Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

“Utang Jangka Panjang, Saham Preferen, dan Saham Biasa”

Dosen Pengampu

Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Disusun Oleh

Kelompok 1 (R-09)

Sherly C1C021015

Wulandari C1C021268

Lilis Wahyu Ningsih C1C021277

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah tugas makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu dan berjalan dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul “Utang
Jangka Panjang, Saham Preferen, dan Saham Biasa” dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan.

Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan, karena tugas yang diberikan ini dapat membantu wawasan
dan pengetahuan penulis menjadi lebih luas.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kekurangan-kekurangan yang ada. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai
semua kritikan dan saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun
makalah ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Jambi, 31 Oktober 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................3
2.1 Obligasi dan Berbagai Fiturnya.....................................................................3
2.1.1 Istilah-istilah Dasar.................................................................................3
2.1.2 Wali Amanat dan Indenture....................................................................3
2.1.3 Peringkat Obligasi...................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Instrumen Utang Jangka Panjang................................................5
2.2.1 Debenture................................................................................................5
2.2.2 Debenture Subordinasi............................................................................5
2.2.3 Obligasi Pendapatan................................................................................6
2.2.4 Obligasi Sampah.....................................................................................7
2.2.5 Obligasi Hipotek.....................................................................................8
2.2.6 Sertifikat Perwalian Peralatan.................................................................8
2.2.7 Sekuritisasi Aset......................................................................................9
2.2.8 Penebusan Obligasi...............................................................................10
2.2.8.1 Dana Pelunasan..............................................................................10
2.2.8.2 Pembayaran Berseri.......................................................................12
2.2.8.3 Ketentuan Penarikan......................................................................12
2.3 Saham Preferen dan Berbagai Fiturnya.......................................................14
2.3.1 Fitur Dividen Kumulatif........................................................................15
2.3.2 Fitur Partisipasi.....................................................................................15
2.3.3 Hak Suara (dalam Situasi Khusus)........................................................16
2.3.4 Penarikan Saham Preferen....................................................................17
2.3.5 Penggunaan dalam Pendanaan..............................................................18
2.4 Saham Biasa dan Berbagai Fiturnya............................................................19

iii
2.4.1 Saham Dasar, Saham Diterbitkan, dan Saham Beredar........................20
2.4.2 Nilai Nominal........................................................................................20
2.4.3 Nilai Buku dan Nilai Likuidasi.............................................................21
2.4.4 Nilai Pasar.............................................................................................21
2.4.5 Hak-hak Pemegang Saham Biasa.........................................................22
BAB III PENUTUP...............................................................................................29
3.1 Kesimpulan..................................................................................................29
3.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka
panjang, saham preferen, dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan
adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki
perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal
adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Yanti, 2020).
Utang jangka panjang digunakan sebagai menunjukkan utang-utang yang
pelunasannya akan dilakukan dalam waktu yang lebih dari satu tahun atau akan
dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang
jangka panjang biasanya timbul karena kebutuhan dana untuk pembelian
tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen, membeli
perusahaan lain atau juga melunasi hutang-hutang yang lain (Gustira et al.,
2020).
Saham preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap
besarnya. Kadang saham preferen memberikan dividen yang kumulatif. Artinya
apabila pada tahun lalu perusahaan rugi, maka besarnya dividen akan ditunda
untuk dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini. Umumnya pemegang saham
preferen tidak berhak memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS). Meskipun demikian, variasi mungkin dijumpai sesuai dengan anggaran
dasar perusahaan. Sama seperti obligasi, dalam penerbitan saham preferen
mungkin dijumpai call price dan sinking funds (C Van Horne & M Wachowicz,
2005).

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diidentifikasi
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan utang jangka panjang?
2. Apa yang dimaksud dengan saham preferen?

1
3. Apa yang dimaksud dengan saham biasa?

I.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dituliskan beberapa
tujuan dari tugas yang dibuat. Adapun tujuan penulisan yang dimaksudkan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui utang jangka panjang.
2. Untuk memahami saham preferen.
3. Untuk mengetahui saham biasa.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

II.1 Obligasi dan Berbagai Fiturnya


Obligasi (bond) adalah instrumen utang jangka panjang dengan waktu jan
tempo akhir umumnya 10 tahun atau lebih. Jika sekuritas tersebut memil waktu
jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note). Untuk dapat
memahami secara penuh mengenai obligasi, maka harus diketahui duly istilah-
istilah dasar dan fitur umumnya.

II.1.1 Istilah-istilah Dasar


1. Nilai Nominal.
Nilai nominal (par value) suatu obligasi menunjukkan jumlah yang akan
dibayar ke pihak pemberi pinjaman pada waktu jatuh tempo obligasi.
Disebut juga mulai nominal atau pokok. Nilai nominal biasanya sebesar
$1.000 per obligasi (atau terkadang kelipatan $1,000), Kecuali obligasi
berkupon nol, sebagian besar obligasi membayar bunga yang dihitung
berdasarkan pada nila nominal obligasi tersebut.
2. Tingkat Bunga Kupon.
Tingkat bunga yang tertera pada suatu obligasi disebut sebagai tingkat bunga
kupon (coupon rate) Contohnya, tingkat bunga kupon 13% menunjukkan
bahwa penerbit akan membayar pemegang obligasi sebesar $130 per tahun
untuk tiap obligasi bernilai nominal $1.000 yang dimilikinya.
3. Waktu Jatuh Tempo.
Obligasi hampir selalu memiliki waktu jatuh tempo (maturity) yang telah
ditentukan. Ini adalah waktu ketika perusahaan diwajibkan membayar
pemilik obligasi nilai nominal obligasi tersebut.

II.1.2 Wali Amanat dan Indenture


Perusahaan yang menerbitkan obligasi ke masyarakat menunjuk wali
amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan para pemilik obligasi. Kewajiban
wali annar, disebutkan dalam Trust Indenture Act tahun 1939, yang dikelola oleh
Securities and Exchange Commission. Tanggung jawab wali amanat adalah
melakukan pengesahan legalitas penerbitan obligasi pada waktu penerbitan,

3
mengawasi kondisi keuangan dan perilaku peminjam, memastikan bahwa semua
kewajiban kontraktual telah dilakukan, serta melakukan tindakan jika peminjam
tidak memenuhi kewajibannya. Wali amanat diberi kompensasi secara langsung
oleh perusahaan, kompensasi yang menambah biaya peminjaman efektif.
Perjanjian hukum antara perusahaan penerbit obligasi dengan wali amanat,
yang mewakili para pemilik obligasi, disebut sebagai indenture. Indenture berisi
klausul penerbitan obligasi serta batasan yang diterapkan di perusahaan. Batasan
ini, disebut sebagai akad perlindungan (protective covenants), hampir sama
dengan yang ada dalam isi klausul perjanjian pinjaman. (Karena akad
perlindungan akan dibahas secara lebih mendalam di bab berikutnya, ketika
membalas pinjaman berjangka, maka topik ini tidak akan dijelaskan di bab ini.)
Klausul yang terdapat dalain indenture dibuar bersama-sama antara peminjam
dan penjamin, emisi dengan wah amanat. Jika perusahaan gagal memenuhi
ketentuan indenture, wall amanat, atas nama pemilik obligasi, dapat melakukan
tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut. Jika tidak puss, maka wall amanar
kemudian dapat meminta pelunasan segera untuk semua obligasi yang beredar.

II.1.3 Peringkat Obligasi


Kelayakan kredit dan instrumen utang yang diperdagangkan secara publik
sering kali dinilai berdasarkan peringkar kredit yang diberikan oleh badan badan
pemeringkat investasi. Badan pemeringkat yang utama adalah Moody's Investors
Service (Moody's) dan Standard & Poor's (sec), Penerbit obligasi baru
perusahaan akan mengadakan kontrak dengan badan tersebut untuk
mengevaluasi dan memberi peringkat obligasinya, serta memperbarui
peringkatnya sepanjang masa berlakunya obligasi tersebut. Untuk jasa ini,
penerbit akan membayar biaya. Selain itu, badan pemeringkat akan
membebankan biaya kepada para pelangganya untuk publikasi peringkatnya.
Berdasarkan pada evaluasi penerbitan obligasi tersebut, badan pemeringkat
memberikan pendapat mereka dalam bentuk peringkat huruf, yang
dipublikasikan untuk dapat digunakan para investor. Melalui peringkat tersebut,
badan-badan tersebut mencoba untuk memeringkat penerbitan-penerbitan
obligasi berdasarkan pada perkiraan kemungkinan gagal bayar. Penerbitan
dengan peringkat tertinggi, yang risiko gagal bayarnya sangat kecil, adalah

4
AAA, diikuti dengan AA, A, BAA (untuk Moody's) arau BBB (S&P), dan
seterusnya hingga mencapai C dan D. yang merupakan peringkat terendab untuk
Moody's dan S&P. Erupat peringkat pertama yang disebutkan tadi dianggap
mewakili penerbitan yang berkualitas untuk investasi, sementara obligasi yang
berperingkat di luar itu akan dianggap spekulatif. Peringkat yang diberikan oleh
kedua badan tersebut diakui oleh masyarakat luas sebagai ukuran risiko gagal
bayar. Kenyataannya, banyak investor yang tidak menganalisis sendiri risiko
gagal bayar perusahaan.

II.2 Jenis-Jenis Instrumen Utang Jangka Panjang


Obligasi dapat diterbitkan tanpa jaminan atau dengan jaminan (dijamin
dengan aktiva). Debenture, debenture subordinasi, dan obligasi pendapatan
merupakan kategori-kategori utama obligasi tanpa jamunan, sementara obligasi
hipotek mewakili jenis paling umum instrumen utang jangka panjang dengan
jaminan.

II.2.1 Debenture
Istilah debenture biasanya berhubungan dengan obligasi perusahaan tanpa
jaminan. Oleh karena debenture tidak dijamin oleh properti perusahaan apa pun,
pemilik debenture menjadi kreditor umum perusahaan jika terjadi likuidasi. Oleh
karenanya para investor akan memerhatikan kekuatan laba perusahaan sebagai
jaminan utama mereka. Walaupun obligasi tanpa jaminan, pemilik debenture
diberikan semacam perlindungan melalu batasan-batasan yang diterapkan dalam
indenture obligasi tersebut, terutama dalam klausul janji negatif (negative-pledge
clause) yang akan mencegah perusahaan menjaminkan aktivanya, (yang belum
dijaminkan kepada para kreditor lainnya.
Klausul ini melindungi investor karena aktiva peminjam tidak akan
semakin banyak dibatasi. Oleh karena pemilik debenture harus memerhatikan
kredit umum peminjam untuk memenuhi pelunasan pokok dan bunga, biasanya
hanya perusahaan yang telah lama berdiri dan bernilai tinggi yang dapat
menerbitkan debentide

II.2.2 Debenture Subordinasi


Debenture subordinasi (subordinated debentures) menunjukkan utang
tanpa jaminan dengan klaim atas aktiva yang memiliki peringkat di bawah

5
semua utang yang lebih tinggi dari debenture ini. Jika terjadi likuidasi, para
pemilik debenture subordinasi biasanya hanya akan menerima pembayaran jika
semua kreditor yang lebih tinggi dibayar penuh sesuai dengan utang yang
diberikan. Para pemilik debenture subordinasi ini peringkatnya masih di atas
para pemegang saham preferen dan saham biasa jika terjadi likuidasi.
Keberadaan utang subordinasi dapat menguntungkan para pemilik obligasi
senior karena mereka dapat mengambil klaim para pemilik subordinasi.
Contoh:
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa sebuah perusahaan dilikuidasi dengan
nilai $600,000. Perusahaan itu memiliki debenture biasa yang beredar senilai
$400.000, debenture subordinasi yang beredar senilai $400.000, dan kewajiban
kepada kreditor umum senilai $400.000. Seseorang bisa beranggapan bahwa
pemilik debenture biasa dan kreditor umum akan memiliki klaim yang sama dan
terlebih dahulu dalam likuidasi-sehingga masing-masing akan menerima
$300,000. Fakta (hukum) adalah bahwa pemilik debenture biasa diberi hak
untuk menggunakan klaim para pemilik debenture subordinasi, yang
memberinya total klaim senilai $800.000 untuk tujuan menentukan pelunasan
sebagian (parsial). Akibatnya, mereka berhak atas dua pertiga
($800.000/S1.200.000) dari nilai likuidasi, atau $400.000, sementara kreditor
umum hanya berhak atas sepertiga ($400,000/$1.200.000) dari nilai likuidasi,
atau $200.000.
Dikarenakan sifat klaim tersebut, penerbitan debenture subordinasi harus
memberikan hasil yang secara signifikan lebih tinggi daripada penerbitan
debenture biasa agar dapat menarik para investor. Sering kali, debenture
subordinasi dapat dikonversi menjadi saham biasa. Jadi, fitur opsi tambahan ini
memungkinkan debenture subordinasi yang dapat dikonversi tersebut untuk
dijual dengan imbal hasil yang sesungguhnya kurang dari yang seharusnya
dibayar perusahaan untuk debenture biasa.

II.2.3 Obligasi Pendapatan


Perusahaan diwajibkan membayar bunga dalam obligasi pendapatan
(income bond) hanya jika bunga tersebut memang dapat dibayar. Di sini terdapat
fitur kumulatif di mana bunga yang belum dibayar untuk tahun tertentu dapat

6
diakumulasi. Jika perusahaan memang menghasilkan laba di masa mendatang.
perusahaan harus membayar bunga kumulatifnya selama laba tersebut
memungkinkan. Akan tetapi, kewajiban kumulatif tersebut biasanya terbatas
tidak lebih dari tiga tahun. Seperti yang biasanya terjadi, jenis sekuritas ini
menawarkan investor janji yang agak lemah untuk imbal hasil tetap. Akan tetapi,
obligasi pendapatan masih lebih tinggi daripada saham preferen dan saham
biasa, serta lebih tinggi dari utang subordinasi. Tidak seperti dividen saham
preferen, pembayaran bunga bisa dikurangi untuk tujuan pajak. Oleh karena
obligasi pendapatan tidak populer di kalangan investor, penerbitannya terutama
terbatas pada situasi yang melibatkan reorganisasi.

II.2.4 Obligasi Sampah


Selama tahun 1980-an pasar yang aktif dikembangkan untuk obligasi yang
tidak berperingkat investasi. Obligasi jenis ini adalah obligasi dengan peringkat
Ba (untuk Moody's) atau kurang, dan disebut dengan obligasi "sampah atau
"imbal hasil tinggi." Pasar untuk obligasi sampah (junk bond) dijamin oleh
perusahaan bank investasi Drexel Burnham Lambert, yang mendominati pasar
ini hingga matinya Drexel pada tahun 1990. Sejumlah perusahaan menggunakan
pasar tersebut untuk mengumpulkan miliaran dolar, menggeser pendanaan yang
sebelumnya dari bank dan dari penawaran terbatas. Selain itu, obligasi sampah
digunakan dalam akuisisi dan leveraged buyouts.
Para investor utama dalam obligasi sampah meliputi dana pensiun, reksa
dana obligasi imbal hasil tinggi, dan beberapa orang yang berinvestasi secara
langsung. Pasar sekundernya memang ada, tetapi jika terjadi kepanikan
keuangan atau "pelarian ke investasi berkualitas" oleh investor di pasar obligasi,
likuiditas semacam ini akan habis. Pada akhir tahun 1980-an, obligasi yang
diterbitkan sehubungan dengan transaksi yang memiliki leverage tinggi
(leveraged buyouts) mulai mengalami kesulitan, dan banyak penerbitan obligasi
yang gagal. Para investor kehilangan kepercayaan, dan terjadi penurunan tajam
dalam penerbitan baru. Pasar tersebut pulih setelah awal tahun 1990- an,
terutama untuk penerbitan yang memiliki kualitas lebih tinggi. Walaupun
obligasi sampah adalah alat yang memungkinkan untuk pendanaan bagi

7
beberapa perusahaan, harus disadari bahwa terdapat peluang di dalamnya. Pada
pasar yang tidak stabil, sedikit sekali investor yang tertarik.

II.2.5 Obligasi Hipotek


Penerbitan obligasi hipotek (mortgage bond) dijamin oleh hak gadai
(klaim kreditor) atas aktiva tertentu perusahaan-biasanya aktiva tetap. Properti
tersebut menjamin obligasi yang dijelaskan secara rinci dalam surat hipotek,
yang merupakan dokumen hukum yang memberikan pemilik obligasi hak gadai
atas properti tersebut. Seperti juga dalam kesepakatan peminjaman dengan
jaminan lainnya, nilai pasar dari jaminan tersebut harus melebihi jumlah obligasi
yang diterbitkan dengan margin keamanan (margin of safety) yang wajar. Jika:
perusahaan gagal dalam memenuhi syarat indenture obligasi, wali amanat, atas
nama pemilik obligasi, memiliki kekuasaan untuk menyita (foreclose). Dalam
penyitaan, wali amanat mengambil alih properti yang terkait dan menjualnya,
kemudian menggunakan hasilnya untuk membayar pemilik obligasi. Jika hasil
yang didapat kurang dari jumlah obligasi yang beredar, para pemilik obligasi
menjadi kreditor umum untuk jumlah residunya.
Perusahaan dapat saja memiliki lebih dari satu penerbitan obligasi yang
dijamin oleh properti yang sama. Sebuah penerbitan obligasi dapat dijamin oleh
hipotek kedua atas properti yang telah digunakan untuk menjamin penerbitan
obligasi lainnya berdasarkan hipotek pertama. Jika terjadi penyitaan, para
pemilik obligasi hipotek pertama harus dibayar secara penuh jumlah yang
terutang kepada mereka sebelum dapat memberikan sejumlah pembayaran
kepada para pemilik obligasi hipotek kedua.

II.2.6 Sertifikat Perwalian Peralatan


Walaupun pendanaan perwalian peralatan adalah bentuk dari pendanaan
sewa guna usaha, sertifikat perwalian peralatan (equipment trust certificate)
sendiri menunjukkan investasi jangka menengah hingga jangka panjang. Metode
pendanaan ini digunakan oleh perusahaan kereta api untuk mendanai perolehan
lokomotif. Menurut metode ini, perusahaan kereta api bersama dengan wali
amanat mengatur pembelian peralatan dari produsennya. Perusahaan kereta api
menandatangani kontrak dengan produsen untuk pembuatan peralatan tertentu.
Ketika peralatan tersebut diserahkan, sertifikat perwalian peralatan akan dijual

8
kepada para investor. Hasil dari penjualan ini, bersama dengan uang muka dari
perusahaan kereta api, digunakan untuk membayar produsen. Kepemilikan
peralatan tersebut dipegang oleh wali amanat, yang kemudian akan menyewakan
peralatan tersebut ke perusahaan kereta api. Pembayaran sewa guna usaha
digunakan oleh wali amanat untuk membayar pengembalian tetap atas sertifikat
yang beredar-sebenarnya bisa dikatakan sebagai dividen- dan untuk menarik
jumlah tertentu dari sertifikat tersebut dalam interval rutin tertentu. Saat
pembayaran akhir sewa guna usaha oleh perusahaan kereta api, sertifikat terakhir
akan ditarik, dan kepemilikan peralatan diberikan ke perusahaan kereta api.
Jangka waktu sewa guna usaha berbeda-beda tergantung dari peralatan
yang dilibatkan, tetapi jangka waktu 15 tahun cukup umum. Oleh karena
lokomotif penting untuk operasi perusahaan kereta api dan memiliki nilai pasar,
sertifikat perwalian peralatan menikmati posisi yang sangat tinggi sebagai
investasi berpenghasilan tetap. Akibatnya, perusahaan kereta api dapat
memperoleh gerbong dan lokomotif dengan klausul pendanaan yang bagus.
Perusahaan penerbangan juga menggunakan sertifikat perwalian peralatan untuk
mendanai pesawatnya. Walaupun sertifikat ini biasanya dijual ke investor
institusional, beberapa penerbitan dijual ke masyarakat.

II.2.7 Sekuritisasi Aset


Sekuritisasi aset (asset securitization) adalah proses pengelompokan aktiva
yang menghasilkan arus kas, mengemasnya dalam sebuah paket aktiva yang
hampir sama, dan kemudian menerbitkan sekuritas yang dijamin oleh paket
aktiva tadi. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya pendanaan. Contohnya,
Acme Aglet Company membutuhkan uang tunai terapi tidak memiliki peringkat
kredit yang cukup bagus agar penerbitan obligasinya menjadi bernilai ekonomis.
Jadi, perusahaan tersebut mengumpulkan aktivanya ke dalam paket,
mengeluarkannya dari neraca, dan menjualnya ke entitas bertujuan khusus
(special-purpose vehicle) yang jauh dari risiko kebangkrutan. Melalui cara ini,
jika Acme bangkrut, para kreditornya tidak dapat mengambil aktiva yang
dipaketkan tersebut, Special-purpose vehicle (SPV) tersebut, pada akhirnya akan
dapat mengumpulkan dana dengan menjual sekuritas beragunan aset (asset-

9
backed security-ABS), yaitu sekuritas yang dijamin oleh aktiva yang baru saja
dibeli dari Acme Aglet Company,
Pembayaran bunga dan pokok atas sekuritas beragunan aset tergantung
pada arus kas yang berasal dari paket aktiva khusus tersebut. Jadi, sekuritas
beragunan aset dapat diterbitkan dan tidak terikat dengan peringkat kredit Acme
Aglet Company yang secara umum rendah. Malahan, peringkat sekuritas
tersebut kini merupakan fungsi dari arus kas aktiva yang mendasarinya. Dengan
cara ini, sekuritas beragunan aset dapat memperoleh peringkat kredit yang lebih
tinggi dan tingkat bunga yang lebih rendah-daripada jika menggunakan
peringkat Acme Aglet Company itu sendiri.
Banyak sekali jenis aktiva yang dengan baik telah disekuritisasi di masa
lalu, termasuk piutang dagang, pinjaman mobil, piutang kartu kredit, dan sewa
guna usaha. Bahkan aktiva-aktiva yang lebih menarik telah mulai disekuritisasi-
hasil royalti dari film dan lagu, piutang tagihan listrik, keanggotaan klub
kesehatan. dan spa, serta kontrak keamanan. Semua aktiva ini memiliki
kesamaan, yaitu dapat menghasilkan arus kas yang mudah diprediksi.

II.2.8 Penebusan Obligasi


Penebusan (pelunasan) obligasi dapat dilakukan melalui sejumlah cara.
Contohnya, obligasi dapat ditarik dengan membayar sekaligus pada waktu jatuh
tempo akhir, dengan konversi (pertukaran untuk saham biasa) jika obligasi
tersebut dapat dikonversi, dengan menarik obligasi jika terdapat fitur hak
penarikan (call), atau dengan pelunasan secara periodik. Pelunasan secara
periodik dimungkinkan jika melibatkan dana pelunasan atau penerbitan obligasi
serial.

II.2.8.1 Dana Pelunasan


Kebanyakan penerbitan obligasi perusahaan mengandung syarat adanya dana
pelunasan (sinking fund) yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan
pembayaran dana pelunasan secara periodik ke wali amanat agar dapat menarik
sejumlah nominal obligasi yang telah ditentukan setiap periode. Penarikan dana
pelunasan dari penerbitan obligasi memiliki dua bentuk. Perusahaan dapat
melakukan pembayaran tunai ke wali amanat, yang kemudian akan menarik
obligasi pada harga penarikan dana pelunasan. (Biasanya lebih rendah daripada

10
harga penarikan biasa, akan dibahas sesaat lagi) Obligasi itu sendiri ditarik
berdasarkan lotere menurut nomor serinya, yang dipublikasikan di Wall Street
Journal dan surat kabar lainnya. Opsi kedua yang tersedia bagi perusahaan
penerbit adalah membeli obligasi di pasar terbuka dan menyerahkan sejumlah
tertentu obligasi kepada wali amanat.
Perusahaan harus membeli obligasi tersebut di pasar terbuka selama harga
pasar kurang dari harga penarikan dana pelunasan. Ketika harga pasar melebihi
harga penarikan, perusahaan harus melakukan pembayaran tunai ke wali amanat.
Jika tingkat bunga naik dan/atau kualitas kredit turun, harga obligasi akan turun
sehubungan dengan harga penarikan dana pelunasan. Akibatnya, opsi
perusahaan untuk menyerahkan uang tunai ataupun obligasi ke wali amanat
dapat memiliki nilai yang signifikan. Seperti juga dengan opsi lainnya, fitur opsi
akan menguntungkan pemegangnya-dalam hal ini perusahaan-dan merugikan
pemilik obligasi. Semakin besar volatilitas tingkat bunga dan/atau volatilitas
nilai perusahaan, maka semakin bernilai opsi tersebut bagi perusahaan.
Di pihak lain, syarat dana pelunasan dapat menguntungkan pemilik obligasi.
Dengan menyerahkan obligasi yang biayanya lebih rendah daripada harga
penarikan, perusahaan dapat menghemat uang, yang kemudian menurunkan
kemungkinan gagal bayar. Dikarenakan keteraturan penarikan utang dana
pelunasan, yang disebut juga sebagai pengaruh amortisasi, beberapa orang
merasa jenis utang ini memiliki lebih sedikit risiko gagal bayar daripada utang
yang tidak memiliki dana pelunasan. Selain itu, aktivitas pembelian yang stabil
akan menambah likuiditas di pasar, yang dapat menguntungkan bagi para
pemilik obligasi perusahaan.
Kedua faktor yang dibahas di atas, bekerja dengan arah berlawanan. yang
Opsi "penyerahan" akan merugikan pemilik obligasi, tetapi amortisasi utang dan
hal-hal lainnya yang mengurangi risiko dan/atau meningkatkan likuiditas akan
menguntungkan pemilik obligasi. Kesediaan bukti empiris yang terbatas
membuktikan kedua pengaruh tersebut, kecuali untuk pengaruh amortisasi yang
kurang didukung. Selain itu, pembayaran dana pelunasan tidak harus berarti
penarikan keseluruhan obligasi. Bisa saja terdapat pembayaran tertinggi (balloon
payment) pada waktu jatuh tempo akhir.

11
II.2.8.2 Pembayaran Berseri
Semua obligasi dana pelunasan dalam suatu penerbitan, jatuh tempo pada
tanggal yang sama, walaupun terdapat obligasi tertentu yang ditarik sebelum
tanggal tersebut. Akan tetapi, obligasi berseri (serial bonds) jatuh tempo secara
periodik hingga jatuh tempo akhir. Contohnya, sebuah penerbitan obligasi
berseri senilai $20 juta dapat saja memiliki jatuh tempo obligasi yang telah
ditetapkan senilai $1 juta setiap tahun selama 20 tahun. Dengan penerbitan
obligasi berseri, investor dapat memilih waktu jatuh tempo yang paling sesuai
dengan kebutuhannya. Jadi, penerbitan obligasi jenis ini dapat ditawarkan
kepada kelompok investor yang lebih luas daripada penerbitan yang semua
obligasinya memiliki waktu jatuh tempo yang sama.

II.2.8.3 Ketentuan Penarikan


Penerbitan obligasi perusahaan sering kali memiliki ketentuan penarikan
(call provision), yang memberikan opsi kepada perusahaan untuk membeli
kembali obligasinya pada harga yang telah ditetapkan (atau pada serangkaian
harga yang telah ditetapkan) sebelum jatuh tempo obligasi. Akan tetapi, tidak
semua penerbitan obligasi dapat ditarik kembali. Beberapa perusahaan
menerbitkan obligasi yang tidak dapat ditarik khususnya pada waktu tingkat
bunga rendah. Jika obligasi dapat ditarik kembali, harga penarikan (call price)
biasanya di atas nilai nominal obligasi tersebut dan sering kali turun dengan
berjalannya waktu. Sering kali, harga penarikan pada tahun pertama ditentukan
sebesar nilai bunga 1 tahun di atas nilai nominal obligasi tersebut. Apabila
tingkat bunga kupon adalah 14%, harga penarikan awal mungkin sebesar 114
($1.140) per nilai nominal $1.000).
Terdapat dua jenis ketentuan penarikan, berdasarkan kapan dieksekusi.
Sekuritas dapat dengan segera ditarik kembali, yang tentu saja berarti instrumen
tersebut dapat dibeli kembali oleh penerbitnya dengan harga penarikan kapan
saja. Cara lainnya, ketentuan penarikan dapat ditunda selama suatu periode
waktu. Penundaan penarikan yang paling banyak digunakan adalah 5 tahun
untuk obligasi perusahaan utilitas dan 10 tahun untuk obligasi industri. Selama
periode penundaan ini, investor dilindungi dari penarikan kembali oleh penerbit.

12
Påda tahun-tahun terakhir, sebenarnya semua penerbitan obligasi perusahaan
telah melibatkan penundaan penarikan sebagai ganti fitur penarikan segera.
Ketentuan penarikan memberi perusahaan fleksibilitas dalam pendanaannya.
Jika tingkat bunga turun secara signifikan, perusahaan dapat menarik
obligasinya dan mendanai kembali penerbitan obligasi tersebut pada biaya bunga
yang lebih rendah. Jadi, perusahaan tidak harus menunggu hingga jatuh tempo
akhir untuk pendanaan kembali. Selain itu, ketentuan tersebut dapat
menguntungkan perusahaan jika perusahaan merasa akad perlindungan dalam
indenture obligasi terlalu membatasi. Nilai Hak Penarikan. Walaupun hak
penarikan menguntungkan bagi perusahaan yang menerbitkannya, hal ini
merugikan investor. Jika tingkat bunga turun dan obligasi ditarik kembali,
investor dapat menginvestasikan uangnya ke dalam obligasi lain dengan
mengorbankan imbal hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity-YTM).
Akibatnya, hak penarikan biasanya tidak begitu saja diberikan ke peminjam.
Biayanya, atau nilainya, diukur pada waktu penerbitan obligasi dengan melihat
selisih imbal hasil untuk obligasi yang dapat ditarik dengan imbal hasil yang
akan didapat jika obligasi tidak ditarik. Nilai ini ditentukan melalui tekanan
penawaran dan permintaan di pasar untuk sekuritas yang dapat ditarik kembali.
Nilai obligasi yang dapat ditarik kembali dapat dianggap sebagai

Nilai obligasi yang Nilai opsi


Nilai obligasi
tidak dapat ditarik penarikan

di mana obligasi yang tidak dapat ditarik kembali sama dengan obligasi yang
dapat ditarik kembali dalam semua hal kecuali untuk fitur penarikannya.
Semakin besar nilai fitur penarikan, maka semakin rendah nilai obligasi yang
dapat ditarik kembali jika dibandingkan dengan yang tidak dapat ditarik
kembali. Tingkat dan volatilitas suku bunga adalah faktor penting dalam
memberikan nilai untuk fitur penarikan.
Apabila tingkat bunga tinggi dan diperkirakan akan jatuh, fitur penarikan
akan memiliki nilai yang signifikan. Oleh karena harga penarikan membatasi
potensi naik dalam pergerakan harga, para pemilik obligasi tidak merealisasi

13
keuntungan penuh dari penurunan tingkat bunga yang signifikan. Ketika pemilik
obligasi baru saja menikmati imbal hasil obligasi, obligasi akan ditarik, dan
mereka dapat berinvestasi dalam obligasi lain hanya pada tingkat bunga kupon
yang lebih rendah daripada yang sekarang dinikmatinya.
Akibatnya, investor meminta imbal hasil yang secara signifikan lebih
tinggi (dengan harga yang lebih rendah) untuk obligasi yang dapat ditarik
daripada untuk obligasi yang tidak dapat ditarik. Sebaliknya, ketika tingkat
bunga rendah dan diperkirakan akan naik, ancaman penarikan dapat diabaikan.
Akibatnya, imbal hasil dari kedua obligasi tersebut (yang dapat ditarik dan yang
tidak dapat ditarik) hampir sama. Semakin besar volatilitas, maka semakin besar
pula kemungkinan penurunan tingkat bunga. Seperti juga dalam opsi lainnya,
semakin besar volatilitas aset yang terkait, maka semakin bernilai opsi tersebut.

II.3 Saham Preferen dan Berbagai Fiturnya


Saham preferen (preferred stock) adalah bentuk hibrida dari pendanaan, yang
menggabungkan fitur utang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, klaim
pemegang saham preferen atas aktiva akan berada di bawah para kreditor tetapi
di atas pemegang saham biasa. Biasanya, klaim ini dibatasi sebesar nilai nominal
dari sahamnya. Jika nilai nominal per lembar saham preferen adalah $100,
investor berhak atas pembayaran maksimum sebesar $100 untuk penyelesaian
nilai pokoknya. Meskipun saham preferen memiliki dividen yang telah
ditetapkan, pembayaran dividen sebenarnya merupakan kebijaksanaan, bukan
kewajiban tetap perusahaan. Dewan komisaris memiliki kekuasaan penuh untuk
tidak membayar dividen saham preferen jika memang demikian yang
diinginkan.
Imbal hasil maksimum bagi para pemegang saham preferen biasanya terbatas
pada dividen tertentu, dan para pemegang saham tersebut tidak berbagi laba
residual perusahaan. Jadi, jika Anda memiliki 100 lembar dari 10,5% saham
preferen, dengan nilai nominal $50, maka imbal hasil maksimum yang bisa
Anda harapkan pada setiap tahun adalah $525, dan imbal hasil ini merupakan
kebijaksanaan dewan komisaris. Perusahaan tidak dapat mengurangkan dividen
ini pada SPT-nya. Kenyataan ini merupakan kelemahan utama saham preferen
sebagai alat pendanaan. Jika melihat fakta bahwa pembayaran bunga utang dapat

14
dikurangkan untuk tujuan pajak, perusahaan yang memperlakukan dividen
saham preferen sebagai kewajiban tetap, akan merasa biaya eksplisit yang cukup
tinggi.

II.3.1 Fitur Dividen Kumulatif


Hampir semua saham preferen memiliki fitur dividen kumulatif (cumulative
dividens feature), yang akan mengakumulasi dividen yang belum dibayar untuk
satu tahun tertentu ke tahun berikutnya. Sebelum perusahaan dapat membayar
dividen untuk saham biasa, perusahaan harus membayar dividen yang
tertunggak untuk saham preferennya.
Asumsikan bahwa dewan komisaris mengabaikan dividen saham preferen
atas saham preferen kumulatif perusahaan sebesar 8% selama tiga tahun
berturut-turut. Jika saham tersebut memiliki nilai nominal $100, perusahaan
memiliki tunggakan sebesar $24 per lembar untuk saham preferennya. Sebelum
perusahaan dapat membayar dividen kepada para pemegang saham biasanya,
perusahaan harus membayar pemegang saham preferen sebesar $24 per lembar
saham preferen yang mereka miliki.
Harus ditekankan bahwa, hanya karena dividen saham preferen ditunggak,
tidak terdapat jaminan bahwa dividen tersebut akan dibayar Jika perusahaan
tidak memiliki maksud untuk membayar dividen saham biasa, maka perusahaan
tidak perlu menyelesaikan tunggakan (arrearage) atas saham preferen. Dividen
saham preferen biasanya diabaikan apabila laba perusahaan berkurang, tetapi
perusahaan tidak harus membayar dividen meskipun labanya telah pulih.

II.3.2 Fitur Partisipasi


Fitur partisipasi (participating feature) memperbolehkan pemegang saham
preferen untuk berpartisipasi dalam laba residual perusahaan sesuai dengan
rumus tertentu yang telah ditetapkan. Para pemegang saham preferen memiliki
hak untuk berbagi dalam jumlah yang sama dengan pemegang saham biasa pada
setiap dividen saham biasa di atas jumlah tertentu.
Asumsikan bahwa penerbitan saham preferen 6% (dengan nilai nominal
$100) adalah saham preferen partisipasi (participating preferred stock), sehingga
pemiliknya berhak atas bagian yang sama dengan dividen saham biasa yang
melebihi $6 per lembarnya. Jika dividen saham biasa adalah $7, pemegang

15
saham preferen akan menerima dividen ekstra sebesar $1 untuk setiap lembar
saham yang dimiliki. Rumus untuk partisipasi bisa sangat berbeda-beda. Fitur
dasarnya adalah para pemegang saham preferen memiliki klaim terlebih dahulu
atas laba dan peluang untuk imbal hasil tambahan jika dividen kepada para
pemegang saham biasa melebihi jumlah tertentu. Sayangnya, bagi para investor,
biasanya semua saham preferen tidak partisipatif, dengan imbal hasil maksimum
terbatas pada tingkat dividen tertentu.

II.3.3 Hak Suara (dalam Situasi Khusus)


Oleh karena klamnya yang "lebih tinggi" (terlebih dahulu) atas aktiva dan
laba, para pemegang saham preferen biasanya tidak diberikan suara dalam
manajemen kecuali jika perusahaan tidak dapat membayar dividen saham
preferen selama periode waktu tertentu, Tunggakan untuk empat kuartal
pembayaran dividen dapat mengarah pada kegagalan. Pada situasi semacam ini,
para pemegang saham preferen sebagai kelompok berhak untuk memilih
sejumlah komisaris tertentu. Biasanya, jumlah total komisaris agak lebih sedikit.
Selain itu, pada saat para pemegang saham preferen mendapatkan suara dalam
manajemen, perusahaan mungkin dalam kesulitan keuangan yang cukup berat.
Akibatnya, kekuasaan untuk memberikan suara bagi para pemegang saham
preferen sebenarnya tidak berarti.
Tergantung pada perjanjian antara para pemegang saham preferen dengan
perusahaan, para pemegang saham preferen juga bisa mendapatkan hak suara
berdasarkan kondisi lainnya. Perusahaan mungkin gagal memenuhi batasan
dalam perjanjian yang hampir sama dengan yang ditemukan dalam perjanjian
utang atau indenture obligasi. Salah satu batasan yang paling sering dibebankan
adalah dividen atas saham biasa dilarang jika perusahaan tidak memenuhi rasio
keuangan tertentu. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa kegagalan dalam syarat
perjanjian antara pemegang saham preferen dengan perusahaan tidak
mengakibatkan kewajiban perusahaan dengan segera menjadi utang,
sebagaimana gagal bayar pada perjanjian utang atau indenture obligasi. Para
pemegang saham preferen hanya diberikan suara dalam manajemen dan
kepastian bahwa dividen saham biasa tidak akan dibayar selama periode gagal

16
bayar tersebut. Jadi, para pemegang saham preferen hampir tidak memiliki
kekuatan hukum yang sama dalam gagal bayar sebagaimana para pemilik utang.

II.3.4 Penarikan Saham Preferen


Kenyataan bahwa saham preferen, seperti juga saham biasa, tidak memiliki
waktu jatuh tempo, tidak berarti bahwa kebanyakan penerbitan saham preferen
akan tetap beredar selamanya. Ketentuan untuk penarikan saham preferen selalu
dapat dibuat.
Ketentuan Penarikan. Hampir semua penerbitan saham preferen memiliki
harga penarikan yang telah ditetapkan, yang berada di atas harga penerbitan
awal dan bisa turun sejalan dengan berlalunya waktu. Sebagaimana ketentuan
penarikan untuk obligasi, ketentuan penarikan pada saham preferen memberikan
fleksibilitas bagi perusahaan. Utang jangka panjang, tidak seperti saham
preferen, memiliki jatuh tempo akhir yang memastikan adanya penarikan dari
penerbitan utang tersebut. Tanpa fitur penarikan pada saham preferen,
perusahaan dapat menarik saham tersebut hanya melalui metode pembelian yang
lebih mahal dan kurang efisien di pasar terbuka, dengan mengadakan penawaran
saham dari para pemegang saham preferen pada harga di atas harga pasar, atau
menawarkan kepada para pemegang saham preferen sekuritas lain sebagai
gantinya.
Dana Pelunasan. Banyak penerbitan saham preferen memiliki dana pelunasan,
yang sebagian memastikan adanya penarikan secara teratur saham tersebut.
Seperti juga penerbitan obligasi, dana pelunasan saham preferen dapat
menguntungkan para investor karena proses penarikannya akan menyebabkan
tekanan ke atas harga pasar saham yang masih belum ditarik.
Konversi. Beberapa penerbitan saham preferen tertentu dapat dikonversi
menjadi saham biasa melalui opsi pemiliknya. Tentu saja, saat konversi, saham
preferen akan ditarik. Karena sebenarnya semua sekuritas yang dapat dikonversi
(convertible securities) memiliki fitur penarikan, perusahaan dapat mendorong
dilakukannya konversi dengan menarik saham preferen jika harga pasar saham
preferen jauh di atas harga penarikan. Saham preferen yang dapat dikonversi
sering kali digunakan dalam akuisisi perusahaan lain. Sebagian, penggunaannya
dalam akuisisi berasal dari kenyataan bahwa transaksi tersebut tidak dikenai

17
pajak bagi perusahaan yang diakuisisi atau bagi para pemegang sahamnya ketika
masa akuisisi. Transaksi ini akan dikenai pajak hanya jika saham preferen
tersebut dijual.

II.3.5 Penggunaan dalam Pendanaan


Saham preferen yang tidak dapat dikonversi tidak banyak digunakan sebagai
alat pendanaan jangka panjang. Salah satu kelemahannya adalah kenyataan
bahwa dividen saham preferen tidak dapat dikurangkan dari pajak oleh penerbit
sahamnya. Akan tetapi, perusahaan fasilitas umum menggunakannya dengan
tingkat regularitas tertentu. Mengapa? Perusahaan fasilitas umum diizinkan
untuk memperhitungkan saham preferen ketika akan menetapkan tarifnya. Jadi,
monopoli yang diatur hukum ini dapat membebankan biaya saham preferen yang
lebih tinggi kepada para pelanggannya.
Namun, bagi investor perusahaan, saham preferen mungkin lebih menarik
daripada instrumen utang karena secara umum 70% dividen yang diterima oleh
perusahaan tidak dikenakan pajak. Jadi tidaklah mengejutkan jika kebanyakan
saham preferen dimiliki oleh investor perusahaan. investor perusahaan ini telah
menimbulkan
Hal yang menarik bagi para adanya saham preferen dengan tingkat dividen
mengambang. Dalam satu variasinya, saham preferen pasar uang (money market
preferred stock-MMP), tingkat dividennya ditetapkan melalui lelang setiap 49
hari. Dengan kata lain, tingkat divideanya ditetapkan oleh tekanan penawaran
dan permintaan sehubungan dengan tingkat bunga pasar uang secara umum.
Tingkat bunga yang umum adalah 0,75 kali tingkat bunga surat berharga
komersial, dan penerbit yang lebih dapat dipercaya dapat menuntut diskon yang
lebih besar lagi. Selama terdapat cukup banyak investor yang menawar selama
lelang, tanggal waktu jatuh tempo sekuritas yang berlaku adalah 49 hari.
Akibatnya, hanya sedikit sekali variasi harga pasar dari investasi tersebut
sepanjang waktu.
Bagi penerbitnya, perbandingan biaya relevannya adalah dengan biaya
setelah pajak dari metode lain pendanaan jangka pendek. Selain pertimbangan
pendanaan jangka pendek semacam itu, salah satu keuntungan dari pendanaan
saham preferen reguler (jangka panjang) adalah bahwa pendanaan tersebut

18
merupakan perjanjian pendanaan yang fleksibel. Dividennya bukan merupakan
kewajiban hukum perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut. Apabila laba
perusahaan turun dan kondisi keuangan perusahaan buruk, dividen tidak harus
diberikan. Dengan pendanaan utang, bunga tetap harus dibayar tanpa
mempedulikan apakah laba perusahaan baik atau buruk. Tentu saja, perusahaan
yang terbiasa membayar dividen atas saham biasa tentunya menganggap dividen
saham preferen sebagai kewajiban tetap. Akan tetapi, dalam situasi yang buruk,
perusahaan yang tidak memberikan dividen saham biasa juga dapat tidak
memberikan dividen untuk saham preferennya.
Keuntungan lain dari penerbitan saham preferen biasa (yang tidak dapat
dikonversi) adalah saham tersebut tidak memiliki waktu jatuh tempo akhir.
Intinya, saham tersebut adalah utang yang kekal. Dari sudut pandang para
kreditor, saham preferen menambah jumlah modal perusahaan dan karenanya
memperkuat kondisi keuangan perusahaan. Modal tambahan akan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk meminjam di masa mendatang. Walaupun biaya
eksplisit setelah pajak saham preferen lebih tinggi daripada obligasi, keuntungan
yang baru saja dibahas dapat menetralkan biaya ini. Selain itu, biaya implisit
pendanaan saham preferen, dari sudut pandang penaltinya atas rasio harga pasar
terhadap laba (price/earnings-P/E ratio) saham biasa, dapat lebih rendah
daripada untuk pendanaan utang. Apabila para investor khawatir atas
kebangkrutan secara hukum, mereka akan menganggap utang sebagai bentuk
pengungkit (leverage) yang lebih berisiko. Tidak seperti kreditor, para pemegang
saham preferen tidak dapat menuntut perusahaan untuk bangkrut secara hukum.

II.4 Saham Biasa dan Berbagai Fiturnya


Pemegang saham biasa perusahaan adalah pemilik terakhir perusahaan.
Secara kolektif, mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko akhir yang
berkaitan dengan kepemilikan. Akan tetapi, tanggung jawab mereka dibatasi
hanya pada jumlah investasi mereka. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham
biasa memiliki klaim residual atas aktiva perusahaan setelah klaim semua
kreditor dan para pemegang saham preferen diselesaikan secara penuh. Saham
biasa (common stock), seperti halnya saham preferen, tidak memiliki waktu

19
jatuh tempo. Akan tetapi, para pemegang saham masih dapat mengakhiri
investasi mereka dengan menjual sahamnya ke pasar sekunder.

II.4.1 Saham Dasar, Saham Diterbitkan, dan Saham Beredar


Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) perusahaan
menyebutkan jumlah lembar saham biasa dasar (authorized shares), yaitu jumlah
maksimum yang dapat diterbitkan perusahaan tanpa harus mengubah AD/ART
perusahaan. Walaupun perubahan AD/ART bukanlah prosedur yang sulit, tetapi
membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham lama, yang berarti
memakan waktu. Untuk alasan inilah perusahaan biasanya lebih suka memiliki
saham dasar dalam jumlah tertentu tetapi belum diterbitkan. Saham yang belum
diterbitkan ini memungkinkan fleksibilitas untuk pemberian opsi saham,
mengejar target merger, dan pemecahan saham. Ketika saham biasa dasar dijual,
maka saham tersebut menjadi saham yang diterbitkan (issued shares). Saham
beredar (outstanding shares) merujuk pada jumlah saham yang diterbitkan dan
yang sebenarnya dimiliki oleh publik. Perusahaan dapat membeli kembali
sebagian dari saham yang diterbitkan dan menahannya sebagai saham yang
diperoleh kembali atau saham treasury (treasury stock).

II.4.2 Nilai Nominal


Selembar saham biasa dapat menjadi saham dasar dengan atau tanpa nilai
nominal atau nilai pari (par value). Nilai nominal selembar saham hanya
merupakan angka tercatat dalam AD/ART perusahaan dan memiliki nilai
ekonomis yang kecil. Akan tetapi, perusahaan seharusnya jangan menerbitkan
saham biasa dengan harga kurang dari nilai nominal, karena diskon dari nilai
nominal (jumlah yang menyatakan harga penerbitan lebih rendah dari nilai
nominal) akan dianggap sebagai kewajiban kontinjen para pemilik kepada
kreditor perusahaan. Jika terjadi likuidasi, para pemegang saham secara hukum
akan bertanggung jawab kepada para kreditor untuk diskon berapa pun dari nilai
nominal. Akibatnya, nilai nominal dari sebagian besar saham (jika memiliki nilai
nominal) ditetapkan cukup rendah dari nilai pasarnya. Asumsikan bahwa Fawlty
Pacemakers, Inc., siap untuk memulai usaha pertama kali setelah baru saja
menjual 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal $5 pada harga $45 per
lembar. Bagian ekuitas pemegang saham dalam neraca adalah

20
Saham biasa (nilai nominal $5; 10.000 lembar diterbitkan dan $ 50.000
beredar)
Tambahan modal disetor 400.000
Total ekuitas pemegang saham $450.000

Saham biasa dasar tanpa nilai nominal (saham tanpa nilai nominal) akan
dicatat dalam pembukuan dengan harga pasar awal atau berdasarkan nilai yang
ditetapkan [atau dinyatakan] (assigned [or stated] value). Selisih antara harga
penerbitan dengan nilai nominal dicerminkan sebagai tambahan modal disetor
(additional paid-in capital).

II.4.3 Nilai Buku dan Nilai Likuidasi


Nilai buku per lembar saham biasa adalah ekuitas pemegang saham-total
aktiva dikurangi total kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum
dalam neraca-dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Asumsikan
bahwa Fawlty Pacemakers kini berusia satu tahun dan telah menghasilkan laba
setelah pajak sebesar $80.000, tetapi tidak membayar dividen. Jadi, laba
ditahannya adalah $80.000; ekuitas pemegang saham sekarang adalah
$450.000+ $80.000= $530.000; dan nilai buku per lembar saham adalah
$530.000/10.000 lembar = $53.
Walaupun seseorang dapat memperkirakan bahwa nilai buku per lembar
saham akan sesuai dengan nilai likuidasi (per lembar) perusahaan, sering kali
tidak demikian yang terjadi. Aktiva sering kali dijual kurang dari nilai bukunya,
terutama ketika terdapat biaya likuidasi. Dalam beberapa situasi, aktiva tertentu
terutama hak tanah dan penambangan mineral-memiliki nilai buku yang kecil
jika dibandingkan dengan nilai pasarnya. Bagi perusahaan yang dimaksud, nilai
likuidasi dapat lebih tinggi daripada nilai buku. Jadi, nilai buku tidak selalu sama
dengan nilai likuidasi, dan seperti yang akan dilihat, sering kali nilai ini tidak
sama dengan nilai pasar.

II.4.4 Nilai Pasar


Nilai pasar per lembar adalah harga perdagangan saham saat ini. Untuk
saham yang diperdagangkan secara aktif, kuotasi harga pasar telah tersedia. Bagi
banyak saham yang tidak aktif dan yang memiliki sedikit pasar, harga sulit untuk

21
didapat. Bahkan ketika bisa didapat, informasi tersebut mungkin hanya
mencerminkan penjualan beberapa lembar saham saja dan tidak dapat
menggambarkan harga pasar perusahaan secara keseluruhan. Untuk perusahaan
jenis ini maka harus hati-hati dalam mengartikan informasi harga pasar.
Nilai pasar selembar saham biasa biasanya akan berbeda dari nilai buku dan
nilai likuidasinya. Nilai pasar per lembar saham adalah fungsi dari dividen saat
ini dan dividen yang diharapkan di masa mendatang dari perusahaan serta
persepsi risikonya dari sudut pandang investor. Karena faktor-faktor ini hanya
menyumbang sebagian dari nilai buku dan nilai likuidasi perusahaan, nilai pasar
per lembar saham mungkin tidak dapat dikaitkan langsung dengan nilai- nilai
ini.
Biasanya, saham perusahaan baru diperdagangkan di pasar over-the- counter
(OTC), dengan satu atau lebih dealer sekuritas memiliki persediaan saham biasa
dan membeli serta menjualnya dengan harga penawaran dan permintaan yang
mereka berikan. Ketika kondisi keuangan, jumlah pemegang saham, dan volume
transaksi perusahaan tumbuh, perusahaan tersebut dapat memenuhi kualifikasi
untuk terdaftar (listing) di pasar saham, seperti New York Stock Exchange.
Akan tetapi, banyak perusahaan lebih menyukai t menjadi bagian dari pasar
OTC. Sistem National Association of Securitie tetap Dealers Automated
Quotations (NASDAQ) untuk banyak saham OTC t memberikan kemampuan
pemasaran yang besar kepada investor.

II.4.5 Hak-hak Pemegang Saham Biasa

1. Hak atas Laba


Para pemegang saham biasa berhak atas bagian laba perusahaan hanya jika
dividen tunai dibayar. Para pemegang saham juga dapat mengambil keuntungan
dari apresiasi nilai pasar atas saham mereka, tetapi secara keseluruhan mereka
tergantung pada dewan komisaris dalam hal pengumuman dividen yang akan
memberi mereka laba dari perusahaan. Jadi, posisi para pemegang saham biasa
dapat dianggap berbeda dari para kreditor. Jika perusahaan gagal untuk
membayar bunga yang disepakati dan membayar pokok ke kreditor, kreditor
dapat mengambil tindakan hukum untuk memastikan bahwa pembayaran

22
dilakukan atau perusahaan dilikuidasi. Para pemegang saham, di pihak lain,
tidak memiliki dukungan hukum atas perusahaan jika perusahaan tidak
mendistribusikan labanya.
2. Hak Suara
Oleh karena para pemegang saham biasa perusahaan adalah pemilik
perusahaan, mereka berhak untuk memilih dewan komisaris. Dalam sebuah
perusahaan besar, para pemegang saham biasanya hanya melakukan
pengendalian tidak langsung melalui dewan komisaris yang mereka pilih.
Dewan komisaris tersebut kemudian akan memilih manajemen, dan manajemen
perusahaan merupakan pihak yang sebenarnya mengendalikan operasi
perusahaan. Pada perusahaan perorangan, persekutuan, atau perusahaan kecil,
para pemilik biasanya mengendalikan operasi bisnis secara langsung. Pada
perusahaan besar, mungkin terdapat saat-saat ketika tujuan pihak manajemen
berbeda dengan pemegang saham biasa. Salah satu dari sedikit tindakan
pemegang saham yang berkeinginan memengaruhi pihak manajemen adalah
melalui dewan komisaris.
Oleh karena pemegang saham biasa sering kali secara geografis sangat
tersebar dan tidak diatur secara rutin, pihak manajemen sering kali dapat
melakukan pengendalian efektif dari suatu perusahaan besar jika pihak
manajemen hanya mengendalikan sedikit dari persentase saham biasa yang
beredar. Dengan mengajukan daftar kandidat komisaris yang mendukung
kepentingan pihak manajemen, pihak manajemen mampu untuk
mempertahankan kendalinya.
Kuasa dan Perebutan Kuasa. Pemungutan suara dapat dilakukan secara
perorangan dalam rapat umum pemegang saham atau melalui kuasa, Kuasa atau
proksi (proxy) adalah formulir yang ditandatangani pemegang saham untuk
memberikan hak pilihnya kepada orang atau sekelompok orang lain. Oleh karena
kebanyakan pemegang saham tidak menghadiri RUPS, pemungutan suara
melalui kuasa merupakan mekanisme yang paling banyak dilakukan dalam
pemungutan suara. Securities and Exchange Commission (SEC) mengatur
permintaan untuk kuasa dari para pemegang saham untuk memilih daftar
kandidat komisaris yang direkomendasikan dan untuk proposal lamnya yang

23
memerlukan persetujuan pemegang saham. Jika para pemegang saham puas
dengan perusahaan, mereka biasanya akan menandatangani kuasa yang
mendukung pihak manajemen, memberikan wewenang tertulis kepada pihak
manajemen untuk memberikan suara atas kepemilikan mereka. Jika beberapa
pemegang saham tidak memberikan suara atas kepemilikannya, sejumlah saham
yang memberikan hak suara pada RUPS tersebut serta jumlah yang dibutuhkan
untuk membentuk suara terbanyak akan lebih rendah. Dikarenakan sistem kuasa
tersebut dan kenyataan bahwa pihak manajemen dapat mengirimkan informasi
kepada para pemegang saham dengan biaya perusahaan, pihak manajemen
memiliki keuntungan dalam proses pemungutan suara tersebut.
Akan tetapi, pertahanan tersebut bukannya tidak dapat runtuh. Para pihak
eksternal dapat mengambil alih pengendalian perusahaan melalui perebutan
kuasa (proxy contest). Ketika sebuah kelompok eksternal melakukan
pengambilalihan kuasa, kelompok tersebut diminta untuk mendaftarkan laporan
kuasanya kepada SEC untuk mencegah penyajian informasi yang menyesatkan
atau salah. Dalam perebutan kuasa, suara terbanyak akan mendukung pihak
manajemen agar menang. Pihak manajemen memiliki organisasi dan
penggunaan sumber daya perusahaan untuk melakukan perebutan kuasa. Pesaing
tampaknya akan menang hanya jika kinerja laba perusahaan buruk selama ini
dan pihak manajemen jelas tidak efektif. Akan tetapi, pelaksanaan perebutan
kuasa sering kali dihubungkan dengan kinerja harga saham yang lebih tinggi
daripada tanpa adanya perebutan kuasa ini. Tentu saja, tantangan itu sendiri
cukup untuk mengubah harapan investor atas pihak manajemen di masa
mendatang agar berperilaku lebih baik sehubungan dengan pemaksimalan
kesejahteraan pemegang saham.
Prosedur Pemungutan suara. Tergantung pada AD/ART perusahaan, dewan
komisaris dapat dipilih berdasarkan sistem aturan pemungutan suara terbanyak
(majority-rule, voting) atau sistem pemungutan suara kumulatif (cumulative
voting). Berdasarkan sistem aturan pemungutan suara terbanyak, para pemegang
saham memiliki satu suara untuk setiap saham yang dimiliki, dan harus
memberikan suara untuk setiap posisi komisaris yang kosong. Seorang
pemegang saham yang memiliki 100 lembar saham dapat memberikan 100 suara

24
untuk posisi komisaris yang kosong. Oleh karena setiap orang yang mencari
posisi dalam dewan komisaris harus memenangkan total suara untuk posisi
tersebut, sistem tersebut mengabaikan kepentingan pihak minorita untuk
memilih sendiri komisaris. Jika pihak manajemen dapat memperoleh kuasa lebih
dari 50% dari saham yang berhak suara, pihak manajemen dapat memilih
keseluruhan dewan komisaris.
Berdasarkan sistem pemungutan suara kumulatif, pemegang
mengakumulasikan suara dan memberikannya untuk kurang dari jumlah total
saham dapat saham sama saham dikali jumlah komisaris yang dipilih. Jumlah
total suara untuk setiap pemegang dengan jumlah lembar saham yang dimiliki
pemegang komisaris yang dipilih. Jika Anda adalah seorang pemegang saham
yang memiliki 100 lembar saham dan terdapat 12 komisaris yang harus dipilih,
Anda dapat memberikan 100 x 12 = 1.200 suara. Seluruh 1.200 suara milik
Anda tersebut dapat diberikan untuk seorang komisaris, atau suara ini disebarkan
ke sejumlah komisaris yang Anda dukung.
Sistem pemungutan suara kumulatif, berkebalikan dengan sistem aturan
pemungutan suara terbanyak, memungkinkan kepemilikan minoritas memiliki
peluang yang lebih besar untuk memilih sejumlah komisaris. Jumlah minimum
lembar saham yang dibutuhkan untuk dapat memilih sejumlah komisaris
ditentukan melalui persamaan berikut ini:
Jumlah total s aham berhak suara x J umlah tertentu komisaris yang dipilih
+1
J umlah tertentu komisaris yang dipilih+1

Jika terdapat 3 juta lembar saham berhak suara, dan jika jumlah total komisaris
yang akan dipilih adalah 15, serta jika kelompok minoritas ingin memilih 2
komisaris, maka kelompok tersebut akan membutuhkan paling tidak jumlah
lembar saham berikut ini:
3.000.000 x 2
+1=375.001
15+1

Pada contoh ini, 375.001/3.000.000 = 12,5% saham berhak suara telah cukup
untuk memilih 2/15 = 13,3% dewan komisaris.

25
Seperti yang dapat Anda lihat, sistem pemungutan suara kumulatif
memberikan peluang yang lebih baik bagi kepemilikan minoritas untuk diwakili
dalam dewan komisaris perusahaan. Oleh karena sistem ini lebih demokratis,
sejumlah negara bagian AS mensyaratkan perusahaan memasukkan dalam
AD/ART perusahaan untuk pemilihan komisaris melalui cara ini. Akan tetapi,
meskipun dengan pemungutan suara kumulatif, pihak manajemen masih dapat
melakukan berbagai langkah untuk dapat secara efektif menghalangi
kepemilikan minoritas mendapatkan perwakilan di dewan komisaris. Salah satu
metodenya melibatkan pengurangan jumlah komisaris di dewan. Asumsikan
bahwa kelompok minoritas sebenarnya memiliki 375.001 saham seperti yang
disebutkan sebelumnya. Dengan 15 komisaris yang akan dipilih, kelompok
tersebut dapat memilih 2 komisaris. Akan tetapi, jika jumlah dewan dikurangi
menjadi 6, kelompok minoritas tidak dapat memilih komisaris karena jumlah
minimum saham yang dibutuhkan untuk memilih seorang komisaris adalah
3.000.000 x 1
+1= 428.572
6 +1
Metode lainnya untuk mencegah kepemilikan minoritas mendapatkan
wakil adalah dengan memperketat syarat-syarat komisaris sehingga hanya
sebagian dari dewan tersebut yang dipilih setiap tahun. Jika sebuah perusahaan
memiliki 15 komisaris dan syaratnya adalah untuk 5 tahun, maka mungkin saja
hanya 3 komisaris yang dipilih setiap tahunnya. Akibatnya, kelompok minoritas
membutuhkan saham dalam jumlah yang jauh lebih banyak untuk dapat
memiliki hak suara-tepatnya 750.001 lembar-dalam memilih komisaris daripada
jika posisi 15 komisaris tadi masuk ke pemilihan setiap tahunnya.
3. Hak untuk Membeli Saham Baru (Hanya Kemungkinan)
Seperti yang dibahas dalam Bab 19, AD/ART perusahaan atau peraturan
negara bagian AS dapat mensyaratkan agar emisi saham biasa baru atau
penerbitan sekuritas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa ditawarkan
pertama kali kepada para pemegang saham biasa lama karena hak prioritasnya.
Jika hak prioritas diterapkan dalam perusahaan, pemegang saham biasa lama
akan memiliki hak untuk mempertahankan porsi kepemilikannya dalam
perusahaan. Jadi, jika perusahaan melakukan emisi saham biasa, para pemegang
saham biasa harus diberikan kesempatan untuk mendaftar membeli saham biasa

26
baru tersebut agar mereka dapat mempertahankan kepemilikan proratanya dalam
perusahaan.
Saham Biasa Kelas Ganda. Untuk mempertahankan pengendalian bagi pihak
manajemen, pendiri perusahaan, atau beberapa kelompok lainnya, perusahaan
dapat saja memiliki lebih dari satu kelas saham biasa. Contohnya, saham biasa
dapat diklasifikasikan menurut kekuatan suaranya dan menurut klaimnya atas
laba. Saham biasa Kelas A mungkin lebih rendah hak suaranya tetapi memiliki
hak yang lebih tinggi untuk klaim atas dividen, sementara saham biasa Kelas B
memiliki hak suara yang lebih tinggi tetapi klaimnya atas dividen lebih rendah.
Saham biasa kelas ganda adalah hal biasa dalam perusahaan baru dengan saham
biasa promosi menjadi milik pendirinya. Biasanya, promotor perusahaan dan
pihak manajemennya memegang saham biasa Kelas B, sementara saham biasa
Kelas A dijual ke publik.
Asumsikan bahwa para pemegang saham Kelas A dan Kelas B berhak a
satu suara per lembar saham tetapi saham Kelas A diterbitkan dengan harga awal
$20 per lembar. Jika dana senilai $2 juta dikumpulkan dalam penawaran awal
melalui emisi 80.000 lembar saham biasa Kelas A senilai $1,6 juta dan 200.000
lembar saham biasa Kelas B senilai $400.000, para pemegang saham Kelas B
akan memiliki lebih dari dua kali lipat suara daripada yang dimiliki pemegang
saham Kelas A, walaupun investasi awal mereka hanyalah seperempatnya. Jadi,
para pemegang saham Kelas B memiliki pengendalian yang aktif atas
perusahaan. Memang, inilah sebenarnya tujuan dari saham biasa kelas ganda
(dual-class common stock). atas
Dengan adanya pengendalian ini, para pemegang saham Kelas B harus
bersedia untuk menyerahkan sesuatu agar dapat membuat saham biasa Kelas A
menarik bagi para investor. Biasanya, mereka akan mengambil klaim yang lebih
rendah atas dividen dan aktiva. Keseimbangan yang tepat harus ada antara hak
suara dengan klaim atas dividen dan aktiva jika perusahaan ingin melakukan
tawar-menawar secara efektif dalam dana ekuitas Kelas A. Kadang kala, saham
biasa Kelas B diberikan ke promotor perusahaan tanpa investasi uang. Mungkin
contoh yang paling terkenal untuk perusahaan dengan saham biasa kelas ganda
adalah Ford Motor Company. Saham biasa Kelas B dimiliki oleh para anggota

27
keluarga Ford, dan saham biasa Kelas A dimiliki oleh masyarakat umum. Berapa
pun jumlah saham biasa Kelas A yang diterbitkan, saham biasa Kelas B
memiliki 40% dari hak suara di Ford Motor Company. Jadi, para anggota
keluarga Ford tetap memiliki kekuatan hak suara yang besar dalam perusahaan
tersebut, di luar kenyataan bahwa mereka memiliki jauh lebih sedikit saham
daripada masyarakat umum.

28
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang dengan waktu jatuh tempo
akhir 10 tahun atau lebih. Syarat dasar yang berhubungan dengan obligasi
meliputi nilai nominal, tingkat bunga kupon, dan waktu jatuh tempo.
Wali amanat (trustee) adalah orang atau lembaga yang ditugaskan oleh
penerbit obligasi sebagai perwakilian resmi para pemilik obligasi, dan indenture
adalah perjanjian hukum antara perusahaan penerbit obligasi dengan para
pemilik obligasi mengenai klausul penerbitan obligasi dan penunjukan wali
amanat.
Obligasi dapat diterbitkan tanpa jaminan atau dengan jaminan (dijamin
dengan aktiva). Debenture, debenture subordinasi, dan obligasi pendapatan
adalah berbagai bentuk kategori utama obligasi tanpa jaminan; obligasi hipotek
mewakili instrumen utang jangka panjang dengan jaminan yang paling umum.
Penebusan (pelunasan) obligasi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, obligasi dapat ditarik dengan melakukan pembayaran sekaligus pada
waktu jatuh tempo akhir, melalui konversi jika obligasi tersebut dapat
dikonversi, melalui penarikan kembali (call) obligasi, jika terdapat fitur
penarikan, atau melalui pelunasan secara periodik. Pelunasan secara periodik
atas utang dimungkinkan jika melibatkan dana pelunasan atau obligasi berseri.
Saham preferen adalah bentuk hibrida dari sekuritas yang memiliki
karakteristik utang dan saham biasa. Pembayaran dividen bukanlah kewajiban
hukum, tetapi lebih merupakan kewajiban pilihan, walaupun banyak perusahaan
yang menganggap kewajiban tersebut sebagai kewajiban terap.

III.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai
bahan/materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
mahasiswa/i khususnya mengenai Utang Jangka Panjang, Saham Preferen, dan
Saham Biasa.

29
DAFTAR PUSTAKA

C Van Horne, J., & M Wachowicz, J. (2005). Fundamental Of Financial


Management (Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (Edisi 12). Salemba
Empat.
Gustira, F., Baining, M. E., & Mubyarto, N. (2020). Pengaruh Utang Jangka
Pendek Dan Utang Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Pada Bank
Umum Syariah Indonesia Tahun 2016-2020. Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
3. No, 91–116.
Yanti, E. R. (2020). Dampak Struktur Aktiva , Profitabilitas , Rasio Hutang ,
Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Dan Harga Saham. 8(2), 173–184.

30

Anda mungkin juga menyukai