1
Pengenalan tentang Risiko, Imbal Hasil, dan Catatan
Historis
2
1. Determinan Tingkat Bunga
Faktor fundamental yang akan menentukan tingkat bunga yaitu:
1. Pasokan dari penyimpanan, khususnya rumah tangga.
2. Permintaan dana dari pebisnis yang akan digunakan untuk membiayai
investasi pada pabrik, peralatan dan persediaan (pembentukan aset modal
atau modal riil).
3. Pasokan atau permintaan bersih pemerintah atas dana yang
dibentuk dengan tindakan bank central.
5
Contoh :
Obligasi Treasuri berjangka 6 bulan, imbal hasil bebas
resiko yang terssedia dalam horizon waktunya adalah
0.0271
6
Tingkat Persentase Disetahunkan
Tingkat imbal hasil atas investasi jangka pendek
(menurut kebiasaan, T< 1 tahun) sering kali
disetahunkan (annualized) menggunakan metode
sederhana, bukan berganda( compounding). Hal ini
disebut tingkat persentase disetahunkan (annual
percentage rates-APR). Jadi, APR yang sesuai untuk
imbal hasil bulanan atas kartu kredit dihitung dengan
mengalikan tingkat bulanan itu dengan 12. Imbal hasil
per periode dari APR :
rf(T)= T x APR
7
Maka melanjutkan contoh sebelumnya yaitu
8
3. Resiko dan Premi Resiko
9
Imbal Hasil Lebihan dan Premi Resiko
Sebelum berinvestasi , investor harus mengetahui
berapa banyak kompensasi yang
diharapkan( expected reward) yang ditawarkan
untuk resiko yang terkandung dalam investasi
saham. Perbedaan pada satu periode tertentu
antara tingkat imbal hasil aktual pada aset beresiko
dengan tingkat bebas resiko aktual disebut imbal
hasil lebihan (excess return). Oleh karena itu, premi
resiko adalah nilai yang diharapkan dari imbal hasil
lebihan, dan standar deviasi dari suatu imbal hasil
lebihan adalah sebuah ukuran resikonya.
NEXT
10
4. Analisis Runtun Waktu dari Imbal
Hasil Masa Lalu
a. Analisis Runtun Waktu
versus Analisis Skenario
NEXT
d. Distribusi Normal
11
Analisis Runtun Waktu versus
Analisis Skenario
Dalam skenario analisis ke depan, ditentukan
sekumpulan skenario yang relevan dan hasil investasi
yang terkait( tingkat imbal hasil), menentukan
probabilitas masing-masing dan memutuskan
dengan menghitung premi resiko( imbal hasil) serta
standar deviasi( resiko) dari investasi yang diusulkan.
Sejarah aset dan imbal hasil portofolio dalam bentuk
runtun waktu dari imbal hasil masa lalu yang
terealisasi tidak secara eksplisit menyediakan
penilaian pada investor tentang probabilitas dari
imbal hasil tersebut.
BACK
12
Tingkat Bunga Rill dan Nominal
Hubungan antara tingkat bunga riil (pertumbuhan daya beli)
dan tingkat bunga nominal (pertumbuhan uang) dapat dilihat
melalui persamaan berikut ini:
r=R–i
1+i
Misal, Jika tingkat bunga nominal atas suatu sertifikat
berjangka 1 tahun adalah 8%, dana memprediksi inflasi akan
sebesar 5% pada tahun yang akan datang, maka menggunakan
rumus tersebut dapat diprediksi tingkat bunga riil sebesar
r= (0.08-0.05)/ (1+0.05)= 0.0286 = 2.86%
Back
13
Keseimbangan Tingkat Bunga Nominal
R = r + E(i)
Persamaan ini berarti bahwa jika tingkat bunga riil cukup stabil, maka
kenaikan tingkat bunga nominal merupakan prediksi tentang kenaikan
tingkat inflasi. Tingkat bunga riil sepertinya merupakan salah satu metode
alternatif yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat inflasi ,
terutama karena tidak ada metode yang lebih baik untuk memprediksi
tingkat inflasi.
Back
14
Pajak dan Tingkat Bunga Rill
Kewajiban pajak didasarkan pada penghasilan nominal dan tarif pajak
invetor ditentukan oleh golongan tarif pajaknya.Golongan tarif pajak
terkait index tidak membebankan beban pajak tabungan dari dampak
inflasi.
R(1-t)-i=(r+i)(1-t)-i= r(1-t)-it
Sehingga tingkat imbal hasil riil setelah pajak akan turun ketika tingkat
inflasi meningkat. Investor menderita sanksi inflasi sebesar tarif pajak
dikali tingkat inflasi.
Misal, investasi berada pada golongan tarif pajak 30%, imbal hasil
investasi sebesar 12%, tingkat inflasi 8%. Imbal hasil riil sebelum pajak
adalah 4%, dan berdasarkan sistem pajak terproteksi inflasi, imbal hasil riil
setelah pajak yang diterima adalah 4%(1-30%)= 2.8%.
Tapi, perhitungan pajak tidak mengakui 8% dalam komponen imbal hasil
nominal sebagai kompensasi atas inflasi, bukan penghasilan riil sehingga
imbal hasil riil setelah pajak adalah 8%x0.3= 2.4%. Back 15
a. Imbal Hasil Satu Periode
Misalkan, anda sedang mempertimbangkan berinvestasi pada sebuah reksa dana saham.
Reksa dana dijual pada Rp 100.000 per lembar. Dengan horizon waktu 1 tahun., tingkat
imbal hasil terealisasi dari investasi tersebut bergantung pada:
a. Harga per lembar reksa dana pada akhir tahun
b. Dividen kas yang akan diterima selama satu tahun
Imbal Hasil terealisasi disebut imbal hasil satu periode (holding period return/ HPR).
HPR=
Dari pemisalan di atas, jika harga per lembar saham di akhir tahun adalah Rp 120.000
dan dividen kas selama tahun tersebut adalah Rp 90.000, maka HPR nya adalah 110%.
Imbal hasil persentase atas penerimaan dividen disebut dividend yield sehingga imbal
hasil dividen ditambah imbal hasil keuntungan modal sama dengan HPR.
Back 16
b. Imbal Hasil yang Diharapkan dan
Simpangan Baku
Tingkat imbal hasil yang diharapkan( expected rate of
return-E(r)) adalah tingkat imbal hasil rata-rata yang
ditimbang terhadap probabilitas dari setiap skenario.
Standar deviasi dari imbal hasil (σ) adalah ukuran resiko,
Back 17
b. Imbal Hasil yang Diharapkan dan
Rata-Rata Aritmatika
Back
18
c. Rasio Kompensasi terhadap
Validitas atau Rasio Sharpe
Pentingnya pertukaran antara kompensasi (premi resiko)
dengan resiko( sebagaimana diukur dengan simpangan
baku/ standar deviasi) menunjukkan bahwa kita mengukur
daya tarik investasi pada portofolio dengan rasio premi
resikonya terhadap standar deviasi dari imbal hasil
lebihannya.
Back
19
Sekian
dan
Terima Kasih
20