INSTRUMEN PENELITIAN
(Panduan Praktis untuk Mahasiswa)
Disusun Oleh:
Sri Wahyu Krida Sakti SH. M.Si.
2017
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Latihan........................................................................................................................... 40
Rangkuman ................................................................................................................... 40
BUKU 3. PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN............................................................. 41
1. Membuat Rencana Pengembangan Instrumen .................................................... 42
a. Mengelompokkan Indikator-indikator Penelitian ............................................. 42
b. Mengidentifikasi “Pointers” .............................................................................. 43
c. Membuat Rancangan Pengembangan Instrumen ............................................ 43
2. Membuat lnstrumen ................................................................................................. 45
2.1. Membuat Item-item Pertanyaan .................................................................. 46
2.2. Merakit Instrumen ........................................................................................ 46
Latihan........................................................................................................................... 48
Rangkuman ................................................................................................................... 48
BUKU 4. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN ........................................................ 49
1. Mengukur Validitas dan Rellabilitas Instrumen .................................................... 49
1.1. Mengukur Validitas ............................................................................................ 50
1.2. Mengukur Reliabilitas ........................................................................................ 53
Latihan........................................................................................................................... 58
Rangkuman ................................................................................................................... 59
BUKU 5. ADMINISTRASI INSTRUMEN................................................................................ 60
1. Pengaturan Perangkat Instrumen ......................................................................... 60
1.1. Penyuntingan Naskah Instrumen .................................................................. 60
1.2 Kekuatan dan Kelemahan Tes dan Non- Tes................................................. 62
2. Pengelolaan Instrumen ......................................................................................... 68
Latihan........................................................................................................................... 69
Rangkuman ................................................................................................................... 69
Daftar Pustaka................................................................................................................... 70
Lampiran ........................................................................................................................... 71
Riwayat Hidup ................................................................................................................... 84
ix
PENDAHULUAN
Relevansi
1
itu sendiri merupakan bagian kewajiban dan akuntabilitas yang harus
dilakukan Mahasiswa.
2
Cara Mempelajari Buku Materi
Dalam mempelajarinya tidak dianjurkan dilakukan dengan pola cara acak yang
tidak berurutan. Setiap latihan, umpan balik dan tindak Ianjut wajib dilakukan
dan diikuti sesuai petunjuknya.
Isi materi buku ini terdiri dari 5 Buku yang substansinya berurutan dan
saling berkaitan antara isi materi Buku 1 dengan yang seterusnya. Adapun
deskripsi singkat isi materi pada setiap Buku adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
Bagian pendahuluan dari buku materi pokok ini mengetengahkan isi materi
buku secara keseluruhan dam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3
perencanaan instrumen harus meliputi berbagai variabel dan indikator yang
menguji tujuan penelitian; yang pada umumnya terbatas pada dua domain
(kawasan) yaitu: Domain persepsi, dan domain kemampuan.
Pengertian lnstrumen
Aspek menyusun kisi-kisi atau matnks pengembangan instrumen
penelitian.
Mengisi kalom permasalahan penelitian.
Mengisi kolorn Variabel.
Mengisi kolom lndikator.
Mengisi kolom sumber data.
Mengisi kolom lnstrumen.
Validitas dan reliabilitas instrumen yang pokok bahasannya ada pada Buku 4
ini meliputi uraian tentang teknik menguji validitas dan reliabilitas instrumen,
4
media pengukuran, macam-macam susunan, urutan, petunjuk, dan
penggandaan perangkat instrumen penelitian.
5
Buku 1
Deskripsi Singkat
Relevansi
Uraian
1. Pengertian Pengukuran
6
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi
atau berat seseorang dengan mudah kita memahami Karena aturannya telah
diketahui secara umum. Tetapi untuk mengukur pendengaran, penglihatan
atau kepekaan seseorang jauh Iebih kompleks dari itu, dan tidak semua orang
dapat memahaminya. Dalam kegiatan seperti ini mungkin saja aturan dan
formulasi yang diikuti tidak lagi sederhana. Dalam melakukannya harus diikuti
seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh para
ahli. Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks lagi bila akan mengukur
karaktenstik psikologis seseorang, seperti kecerdasan, kematangan, atau
kepribadian. Dalam hal yang terakhir ini tidak semua orang dapat
memahaminya, dan tentu saja tidak semua orang dapat melakukannya.
Karena memang pengukuran itu menuntut keahlian dan latihan tertentu.
Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan. Kita
hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu, bukan
peserta didik itu sendiri secara utuh. Dosen dapat mengukur penguasaan
peserta didik atau mahasiswa dalam suatu mata ajar tertentu atau
kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah
dilatihkan atau diajarkan, namun dengan seperti itu tidaklah berarti serta
merta mengukur secara utuh penguasaan peserta didik itu sendiri.
Pengukuran dalam penelitian adalah salah satu pekerjaan profesional dosen,
guru, instruktur dan mahasiswa, seseorang dosen atau mahasiswa sekalipun
tidak akan dapat mengetahui dengan persis di mana ia berada pada suatu saat
kegiatan pengukuran dalam penelitian dilakukan.
7
b. Robert L. Ebel dan David A. Frisble (1986) merumuskan pengukuran
sebagai; “Measurement is a process of assigning numbers to the
individual members of a set of objects or person for the purpose
ofindicating differences among them in the degree to which they
possess the characteristic being measured”.
c. Gilbert Sax (1980) menyatakan: “Measurement:Theassignment of
numbers to attributes of characteristics of persons, events, or objects
according to explicit formulation or rurels”.
Oleh karena pengukuran itu menggunakan angka atau skala tertentu, maka
diperlukan pemahaman karakteristik angka atau skala tersebut.
1. Data Nominal
Data nominal adalah data yang meskipun bisa dirubah menjadi angka,
tidak memiliki nilai kuantitas apapun. Angka-angka yang nampak hanya
berfungsi sebagai label atau kode. Kita tidak bisa mengatakan angka tenentu
lebih banyak atau lebih sedikit daripada angka lainnya. Kita hanya bisa
mengatakan bahwa angka tersebut adalah label atau kode untuk sesuatu.
Contoh :
Sebagai misal, jenis kelamin (pria, wanita) adalah data nominal. Jika pun diberi
angka (pria = 1,wanita = 2), maka kila tidak bisa dan tidak boleh menafsirkan
bahwa wanila lebih dari pria (karena 2 > 1). Nomor induk mahasiswa
(misalnya 941112230) adalah data nominal. Angka-angka tersebut hanya
8
sebagai label untuk sesuatu (94 = tahunmasuk ke Perguruan Tinggi; 111 =
jurusan; 22 = program studi; 23O = nornor urut dalam arsip administrasi
akademik.
Tetapi tentu saja data nominal masih bisa dihitung secara kuantitatif
(statistik). Jika terdapat 120 responden, kita masih bisa mendapatkan angka-
angka statistik tertentu seperti frekuensi dan prosentase { pria = 20 orang
(16,67 %) dan wanita = 100 orang (88,133 %)}. Tetapi kita jelas tidak bisa
menghitung rata-rata X karena pria =1 dan wanita = 2 bisa dijumlahkan
(Sumber: Irawan P. Logika & Prosedur Penelitian STIA-LAN Press – 1994).
2. Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang tidak memiliki nilai kuantitas, tetapi
masih dapat menunjukkan perbedaan tingkatan satu hal dengan hal lainnya.
Jadi, data ordinal sebenarnya setingkat iebih tinggi (dalam hal pemahaman
suatu nilai) daripada data nominal, angka merepresentasikan suatu urutan
(order). Meskipun demikian, data ordinal tetap "tidak mampu” menjelaskan
secara jelas perbedaan antara satu hal dengan hal lainnya itu. Misalnya, kita
tahu bahwa sersan lebih tinggi daripada kopral (di sini ada rangking, order).
Tetapi kita tidak tahu secara persis perbedaan antara sersan dan kopral itu.
Contoh :
Peneliti juga bisa memperoleh data ordinal dengan membuat skala tertentu
91 sampai 5; 1 = sangat buruk 5 = sangatbaik, diaantara1 dan 5 diletakkan
9
angka 2, 3, dan 4). Karena data ordinal tidak memiliki nilai kualitas yang pasti
kecuali hanya menunjukkan tingkatan, maka boieh saja peneliti lain membuat
skala dengan urutan angka yang terbaik 180 dari contoh ini. Misalnya peneliti
ini membuat skala 5 sampai 1, di mana 5 = sangat buruk dan 1= sangat baik,
dengan nilai di antaranya 4, 3, dan 2. Angka dalam dua macam skala ini
memang berbeda, tetapi esensinya sama. Karena itu, kedua peneliti ini
dituntut untuk perlu berhati-hati dalam membaca data yang dikumpulkannya
itu nantinya (Sumber: Irawan P. Logika & Prosedur Penelitian STIA-LAN Press –
1994).
3. Data Interval
Data interval adalah data yang memiliki nilai kuantitas tertentu, tetapi
tidak memiliki nilai nol mutlak (bandingkan dengan data rasio sebagaimana
contoh di bawah). Misalnya umur manusia. Jika si A berumur 25 tahun, si B
berumur 50 tahun, dan si C 75 tahun, maka kita dapat memastikan bahwa
selisih umur C dan B adalah sama dengan selisih B dan A (yakni masing-masing
selisih 25 tahun). Kendatipun demikian, kita juga tahu bahwa si A, B, dan C itu
tidak memiliki titik tahun berangkat (nol mutlak) yang sama. Jika si A
dilahirkan tahun 1975, maka si B tahun 1950, dan si A lahir tahun 1900. Dalam
ilustrasi ini, meskipun titik berangkat berbeda (titik nolnya berbeda) tetapi
kita dapat memastikan bahwa perbedaan tahun tersebut memiliki nilai
kualitas yang jelas, Jadi jika si D berumur 20 tahun, maka kita dapat
memastikan bahwa selisih si A dan D adalah 5 tahun, bahwa umur A adalah
sepersepulun umur B, dan seperlimabelas umur C.
Contoh:
Dari data interval adalah nilai akademik siswa, skor IQ , nilai penjualan, jumlah
staf, dan sebagainya. Meskipun demikian, seorang peneliti kadangkala salah
paham terhadap datanya sendiri. Dia memiliki data ordinal misainya, tetapi
memperlakukannya sebagai data interval (ini disebul “Forced Interval“ atau
"dipaksa menjadi interval”). Misalnya, peneliti mempunyai data-data yang
10
dikumpulkan dari instrumen yang melibatkan skala-Likert (1 sampai 5). Data
ini adalah data ordinal. Tetapi peneliti ini mempergunakannya seolah-olah ini
adalah data interval. Karena itu, seluruh analis atau perhitungan datanya
menggunakan rumus-rumus yang hanya cocok untuk data interval. Maka,
meskipun perhitungan itu menghasilkan angka-angka tertentu, tetapi secara
substantif angka-angka ini tidak memiliki makna dan logika yang jelas
(Sumber: lrawan P. Logika & Prosedur Penelitian STIA-LAN Press – 1994).
4. Data Rasio
Data rasio adalah data yang memiliki nilai kuantitas tertentu, dan
dalam skala pengukurannya mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh:
Data rasio adalah mengenai berat badan, tinggi badan, ataupun volume. Jika
berat si A 65 kilogram dan si B 50 kilogram, maka kita tahu bahwa berat kedua
orang ini diukur dari "Starting Point” (nol mutlak, nol kilogram) yang sama.
Begitupun jika si A tingginya 160 cm, dan si B 155 cm, kita tahu bahwa kedua
orang itu diukur dari nol cm yang sama. lnilah sebabnya “umur" tidak
termasuk kategori data rasio, tetapi hanya data interval.
Dalam ilmu-ilmu sosial, meskipun cukup banyak kita temui data rasio,
sebagian besar data paling tinggi tingkatannya di dalam ilmu sosial adalah
data interval. Karena itu di dalam ilmu-ilmu sosial sulit sekali mendapatkan
hasil perhitungan dengan akurasi tertinggi (100% benar). Kita bisa menghitung
korelasi antara berat badan dan tinggi badan dengan akurasi yang tinggi
(Kedua data ini data rasio). Tetapi kita akan mendapatkan kesulitan untuk
mencapai akurasi yang sama tinggi bila yang kita korelasikan adalah umur
(interval) dengan prestasi akademik (interval) (Sumber: lrawan P. Logika &
Prosedur Penelitian STIA-LAN Press – 1994).
11
5. Data Kontinyus dan Data Kategorikal
Contoh :
Sekelompok angka yang menunjukkan umur pegawai (misalnya: 20, 27, 35,
42, 52, dan seterusnya) adalah data kontinyus. Kita bisa membedakan 20 dan
27 secara akurat menurut satuannya (yaitu: 7 tahun). Begitu pula beda antara
27 dan 35 tahun, 35 dan 42 tahun.
Data kontinyus bisa dijadikan data kategorikal. Tetapi data kategorikal tldak
bisa dirubah menjadi data kontinyus. Data kategorikal adalah data ordinal
atau datanominal. Data kontinyus adalah data interval atau data rasio. Karena
itu, peneliti dituntut untuk berhati-hati dengan pertanyaan yang diajukan di
dalam instrumennya. Perhatikan contoh berikut:
a. 20 - 30 tahun
b. 31 — 40 tahun
c. 41 - 50 tahun :
d. 50 tahun ke atas.
12
Dengan cara A, peneliti akan mendapatkan data interval. Dengan sara B,
peneliti akan mendapatkan data ordinal. Dengan cara A, peneliti masih bisa
membuat kategori umur sepeiti dalam cara B. Tetapi bila dengan cara B, maka
data yang telah diperoleh tidak lagi bisa dirubah menjadi data interval kecuali
kalau kita masih memiliki data mentah yang belum diolah (Sumber: lrawan P.
Logika & Prosedur Penelitian STIA-LAN Press – 1994).
2. Jenis Pengukuran
Pengukuran menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu:
13
b. Test: Any plannedintrusive procedure of tasks used to obtain
observation (Sax, 1980).
c. Test often connotes the presentation of a standard set of questions to
be answered (Mehrens & Lehmann, 1973).
Tes dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok).
b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atautes subyektif).
c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau
tes kemampuan).
d. d. Tipe respon yang bagaimana yang narus dikerjakan oleh subyek (tes
untuk kerja atau tas' Kertas dan pensil).
e. Apa yang akar diukur (tes sampal atau_tes sign).
f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru
atau tes baku).
1. Kuesioner.
2. Pedoman wawancara.
3. Pedoman observasi.
4. Skala lanjutan.
5. Skala sikap dan lain-Iain.
14
2.2. Pengukuran dalam Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses penilaian atau hasil dan suatu proses
penilaian untuk mengambil keputusaan yang menggunakan seperangkat hasil
pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Jadi,
maksud evaluasi adalah melakukan penilaian tentang kualitas sesuatu. Tidak
hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi
Iebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa-jauh
sesuatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program.
15
evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven (1967) dalam
artikelnya berjudul “The Methodology of Evaluation”. Evaluasi formatif
dilakukan dengan maksud memantau sejauh-manakah suatu proses
pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah
dapat berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.
Secara teknis pengukuran dalam bentuk survey, jenis ini Iebih banyak
mengandalkan kuesioner atau observasi sekilas sebagai instrumen
pengumpulan data, dan hasilnya dalam bentuk angka-angka cukup sedernana
seperti frekuensi atau prosentase.
Seandainyapun data dari kuesioner itu dianalisis dengan alat statistik
yang lebih rumit seperti korelasi atau regresi, maka hasil perhitungannyapun
cenderung hanya nampak rumit di permukaan, tetapi pemahaman terhadap
‘sesuatu’ itu tetap saja dangkal. Karena itu, perlu ditekankan bahwa tingkat
kedalaman pengukuran terhadap sesuatu itu tidak ditentukan oleh tingkat
kerumitan statistic yang digunakan, tetapi lebih oleh bagaimana pernyataan
penelitian diajukan dan bagaimana mengumpulkan data yang diperlukan.
Statistik hanyalah alat, dan alat yang Iogis pastilah disesuaikan dengan sifat
data dan kesesuaian pertanyaan penelitian dan pengukurannya itu.
Pengukuran dalam bentuk survei yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan datanya itu adalah tidak
terlepas dari metode penelitian yang digunakan, yaitu metode survei. Metode
ini adalah metode yang paling sering digunakan terutama di kalangan dosen
maupun mahasiswa. Desainnya sederhana, prosesnya cepat, temuan
pengukuran melalui survei ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam
analisisnya peneliti menggunakan statistik rumit. Pengukuran dengan
kuesioner ini memerlukan responden dalam jumlah yang cukup, agar validitas
temuan pengukuran dapat dicapai dengan baik. Hal ini wajar oleh karena apa
16
yang digali dan diukur dari kuesioner itu cenderung informasi umum tentang
fakta atau opini yang diberikan oleh responden. Karena informasinya bersifat
umum dan cenderung dangkal, maka diperlukan responden dalam jumtah
yang cukup. Agar pola yang menggambarkan obyek yang diteliti dan diukur
dapat dijelaskan dengan baik.
Sebagai ilustrasi, lima orang saja kemungkinannya tidak mampu
memberikan gambaran yang utuh tentang sesuatu, misal tentang profit
kesejahteraan pegawai, atau tentang tingkat keberhasilan pembangunan
hokum pada masa pemerintahan Orde Reformasi. Tetapi 350 orang mungkin
akan lebih mampu memberi gambaran yang lebih baik tentang profit tentang
tingkat kesejahteraan pegawai itu, atau pun tingkat kebahasilan
pembangunan hukum pada masa Orde Reformasi. Perlu disadari, bahwa
jumlah responden saja belum cukup memenuhi syarat keterwakilan. Maka
teknik memilih responden juga harus ditentukan dengan seksama.
Karena validitas data sangat bergantung pada kejujuran responden,
maka penelitian sebaiknya juga menggunakan cara lain; seperti melihat daftar
gaji responden. Akan tetapi jika hal ini sulit dilakukan, maka peneliti harus
berasumsi bahwa semua data yang diberikan responden adalah benar, dan
asumsi semacam ini bisa menyesatkan dalam pengukuran.
Kesalahan yang acapkali dibuat oleh peneliti dalam pengukuran-survei
ini adalah terletak pada analisis data. Peneliti acapkali Iupa bahwa apa yang
dikumpulkan dan diukur melalui kuesioner adalah sekadar persepsi tentang
sesuatu, bukan substansi dari suatu realita itu sendiri yang dipersepsikan oleh
para responden. Sebagai contoh sederhana, ‘Sebuah Kursi’ bisa dilihat
sebagai substansi fakta tanpa dipersepsikan dan dapat pula sebagai kursi yang
dipersepsikan oleh para responden. Sehingga patut diingat, bahwa apa yang
dianalisis dan diukurnya itu tetaplah sekumpulan persepsi, bukan substansi.
17
1. Survei tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan di PT. BRI
(Persero).
2. Jajag pendapat tentang tingkat keberhasilan program pengentasan
kemiskinan daerah tertinggal di beberapa provinsi wilayah Indonesia
bagian Timur.
3. Analisis potensi pasar ternadap produk baru.
4. Studi komparatif efektivitas metode beiajar jarak jauh dengan metode
konvensional dari contoh-contoh di atas, bahwa tidak mudah
menggolongkan suatu pengukuran ke jenis pengukuran tertentu dengan
hanya melihat judul atau tema penelitian itu.
Jika hanya judul yang dibaca, maka sebenarnya dapat dimasukkan ke jenis
pengukuran manapun. Oleh sebab itu, harus dibaca seluruh desain penelitian
untuk rnengetahui jenis pengukuran atau metode yang digunakan peneliti.
18
diinginkan. Profit data meliputi berbagai ragam pola data sebagai akibat dan
perlakuan-perlakuan (treatments) yang berbeda.
19
6. Efektivitas buku materi pokok dan format buku ajar terhadap
peningkatan hasil belajar siswa menurut kelompok dan sistem belajar
yang bebeda.
7. Analisis stimulus dan response menurut perlakuan berbeda antara
kelompok training dan non-traning terhadap peningkatan sikap perilaku
narapidana.
20
Gambar 1a : Variasi Metode Eksperimen
21
Gambar 1b : Desain Metode Eksperimen
3 R T HPo
4 R HPo
T = Training
HPr = Hasil pengukuran sebelum training
HPo = Hasil pengukuran sesudah training
R = Random assignment terhadap pegawai (untuk kelompok
training/kontrol)
22
menaikkan penerimaan pajak di daerah Y?". Dalam hal ini, peneliti tinggal
membandingkan penerimaan pajak di daerah X sebelum dan sesudah
digunakannya sistem penarikan pajak gaya baru tersebut.
3.1. Seleksi
Beberapa alat pengukuran dan penilaian digunakan untuk mengambil
keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses
seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka
haruslah digunakan pangukuran dan penilaian yang tepat, yaitu pengukuran
dan penilaian yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang
dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang dengan risiko
yang terendah. Pengukuran dan penilaian jenis ini sangat umum dalam
masyarakat kita, karena hampir selalu terjadi peminat untuk pekerjaan atau
pendidikan jauh lebin banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat dari segi ini, maka
acapkali seleksi yang dilakukan hanya sekadar untuk memisahkan orang yang
akan diterima dan orang yang akan ditolak. Bukan untuk memperoleh calon
yang paling besar kemungkinan berhasil dalam pekerjaan atau program yang
akan dilakukan.
3.2. Penempatan
23
pendidikan atau pekerjaan. Ujian seperti int terutama didasarkan pada
informasi tentang apa yang telah dan apa yang belum dikuasai oleh
seseorang.
Salah satu peran yang penting dalam evaluasi kebijakan ialah mencari
dasar yang kokoh bagi perbaikan program kebijakan. Perbaikan program
24
kebijakan yang dilakukan tanpa hasil evaluasi yang sistematik acapkali menjadi
usaha sia-sia yang mubazir.
4. Penilaian
5. Variabel
25
suatu penelitian. Semua penelitian seialu berurusan dengan variabel. Tanpa
variabel, maka tidak ada penelitian. Kalau begitu, apa yang dimaksud dengan
variabel?
26
"variabel treatment” bila kita melakukan suatu penelitian eksperimental.
Variabel bebas ini juga disebut “variabel pengaruh”.
27
“kualitas” perilaku yang diamati banyak dipengaruhi oleh subyektivitas
peneliti dalam mengisi skala penilaiannya.
6. Indikator
Satu konsep lain yang sangat panting dan pasti berhubungan dengan
variabel adalan “indikator”. Indikator sangat panting, sebab data yang
dibutuhkan oleh peneliti tergantung sepenuhnya pada kejelasan indikator
bukan pada vanabel. Jika indikator tidak jelas, maka peneliti akan mendapat
kesulitan serius dalam pengumpulan data. Karena itu perlu dikaji, apa itu
indikator.
28
operasional untuk ditransformasikan menjadi data. Untuk jelasnya, Perhatikan
gambar berikut ini.
29
Latihan
1. Berikan 4 contoh pengukuran dan penilaian dalam kehidupan sehari-hari?
Rangkuman
30
suatu hal persoalan, atau orang tertentu “sebagai” fenomena hubungan
sebab akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang diteliti oleh
peneliti.
lndikator adaiah hasil turunan variabel yang memiliki sifat empiris dan
opearsional untuk ditransformasikan menjadi data.
31
Buku 2
Deskripsi Singkat
Relevansi
32
dalam menyusun dan mengembangkan instrument. Hal ini disebabkan oleh
karena kisi-kisi atau matrik pengembangan instrumen tersebut berisi
komponen alur berpikir penelitian yang sedang dikerjakan. Seperti komponen:
permasalahanpertanyaan penelitian, variabel/sub variabel penelitian.
indikator/sub indikator, instrumen digunakan, dan sumber data.
Uraian
1. Pengertian lnstrumen
lnstrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen mudah
dibayangkan bila apa yang diukur bersifat jelas (tangible). lnstrumen sulit
dibayangkan bila apa yang diukur bersifat tidak jelas (intangible) seperti
motivasi atau sikap. Instrumen yang baik harus valid (absah) dan reliable
(dapat dipercaya). lnstrumen valid adalah instrumen yang dengan tepat
mengukur apa yang harus diukur. Instrumen reliable bila hasil pengukuran itu
bersifat ajeg (konsisten).
33
Gambar 3 : Berikut ini adalah ikhtisar§instrume::
Tes objektif
Tes objektif
Tes bakat
Tes minat
Kuesioner
Pedoman observasi
34
4. Uji coba, meliputi tes validitas dan reliabilitas instrumen.
5. Revisi, meliputi perbaikan dan penyempurnaan instrumen.
6. Finalisasi, meliputi keputusan akhir penggunaan instrumen.
Pengembangan Instrumen
35
Gambar 4: Matriks Pengembangan lnstmmen
36
d. Mengisi Kolom Sumber Data
37
Gambar 5: Matriks Pengembangan lnstrumen
38
Gambar 6a : Kisi-kisi Tes Objektif
Nama :
Waktu :
Jumlah Peserta :
Lama Ujian :
Jumlah Butir Soal : 50
No JENJANG KEMAMPUAN TK KESUKARAN JML %
. C1 C2 C3 C4,5,6 BUTIR
SOAL
MUDAH
SEDANG
SUKAR
MUDAH
SEDANG
SUKAR
MUDAH
SEDANG
SUKAR
MUDAH
SEDANG
SUKAR
1. Menjelaskan 1 1 ?%
arti
2. Manajemen 1 5 ?%
Menjelaskan
3. Studi kasus 1 1 dst.
Membandingka
n
2 tipe
manajemen
JUMLAH 15 10 10 15 50
BUTIR SOAL 100
PROSENTASE 30 20 20 30
KETERANGAN:
C1 : Proses berpikir ingatan
C2 : Proses berpkir pemahaman
C3 : Proses berpikir penerapan
C4,5,6 : Proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi
Mudah, Sedanq, Sukar adalah tingkat kesukaran butir soal yang diinginkan.
Menentukan tingkat kesukaran ini didasarkan pada pertimbangan pembuat
soal.
39
Gambar 6b: Format Kisi-Kisi Tes Esai
Nama :
Waktu :
Jumlah Peserta :
Lama Ujian :
Jumlah Butir Tes :
No. MACAM SOAL JUMLAH %
TERBATAS TERBUKA BUTIR SOAL
1 2 3 5 6
JUMLAH BUTIR
SOAL
PROSENTASE
COST BENEFIT/EFFECTIVENESS ANALYSIS
Latihan
Anda diminta mengembangkan suatu instrumen dengan menggunakan
teknik prosedur matrik pengembangan instrumen.
Rangkuman
Teknik perencanaan penyusunan instrumen harus berangkat diawali
dengan rumusan atau formulasi permasalahan penelitian. Apabila rumusan
atau formulasi permasalahan penelitian telah dilakukan, maka selanjutnya
Iangkah berikutnya adalah mengidentifikasi dan menetapkan variabel dan
indikator permasalahan penelitian.
40
Modul 3
PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENELITIAN
Deskripsi Singkat
Relevansi
2. Membuat instrumen.
41
Uraian
42
rnilah “indikator apa" yang akan dikembangkan menjadi “instrumen apa".
Suatu indikator, katakanlah indikator “indeks prestasi akademik” mungkin
akan dikembangkan atau dimasukkan ke dalam tiga macam instrumen. Satu
instrumen kuesioner untuk responden mahasiswa, satu instrumen kuesioner
untuk responden dosen, dan satu instrumen pedoman wawancara untuk staf
administrasi akademik. Semua instrumen ini berisi pertanyaan tentang satu
hal yang sama, yaitu “indeks prestasiakademik”.
b. Mengidentifikasi “Pointers”
43
Gambar 6: Rancangan Pengembangan lnstrumen
44
2. Membuat lnstrumen
45
a. Penggunaan jargon-jargon teknis yang dirasa akan sulit dimengerti
oleh si pengisi instrumen.
b. Penggunaan kalimat-kalimat yang panjang dan membingungkan.
c. Penggunaan kalimat-kalimat yang bermuatan konsep ganda sehingga
membingungkan.
d. Penggunaan kalimat-kalimat yang “menggiring”(leading) ke arah
jawaban tertentu.
e. Penggunaan kalimat-kalimat umum dan tidak jelas relevansinya
dengan indikator penelitian.
f. Penggunaan kalimat “orphan” dan terpenggal(sebagian di halaman 3,
sebagian terusannya di halaman 4, misalnya).
46
b. Memberikan penjelasan tentang tata cara mengisipertanyaan (diisi,
dicek, dilingkari, disilang, diberi arsir, dan sebagainya).
c. Memberikan kata pengantar di halaman pertama dari instrumen.
d. Meletakkan dan mencetak instrumen sedemikian rupa sehingga
instrumen terkesan rapi, profesional, dan dibuat dengan serius dan
dengan tujuan serius pula.
Untuk itu, lebih aman bila peneliti menganggap instrumen yang telah
dirakit pada tahap ini masih bersifat “draf pertama". Sebagai “draf pertama",
instrumen masih layak "dicurigai" sebagai tidak valid, tidak “reliable”, masih
belum sempurma, dan karena itu belum siap untuk digunakan.
ldentitas mahasiswa:
Fakultas
Jurusan
Semester
Umur
Untuk pointer "faku!tas“, misalnya apa yang ingin ditanyakan peneliti
kepada mahasiswa? Apakah mahasiswa diberi pertanyaan terbuka seperti:
…………………………………………………….
47
Atau, mahasiswa diberi beberapa pilihan (option) seperti berikut:
Anda mahasiswa:
a. FH
b. FEKON
c. FKH
d. FMIPA
e. Fakultas lain (sebutkan) …………………….
a. < 20 tahun
b. 20 - 30 tahun
c. > 30 tahun
Latihan
Cobalah Anda susun suatu instrumen penelitian yang mengacu pada hasil
penyusunan matrik pengembang instrumen yang telah Anda kerjakan.
Rangkuman
Sesuai petunjuk Buku 2.
Membuat Rancangan Pengembangan lnstrumen, terdiri dari kegiatan:
1.Mengelompokkan indikator-indikator peneIitian.
2. Mengidentifikasi “pointers” instrumen.
3.Membuat rancangan pengembangan instrumen.
Membuat Instrumen, terdiri dari kegiatan:
1. Membuat item-item atau butir pertanyaan.
2. Merakit instrumen.
48
Buku 4
Deskripsi Singkat
Relevansi
Uraian
49
sebelum digunakan. Secara teknis, ukuran “bagus" bagi sebuah instrumen
dilihat dari dua hal yaitu validitas dan reliabilitas.
50
bahasa Inggris” dengan rnenggunakan tes biasa dipakai pada tes “TOEFL”,
maka tercapailah validitas eksternal dan tes buatan kita sendiri.
Konteks
Suatu instrumen tes Bahasa Indonesia hendak diuji validitasnya. Tes ini
diberikan kepada 40 siswa SD kelas V. Skor hasiI tes terentang dari 0 sampai
10 (termasuk pecahan seperti5,5; 7,5; 6,0; dan sebagainya).
Hasil skor tes ini dikorelasikan dengan nilai bahasa Indonesia ke-40 siswa
tersebut yang tercatat di buku rapor mereka ketika masih di kelas IV. Nilai di
buku rapor isi terentang 0 sampai 10 (6, 7, 9, dan sebagainya).
51
Rumus : Korelasi (Pearson) Product Moment
𝑥𝑦
𝑋𝑌 =
𝑥2 𝑦2
𝑥=𝑋− 𝑋
𝑦=𝑌− 𝑌
Atau
𝑁 𝑋𝑌 − ( 𝑋)( 𝑌)
𝑟𝑋𝑌 =
{𝑁 𝑋 2 − ( 𝑋)2 } − {𝑁 𝑌 2 − ( 𝑌)2 }
Konteks : :
Suatu kuesioner hendak diuji vaiiditasnya.
Instrumen tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan
tentang faktor diukur dengan skala likert(1 — 5).
Pengujian validitas dilakukan dengan metode
analisis faktor dengan mengkorelasikan skor-skor,
yaitu;
o Mofivasi dengan kepuasan kerja (r1).
o Mofivasi dengan loyalitas (r2).
o Kepuasan kepia dengan Ioyahlas (r3)
pertanyaan
» Pengujian validitas dilakukan dengan melode
analisis
52
Hasil : r1 = 0,92 (α≤ 0.05)
r2 = 0,10 (non signifikan pada taraf 0.05)
r3 = 0,15 (non signifikan pada taraf 0.05)
Interpretasi :
Terdapat Validitas Internal yang bagus pada faktor
motivasi dan faktor kepuasan kerja
Tidak terdapat validitas internal untuk faktor
loyalitas. Jika latar teoritis menunjukkan korelasi
signifikan antara motivasi/kepuasan kerja dan
Ioyalitas, maka item-item pertanyaan untuk faktor
Ioyalitas perlu diperbaiki.
Analisis faktor ini perlu diikuti dengan analisis butir-
butir pertanyaan untuk melihat tingkatvaliditas
setiap butir pertanyaan.
53
Banyak cara untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen. Beberapa
cara di antaranya adalah teknik belah dua (split-half) teknik paraIeI atau teknik
ulang, teknik Spearman-Brown, teknik alpha, dan sebagainya. Setiap teknik
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Konteks :
Seperangkat instrumen Ies matematika hendak diuji
reliabilitasnya. Instrumen ini terdiri dari 25 pertanyaan
(soal). Instrumen tes matematika ini diuji cobakan
kepada 30 siswa SLTP kelas II sebanyak 2 kali. Beda
waktu antara tes I dan tes II adalah 2 minggu.
Hasil antara tes I dan tes II dikolaborasikan untuk
menguji reliabilitas instrumen tes ini
Interpretasi :
Perangkat tes ini memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.
Di samping itu hasil uji beda antara 2 "mean" (𝑋) dari
hasil 2 tes tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan (meskipun sepintas lalu tes II terkesan Iebih
baik dari tes I. Ini hasil yang wajar bila tes yang sama
diberikan kepada
subyek yang sama).
Sebelum digunakan. perlu dilakukan analisa butir soal
Ianjutan untuk mengkaji Iingkat kesulitan Ies.
54
Gambar 10: Contoh Pengukuran Reliabilitas Eksternal
Konteks :
Seperangkat instrumen pedoman observasi (untuk
mengobservasi kinerja calon mekanik) hendak diuji
tingkat reliabilitasnya. Lima mekanik diamati oleh tiga
pengamat. Jadi ada 15 kasus pengamatan. Sebelumnya,
lima mekanik yang diamati telah diberi pelatihan dengan
metode dan materi yang sama.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan analisis varian
(ANOVA) untuk menguji ada atau tidak adanya
perbedaan hasil observasi dari 15 kasus observasi
tersebut.
Rumus : ANOVA
55
Gambar11: Contoh Pengukuran Reliabilitas lntternal
Konteks :
Sebuah instrumen untuk mengukur “kepemimpinan”
untuk calon-calom manajer tingkat madya hendak diuji
realibilitasnya. Instrumen terdiri dari 38 pernyataan yang
diukur dengan skala likert (1-7).
Instrumen diuji cobakan kepada 10 manajer madya untuk
menguji realibilitasnya.
Pengujian dilakukan dengan teknik belah dua (split-half).
Rumus : Spearman-Brown
2 × 𝑟1/2 1/2
𝑅11 =
1 + 𝑟1/2 1/2
Interpretasi : Instrumen ini memiliki derajad reliabilitas yang cukup tingi untuk
digunakan.
56
Gambar 12: Contoh Penentuan Indeks Reliabilitas Kasar
Uji Coba I
I
Ya Tidak Jumlah
II
U
J Ya 18 12 30
I
C
O
B
A Tidak 20 10 30
38 22 60
57
Rumus :
𝐿 Pc = Indeks Reliabilitas
𝑃𝑐 = 𝑁𝑖𝑖 𝑙 𝑛 Kasar
𝑖=1
L = Data matriks
18+10 28
Hasil : = = 0,47
60 60
Latihan
58
Rangkuman
Tujuan uji coba instrumen adalah agar instrumen penelitian yang akan
digunakan nantinya benar-benar memenuhi syarat dan standar Iogika
penelitian yang benar.
59
Buku 5
ADMINISTRASI INSTRUMEN
Deskripsi Singkat
Uraian
1. Pengaturan Perangkat Instrumen
60
b. Butir instrumen disusun mulai dari vanabel yang dibahas paling awal
ke indikator yang dibahas terakhir.
c. Tingkat kesukaran dan kerumitan disusun mulai dari yang termudah
meningkat terus sampai kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir
yang mudah diietakkan pada awal naskah sedangkan butir item yang
sukar diletakkan pada akhir naskah.
d. Butir item yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu
keiompok. Jadi jangan sampai ada satu tipe item tersebar dibeberapa
keiompok. Misalnya item pilihan sederhana dicampurkan dengan
pmhan kompieks dan sebagainya. Setiap bagian item harusiah berisi
satu tipe item, dan dikumpuikan dalam satu keiompok.
e. Tuiislah petunjuk pengerjaan pengisian instrumen secara jelas,
sehingga tidak seorangpun periu bertanya iagi tentang cara
mengerjakan item tersebut atau bertanya tentang apa yang harus
dilakukan. Petunjuk item ini sangat besar perannya bagi keberhasilan
responden. Seiain itu petunjuk instrumen juga akan turut menentukan
apakah pengukuran npini responden dapat diiakukan secara akurat
atau ticiak. Suatu petunjuk item minimal harus mencantumkan: (1) apa
yang harus dilakukan oieh responden, (2) bagaimana responden harus
mengerjakan instrumen tersebut, dan (3) di mana jawaban instrumen
harus ditulis. Karena itu, maka setiap perangkat instrumen harus
mempunyai: (1) petunjuk umum yang menjadi pedoman mengerjakan
keseiuruhan perangkat, dan (2) petunjuk khusus yang merupakan
pedoman mengerjakan satu kelompok item tertentu. Dalam petunjuk
itu sebaiknya juga disertakan contoh mengerjakan instrumen tersebut
(terutama untuk item yang penting, yaitu item yang akan menentukan
keputusan bagi individu) Disamping itu, dalam petunjuk instrumen itu
juga harus dijelaskan apakah “guessing formula” atau
“correctionformula" akan diterapkan atau tidak. Dalam petunjuk
instrumen juga harus tercantum tentang cara responden untuk
61
mengubah jawabannya. Misainya bila ia pada mulanya memilih
jawaban tenentu, tetapi kemudian ia ingin mengubah jawaban
tersebut, haruslah dijelaskan cara yang harus ditempuhnya.
f. Penyusunan butir item tersebut hendaknya diatursedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkankesan berdesak-desak. Setiap butir item
hendaklah diatur sehingga memudahkan responden untuk
membacanya.
g. Setiap butir item perlu disusun sedemikian rupa sehingga item dan
seluruh option-nya tertetak dalam satu halaman yang sama.
h. Wacana (passage) ataupun preambul harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan sebagai rujukan bagi suatu
ataubeberapa butir item di atas persoalan yang bersangkutan.
62
4. Tidak memungkinkan responden untuk mengemukakan hal-hal
yang tidak berhubungan dengan persoalannya karena tugas
responden dalam menjawab setiap butir item pertanyaan sudah
pasti arahnya.
5. Karena jawaban atau respon atas butir item bentuk tes sudah
pasti, mutlak salah atau benar, maka benar atau salahnya jawaban
responden juga mutlak dan pasti.
A. Tes
63
1. Mengukur kemampuan sebenarnya para responden yang
dimilikinya, tahu persis apa akibatnya.
2. Mengukur kemampuan para responden untuk berpikir sendin,
bukan menggantungkan din kepada buku atau catatan yang ada.
3. Membiasakan para siswa mernbuat rangkuman rnengenai isi buku
atau
catatan yang dipelajarinya.
B. Non-Tes
64
1. Dapat mengukur opini yang dimiliki oleh responden.
2. Dapat memotivasi meningkat usana atau upaya perbaskan secara
terus menerus.
3. Dapat digunakan sebagai alat peningkatan efektifitas dan efisiensi.
Keuntungan dan kelemahan hasil tes dan non-tes yang diumumkan itu
antara lain:
Keuntungan-keuntungannya adalah:
Kelemahan-kelemahannya adalah:
65
3. Pengajar atau peneliti yang karena satu dan Iain hal tidak dapat
mengumumkan tepat waktu, akan merasa mempunyai beban
mental yang berat dan memang dapat menjurus kepada
kekecewaan para responden.
4. Memerlukan kemampuan administrasi yang prima dan tentunya
juga mahal.
1. Khusus untuk tes bentuk esai, tes tertulis itu menuntut tugas
subyek yang terlalu berat.
2. Dalam hal tes bentuk essai khususnya, maka kegunaan berbahasa
akan merugikan subyek yang bersangkutan apabila masalah bahasa
diperhitungkan di dalam memberi nilai.
3. Yang bersifat massal itu biasanya kurang baik dibandingkan dengan
yang individual.
4. Sering subyek cenderung menuliskan jawabannya berpanjang-
panjang, dan ini tak dapat dikontrol oleh pengajar, yang jawaban
seperti itu akhirnya malah
66
menyimpang dari persoalannya. Di samping itu karena asyiknya
terpaku pada salah satu sual, akhirnya subyek Iupa waktu sehingga
pada saat waktu tes habis subyek yang bersangkutan belum
beranjak ke soal yang Iain.
1. Tidak ekonomis.
2. Jika yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu Iawan satu
maka
dapatterjadi subyektifitas yang sukar dikontrol.
3. Memungkinkan pengajar “main hakim sendiri“; dapat dilampiaskan
di situ.
4. Bagi responden yang “gagap” atau “nervous” dirugikan oleh sistem
tes-non tes lisan ini.
67
Bagi pelaksanaan tes dan non-tes dengan cara tindakan atau praktek,
keuntungannya antara lain adalan:
1. Terjadlnya pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya
keterampilan yang dirumuskan baik di dalam Tujuan kompetensi
Khusus (TIK) ataupun standar kinerja.
2. Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan pada proses
pengujian dapat dikurangi atau dihilangkan.
2. PengelolaanInstrumen
Penggandaan instrumen
Pemberian kode instrumen
Pengelompokkan instrumen
Penyaranan instrumen
68
Penjelasan angka penentuan pengisian instrumen.
Latihan
Rangkuman
Penyiapan instrumen.
Saat atau selama instrumen diberikan.
Sesudah instrumen diserahkan.
69
Daftar Pustaka
70
Lampiran
Lampiran 1
Contoh 1
PEDOMAN OBSERVASI
Konsisten Kacau
2. Kombinasi warna
Harmonis Tidak
Harmonis
Sangat Berantakan
Cepat Lambat
71
Sangat Sangat buruk
baik
Komentar
72
Lampiran 2
Contoh 2
PEDOMAN OBSERVASI sendiri
(self-observation)
Pekerjaan :
Unit Kerja :
73
3. MENURUT PENDAPAT ANDA, APA YANG HARUS DILAKUKAN AGAR
KESULITAN-KESULITAN DALAM PEKERJAAN INI MENJADI MINIMAL
74
LampIran 3
Contoh 3
PEDOMAN OBSERVASI
Pekerjaan :
Nama Pekerjcan :
Unit Korja :
Tgl. Observasi :
Status Kerja : Aktual/SimuIasi (coretyang tidak relevan)
Total Skor
Rata-rata
75
KOMENTAR/REKOMENDASI
OBSERVATOR
Lampiran 4
Contoh 4
PEDOMAN OBSERVASI
76
Pekerjaan : Analisis Permohonan Interviewer :
Kredit
Responden : Account
Tugas : Penulisan Proposal Officer
(junior)
Item : Kelengkapan Informasi
Nama Responden :
Tgl. Interview :
Nilai Total
Rata-rata
77
Lampiran 5
Contoh 5
3. PROFIL RISIKO
PERBANDINGAN ANTARA NILAI
AGUNAN, HASIL SWOT ANALYSIS, DAN
BESARNYA KREDIT YANG DIMINTA (PLUS
SPESIFIKASI CICILAN DAN BUNGA).
78
Lampiran 6
Contoh 6
1. Latar Belakang
Calon Nasabah
3. Analisis Risiko
4. Lampiran
Dokumen:
4.1 copy surat ijin
usaha.
4.2 copy rekening
koran terbaru.
4.3 KTP calon
nasabah.
4.4 KTP istri
(suami) calon
nasabah.
4.5 Lain-lain: ……..
79
Lampiran 7
Contoh 7
KUESIONER
A. Berilah tanda cek () atau isi dengan informasi yang relevan untuk pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
1. Anda adalah:
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Unit kerja Anda adalah:
a. Departemen ……………………………………….
b. Unit …………………………………………………….
3. Jenjang pangkat Anda adalah …………………………………….
4. Berapa lama Anda bekerja di unit kerja ini?
………………… tahun ……………… bulan.
5. Pendidikan terakhir Anda:
a. SMA atau sederajat
b. S1
c. S2
d. S3
e. Lain-lain (sebutkan) …………………………………………
B. Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat (pemikiran) Anda untuk hal-hal
berikut ini: 1 2 3 4 5
80
Lampiran 8
Contoh 8
Contoh alat ukur (tes)
1. Amonia a. Zatcair
2. Oksigen b. Zat padat
3. Besi c. Gas
4. Kaporit
5. Air raksa
81
C. Jika salah satu dari pernyataan tersebut salah.
Pertanyaan:
82
D. Jika semuanya benar.
Salah satu vitamin yang Iarut dalam lemak adalan vitamin A yang
terdapat dalam:
(1) minyak ikan dan telur.
(2) bayam dan telur.
(3) air susu dan wortel.
Udara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
(OC)
Suhu 28,9 29,9 31,3 29,9 29,1 28,6 27,9 28,1 28,9 28,7 28,4 28,6
Udaha
(OC)
Curah
Hujan
(mm)
A. Bulan yang terpanas suhu udaranya adalah bulan yang sedikit curah
hujannya.
B. Setiap bulan selalu turun hujan di kota X.
C. Terjadi dua kali musim hujan daiam setahun di kota X.
D. Waktu yang paling baik untuk menanam padi di kota X adalah pada
bulan Juni.
83
Riwayat Hidup
Sri Wahyu Kridasakti lahir di kota Malang, Jawa Timur, 19 November
1959. Sejak tahun 1985 sampai dengan sekarang menjabat sebagai dosen
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Terbuka, Kemenristek
dan DIKTI. Bidang studi yang ditekuni dan mata kuliah yang di ampu adalah
Hukum Tata Pemerintahan dan Metodologi Penelitian Sosial. Pengalaman
professional yang dimiliki sepanjang kariernya adalah sebagai peneliti,
instruktur, konsultan pada berbagai institusi baik pemerintah maupun swasta,
khususnya bidang Capasity Building for Sustainable Development dan Desain
Instruksional.
Telah beristri dan dikaruniai 2 orang anak. Saat ini sedang menyelesaikan
program S-3 Program Studi Ilmu Hukum pada Universitas Brawijaya –
Malang – Jawa Timur.
84