, yakni perubahan pada level individu.
Biasanya pergulatan politik dan kekuasaan dalam
organisasi.(Utama, 2010)

4. Jenis perubahan
a. Restrukturisasi (restructuration)
b. Rekayasa ulang (reengineering)
c. Penyusunan Strategi kembali (turn around)
d. Akuisisi (acquisition)
e. Perampingan (downsizing)
f. Program-program Kualitas (quality programs)
g. Pembaharuan kultur organisasi (organizational culture’s renewal)

26
BAB III

KAJIAN KEPEMIMPINAN DI TEMPAT MAGANG

A. Uraian Praktik Kepemimpinan di Tempat Magang


1. Struktur Organisasi
Berikut ini struktur organisasi di PPKwu LPPM UNS:

Susantiningrum, S.P.d., S.E.,


MAB,

Kepala PPKwu UNS

Umi Setyowati H, S, TP.

Kepala Administrasi PPKwu


UNS

Dinda Pangestika W, MP. Dimar Hantari, MP. Riskawati, S.Pd.

Pengurus Administrasi Pengurus Administrasi Pengurus Administrasi


bidang Akomodasi bidang Pertanggungjawaban bidang Keuangan

Hizkia Greeny Delpbel


Rexa Febryan Novaris
Oktobrian
Pengurus Administrasi
Pengurus Administrasi
bidang Teknis
bidang Teknis

Gambar 1 Struktur Organisasi PPKwu UNS


Dalam hal ini, pemimpin yang penulis amati adalah Ibu Umi Setyawati.

2. Gaya Kepemimpinan yang ada di Tempat Magang


Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis terhadap salah satu
pemimpin di instansi magang, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

27
salah satu pemimpin yang ada di tempat magang adalah menggunakan gaya
kepemimpinan musyawarah.

Adapun pengertian gaya kepemimpinan musyawarah adalah gaya


kepemimpinan berdasarkan tata nilai kebersamaan yang diwujudkan dalam
bentuk kekeluargaan dan gotong royong, tindakan pemimpin ditandai oleh rasa
tolong menolong, saling membantu dan bekerja sama berdasarkan kasih
sayang, serta tetap berpegang pada efisiensi dan efektif. Tindakan yang
dilakukan oleh pemimpin dalam pengambilan keputusan mengikuti prosedur
penentuan masalah, pengumpulan data, analisa data dan pengambilan
kesimpulan.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan penulis terhadap


pemimpin, pemimpin di tempat magang cenderung memimpin dengan rasa
tolong menolong, saling membantu dan bekerja sama, dibuktikan dengan
pemimpin melakukan pembagian tugas secara adil, tetap membantu pekerjaan
staff dibawah kepemimpinannya, namun tetap mengutamakan efisiensi dan
efektifitas pekerjaan.

3. Pendekatan Kepemimpinan yang dilakukan Pemimpin di Tempat


Magang
Pendekatan kepemimpinan yang dilakukan pemimpin di tempat magang
berdasarkan pengamatan penulis, pemimpin menggunakan pendekatan
kepemimpinan dengan berdasarkan sifat – sifat pendekatan kepemimpinan
seperti: 1. menempatkan diri dalam kedudukannya sebagai pengawas, yang
dibuktikan dengan selalu memberikan pengawasan terhadap staff – staff yang
menjadi tanggung jawabnya; 2. Kecerdasan, dibuktikan dengan pemanfaatan
kecerdasan yang dilakukan pemimpin terhadap staff – staffnya, pemimpin di
tempat magang memberikan penjelasan yang berdasar kepada staff – staffnya
dalam mengerjakan tugas yang diberikan atasan; 3. Ketegasan; ketegasan
dimiliki oleh pemimpin di instansi ini, terbukti dengan bagaimana pemimpin
menyikapi staff yang melakukan kesalahan, teguran dari pemimpin langsung
disampaikan ke staff yang melakukan kesalahan; 4. Kepercayaan diri;

28
kepercayaan diri yang dimiliki pemimpin dibuktikan dengan sikap pemimpin
yang selalu pasti atas apa yang disampaikan.

4. Pengambilan Keputusan yang dilakukan Pemimpin


Pengambilan keputusan yang dilakukan pemimpin di tempat magang
berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis terhadap pemimpin, adalah
berdasarkan rasionalitas pemimpin. Pemimpin memberikan keputusan
berdasarkan rasionalitas, kemudian didiskusikan bersama staff – staff.
Pemimpin memberikan kesempatan kepada staff – staff untuk memberikan
masukan terhadap keputusan yang diberikan pemimpin.

Dalam pengambilan keputusan, terdapat langkah – langkah yang dilakukan


pemimpin, antara lain: 1. Menetapkan masalah, 2. Mengidentifikasi kriteria
keputusan, 3. Mengalokasi bobot pada kriteria, 4. Mengembangkan alternatif,
dan 5. Memilih alternatif terbaik. Pemimpin dalam praktiknya di tempat
magang menerapkan langkah – langkah tersebut sebagai proses pengambilan
keputusan.

5. Peran Pemimpin di Tempat Magang


Peran pemimpin di tempat magang adalah sebagai pembuat keputusan,
sebagai pemberi pengaruh terhadap oranag lain sebagai pembangun hubungan
antar tim, dan sebagai pembuat keputusan. Pemimpin memberikan keputusan
sesuai dengan berbagai pertimbangan yang dilakukan pemimpin untuk
memberikan keputusan terbaik bagi staff – staffnya. Dalam memberikan
keputusan, pemimpin berwusyawarah dengan staff – staffnya sebagai upaya
untuk menghasilkan keputusan terbaik.

Pemimpin di tempat magang sebagai pencari dan pemberi informasi kepada


staff, dituntut untuk selalu aktif dan proaktif guna mencapai kapabilitas
pemimpin dalam memberikan informasi. Dengan informasi yang tepat, dapat
meningkatkan knowledge staff sehingga kinerja staff juga akan meningkat.

Pemimpin di tempat magang berperan sebagai pemberi pengaruh terhadap


orang lain maksudnya adalah pemimpin di tempat magang memiliki

29
kompetensi public speaking yang mumpuni sehingga dapat memberikan
keyakinan atas apa yang disampaikan terhadap pendengar yaitu staff maupun
stakeholder – stakeholder yang berhubungan dengan pemimpin.

Pemimpin di tempat magang sebagai pembangun hubungan maksudnya adalah


pemimpin di tempat magang dapat membangun hubungan baik dengan orang
– orang di sekitar perusahaan maupun yang berhubungan dengan perusahaan.
Perusahaan disini maksudnya adalah PPKwu UNS, contoh hubungan baik yang
dijalin pemimpin adalah dengan pihak – pihak dari instansi lain yang
berhubunngan dengan PPKwu UNS.

6. Perubahan yang Telah dilakukan di Tempat Magang


Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap
pemimpin di tempat mmagang, perubahan di tempat magang yang dirasakan
pemimpin dari pertama kali masuk ke instansi sampai saat ini adalah keadaan
administrasi di tempat magang semakin baik. Proses administrasi di PPKwu
UNS semakin terstruktur. Manajemen administrasi di PPKwu UNS semakin
terorganisir. Selain perubahan tersebut, pemimpin merasa bahwa di PPKwu
UNS membuat pemimpin lebih berkembang ke arah yang lebih positif.
Pemimpin merasa di PPKwu UNS ini beliau dapat belajar lebih banyak, dari
berbagai hal seperti; 1. Manajemen waktu; 2. Berkoordinasi dengan orang lain;
3. Public Speaking dan; 4. Mengelola administrasi.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kepemimpinan di tempat
magang, dan berdasarkan teori kepemimpinan, penulis menemukan bahwa
gaya kepemimpinan di tempat magang sesuai dengan teori gaya kepemimpinan
musyawarah. Gaya kepemimpinan musyawarah adalah gaya kepemimpinan
dimana seorang pemimpin mengutamakan tata nilai kebersamaan yang
diwujudkan dalam bentuk kekeluargaan, ditandai dengan adanya rasa tolong
menolong, saling membantu dan bekerjasama berdasarkan kasih sayang, serta
tetap berpegang pada efisiensi dan efektif. Tindakan yang dilakukan pemimpin
di tempat magang ini, dalam pengambilan keputusan mengikuti prosedur

30
penentuan masalah, pengumpulan data, analisa data dan peengambilan
kesimpulan.

Selain itu, ditemukan juga gaya pengambilan keputusan oleh pemimpin di


tempat magang ini adalah dengan menggunakan rasionalitas dan diskusi
bersama. Pengambilan keputusan berdasarkan dari berbagai pertimbangan
yang dilakukan pemimpin, dengan rincian proses identifikasi masalah,
mendefinisikan masalah, memformulasikan dan mengembangkan alternatif,
mengimplementasikan keputusan, dan mengevaluasi keputusan.

C. Berdasarkan temuan dan teori buatlah model kepemimpinan yang ideal


Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pemimpin dan lingkungan di tempat
magang, penulis menemukan bahwa model kepemimpinan yang ideal adalah
sebagai berikut:

a. Pemimpin yang cerdas, pemimpin yang cerdas dalam hal


ini maksudnya pemimpin yang akan bisa dengan cepat
dan tepat memutuskan sesuatu, cepat dan tepat dalam
menyelesaikan permasalahan.
b. Pemimpin yang bertanggung jawab, pemimpin yang
ideal haruslah mereka yang bertanggung jawab baik
terhadap dirinya maupun terhadap orang lain termasuk
kepada perusahaan atau instansi tempat mereka
memimpin
c. Pemimpin yang jujur, kejujuran seorang pemimpin
diperlukan dalam segala kebijakan yang diambil atau
bersikap terbuka. Hal tersebut akan membuat anggota
yang dipimpinnya percaya terhadap pemimpin tersebut.
d. Pemimpin yang konsisten dan tegas, pemimpin yang
konsisten dan tegas dimaksudkan seorang pemimpin
akan mampu menjalankan setiap aturan dan kebijakan
yang ada dan menerapkannnya tanpa pandang bulu
kepada anggota – anggota yang dipimpinnya.

31
e. Adil, pemimpin yang adil, seorang pemimpin yang ideal
diharapkan dapat adil terhadap setiap anggota tanpa
membeda – bedakan maupun memihak.

Selain hal – hal diatas, adapun kriteria pemimpin yang ideal menurut penulis
adalah mereka yang dapat memimpin berdasarkan tata nilai kebersamaan
yang berwujud kekeluargaan dan gotong royong, tindakan pemimpin yanng
seperti ini ditandai dengan adanya rasa tolong menolong, saling membantu
dan bekerja sama berdasarkan kasih sayang, serta tetap berpegang pada sifat
efisien dan efektif dalam menyelesaikan pekerjaan.

32
BAB IV

IMPLEMENTASI SIKAP

A. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat


berdasarkan Pancasila (tidak hanya di tempat magang, namun dalam
kurun waktu selama magang)
Hal – hal yang dilakukan pada saat penulis magang yang menunjukkan
sikap berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat
berdasarkan Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Penulis mengimplementasikan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, penulis


selalu berupaya mempraktikan prinsip sila ini yaitu dengan berupaya
selalu beribadah, berikhtiar, dan bersyukur atas apa yang diberikan di
tempat magang, atas pekerjaan – pekerjaan di tempat magang. Dengan
ibadah, berbuat baik, bersyukur, akan membuat jiwa penulis merasa
tenang, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan dengan amanah, ikhlas,
dan sepenuh hati.
2. Penulis mengimplementasikan sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab dengan tidak membedakan antar teman dan staff di tempat
magang, saling tolong menolong dan berbagi, saling mendukung teman
di tempat magang dengan membantu teman yang membutuhkan. Saling
berbagai ilmu maupun hal positif lainnya yang dapat meningkatkan
pengembangan diri.
3. Penulis mengimplemnetasikan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, Penulis
mengimplementasikan hal tersebut dengan berupaya selalu
bermusyawarah terlebih dahulu ketika akan memutuskan sesuatu,
Penulis juga berupaya untuk menghargai keputusan orang lain dengan
ikhlas dan tanggung jawab serta melaksanakan keputusan yang telah
disepakati.

33
B. Sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri
Sikap tanggung jawab penulis atas pekerjaan yang diberikan di
tempat magang adalah dengan berusaha semaksimal mungkin
mengerjakan tugas yang diberikan dengan benar sesuai dengan
perintah yang diberikan. Upaya penulis untuk meminimalisir
kesalahan dilakukan dengan bertanya apabila bingung atas apa yang
akan dikerjakan. Selain itu, usaha penulis untuk bertanggung jawab
atas pekerjaan juga dibuktikan dengan usaha disiplin penulis di
tempat magang, yaitu dengan datang tepat waktu ke tempat magang.

34
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULAN
Pemimpin yang penulis amati dan wawancarai merupakan pemimpin yang
ideal bagi instansi tersebut. pemimpin tersebut memiliki sikap dan sifat yang
sesuai dengan salah satu teori gaya kepemimpinan yaitu gaya
kepemimpinan musyawarah dimana seorang pemimpin mengutamakan
gotong royong dan kebersamaan sebagai dasar dalam memimpin. Selain itu,
lingkungan tempat magang dimana pemimpi memimpin juga mendukung
dalam keberlangsungan kinerja pemimpin. Adapun model kepemimpinan
yang ideal menurut penulis adalah pemimpin yang adil, konsisten dan tegas,
jujur, dan cerdas, pemimpin yang ideal bagi penulis juga mereka yang
memiliki gaya kepemimpinan yang berlandaskan kekeluargaan dan gotong
royong namun tetap berfokus pada efisiensi dan efektifitas pekerjaan.

B. SARAN
Kepemimpinan di tempat magang walaupun jarang menghadapi kendala
ataupun permasalahan besar ada baiknya tetap perlu ditingkatkan.
Peningkatan rasa kebersamaan dalam lingkungan yang dipimpin diperlukan
guna meningkatkan rasa kebersamaan yang akan menjurus pada
meningkatnya kerja sama yang dihasilkan. Walaupun rasa kebersamaan
sudah muncul seiring berjalannya waktu karena adanya interaksi terus
menerus yang dilakukan di tempat magang, diadakannya kegiatan –
kegiatan yang dapat meningkatkan kebersamaan tetap akan menimbulkan
hasil positif yang tentunya diperlukan di lingkungan tersebut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Burbano. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Suseno, G. P. (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan.


Institit Manajemen Koperasi Indonesia, 20. www.bppp-tegal.com

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003


TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. (2003). No 主観的健康
感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造分析Title. Demographic Research, 49(0), 1-33 : 29 pag texts + end notes,
appendix, referen.

Utama, N. R. (2010). Perubahan Organisasi Institusi. 46–54.

36

Anda mungkin juga menyukai