Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN DEKAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA


Nomor : 196B/NR-FH/03/VII/2011

Tentang

PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DEKAN FAKULTAS HUKUM


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penulisan
proposal skripsi oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Narotama
Surabaya, maka diperlukan Pedoman Penulisan
Proposal Skripsi;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka
diperlukan Peraturan Dekan tentang Pedoman
Penulisan Proposal Skripsi.

Mengiangat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasionl (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 45);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Yayasan Pawiyatan Gita Patria; dan
5. Statuta Universitas Narotama.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Memberlakukan Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Program


Studi Ilmu Hukum Universitas Narotama sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Dekan ini.

Kedua : Apabila terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini akan ditinjau


dan dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 13 Juli 2011

Dekan,

Tutiek Retnowati, SH., MH.

Tembusan :
1. Yth. Rektor
2. Yth. WR 1
3. Arsip
PEDOMAN
PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI
2012

1. KERANGKA PROPOSAL SKRIPSI


HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusan
2. Penjelasan Judul
3. Alasan Pemilihan Judul
4. Tujuan penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Pertanggungjawaban Sistematika
DAFTAR PUSTAKA

2. PENJELASAN :
(1) Halaman judul
Judul adalah rumusan dari inti penulisan, dinyatakan dalam kalimat yang terdiri
tidak lebih dari 20 kata, tidak diperkenankan ada kata sambung “dan”
Contoh :
TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI BAWAH
TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG TANPA HAK PREFENEN.
(2) Daftar Isi
Menuliskan bab-bab, sub bab dalam suatu daftar dengan menunjuk nomor halaman dari naskah
proposal skripsi.
Bab I. Pendahuluan
1. Latar Belakang dan rumusan
Berisi uraian tentang :
(a) Latar belakang
- Masalah yang ”menarik” untuk ditulis, diusahkan masalah yang
aktual terjadi dan penting.
- Masalah tersebut harus dapat di bahas dari segi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(b) Rumusan
- Rumusan yang konkrit berkaitan dengan masalah yang diuraikan dalam
”latar belakang” tersebut , dalam bentuk pertanyaan.
- Dapat diawali dengan : Apakah , Bagaimana
- Dikemukakan minimal 2 masalah, misalnya

1
1. Bagaiamana kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah tangan
?
2. Bagaimana perlindungan hukum pemegang fidusia yang dibuat dalam
bentuk akta di bawah tangan ?

2. Penjelasan judul
Memberikan penjelasan terhadap setiap kata dari judul tersebut, sehingga dapat
disajikan suatu pengertian kalimat yang utuh.
Contoh :
”Kekuatan hukum” diartikan sebagai kekuasaan dari segi hukum atau norma
hukum baik tertulis maupun tidak tertulis
”Akta” , surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa- peristiwa yang
menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semula
dengan sengaja untuk pembuktian ( Sudikno Mertokusumo).dst

3. Alasan Pemilihan judul


Memberikan penjelasan tentang pentingnya permasalahan ini ditulis dengan
dilatar belakangi adanya permasalahan yang perlu di selesaikan:
4. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Contoh :
a. Untuk mengetahui dan melakukan analisis kekuatan hukum akta fidusia yang
dibuat di bawah tangan.
b. Untuk mengetahui dan melakukan analisis perlindungan hukum pemegang
fidusia dalam bentuk akta di bawah tangan apabila debitur melakukan
wanprestasi

5. Manfaat Penelitian
Memberi penjelasan tentang manfaat teoritis (dibidng ilmu hukum) maupun
manfaat praktis (pelaksanaannya dilingkungan masyarakat), berkaitan dengan
pembahasan dalam penulisan proposal skripsi tersebut.

6. Metode penelitian.
6.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini terdiri dari yuridis normatif dan empiris. Salah satu
dari kedua tipe penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian proposal skripsi.
Tipe penelitian yuridis normatif menggunakan dasar analisis terhadap
peraturan perundang-undangan atau beberapa dokumen hukum lainnya.
Sedangkan tipe penelitian empiris menggunakan dasar analisis terhadap
sumber-sumber data primer dan data skunder. Data primer merupakan
data yang diperoleh dan diolah sendiri lapangan oleh peneliti yang
berasal dari lapangan. Sedangkan data sekunder terdiri dari bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder.

6.2. Pendekatan (approach)


Pendekatan dalam penelitian hukum ini dapat menggunakan salah satu
dari :
6.2.1 Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Statute Approach)
6.2.2 Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)
6.2.3 Pendekatan Kasus (Case Approach)

2
6.2.4 Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)
6.2.5 Pendekatan Histori (Historical Approach)

6.3. Sumber bahan hukum (legal sources)


Sumber bahan hukum terdiri dari :
6.2.1 Bahan Hukum Primer, berupa peraturan perundang-undangan
dan putusan-putusan pengadilan serta kontrak-kontrak.
6.2.2 Bahan Hukum Sekunder, berupa jurnal hukum dan buku hukum
serta pustaka hukum lainnya.

7. Pertanggungjawaban Sistematika/ Sisitematika penulisan


Menjelasan cara naskah proposal skripsi ini disajikan/disusun, dalam bagian
bagian Bab , dan Sub Bab, serta diuraikan secara singkat isi dari bagian bagian
tersebut mulai dari Bab Pendahuluan, sampai Bab Kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka
- Daftar buku atau Jurnal Ilmiah
- Daftar Peraturan Perundang-undangan
- Daftar Putusan Pengadilan (kalau ada)
- Daftar Media Internet

PENGETIKAN NASKAH PROPOSAL PROPOSAL SKRIPSI


1.Ukuran-ukuran dan cara pengetikan
1.1. Ukuran dan Jenis kertas : A4 ; HVS 70 – 80 gram
1.2. Jenis atau bentuk huruf “Time New Roman” ukuran 12.
1.3. Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi
1.4. Batas tepi :

Diukur dari tepi


::kertas
a. Batas atas : 3 cm
b. Batas bawah : 3 cm
c. Batas kiri : 4 cm
d. Batas kanan : 3 cm

1.5. Pengisian ruang ketikan pada setiap halaman


Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh mulai dari
batas tepi kiri sampai batas kanan, jangan ada ruangan yang terbuang,
kecuali kalau akan mulai dengan alinea baru, sub judul atau hal-hal khusus.
1.6. Alinea baru
Dimulai dengan jarak 1,1 cm atau pada pengetikan karakter yang
kesepuluh dari batas tepi kiri.
1.7. Judul, sub judul, sub sub judul, dan Iain-lain
(a) Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua diatur simetris
dengan jarak 4 cm dari tepi atas, tanpa diakhiri titik.
(b) Sub judul diketik mulai dari batas kiri, semua kata dimulai dengan huruf
besar (kapital), kecuali kata penghubung atau kata depan, tanpa diberi

3
garis bawah, dan tidak diakhiri dengan titik.
(c) Kalimat pertama sesudah Sub Judul dimulai dengan alinea baru.
(d) Sub sub judul diketik mulai dari batas tepi kiri, hanya huruf
pertama saja menggunakan huruf besar (kapital), tanpa diakhiri titik.
(e) Kalimat pertama sesudah sub sub judul dimulai dengan alinea baru.
1.8. Perincian ke bawah
Jika ada perincian yang harus disusun ke bawah, dipakai nomor urut
dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian.
Penggunaan tanda selain angka dan huruf tidak dibenarkan.
1.9. Huruf miring
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat
b. Menyatakan judul buku atau majalah.
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
1.10 Penulisan angka
Perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a.Bilangan di bawah seratus, seratus dan kelipatannya, seribu dan
kelipatannya ditulis dengan huruf.
b.Bilangan terdiri dari tiga angka atau lebih ditulis dengan angka.

2. Penomoran
2.1. Halaman-halaman bagian awal proposal skripsi (sampai Daftar Isi) diberi nomor
urut angka Romawi kecil (i, ii, iii dan seterusnya) ditulis di bagian bawah di
tengah halaman, dua spasi di bawah teks; dua halaman judul dihitung, tetapi tidak
diberi nomor.
2.2. Halaman-halaman berikutnya (mulai Pendahuluan) diberi nomor urut angka (1, 2, 3,
dan seterusnya) ditulis di sudut atas kanan, dua spasi di atas teks, kecuali pada
halaman bab.
Catatan:
Diperhatikan perimbangan jumlah halaman dalam tiap-tiap bab (kecuali Bab
penutup yang berisi kesimpulan dan saran )
2.3. Nomor halaman tiap-tiap bab ditulis dengan angka Arab di bagian bawah tengah
halaman, dua spasi di bawah teks.
2.4. Tiap-tiap bab diberi nomor urut angka Romawi besar (I, II, III, dan seterusnya) di
atas judul bab. Pendahuluan dijadikan Bab I.

3 . Kutipan
3.1. Kutipan langsung
a. Harus sama dengan aslinya baik mengenai susunan kata-katanya, ejaannya,
maupun tanda-tanda bacanya.
b. Jika panjangnya kurang dari lima baris, pengetikannya diintegrasikan dalam
teks/naskah dengan dua spasi dan diberi tanda kutip pada awal dan akhir
kutipan
Contoh :

4
Actio Pauliana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341 KUHPerdata diatur
pula dalam Undang-Undang Kepailitan : "Ketentuan mengenai actio pauliana di
dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari
banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama
'claw back provision' , didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu."1
c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda kutip
pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari margin kiri. Jarak
antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih dan teks adalah dua spasi.
Contoh :
Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) jika
ternyata terbukti Direksi tidak menjalankan kewajibannya secara pantas
(kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari kekalalainya itu
menimbulkan kerugian bagi sesuatu pihak, maka berhak pihak yang dirugikan
menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai telah melakukan
perbuatan melawan hukum, yang menurut hukum kita berdasarkan pasal 1365
KUH Perdata (di Negara Belanda Pasal 1639 r B.W.17
d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada
bagian yang dihilangkan diganti dengan 3 titik I
"... program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan selama ini
berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank."
e.Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada
akhir kalimat, maka diganti dengan 4 ( e,pat) titik
Contoh:
"Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa ...."
f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat
berikutnya atau lebih.
Contoh:.
".... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus"
'
g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda
kurung besar [ ...].
Contoh:
Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6 Tahun
1983
[sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999].
(Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli 1999)
h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima bans terdapat
tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi tanda kutip satu
koma.
Contoh:
Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang
lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan
ini, yang dikenal pula dengan nama "claw back provision" ,didalam
Undang-Undang Kepailitan sangat perlu.
Jika dikutip maka pengetikannya seperti berikut ini:

5
"Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang
lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini,
yang dikenal pula dengan nama 'claw back provision' ,didalam Undang-
Undang Kepailitan sangat perlu."

i.Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dianggap perlu
diberi bergaris, dibubuhi catatan langsung di belakang bagian yang
diberi bergaris di antara tanda kurung besar.
Contoh :
"Dalam hal seperti itu, ternyata Presiden sama sekali tidak [garis miring dari
penulis] mempunyai pengaruh apa-apa".

Cara ini berlaku bagi setiap perubahan dan tambahan terhadap bentuk asli
bahan yang dikutip '
j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan. Nomor diketik
setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir kutipan. Nomor
kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi titik, tanda kurung, dan
Iain-lain.

3.2. Kutipan tidak langsung


a. "Paraphrase" (parafrase) adalah "a restatement of the sense of a text or
passage in other words, as for clearness; afree rendering or translation, as of
a passafe

...."( tulis dalam catatan kaki : lihat The New Grolier Webster International
Dictionary. Vol II, 1976, h. 668). Yang diutamakan dalam kutipan tidak
langsung adalah semata-mata isi, maksud, atau jiwa kutipan bukan cara dan
bentuk kutipan.

b. Pada kutipan tidak langsung harus dicantumkan nomor kutipan dan


sumber kutipan yang dimuat dalam footnote dengan nomor yang sama.

4. Foot note (Catatan Kaki)


4.1. Arti foot note
Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk menyatakan sumber, pendapat,
fakta, atau ikhtisar atau suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar mengenai
suatu hal yang dikemukakan di dalam teks.
Sesuai dengan namanya, footnote ditempatkan di kaki halaman, yaitu :
a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan bagian yang
dikutip atau diberi komentar;
b. Pada jarak dua spasi di bawah teks bans kalimat terakhir ditarik garis pemisah
mulai dari batas margin kiri sampai margin kanan;
c. Footnote pertama pada halaman yang bersangkutan juga ditempatkan pada jarak
dua spasi dibawah garis pemisah;
d. Nomor-nomor footnote disusun berurutan mulai nomor satu sampai nomor
terakhir (nomor footnote pertama dalam bab berikutnya adalah lanjutan nomor

6
footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa titik, tanpa kurung, dan Iain-lain.
1.2.Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di atas baris pertama
tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain-lain, tetapi langsung diikuti huruf
pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu pukulan ketik).
1.3.Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,78 cm dari
margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai dari margin
kiri.
1.4.Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap-tiap alinea
disusun seperti petunjuk di atas ini.
1.5.Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi.

5. Bentuk/Contoh foot note


Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk sumber
kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan, wawancara,
ensiklopedi, dan lain-lain.
5.1. B u k u
Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama pengarang (nama
kecil atau nama depan, nama tengah/initial untuk orang barat umumnya, dan nama
akhir atau nama keluarga), judul buku, jilid, cetakan, penerbit, tempat
diterbitkan, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. Judul buku
diberi bergaris atau dicetak miring jilid dan cetakan tidakselalu ada.
a.Satu orang pengarang : .
'Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama
Grafiti, Jakarta, hal. 299
2
Lon L. Fuller, Jurisprudence, The Foundation Press, Mineloa, New
York, 1949, h. 14.
.
b.Dua atau tiga orang pengarang:.
3
J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastronoto, Pelajaran Hukum
Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1973, h. 49.
4
Leon Boim, Glenn G. Morgan, dan Aleksander W. Rudzinski^Lega/
Controles in the Soviet Union, A.W. Sijthoff, Leiden, 1966, h. 302.

c. Lebih dan tiga orang pengarang, hanya nama pengarang, pertama


yang dicantumkan diikuti et al.,
5
Elliot E. Cheatham et al., Conflict of Law, The Foundation Press,
Mineola, New York, 1959, h. 104.
6
Padmo Wahyono et al., Kerangka Landasan Pembangunan Hukum,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 37

d. Editor/penyunting/penghimpun.
7
Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak Tertulis
Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill-Co, Jakarta, 1988,
h. 105.

7
e. Lembaga atau Badan :
8
Sekretariat Negara, Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Bali 23 - 25
Pebruari 1976, h. 85.
9
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung, 1977, h. 51.
f.Terjemahan:
10
F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II., (terjemahan
Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, h. 61.
g. Mengutip dan bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip
dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli:
11
William, H. Burton, The Guidance of Learning Activities, D. Appleton-
Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip dan Ernest Hilgard,
Theories of Learning, Appleton, New York, 1948, h. 37.
h. Kumpulan karangan :
12
John Stanner, "Family Relationships in Malaysia", dalam David C.
Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia A Contemporary
Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968, h. 202.

5.2. Majalah
Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul tulisan
di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun majalah dalam
angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan, dan nomor halaman
yang dikutip.
13
Oemar Seno Adji, "Perkembangan Delik Khusus dalam Masyarakat
yang Mengalami Modernisasi", Hukum dan Pembangunan, No. 2 Th. X, Maret
1980, h. 113.

Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah, maka nama
pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul karangan.
14
"Sekolah-sekolah di Yogyakarta", Suara Guru II, September 1957, h.
18, 19,21.

5.3. SuratKabar
15
Lim, "Sudah Tiba Waktunya Hukum Intergentil Ditinggalkan sebagai
Mata Kuliah", Kompas, 28 Agustus, 1979, h. III.

5.4. Skripsi/Tesis/Disertasi

Heru Supraptomo, "Masalah-masalah Peraturan-peraturan Cek Serta


Bilyet Giro di Indonesia, dalam Rangka Mengembangkan Sistem Giralisasi
Pembayaran", Disertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 1977, h. 263.

5.5. Pidato Pengukuhan Guru Besar


17
Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas Sebagai Wahana
Membahagiakan dan Menestapakan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

8
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

5.6. Wawancara
17
Wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, 16 Juni 1980

5.7.Tulisan dalam ensiklopedi


Nama penulis diketahui atau tidak diketahui

18 Erwin N. Griswold, "Legal Educatioan", Encyclopedia Americana


XVII, 1977, h. 164.

''"Interpellation", Encyclopedia Britannica XII, 1955, h. 534.

5.8. Peraturan Perundang-undangan


20
Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, , LN
tahun 1995 No. 13, TLN No. 3587, ps. 4.
21
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, LN Tahun 1998 No. 40,
TLN 3741, ps. 7.

6. Mempersingkat Footnote (pengulangan)


Apabila suatu sumber sudah pernah dicantumkan lengkap dalam footnote, maka
footnote itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan ibid., op.cit., dan
loc.cit.
6.1. Ibid
Ibid, kependekan dari ibidem, artinya "pada tempat yang sama"
Dipakai apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung
mendahului (tidak disela oleh sumber lain), rneskipun antara kedua kutipan itu
terdapat beberapa halaman.
Ibid, tanpa nomor halaman dipakai jika bahan yang dikutip diambil dari
nomor halaman yang sama. Jika bahan yang dikutip diambil dari nomor
halaman yang berbeda, maka digunakan ibid, dengan nomor halaman yang
berbeda.
Contoh:
li
Dedi Soemardi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Alumni,
Bandung, 1980, h. 10.
2
Ibid.. 34
Ibid, tidak boleh dipakai, jika diantara dua sumber terdapat sumber lain. Dalam
hal ini dipakai op.cit. atau loc.cit.

6.2. Op.cit.
Op.cit. kependekan dari dari opera citato, artinya "dalam karya yang telah
disebut"
Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelum- nya
dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain.
Pemakaian op.cit. harus diikuti nomor halaman yang berbeda.

9
Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih, maka
untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana yang
dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka Romawi besar I,
II, dan seterusnya pada footnote sesudah tahun penerbitan di antara dua tanda
kurung.
Contoh:
17
Sudargo Gautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni,
Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), h. 131.
18
Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturan-peraturan
dan Contoh-contoh, Get. II, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat
Sudargo Gautama II), h. 98.
Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu Studi di
Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata, Jakarta, 1970,
h. 54.
20
Sudargo Gautama I, op.cit,,, h. 139. '
Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor 17
(bukan 18).

6.3. Loccit.
Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya "pada tempat yang telah disebut",
Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari suatu sumber
yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber
lain. Contoh:
l
Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaan-
perusahaan Asing, Tarsito, Bandung, 1984, h.45
2
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung,
1982, h.59
3
Kantaatmadja, loc.cit.
4
Suryodiningrat, loc. Cit

6.4. Contoh pemakaian ibid, op.cit., dan loc.cit. dalam rangkaian footnote
21
Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata Pemerintahan
dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni, Bandung, 1978, h. 86.
22
lbid (berarti: juga dari h. 86) 23Ibid,
h. 90 (halamannya berbeda)
^Michael P. Barber, Public Administration, Macdonald & Evans
Ltd., London, 1972, h. 212.
25
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet.
IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178.
26
Michael P. Barber, op.cit., h. 215 (halamannya
27
berbeda) Utrecht, loc.cit. (berarti: juga dari h. 178)

7. Daftar Pustaka
Pada bagian akhir proposal skripsi dicantumkan Daftar Pustaka. Jangan menggunakan
Daftar Buku, Kepustakaan, Daftar Pustaka, dan Iain-lain, karena Daftar Pustaka
mencakup semua bahan yang dibaca dalam kegiatan penyusunan proposal skripsi. Di
dalamnya sudah termasuk buku, surat kabar, brosur, kamus, dan sebagainya.

7.1. Bentuk daftar Pustaka hampir sama dengan bentuk footnote, tetapi ada

10
perbedaan pengetikan sebagai berikut:
a. Nama pengarang mulai diketik pada garis margin, sedangkan baris kedua
dan seterusnya dimulai setelah 1,02 cm dari garis margin, dengan spasi satu.
b. Antara dua sumber dikosongkan dua spasi;
c. Nomor halaman tidak ada;
d. Nama pengarang atau penulis disusun menurut abjad tanpa nomor unit dengan
mendahulukan nama keluarga (kalau memiliki nama keluarga). Suatu
kesulitan ialah menentukan nama keluarga pada nama-nama Indonesia karena
tidak semua suku bangsa kita memakai nama keluarga. Dalam hal demikian
yang dijadikan patokan adalah huruf pertama dari nama yang paling dikenal,
mis. : Mochtar Kusumaatmadja lebih dikenal dengan nama Mochtar, jadi
masuk kelompok huruf abjad M. Contoh (perhatikan urutan abjadnya).
Fuller, Lon L., Jurisprudence, The Foundation Press, Mineola, New
York, 1949.
Gautama, Sudargo, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni, Bandung,
1973.
Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata
Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni,
Bandung, 1978.

7.2 Kalau sebuah karya ditulis oleh dua atau tiga orang, maka hanya nama
pengarang yang pertama yang disusun seperti uraian di atas. Nama penulis kedua
dan ketiga ditulis biasa seperti pada footnote. Kalau penulis berjumlah lebih
dari tiga orang, maka hanya penulis pertama yang disusun seperti di atas
ditambah et.al., seperti pada footnote.

7.3. Apabila dalam daftar Pustaka terdapat dua karya atau lebih yang ditulis oleh
seorang ahli, maka untuk karya kedua dan seterusnya sebagai pengganti nama
penulis dicantumkan garis sepanjang 1,78 (jadi nama penulis tidak perlu diulang);

7.4. Jika sumber dalam daftar pustaka banyak dan bermacam-macam (buku, majalah,
surat kabar, brosur, dan Iain-lain), maka sumber-sumber tersebut dikelompokkan
dan tiap-tiap kelompok juga disusun menurut abjad.

8.Bahasa

8.1. Bentuk kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua
(saya, kami, kita, engkau dan Iain-lain). Dalam penyajian ucapan terima
kasih pada pengantar, saya dapat diganti dengan penulis.
8.2. Isi (Kata) Pengantar mengenai substansi proposal skripsi tidak perlu
merendah secara berlebihan supaya tidak timbul kesan pada pembaca bahwa
proposal skripsi Anda "tidak ada apa-apanya".
8.3. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan :
a. Kalimat-kalimat yang panjang.
b. Kata-kata ".... yang mana ....", "....sejauh mana...."....oleh karena mana..." dan
kata-kata lain semacam itu.
8.4. Istilah yang dipakai istilah Indonesia atau yang sudah di Indonesia-kan,
jika terpaksa harus memakai istilah asing digunakan huruf italic atau dicetak
miring.

11
8.5. Penggunaan kata penghubung, kata depan, awalan, akhiran dan tanda baca secara
tepat, antara lain :
a. Tidak membutuhkan koma untuk kata "bahwa", "karena", "sebab", "supaya."
b. Membutuhkan koma sebelum kata "akan tetapi", "tetapi", melainkan",
"maka".
c. Membutuhkan koma sebelum dan setelah kata "misalnya", "contohnya",
"yaitu", "ialah"
8.6. Singkatan atau akronim tidak boleh digunakan pada awal kalimat.

9. Hal-hal lain
Gelar, pangkat, dan sebagainya seperti Prof., Mr., S.H., Dr., dan atribut-atribut
lain semacam itu terutama dalam footnote dan daftar pustaka tidak perlu
dicantumkan.
Perkecualian hanya dalam Kata Pengantar yang berisi pernyataan terima
kasih (acknowledgments), dan dengan alasan-alasan tertentu, dalam teks.
9.1. Daftar Singkatan
Dalam daftar singkatan berikut ini dimasukkan juga singkatan-singkatan yang
belum biasa digunakan oleh para penulis Indonesia, tetapi yang perlu diketahui
untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.

Anon di atas, di muka, supra


a.o. among others, antara lain (a.l.); inter alia (i.a)
a quo dalam hal ini (dhi.)
art(s) article(s); aya(-ayat)
c. atau circa, kira-kira, sekitar (ttg. Tahun)
ca confer, bandingkan (bdk)
cf. chapter(s), bab (-bab)
chap(s) colum(s), kolom (-kolom); lajur (-lajur)
col(s) continued, bersambung
cont casu quo, dalam perkara/kejadian ybs
c.q. cum suis, dan kawan-kawan (dkk.); et alii (et al)
c.s. def. definition, definisi, batasan
def. diss dissertation, disertasi
diss. ed(s)editor'(s), penyunting, editor
ed(s). e-g-etal.exempli gratia, umpama (ump.), misal (mis.)
e-g-etal. ets.et et alii, dan kawan-kawan (dkk.); cum suis (c.s.)
ets. et etcetera, dan Iain-lain (dll.)
et sequentia, dan selanjutnya dan seterusnya (dst.); lihat
seq. f. f.
atau ff. following (page, halaman berikutnya; following (pages)),
halaman-halaman berikutnya
fig(s) figure(s), gambar (-gambar)
h. halaman
i.a. inter alia, antara lain (a.l.); among others (a.o).
p.(pp.) page(s),
ibidem,halaman (h.), halaman-halaman
pada tempat yang sama
ibid
passi tersebar dalam(tentang
idem, sama suatu karya
orang)
id.
m di id
bawah; infra yakni, ialah; that is, namely, viz
est, yaitu,
i.e.
post Post. Scriptum,
dibawah; postcatatan akhir
infra
P.S. qualitate qua, dalam kedudukan
juncties, berhubungan dengan(kualitas)
(jamak) sebagai wakil
jis
q.q. pada hal tidak
juncto, berhubungan dengan (tunggal)
jo
quod
l.atau line(s), baris (-baris) loco citato, pada tempat yang telah
non respectively, berturut-turut
disebut/dikutip
11
resp.
loc.cit. nota bene, harap diperhatikan; let well; post scriptum
N.B. (P.S. umumnya pada surat)
no date, tanpa tanggal (t.t) atau tahun penerbitan
n.d. nomen nisco, tanpa nama (t.n.); anou
numero(s), nomor (-nomor), no. 12
n.n
no(s) opere citato, dalam karya yang telah disebut/dikutip
op.cit.
sec(s) section(s), pasal (-pasal)
ser. series, jilid, volume(s), vol(s)
sic memang begitu dalam naskah asli
Contoh supra
Cover : di atas, ante
t.n. tanpa nama
t.p. tanpa penulis
t.t tanpa tanggal/tahun
Contoh Cover
trans: translation, terjemahan
v. (vs) versus, lawan
lihat
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN
vide
vol (s volume

PERDAGANGAN ORANG

PROPOSAL PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
PUTRA ARYA PRADITA
NIM : 02109012

FAKULTAS HUKUM
13
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
20011

14

Anda mungkin juga menyukai