Anda di halaman 1dari 8

RISIKO PORTOFOLIO

DISUSUN OLEH:
PENGERTIAN RISIKO

Menurut Jorion (2000), menyatakan risiko sebagai volatility


dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari
asset atau kewajiban dari bunga.

Menurut Ronny Kountur, D.M.S, Ph.D dalam bukunya yang


berjudul Manajemen Risiko Operasional, risiko didefinisikan
sebagai kesempatan untuk terjadinya cidera atau kerugian dari
suatu bahaya atau kombinasi dari kemungkinan dan akibat risiko.

Prof Dr. Ir. Soemarno, menjelaskan risiko sebagai suatu


kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi.
JENIS - JENIS RISIKO

Risiko Sistematis Risiko Non Sistematis


(systematic Risk) (Unsystematic Risk)

Risiko sistematis merupakan risiko Risiko ini merupakan risiko


yang tidak dapat dihilangkan dengan yang dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena melakukan diversifikasi, karena
fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh risiko ini hanya ada dalam satu
faktor-faktor makro yang dapat perusahaan atau industry
dipengaruhi pasar secara tertentu.
keseluruhan.
Contoh risiko non sistematis adalah
Contoh risiko sistematis adalah kenaikan faktor struktur modal, struktur asset,
inflasi yang tajam, kenaikan tingkat suku tingkat likuiditas, tingkat keuntungan,
bunga, dan siklus ekonomi. dan lain sebagainya.
Ada beberapa jenis risiko yaitu:

1. Risiko
RisikoFinansial
financial adalah risiko yang diterima oleh akibat dari
ketidakmampuan emiten saham atau obligasi memenuhi kewajiban
pembayaran dividen atau bunga serta pokok investasi.

Contoh risiko Finansial yang muncul terkait dengan kepemilikan


aset dan investasi antara lain adalah tidak memiliki tabungan cukup
atau tidak melakukan investasi yang tepat untuk mencapai tujuan
finansial, kehilangan aset investasi, pencurian atau kerusakan pada
properti sebagai aset investasiv
2. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik
keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi
ekonomi, keuangan Negara, perubahan manajemen perusahaan, atau
kebijakan pemerintah.

Contoh: suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham yang


dibeli dengan harga Rp 1 miliar, misalkan harga saham jatuh sehingga
nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta

3. Risiko Psikologis
Risiko psikologis adalah risiko bagi investor yang bertindak secara emosional
dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimism dan
pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan hargsa saham.
Risiko psikologis adalah risiko yang tidak bisa dihitung atau diantisipasi tetapi
masih bisa dihindari

Contohnya: kehilangan reputasi, kehilangan kepercayaan atau


kehilangan motivasi
4. Risiko Likuiditas
Diakibatkan karena kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu
tertentu
Contohnya: ada satu pihak yang tidak bisa membayar kewajibannya saat jatuh
tempo secara tunai. Walaupun pihak tersebut mungkin bisa dikatakan memiliki
aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajiban utangnya, tapi disaat aset
tersebut tak bisa dikonversikan menjadi uang tunai maka bisa dikatakan asetnya
tidak likuis.

5. Risiko Suku Bunga


Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul dikarenakan memburuknya nilai
relatif aktiva berbunga (contoh: pinjaman atau obligasi) disebabkan oleh adanya
peningkatan suku bunga.

Contohnya: suku bunga obligasi adalah 8-10% pada umumnya namun


kemudian pemerintah mengeluarkan suku ritel yang memiliki suku bunga
hingga 12%. Oleh karena itu tentunya investor lebih suka dengan suku ritel
ini.
6. Risiko Nilai Tukar
Disebabkan adanya perubahan kurs valuta asing di pasaran, berkaitann dengan adanya
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Contohnya: investor ingin menanamkan investasi yang mengharuskan


menggunakan mata uang US, disaat yang sama kurs rupiah terhadap $ lemah,
sehingga investor harus mengeluarkan rupiah dengan jumlah yang lebih
banyak dari pada ketika nilai rupiah menguat.

7. Risiko Daya Beli


Risiko inflasi atau sebagai risiko daya beli yang menunjukkan bahwa nilai kas dari
investasi saat ini tidak akan bernilai sebanyak di masa depan dikarenakan adanya
perubahan daya beli akibat invlasi.

Contohnya: jika investor memegang 40% dari portofilio tunai Rp 10.000.000


dan inflasi berjalan pada 5%. Nilai tunai portofolio akan kehilangan
Rp 2.000.000 per tahun (Rp 10.000.000 x 40% x 5%)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai