Anda di halaman 1dari 15

Dosen Pengampuh : 1. Dr. M. Nasir, M.

si

2. Tuti Sriwedari, M.Si, Ak.CA

MINI RISET

Mata Kuliah Manajemen Akuntansi

Disusun Oleh :

1. Khairunnisa (7162142004)
2. Indah Fitri Anita (7162142003)
3. Astari Septiani (7163142004)

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
ridho serta berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan dengan tepat waktu.

Mini Riset ini disusun atas dasar pemikiran dan pembahasan mendalam. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan semoga Mini Riset ini dapat memberikan manfaat
untuk pembaca sebagai tambahan akan wawasan baru.

Pembuatan makalah Mini Riset ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan. Dalam penyelesaian Mini Riset ini saya
banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak khusunya Bapak
Dosen Pengampu yaitu Bapak Dr. M. Nasir, M.si dan Ibu Tuti Sriwedari, M.Si,
Ak.CA serta rekan-rekan mahasiswa lainnya, sehingga kendala dan hambatan dalam
penyusunan Mini Riset ini dapat diatasi.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki
dan menyempurnakan makalah ini serta pembuatan tugas Mini Riset selanjutnya.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Tujuan..................................................................................................................1

1.3 Manfaat................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

2.1 Identitas Jurnal Utama.........................................................................................2

2.2 Identitas Jurnal Pembanding................................................................................2

2.3 Ringkasan Jurnal Utama......................................................................................2

2.4 Ringkasan Jurnal Pembanding.............................................................................3

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal Utama.............................................................5

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal Pembanding...................................................6

2.7 Perbandingan Jurnal Utama dengan Pembanding................................................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................8

3.2 Saran....................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk
menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi
pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net
income). Analisis biaya, volume dan laba (cost-volume-profit analysis) ini merupakan
analisis yang dipengaruhi oleh lima faktor atau suatu kombinasi faktor–faktor berikut
ini yaitu : harga jual, volume penjualan, komposisi produk yang dijual, biaya variable
per tahun dan total biaya tetap.

Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis) sangat berguna bagi


perusahaan yang sedang menyusun rencana usahanya atau sebagai alat pengendali
sewaktu perusahaan masih dalam kegiatan. Analisis biaya, volume dan laba (cost-
volume-profit analysis) menitikberatkan sampai seberapa jauh perubahan–perubahan
pada biaya, volume dan harga jual akan berakibat pada perubahan laba yang
direncanakan ( Weston dan Bringham, 2003 : 201).

Manado merupakan salah satu kota pariwisata yang banyak diminati oleh
sejumlah orang baik dalam negeri maupun luar negeri. Karena itu banyak jasa-jasa
yang menawarkan berbagai macam fasilitas untuk berwisata salah satunya adalah
hotel. Jumlah hotel di Manado dapat dibilang cukup banyak mulai dari hotel kecil
sampai hotel yang besar dan Hotel Sedona merupakan salah satu dari hotel-hotel
tersebut. Akibat dari banyaknya hotel-hotel di Manado membuat pihak manajemen
dari masing-masing hotel dituntut harus melakukan tugasnya dengan baik untuk
mengatasi sejumlah persaingan-persaingan yang ada. Karena dapat dibilang sukses
tidaknya suatu perusahaan termasuk Hotel ditentukan oleh kinerja para manajer yang
ada. Dan sebagai ukuran berhasil atau tidaknya manajer tersebut dapat dinilai dari
laba yang dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri dalam jangka waktu atau dalam
periode tertentu.

1
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah Mini Riset adalah untuk menganalisis kembali
jurnal Analisis Biaya, Volume, Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada
Hotel Sedona Manado dan memberikan Ide lain untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.

1.3 Manfaat
1. Memenuhi tugas Mini Riset mata kuliah manajemen akuntansi.
2. Menambah wawasan mengenai materi analisis biaya volume laba.
3.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Break Even Point (BEP)

Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:119) analisis Break Even Point adalah
suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah,
yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut dinamakan titik
BEP. Sedangkan menurut Yamit (1998:62) BEP dapat diartikan suatu keadaan
dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC). Sedangkan
menurut Prawirosentono (2001:111) analisis Break Even Point Analysis (BEP)
merupakan titik produksi, dimana hasil penjualan sama persis dengan total biaya
produksi.
Asumsi-asumsi dalam BEP
a. Biaya dalam perusahaan dapat dibagi dalam biaya variable dan biaya tetap.
b. Harga jual produk perunit tidak berubah selama periode analisis.
c. Perusahaan hanya memproduksi satu macam peroduk. Apabila diproduksi
lebih dari satu macam produk , perimbangan penghasilan penjualan antara
masing-masing produk (produk mix) nya dilihat dari satuan unit sebelum dan
sesudah BEP adalah tetap konstan.
Adapun analisis break even point (BEP) dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan matematis (matchematic appreach) dan pendekatan
(graphical appreach) Prawirosentono (2001:112). Dengan menggunakan pendekatan
matematis atau pendapatan sama dengan biaya, maka menurut Herjanto (2008:153)
rumus BEP dapat diperoleh sebagai berikut:

TR=TC

BEP (Q) =

BEP (Rp) = BEP (Q) × P

3
=

2.2 Perencanaan Laba

Menurut Carter dan Usry (2002) perencanaan laba (profit planning) adalah
pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan
perusahaan. Laba adalah penting dalam perencanaan karena tujuan utama dari suatu
perencanaan adalah laba yang memuaskan. Perencanaan laba yang baik adalah sulit
karena ada kekuatan-kekuatan eksternal mempengaruhi bisnis seperti perubahan
teknologi, tindakan pesaing, ekonomi, demografi, selera serta pilihan pelanggan,
perilaku sosial, faktor-faktor politik.

Keuntungan perencanaan laba sebagai berikut (Carter dan Usry, 2002):

1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas


identifikasi dan penyelesaian masalah.
2. Perencanaan laba menyediakan pengarahan ke semua tingkatan manajemen.
3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi. Hal tersebut memberikan suatu
cara untuk menyesuaikan usaha-usaha dalam mencapai cita-cita.
4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja
sama dari semua tingkatan manajemen.
5. Perencanaan laba menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja
aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu.

Keterbatasan perencanaan laba sebagai berikut (Carter dan Usry, 2002):

1. Prediksi bukan suatu ilmu pengetahuan pasti, ada sejumlah pertimbangan


dalam estimasi manapun. Perencanaan laba harus didasarkan pada prediksi
atau kejadian di masa depan sehingga besar kemungkinan terjadi kesalahan.

4
2. Perencanaan laba dapat memfokuskan perhatian manajemen pada cita-cita
(seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi)
yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari organisasi.
3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan
kerja sama dari semua anggota manajemen.
4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat
menyebabkan perilaku disfungsional.
5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peranan
administrasi. Rencana laba didesain untuk menyediakan informasi yang
terinci yang memungkinkan eksekutif mengarahkan perusahaan ke tujuan
organisasi.
6. Penyusunan perencanaan laba memakan waktu.

2.3 Margin Of Safety

Analisis margin of safety menggambaran tentang seberapa besar penjualan


yang boleh turun dari jumlah penjualan tertentu dimana perusahaan belum menderita
rugi atau dalam keadaan Break Even. Dengan kata lain, margin of safety merupakan
batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi penurunan penjualan, berapa pun
penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan
tidak akan mederita rugi. Kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas
titik impas volume penjualan dengan artian semakin tinggi margin pengaman, maka
semakin rendah resiko untuk tidak balik modal (Garisson, Noreen, Brewer, 2006).
Margin of safety dapat membantu manajer untuk mengetahui besarnya resiko yang
terkandung dalam suatu rencana penjualan. Perusahaan yang mempunyai margin of
safety yang besar dikatakan lebih baik karena rentang penurunan penjualan yang
dapat ditolerir adalah lebih besar sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah.
Namun sebaliknya jika margin of safety rendah, kemungkinan perusahaan untuk
menderita kerugian besar. Dalam hal ini, manajer dapat mempertimbangkan untuk
meningkatkan volume penjualan atau menurunkan biayanya. Langkah ini akan
membantu untuk menurunkan timbulnya resiko kerugian.

5
Margin of safety = total penjualan yang dianggarkan – penjualan titik impas, atau
Maargin of Sfety Ratio : Margin of Safety x 100%
Total Penjualan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau
mengklasifikasinya, menganalisis, dan menginterpretasikannya. Kutha (2010:53)
dalam Gindarsyah (2010:30) menjelaskan, metode deskriptif analisis dilakukan
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis,
tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan
penjelasan secukupnya. Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena pada
dasarnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Selain itu, metode ini
dianggap cukup tepat untuk melakukan pendekatan terhadap masalah yang akan
dianalisis.
3.2 Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan jurn
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Kepustakaan
Yaitu segala usaha dan cara yang dilakukan oleh pengamat untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diamati
dengan membaca, menelusuri serta menelaah buku pedoman, buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain serta dengan buku-buku lainnya sebagai referensi dan menggali teori-

6
teori yang berkembang yang ada hubungannya denga materi pengamatan, sehinggga
dapat dipercaya kebenarannya.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada dasarnya suatu perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan. Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan
membuat para pengusaha terpacu untuk mengelola perusahaan dengan lebih efektif
dan efisien. Oleh karena itu demi kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi
persaingan bisnis tersebut manajemen perusahaan perlu berupaya semaksimal
mungkin agar tidak mengalami kerugian. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah
mencapai laba yang optimal. Laba merupakan ukuran yang seringkali dipakai dalam
menilai keberhasilan manajemen suatu perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu
perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan
dan kesempatan dimasa yang akan datang (Wati, 2011).

Perencanaan laba jangka pendek adalah program kerja manajemen untuk


memperoleh laba pada setiap transaksi bisnis, bulanan, triwulan, semesteran, dan
paling lama per satu tahun. Laba jangka pendek dapat didekati dengan berbagai cara :

1. Titik Impas (Break Event Point)


2. Margin Keamanan ( Margin of Safety)
3. Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)
4. Tingkat Laverage Operasi (Degree of Overating Leverage)
5. Margin Kontribusi per Unit

Berdasarkan Critical Jurnal yang kami analisis pendekatan perencanaan laba


jangka pendek yang diuraikan dalam jurnal “Analisis Biaya, Volume, Laba Sebagai
Alat Bantu Perencanaan Laba Pada Hotel Sedona Manado” hanya menggunakan
pendekatan Break Even Point dan Margin of Safety sehingga penulis menambahkan
tiga pendekatan yaitu Titik Penetapan Usaha, Tingkat Leverage Operasi, dan Margin
Kontribusi per Unit.

Titik Penutupan Usaha

8
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai
(cash cost atau of pocket costs atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-
biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Biaya variabel
biasanya merupakan biaya tunai tetapi biaya tetap mungkin juga termasuk sebagai
biaya tunai seperti: gaji pengawas pabrik dan biaya pemeliharaan. Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari saku (out-of pocket cost) dengan biaya terbenam (atau sunk cost, yaitu
pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfaatnya masih dinikmati
sampai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi, amortisasi, dan
deplesi). Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat
menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa usaha
harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari titik perpotongan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

Titik penutupan usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Titik Penutupan usaha (rupiah) = Biaya Tetap Tunai


Contribution Margin Ratio

Titik Penutupan Usaha (unit) = Biaya Tetap Tunai


Contribution Margin per unit

Tingkat Leverage Usaha (Degree of Overating Leverage)

Menurut Garisson (2008:344), operating leverage mempunyai kaitan dengan


struktur biaya perusahaan, dalam hal bahwa operating leverage semakin lebih besar
pada perusahaan yang mempunyai biaya tetap yang lebih besar dan biaya variabel
per satuan yang kecil. Sebaliknya, operating leverage semakin lebih rendah dalam
perusahaan yang mempunyai biaya tetap yang kecil dan biaya variabel per satuan
yang tinggi. Singkatnya operating leverage merupakan ukuran besaran biaya tetap
yang digunakan dalam organisasi. Semakin besar biaya tetap, semakin besar pula

9
operating leverage yang tersedia dan semakin besar kepekaan penghasilan netto
terhadap perubahan penjualan.

Apabila perusahaan mempunyai operating leverage yang tinggi (yaitu biaya tetap
yang besar dan biaya variabel per satuan yang kecil), maka kenaikan penjualan yang
hanya sedikit saja dapat mengakibatkan kenaikan persentase laba yang tinggi. Degree
of operating leverage merupakan ukuran, pada tingkat penjualan tertentu, berapa
persen perubahan volume penjualan akan mempengaruhi keuntungan.

Garrison (2008:343) “tingkat operating leverage pada berbagai tingkat penjualan


dihitung dengan rumus di bawah ini”:

Tingkat Operating Leverage = Margin Kontribusi


Laba Bersih

Margin Kontribusi

Supriyono (2004:531) “ contribution margin adalah pendapatan penjualan dikurangi


semua biaya variabel”. Contribution margin tersebut menunjukan jumlah yang
tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan setelah biaya tetap tertutup maka
sisanya untuk menghasilkan laba pada periode yang bersangkutan. Jika contribution
margin tidak cukup untuk menutup biaya tetap maka terjadi rugi pada periode
tersebut. Contribution margin dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:

CM perunit = Harga Jual Perunit - Biaya Variable Perunit

CM total = Pendapatan Penjualan – Biaya Variable Total

Menurut Sunarto (2004:138), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


contribution margin antara lain: Harga jual per unit, Perubahan harga jual per unit
sangat berpengaruh terhadap marjin kontribusi, dimana apabila harga jual per unit
naik, maka marjin kontribusi akan naik dan tingkat laba perusahaan akan naik pula.
Sebaliknya apabila harga jual per unit turun, maka marjin kontribusi juga akan turun
yang berarti laba menjadi rendah. Volume penjualan, Semakin besar volume produk

10
yang dijual maka akan memperbesar marjin kontribusi yang sekaligus akan
memperbesar laba. Komposisi produk yang dijual, Perubahan komposisi produk yang
dijual mengakibatkan berubahnnya marjin kontribusi secara total. Perubahan
komposisi dari produk-produk yang mempunyai marjin kontribusi rendah
menyebabkan keuntungan total menurun, meskipun dari penjualan total meningkat.
Sebaliknya perubahan komposisi dari produkproduk yang menghasilkan marjin
kontribusi tinggi akan meningkatkan keuntungan, walaupun penjualan total
berkurang.

Biaya variabel per unit, Perubahan biaya variabel sangat berpengaruh


terhadap marjin kontribusi karena biaya variabel merupakan instrumen penting dalam
menentukan marjin kontribusi. Apabila biaya variabel naik maka marjin kontribusi
akan turun, sebaliknya apabila biaya

11
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan maka diketahui bahwa


terdapat 5 pendekatan dalam menentukan strategi perencanaan laba jangka pendek
dalam suatu perusahaan. Perencanaan laba jangka pendek adalah program kerja
manajemen untuk memperoleh laba pada setiap transaksi bisnis, bulanan, triwulan,
semesteran, dan paling lama per satu tahun. Laba jangka pendek dapat didekati
dengan berbagai cara :

1. Titik Impas (Break Event Point)


2. Margin Keamanan ( Margin of Safety)
3. Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)
4. Tingkat Laverage Operasi (Degree of Overating Leverage)
5. Margin Kontribusi per Unit

5.2 Saran

Saran penulis kepada peneliti adalah untuk kelanjutan penelitian alangkah


lebih baik apabila menghitung seluruh pendekatan seperti yang telah di uraikan dalam
pembahasan. Agar perencanaan laba pada Hotel Sedona Manado lebih efektif apabila
dilakukan dengan 5 pendekatan tersebut. Dan saran untuk Hotel Sedona Manado
diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan agar dapat
merencanakan laba dengan baik untuk keberlangsungan perusahaan.

12

Anda mungkin juga menyukai