Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA


KELAS X SMA SWASTA SEI BEJANGKAR
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023

PROPOSAL

Oleh:
Henmi Febby Lianti
NPM: 19053027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
KISARAN
2022
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL ................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................ 5
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 8
2.1 Kerangka Teori .......................................................................................................... 8
2.1.1 Metode Quantum Learning .............................................................................. 8
2.1.2 Kemampuan Menulis Teks Eksposisi ........................................................... 12
2.2 Penelitian Yang Relevan ........................................................................................ 15
2.3 Kerangka Konseptual .............................................................................................. 17
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 20
3.1.1 Tempat Penelitian ............................................................................................ 20
3.1.2 Waktu Penelitian .............................................................................................. 20
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 21
3.2.1 Populasi ............................................................................................................. 21
3.2.2 Sampel ............................................................................................................... 21
3.3 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ................................................................. 22
3.3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 22
3.3.2 Desain Penelitian ............................................................................................. 23
3.4 Instrumen Penelitian................................................................................................ 24
3.4.1 Tes ...................................................................................................................... 24
3.4.2 Angket (Kuesioner) ......................................................................................... 27
ii
3.4.3 Uji Validitas Angket ........................................................................................ 28
3.4.4 Uji Reliabilitas Angket.................................................................................... 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 30
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................................... 31
3.6.1 Teknik Analisis Angket .................................................................................. 31
3.6.2 Uji Asumsi Klasik............................................................................................ 31
3.6.3 Uji Hipotesis ..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Bahasa Indonesia Siswa Kelas X………..………..3

Table 3.1 Waktu Penelitian………………………………………………...…..21

Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas XI SMAS Sei Bejangkar……………………..21

Table 3.3 Sampel Penelitian……………………………..…………………......22

Tabel 3.4 Desain Penelitian………………...…………………………………..23

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Menulis Teks Eksposisi…………………….………...24

Table 3.6 Kriteria Aspek Penilaian Menulis Teks Eksposisi…………………..25

Tabel 3.7 Kategori Penilaian Teks Eksposisi Berdasarkan Skala Nila.………..27

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Layout Angket Kemampuan Menulis Teks Eksposisi…....28

Table 3.9 Kategori Lembar Observasi dan Angket…………………………….31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual…………………...…….……………...…..19

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem pendidikan yang ada di Indonesia telah mengalami banyak

perubahan sehingga dalam pendidikan nasional semakin mengalami kemajuan.

Pendidikan di sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dan

perkembangan itu terjadi karena adanya pembaharuan sehingga dalam mengajar

guru selalu ingin menemukan metode dan media yang dapat mendorong

tercapainya tujuan pembelajaran.

Setiap mata pelajaran, termasuk Bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang berlaku siswa diharapkan mampu mengakumulasi pengetahuan

dan mencapai kompetensi, yaitu perpaduan pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa meliputi

empat jenis keterampilan yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan

yang paling sulit dan membosankan, karena bukan hanya makna dari isi tulisan

tersebut yang diperhatikan pembaca tetapi dari segi bahasa yang digunakan

penulis juga diperhatian.

Kemampuan menulis pada pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat dua

jenis, yaitu pembelajaran menulis ilmiah dan pembelajaran menulis kreatif.

Menulis ilmiah yaitu tulisan berdasarkan sifat keilmuan yang didasari oleh hasil

pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu dan disusun

berdasarkan metode tertentu dengan sistematika penulisan yang baik serta harus

1
2

berdasarkan fakta. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang

produktif dan ekspresif yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung dan secara tidak tatap muka dengan pihak lain.

Salah satu bentuk kegiatan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

adalah menulis teks eksposisi. Kemampuan menulis teks eksposisi merupakan

salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Pentingnya menulis teks

eksposisi disebabkan karena di dalam teks eksposisi memaparkan atau

menjelaskan mengenai sejumlah informasi kepada pembaca, sehingga dengan

membaca teks eksposisi pembaca akan mendapatkan pengetahuan secara rinci dari

suatu hal atau kejadian.

Dari hasil observasi yang di lakukan di SMA Swasta Sei Bejangkar di

kelas X pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis teks eksposisi

bahwa masih rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks eksposisi dan

siswa masih mengalami kesulitan. Rendahnya kemampuan menulis teks eksposisi

siswa dikarenakan sulitnya siswa untuk mengekspresikan ide dan gagasan.

Akibatnya sebagian tulisan siswa adalah hasil menyalin tulisan orang lain. Siswa

juga kurang berminat dalam menulis dikarenakan kurang bervariasinya metode

yang digunakan oleh guru sehingga pembelajaran terlihat membosankan dan

ketika dilakukan ujian mengakibatkan hasil belajar menjadi rendah, atau belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

Berikut rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat dari table di bawah ini.
3

Table 1.1 Rekapitulasi Nilai Bahasa Indonesia Siswa Kelas X

Persentase Nilai Siswa


Jumlah
Kelas Tes KKM Tuntas Tidak Tuntas
Siswa
% Jumlah % Jumlah
UH 1 70 40 10 60 15
X1 25 UH 2 70 44 11 56 14

Rata-rata 42% 58%


UH 1 70 36 9 64 16
X2 25 UH 2 70 44 11 56 14

Rata-rata 40% 60%

Daftar nilai yang ada pada table tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai KKM

yang sebesar 70, masih banyak siswa yang belum tuntas di dalam melaksanakan

ulangannya. Dari kedua ulangan tersebut dapat dilihat bahwa di kelas X 1 rata-rata

tingkat ketidaktuntasan mencapai 58% dan rata-rata ketuntasannya mencapai

42%, sedangkan di kelas X 2 rata-rata tingkat ketidaktuntasan mencapai 60% dan

rata-rata ketuntasannya mencapai 40%.

Kesulitan yang dialami siswa dalam menulis teks eksposisi dipengaruhi

oleh metode yang digunakan. Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai diperlukan adanya penggunaan metode yang bervariasi. Salah satunya

yaitu metode Quantum Learning. Metode Quantum Learning merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan, meningkatkan aktivitas siswa, dan meningkatkan pemahaman

siswa.

Metode pembelajaran quantum learning merupakan metode yang

dirancang oleh Bobbi de Porter (1992) mencakup aspek-aspek penting dalam


4

program neurlinguistik yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur

informasi. Suryani dan Agung (2012:90) juga menyatakan bahwa lahirnya metode

quantum learning merupakan ramuan dari berbagai teori dan pandangan psikologi

kognitif dan temuan-temuan empiris. Metode quantum learning dalam

perencanaan pembelajaran memperkenalkan konsep TANDUR (Tumbuhkan,

Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).

Penggunaan metode quantum learning sebagai suatu aternatif pemecahan

masalah dalam mengatasi kesulitan menulis teks eksposisi. Metode quantum

learning merupakan metode yang dapat dimaknai sebagai pancaran yang

dihasilkan dari interaksi pada proses pembelajaran sehingga siswa mampu

memperoleh suatu hal baru untuk ditunjukkan kepada orang lain. Penggunaan

metode quantum learning diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis

teks eksposisi siwa sebagai metode alternative yang menarik dan menyenangkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2020) bahwa dengan

penerapan metode quantum learning berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

menulis teks eksposisi siswa kelas X SMAS Budi Murni 2 Medan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Quantum

Learning Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X

SMA Swasta Sei Bejangkar Tahun Pembelajaran 2022/2023”


5

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagi berikut:

1. Kemampuan menulis teks eksposisi siswa masih rendah.

2. Proses pembelajaran yang tidak menggunakan metode pembelajaran

3. Diperlukan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dalam proses

pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Metode Quantum Learning

Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Swasta Sei

Bejangkar Tahun Pembelajaran 2022/2023”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan Metode

Quantum Learning pada Siswa Kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar Tahun

Pembelajaran 2022/2023?

2. Bagaimana kemampuan menulis teks eksposisi dengan menggunakan Metode

Quantum Learning pada Siswa Kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar Tahun

Pembelajaran 2022/2023?
6

3. Bagaimana pengaruh Metode Quantum Learning terhadap kemampuan

menulis teks eksposisi Siswa Kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar Tahun

Pembelajaran 2022/2023?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan menulis teks eksposisi tanpa menggunakan

Metode Quantum Learning pada Siswa Kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar

Tahun Pembelajaran 2022/2023.

2. Untuk Mengetahui kemampuan menulis teks eksposisi dengan menggunakan

Metode Quantum Learning pada Siswa Kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar

Tahun Pembelajaran 2022/2023.

3. Untuk Mengetahui pengaruh Metode Quantum Learning terhadap

kemampuan menulis teks eksposisi Siswa Kelas X SMA Swasta Sei

Bejangkar Tahun Pembelajaran 2022/2023.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengembangkan penelitian-penelitian menggunakan Metode

Quantum Learning untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam

belajar.

b. Memberikan referensi dan mengembangkan pembelajaran Bahasa

Indonesia.
7

2. Manfaat Praktis

a. Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan bidang

pendidikan secara teori maupun aplikasi dalam lingkungan pendidikan

mengenal Metode Quantum Learning untuk meningkatkan kemampuan

menulis teks eksposisi siswa.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk

diterapkan dalam menghadapi masalah-masalah belajar khususnya untuk

meningkatkan kemampuan menulis siswa sebagai peningkatan mutu

belajar yang lebih baik di sekolah.

c. Sebagai bahan referensi penambah wawasan bagi penelitian dan peneliti

lain yang meneliti penelitian sejenis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Metode Quantum Learning


Tokoh utama dibalik Quantum Learning adalah Bobbi De Porter.

Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu Quantum artinya lompatan dan

Learning adalah pembelajaran. menurut De Porter dan Hernacki Quantum

Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di

sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia (Nggermanto, 2002).

Menurut Sinaga (2015) Quantum Learning juga diartikan sebagai metode

belajar yang efektif untuk semua tipe orang dan segala jenis usia yang

menghasilkan semacam kemampuan atau kompetensi yang berlipat ganda.

Filosofi dari quantum learning adalah agar pembelajaran menjadi efektif sehingga

kondisi belajar harus menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat

melakukan aktivitas belajarnya dengan baik. Huda juga menambahkan bahwa

Quantum Learning merupakan metode pembelajaran yang memadukan berbagai

pengaruh positif dan interaksi dengan lingkungan belajar yang berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan lebih mudah menerima

pembelajaran jika materi dibawakan dengan cara yang menyenangkan dan

lingkungan yang mendukung (Huda, 2013).

Quantum Learning memiliki beberapa konsep kunci dari berbagai teori

dan strategi belajar, antara lain: 1) Teori otak kanan kiri, 2) Teori otak triune (3 in

1), 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), 4) Teori kecerdasan

8
9

ganda, 5) Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan

pengalaman, 7) Belajar dengan simbol (metaphoric learning), 8) Simulasi

/permainan, 9) Peta pikiran (mind mapping).

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

metode Quantum Learning adalah model pembelajaran yang menyesuaikan

pembelajaran, setiap rancangan, dan setiap metode pembelajaran dengan

lingkungan belajar sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar

siswa.

Menurut Kosasih (2013: 78) “Lingkungan belajar adalah tempat peserta

didik melakukan proses belajar, bekerja dan berkreasi”. Adapun quantum learning

memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya

dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh

siswa, dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa

pesan-pesan belajar bagi siswa.

2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua pembelajaran tanpa terkecuali harus

mempunyai tujuan-tujun yang jelas dan terkontrol.

3. Sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi,

membedakan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait

dengan upaya pemberian nama tersebut.

4. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan

peserta didik harus memperoleh pengakuan guru dan peserta didik lainnya.
10

5. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh

dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi

umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar.

Menurut DePorter dan Mike Hernacki metode quantum learning lebih

mengutamakan AMBAK, “Apa Manfaatnya Bagiku” yaitu motivasi yang didapat

dari manfaat dan akibat-akibat dari suatu keputusan yang dipilih secara mental.

Kekuatan AMBAK terdapat dalam kerangka rancangan belajar TANDUR

(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan.

DePorter (Shoimin, 2014) mengatakan bahwa metode Quantum Learning

memiliki langkah-langkah pembelajaran yang dikenal sebagai TANDUR, yaitu

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Berikut akan

dijelaskan pengertian dari TANDUR.

Tumbuhkan, tahap menumbuhkan minat siswa dilakukan dengan

memberikan motivasi yang kuat agar siswa tertarik dengan pembelajaran dan ikut

beperan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses dalam menumbuhkan minat

siswa dapat diawali dengan menggali permasalahan yang sesuai dengan materi

yang akan dipelajari.

Alami, pada tahap alami guru memberikan pengalaman yang dapat

dimengerti oleh siswa. Mengadakan pengamatan akan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal.

Namai, tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep,

model, rumus, atau strategi dari pengalaman yang diperoleh dari tahap alami.

Pembelajaran akan lebih bermakna ketika pengalaman yang didapatkan


11

sebelumnya diberikan identitas, penguat, dan definsi yang jelas. Untuk membantu

penamaan dapat digunakan susunan gambar, warna alat bantu, kertas tulis, dan

poster dinding.

Demonstrasikan, demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain. Tahap

demonstrasi dapat mendorong siswa untuk menunjukkan pengetahuan yang

dimiliki. Demonstrasi dapat dilakukan dalam beberapa cara, misalnya penyajian di

dalam kelas, permainan, tanya-jawab, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

Ulangi, memperkuat koneksi saraf dapat dilakukan dengan pengulangan

sehingga struktur kognitif siswa menjadi lebih kuat. Pengulangan yang sering

dilakukan akan memperdalam pengetahuan siswa. Tahap pengulangan dapat

dilakukan dengan mengulang kembali materi yang diberikan, menegaskan pokok-

pokok penting dalam materi, mendiskusikan ulang dengan teman sebaya, atau

memberikan latihan soal.

Rayakan, setelah siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan

memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan, guru harus merayakan usaha

yang telah dilakukanya tersebut. Perayaan dapat berupa pujian, tepuk tangan, atau

bernyanyi bersama.

Metode Quantum Learning memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan

menurut Shoimin (2014). Kelebihan metode quantum learning sebagai berikut:

1. Siswa dapat berpikir ke arah yang sama dalam saluran yang sama.
12

2. Quantum learning dapat memusatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang

dianggap penting oleh guru sehingga mereka dapat mengamati hal yang

penting tersebut secara teliti.

3. Membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan nyaman.

4. Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyelaraskan teori dengan

kejadian nyata, dan mencoba melakukan pekerjaan secara mandiri.

5. Membiasakan guru untuk berpikir kreatif dalam kegiatan belajarnya.

Sementara itu kekurangan dari metode quantum learning adalah sebagai berikut:

1. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang karena pembelajaran

dengan model quantum learning harus nyaman dan menyenangkan sehingga

membutuhkan waktu persiapan yang lebih lama.

2. Fasilitas penunjang dalam proses pembelajaran dengan model quantum

learning tidak selalu tersedia dengan baik

2.1.2 Kemampuan Menulis Teks Eksposisi

Menurut Semi (2003:5) “keterampilan menulis merupakan keterampilan

berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakup keterampilan menggunakan

ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat

yang efektif”. Keterampilan ini memungkinkan seseorang dapat menulis dengan

lancar. Sehubungan dengan itu Akhadiah mengatakan bahwa menulis merupakan

kegiatan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Tarigan (2008:3) “menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, dan tidak secara

tatap muka dengan orang lain”.


13

Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan

keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara tidak langsung yang menuntut

pengetahuan dan keterampilan agar tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembaca.

Tujuan, Fungsi dan Manfaat Menulis (Pennebaker, 2003:54) yaitu

diantaranya:

1. Menulis untuk memberikan suatu informasi

2. Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru

3. Menulis sarana untuk mengungkapkan diri

4. Menulis sarana untuk pemahaman

Teks eksposisi merupakan salah satu jenis teks yang ada pada kurikulum

K13, teks eksposisi diungkapkan sebagai salah satu jenis teks yang menguraikan

objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Alwasilah

(2005 :111) mengungkapkan bahwa teks eksposisi yang tujuan utamanya

mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan.

Menurut Nasucha (2009: 50) teks eksposisi bertujuan memaparkan,

menjelaskan, menyampaikan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai desakan

agar pembaca mengikutinya. Teks eksposisi memiliki ciri kebahasaan yatu

bersifat nonfiksi, bersifat informative, berdasarkan fakta, menggunakan Bahasa

baku, dan akhir pada teks berupa penegasan.

Semi (2003:37) mengemukakan empat karakteristik teks eksposisi Yaitu:

1. Berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan. Hal ini

bertujuan agar informasi yang disampaikan penulis dapat lebih mudah

dimengerti.
14

2. Menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Hal ini sangat

penting sebab pada hakikatnya paragraf eksposisi merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan berupa apakah itu, bagaimana berlangsungnya hal itu,

dan dari mana berasal. Jawaban inilah yang penting dalam menjelaskan atau

menguraikan sebuah informasi kepada pembaca.

3. Disampaikan dengan bahasa lugas dan bahasa baku. Dalam menulis paragraf

eksposisi penyampaian informasi harus langsung menuju sasaran. Artinya,

bahasa yang digunakan tidak berbelitbelit agar informasi yang hendak

disampaikan dapat langsung diterima dengan baik.

4. Menggunakan nada netral, tidak memihak, dan tidak memaksakan pendapat

penulis kepada pembaca. Kenetralan ini merupakan hal yang paling utama

dalam sebuah karangan eksposisi, karena jika tidak netral maka karangan

tersebut dapat menjadi bentuk karangan lain.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik teks eksposisi ialah meberikan

informasi dan pengetahuan, menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan

bagaimana, disampaikan dalam bahasa baku dan lugas dan menggunakan nada

netral, tidak memihak, dan tidak memaksakan pendapat penulis kepada pembaca.

Untuk menulis teks eksposisi, penulis harus memperhatikan syaratsyarat

dalam menulis teks eksposisi. Menurut Keraf (Semi, 2003) syarat menulis teks

eksposisi sebagai berikut:

1. Penulis harus mengetahui apa yang akan ditulis. Pengetahuan ini dapat

diperoleh melalui pengamatan, membaca, dan wawancara.

2. Penulis harus mampu menganalisis persoalan secara jelas dan konkret


15

3. Penulis harus mampu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Bahan

yang dikumpulkan dengan berbagai cara harus diseleksi, dievaluasi, dan

dianalisis untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Kemudian bahan tersebut

dipilih sesuai dengan tuisan eksposisi yang ditampilkan dalam bentuk final.

Untuk mencapai sebuah tulisan eksposisi yang baik, Semi (2003:38)

mengemukakan 4 langkah menulis teks eksposisi:

1. Memilih sumber materi tulisan secara teliti. Hal ini di maksudkan agar apa

yang di sampaikan merupakan informasi yang berharga bagi pembaca.

2. Sadarilah selalu tujuan tulisan. Hal ini perlu, agar tulisan tidak melenceng

keluar jalur. Dengan menyadari tujuan di dalam menulis untuk menghasilkan

tulisan yang efektif, akurat, jelas, dan singkat.

3. Ingat selalu calon pembaca. Hal ini dilakukan karena tulisan yang di kerjakan

adalah untuk pembaca dan keberhasilan tulisan ditentukan oleh pembaca,

dengan demikian tulisan yang baik adalah tulisan yang selaras antara

keinginan dan maksud penulis dengan keinginan dan maksud pembaca.

4. Memilih organisasi penyajian yang paling sesuai dengan tujuan tulisan.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan penulis diantaranya adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan Syamsul Arif (2020) mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan dengan Pengaruh Metode

Quantum Writing terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa kelas X


16

SMA Swasta Budi Murni 2 Medan. Berdasarkan hasil analisis penelitian

menunjukkan peningkatan kemampuan menulis teks eksposisi siswa

menggunakan metode Quantum Writing, hal tersebut dibuktikan dari nilai rata-

rata kelas eksperimen sebesar 79,24 dengan predikat baik dan kelas control

dengan nilai rata-rata 63,7 dengan predikat kurang. Dan dari hasil pengujian

hipotesis menunjukkan t-hitung>t-tabel (6,21>1,697) dimana ada pengaruh yang

signifikan metode quantum writing terhadap kemampuan menulis teks eksposisi

siswa.

Selanjutnya penelitian oleh Enur Nurhayati (2010) dengan judul Pengaruh

Penggunaan Metode Quantum Writing Terhadap Kemampuan Menulis Siswa

Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan

hasil kemampuan menulis siswa yang tanpa menggunakan metode Quantum

Writing di kelas 1A pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menunjukan kualifikasi

kurang efektif. Hal ini berdasarkan nilai perhitungan bahwa nilainya adalah 67,52

Di bandingkan dengan hasil kemampuan menulis siswa yang menggunakan

metode Quantum Writing di kelas 1B pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

menunjukan kualifikasi cukuf efektif atau cukuf baik hal tersebut terlihat pada

hasil nilai sebesar 75,94 Berdasarkan perhitungan bahwa pengaruh penggunaan

metode Quantum Writing terhadap kemampuan menulis siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia diperoleh hasil sebesar 92,16% dan angka tersebut

menunjukan bahwa metode Quantum Writing berpengaruh besar terhadap

kemampuan menulis siswa.


17

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2018) dengan Judul Pengaruh

Metode Quantum Learning Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Berbantuan

Media Audiovisual. Hasil penelitian menunjukkan thitung sebesar 2.087 lebih

besar dari ttabel sebesar 1.960 (thitung > ttabel). Penggunaan metode quantum

learning terhadap kemampuan menulis cerpen berbantuan media audiovisual

berlangsung baik atau terdapat pengaruh yang signifikan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variable tersebut,

selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesa

Masalah yang ada pada pembelajaran siswa kelas X SMA Swasta Sei

Bejangkar dalam menulis teks ekposisi masih belum memuaskan yakni,

pencapaian hasil belajar siswa cenderung masih rendah. Rendahnya kemampuan

menulis tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh dari faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yang dimaksud antara lain motivasi belajar siswa

terhadap pelajaran menulis yang masih dinilai kurang. Sedangkan faktor eksternal

yang berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa diantaranya adalah praktik

pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan pendekatan konvensional

sehingga siswa menjadi pasif dan tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

sehingga kemampuan siswa dalam nenulis juga tidak optimal.


18

Melalui Penerapan metode quantum learning diharapkan lebih tertarik dan

fokus pada pembelajaran sehingga hasil belajar mereka dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas untuk meningkatkan kemampuan menulis teks

eksposisi siswa, guru harus menggunakan suatu metode pembelajaran salah

satunya metode quantum learning yang diharapkan dapat mencapa tujuan

pembelajaran yaitu untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi

siswa.

Berikut kerangka konsep yang merupakan proses bagaimana nantinya

penulis menggunakan metode quantum learning dalam pembelajaran sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi siswa yang

dimana penulis melakukan pengumpulan data melalui instrumen penelitian

sebelum menerapkan metode quantum learning pada kelas kontrol dan

eksperiment, dan setelah mandapatkan hasil data dari metode sebelumnya atau

metode ceramah, maka peneliti melanjutkan dengan melakukan pengumpulan data

dari penyebaran instrumen penelitian menggunakan metode quantum learning.

Dan ketika sudah memperoleh hasil keduanya yaitu terhadap kelas kontrol dan

eksperimen maka penulis melakukan perbandingan dengan teknik analisis data

yang telah di tentukan sehingga akan mendapatkan hasil dari penggunakan

metode sebelum dan sesudah, yang mana nantikan akan mengetahui dan dapat

ditarik kesimpulannya apakah kemampuan menulis teks eksposisi siswa

mengalami peningkatan atau tidak dalam penggunaan metode quantum learning.


19

Kemampuan awal siswa dalam


menulis teks eksposisi

Menggunakan metode Tanpa menggunakan metode


Quantum Learning Quantum Learning
(kelas eksperimen) (kelas kontrol)

Kemampuan menulis teks Kemampuan menulis teks


eksposisi siswa setelah eksposisi siswa setelah
perlakuan perlakuan

Membandingkan

KESIMPULAN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena

atau keadaan tertentu yang lebih terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan uraian

teori dan kerangka berfikir dalam penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks eksposisi yang signifikan

antara siswa yang menerapkan metode quantum learning dengan siswa yang tidak

menerapkan metode quantum learning pada siswa kelas X SMA Swasta T.P

2022/2023.

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan menulis teks eksposisi yang signifikan

antara siswa yang menerapkan metode quantum learning dengan siswa yang tidak

menerapkan metode quantum learning pada siswa kelas X SMA Swasta T.P

2022/2023.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Swasta Sei Bejangkar yang

beralamat di Jl. Besar Simpang Sei Bejangkar, Perkebunan Sei Bejangkar, Kec.

Sei Balai, Kab. Batu Bara, Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulan

November 2022 hingga bulan Maret 2023, untuk lebih jelas disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Bulan / Tahun 2022-2023


Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret
Observasi Awal
Perencanaan
Pengumpulan Data
Pembuatan Proposal
Persetujuan Proposal
Seminar Proposal
Penelitian
Pembuatan Skripsi
Persetujuan Skripsi
Sidang Meja Hijau

20
21

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Arikunto (2017:173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasai. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar yang

berjumlah 50 siswa yang terdiri dari 2 kelas.

Table 3.2 Populasi Siswa Kelas XI SMAS Sei Bejangkar

No Nama Kelas Jumlah Siswa


1 X1 25
2 X2 25
Jumlah 50
Sumber : Data Tata Usaha SMAS Sei Bejangkar

3.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2017:173) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2017:173) apabila

subjeknya kurang dari 100 maka seluruh populasi menjadi sampel penelitian,

tetapi jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 15-20%.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh

jumlah populasi, dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampling random.

Maka dari itu untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen langsung

ditetapkan secara acak dengan pembagian kelas X1 menjadi kelas Kontrol dan

kelas X2 menjadi kelas Eksperimen.


22

Tabel 3.3 Sampel Penelitian


Sampel Kelas Jumlah Siswa
Kelas Kontrol X1 25 Siswa
Kelas Eksperimen X2 25 siswa
Jumlah 50 siswa

3.3 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, Menurut Sugiyono

(2018:35), penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.

3.3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental. Dalam melaksanakan penelitian ini

dilibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas eksperimen diberikan perilaku yakni dengan menggunakan metode

Quantum Learning dan kelas pembanding atau kontrol akan diajar seperti biasa

tanpa menggunakan metode Quantum Learning.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka dua kelompok

tersebut terlebih dahulu dinetralkan atau diseragamkan dalam pembelajaran

dengan cara:

1. Kurikulum yang digunakan sama


23

2. Kemampuan awal kelas sama

3. Buku pegangan siswa harus disamakan

4. Perilaku diberikan berdasarkan materi ajar yang sama

5. Perilaku dalam kegiatan belajar mengajar diberikan dalam suasana kelas

belajar yang sedapat mungkin disamakan.

6. Lama waktu penyampaian materi harus sama

7. Jumlah contoh soal dan latihan yang dibuat harus sama

8. Guru yang mengajar sama

9. Tes dan Kuesioner yang disebar jumlah dan isi pernyataan harus sama

Langkah-langkah diatas dapat dilakukan untuk mengetahui homogenitas

kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan

perlakuan mengajar dengan menggunakan metode Quantum Learning dan dengan

metode konvensional, sehingga akan diketahui kemampuan menulis teks eksposisi

siswa dari kedua kelas. Desain penelitian yang akan disajikan pada berikut:

Tabel 3.4 Desain Penelitian


Kelas Perlakuan Tes Kuesioner
Eksperimen X1 T R
Kontrol X2 T R

Keterangan:

T = Tes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol

R = Kuesioner terhadap kelas eksperimen dan kelas control

X1 = Pembelajaran dengan metode quantum learning

X2 = Pembelajaran tanpa metode quantum learning


24

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengukuran dalam

hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Dalam penelitian ini

instrumen yang akan digunakan adalah berupa tes kemampuan pemecahan

masalah. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengukur kemampuan menulis teks eksposisi siswa adalah dengan menggunakan

tes dan menggunakan angket.

3.4.1 Tes

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks eksposisi

siswa. Bentuk tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis yang ditujukan kepada

siswa kelas X SMA Swasta Sei Bejangkar. Tes diberikan setelah perlakuan di

kelas control dan eksperimen diterapkan. Adapun kisi-kisi dan lembar soal yang

digunakan sebagai berikut.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Menulis Teks Eksposisi

Kompetensi No. Jenjang Jumlah


No. Indikator Materi soal
Dasar Soal Soal Soal
1. Memproduksi Mampu Penelitian teks 1 K3- 1
teks eksposisi menulis dengan
Aplikasi
yang koheren teks memperhati- kan
sesuai dengan eksposisi. kesesuaian isi
karakteristik dengan topik,
teks yang akan struktur teks,
dibuat baik penggunaan
secara lisan kosakata,
maupun tulisan. penggunaan
kalimat, ketepatan
ejaan dan tanda
baca.
25

Setelah tes dilaksanakan, hasil tes tersebut akan dinilai

berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan, kemudian

ditabulasikan.

Tabel 3.6 Kriteria Aspek Penilaian Menulis Teks Eksposisi


Aspek Penilaian Kategori dan Deskripsi Skor
SB: sangat menguasai topik tulisan, kosakata,
pengembangan ide pokok eksposisi lengkap, 4
relevan dengan topik yang dibahas.
B: penguasaan permasalahan memadai, ada
pengembangan eksposisi, relevan dengan 3
1. Isi topik.
C: penguasaan permasalahan terbatas, cukup
mencakup inti, pengembangan topik 2
memadai.
K: kurang menguasai permasalahan, kurang
1
ada substansi, kurang relevan.
SB: struktur teks sangat lengkap (tesis,
argumentasi, penegasangan ulang pendapat)
4
dan implementasi sifat tiap komponen sangat
tepat.
B: struktur teks lengkap, tetapi implementasi
2. Struktur 3
sifat tiap komponen kurang tepat.
C: struktur teks kurang lengkap dan tiap
2
komponen tidak terimplementasikan.
K: struktur teks tidak lengkap(hanya terdapat
1
satu aspek)
SB: keterpaduan makna dan bentuk antarkata,
kalimat, dan paragraf sangat utuh (koherensi 4
dan kohesi).
3. Keterpaduan B: keterpaduan makna dan bentuk antarkata,
3
kalimat, dan paragraf utuh.
C: keterpaduan makna dan bentuk antarkata,
2
kalimat dan paragraf kurang utuh.
26

K: keterpaduan makna dan bentuk antarkata,


1
kalimat dan paragraf sangat buruk
SB: kaidah sangat lengkap berfokus pada satu
topik, menggunakan kata kerja, terdapat
konjungsi, bergerak dari pernyataan
impersonal, menggunakan bahasa untuk
4
menilai atau mengevaluasi, menggunakan
pronomina menggunakan bukti untuk
mendukung argumen, dan argumentasi satu
4. Kaidah sisi.
B: kaidah lengkap (terdapat delapan sampai
3
sepuluh aspek kaidah).
C: kaidah kurang lengkap (hanya terdapat
2
lima sampai tujuh tujuh aspek).
K: kaidah tidak lengkap (hanya terdapat satu
1
sampai empat aspek).
SB: menguasai aturan penulisan , tidak ada
kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan 4
huruf kapital dan penataan paragraf.

5. Tata Bahasa B: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan 3


C: sering terjadi kesalahan ejaan 2
K: tidak menguasai aturan penelitian, terdapat
1
banyak kesalahan ejaan dan penulisan.
(Kemendikbud, 2013: 49)

Keterangan :

SB= sangat baik; B= baik; C= cukup; K=kurang


Nilai = Skor perolehan
X 100
Skor maksimal
Setelah teks eksposisi dihitung perolehan skornya, kemudian skor

tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori nilai. Penulis menggunakan

kategori penilaian berdasarkan skala nilai berikut ini:


27

Tabel 3.7 Kategori Penilaian Teks Eksposisi Berdasarkan Skala Nilai

Skala nilai Kategori


91-100 Sangat baik ( A)
81-90 Baik (B)
70-80 Cukup (C)
<70 Kurang (D)
(Kunandar, 2013: 303)

3.4.2 Angket (Kuesioner)

Arikunto (2018:268) mengemukakan bahwa angket adalah sejumlah

pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

Sedangkan menurut Sugiyono (2018:199) angket merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Lembar angket

digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa. Penilaian dilakukan dengan

sakala likert. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berarti

siswa diminta untuk memberikan tanda (√) pada kolom yang disediakan pada

lembar angket yang tersedia sesuai dengan keadaan siswa untuk setiap pernyataan

yang diberikan (Sugiyono:2018). Penulisan analisis kuantitatif menggunakan

pernyataan dan skor sebagai berikut:

1 = Sangat tidak setuju


2 = Tidak setuju
3 = Ragu-ragu
4 = Setuju
28

5 = Sangat setuju
Berikut adalah kisi-kisi layout dari angket yang akan di uji validitas dan

reabilitasnya yang terdiri dari 10 penyataan.

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Layout Angket Kemampuan Menulis Teks Eksposisi


Variable No Indikator Jumlah
pernyataan

1 Kesesuaian ide atau isi 3

Kemampuan dalam mengorganisasikan


2 3
Kemampuan isi
Menulis
3 Penggunaan tata bahasa 3
Teks
Eksposisi 4 Penggunaan struktur Bahasa yang tepat 3

Penggunaan ejaan dan tata tulisan yang


5 3
baik dan benar

Jumlah 15

3.4.3 Uji Validitas Angket

Menurut Arikunto (2018:211) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu

instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya

instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Menurut

Sugiyono (2018:173) valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Tinggi rendahnya validitas instrument

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud. Untuk menguji tingkat validitas instrumen

peneliti menguji cobakan instrumen pada subyek penelitian. Suatu kuesioner


29

dikatakan valid apabila pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur atau sesuai dengan indikator.

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan

rtabel . Jika rhitung lebih besar dari rtabel maka butir pertanyaannya adalah valid.

Tetapi jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid. Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan computer program SPSS 24

(Statistical Package for Social Science). Untuk menentukan nomor-nomor item

yang valid dan yang tidak valid, perlu di konsultasikan dengan r product moment.

Kriteria penilaian uji validitas adalah :

1. Apabila rhitung > rtabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut valid.

2. Apabila rhitung < rtabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut valid.

3.4.4 Uji Reliabilitas Angket

Menurut Arikunto (2018:221) reliablitas menunjukkan pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Sedangkan

menurut Sugiyono (2018:173) reliablitas adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama. Jadi reliabelitas menunjukan apakah instrument tersebut secara konsisten

memberikan hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu

yang berlainan. Pengujian reliabel dalam penelitian ini untuk menunjukan

konsistensi suatu alat pengukur dalam penelitian melalui nilai Crombatch Alpha.
30

karena menggunakan jenis dsata likert. Teknik ini dapat menafsirkan korelasi

antara skala diukur dengan semua variable yang ada.

Pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistic

Crombatch Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika

nilai Cromabtc Alpha dari suatu variable lebih besar dari 0,6 maka butir

pertanyaan yang diajukan dalam mengukur instrument tersebut memiliki

reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika Crombatch Alpha dari suatu variable

lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak reliabel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang di perlukan, penulis menggunakan atau

menempuh cara sebagai berikut:

1. Tes

Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui

kemampuan peserta didik terhadap materi ajar. Tes dalam penelitian ini

merupakan tes tertulis. Penilaian tes berpedoman pada hasil tertulis peserta didik

terhadap indikator- indikator kemampuan pemecahan masalah.

2. Angket

Angket ini digunakan peneliti untuk memperoleh pendapat siswa

mengenai pelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis, teks eskposisi dan

metode pembelajaran. Angket ini akan disebar di kelas kontrol dan kelas

eksperimen.
31

3. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi sebagai alat pengumpulan data

banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi buatan. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data serta melihat bagaimana permasalahan yang ada di kelas

kemudian mencari solusi dari permasalahan tersebut.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil

data dari dokumen-dokumen yang telah ada. Dalam penelitian ini dokumentasi

digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik dan jumlah peserta didik.

3.6 Teknik Analisis Data

Adapun yang menjadi teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

3.6.1 Teknik Analisis Angket

Data hasil angket kemampuan menulis teks eksposisi siswa dianalisis seara

deskriftif kuantitatif dengan cara:

1. Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan dan berdasarkan pedoman

penskoran yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah skor tiap-tiap butir

pernyataan.

2. Mengkategorikan rata-rata hasil skor siswa berdasarkan lembar angket sesuai

dengan kategori yang telah ditentukan untuk membuat kesimpulan mengenai


32

kemampuan menulis teks eksposisi. Untuk mengkategorikan rata-rata tersebut

terlebih dahulu dibuat interval dari hasil angket agar dapat membuat skala

nilai angket.

Interval

Interval

Interval

Maka skala yang akan digunakan untuk mengkategorikan hasil rata-rata

angket ini adalah:

Table 3.9 Kategori Lembar Observasi dan Angket


Interval Kategori
4.21-5.00 Baik Sekali
3.41-4.20 Baik
2.61-3.40 Cukup
1.81-2.60 Kurang
1.00-1.80 Kurang Sekali

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statististik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi.Mengingat pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik

mensyaratkan data sekurang-kurangnya di ukur dengan menggunakan skala

interval, maka terlebih dahulu data skala ordinal yang telah terkumpul harus

ditransformasikan ke dalam data interval. Oleh karena itu, data ordinal hasil

pengukuran harus terlebih dahulu dinaikan menjadi data interval dengan

menggunakan Metode Succesive Interval (MSI).


33

A. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang

diteliti mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Ada beberapa

cara yang digunakan untuk menguji normalitas data yaitu dengan Kolmogorov-

smirnov dan Shapiro Wilk dengan berbantuan SPSS 24. Uji normalitas data dapat

diintepretasikan jika nilai Sig.(2-tailed) di atas 0,05 maka distribusi data

dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05 maka

diinterpretasikan sebagai tidak normal. Uji normalitas data dengan P-Plot

diinterpretasikan apabila output kurva normal P-Plot menggambarkan sebaran

data yang ada menyebar merata dan membentuk suatu garis linear (lurus), maka

disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal.

B. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel

berasal dari populasi dengan variansi yang sama atau tidak. Analisis ini dilakukan

untuk memastikan apakah asumsi homogenitas pada masing-masing kategori data

sudah terpenuhi atau belum. Apabila asumsi homogenitasnya terbukti, maka

peneliti dapat melakukan pada tahap analisis data lanjutan. Uji homogenitas ini

dilakukan dengan menggunakan SPSS 24. Ketentuannya yaitu apabila taraf

signifikan ˃ 0,05 maka dikatakan homogen, sebaliknya apabila taraf signifikan ˂

0,05 maka data dikatakan tidak homogen.


34

3.6.3 Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas maka

selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat

ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada taraf tertentu dari variabel yang

diteliti. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

Independen sample t-test.

Independen sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan 2

kelompok independen dan data pada kelompok satu dan data pada kelompok dua

berasal dari objek penelitian yang berbeda. Syarat untuk uji Independen sample t-

test adalah : 1) skala data interval/rasio, 2) Kelompok data saling bebas atau tidak

berpasangan, 3) Data per kelompok berdistribusi normal, dan 4) Varians antar

kelompok sama atau homogen. Perhitungan uji ini akan dilakukan dengan bantuan

computer program SPSS 24 (Statistical Package for Social Science).

Adapun untuk rumus Independent t-test sebagai berikut:

dengan

Keterangan: = Rata-rata pada distribusi sampel 1

= Rata-rata pada distribusi sampel 2

= Nilai varian pada distribusi sampel 1

= Nilai varian pada distribusi sampel 2

= Jumlah individu pada sampel 1

= Jumlah individu pada sampel 2

(Winarsunu, 2006)
35

Berikut pengujian hipotesis :

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis teks eksposisi yang signifikan

antara siswa yang menerapkan metode quantum learning dengan siswa yang

tidak menerapkan metode quantum learning pada siswa kelas X SMA

Swasta T.P 2022/2023.

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan menulis teks eksposisi yang signifikan

antara siswa yang menerapkan metode quantum learning dengan siswa yang

tidak menerapkan metode quantum learning pada siswa kelas X SMA

Swasta T.P 2022/2023.

Kriteria pengujian bila thitung < ttabel maka H0 diterima sebaliknya jika

thitung > ttabel maka Ha diterima. Ataupun apabila nilai Sig (2-tailed) > 0,05 maka H0

diterima sebaliknya jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05 maka Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, L., dan Suryani, Nunuk, (2012), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit
Ombak, Yogyakarta.
Alwasilah, A. C., (2005), Pokoknya Menulis, Penerbit PT Kiblat Buku Utama,
Bandung.
Arif, Syamsul, (2020), Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap
Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Swasta Budi
Murni 2 Medan, Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.
Arikunto, (2017), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Huda, Miftahul, (2013), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kosasih, Nandang, (2013), Pembelajaran Quantum dan optimalisasi Kecerdasan,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Nasucha, dkk., Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah, Penerbit Media
Perkasa, Yogyakarta.
Nggermanto, Agus, (2002), Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum, Penerbit
Nuansa, Bandung.
Noviyanti, (2018), Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Terhadap
Kemampuan Menulis Cerpen Berbantuan Media Audiovisual, Skripsi, FIP
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Nurhayati, Enur, (2010), Pengaruh Penggunaan Metode Quantum Writing
Terhadap Kemampuan Menulis Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Jurnal Pendidikan Universitas Garut: 26-30.
Semi, M. Atar., (2003), Menulis Efektif, Penerbit Angkasa Raya, Padang.
Shoimin, Aris, (2014), Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013,
Penerbit Ar Ruzz Media, Yogyakarta.
Sinaga, Fitriana, (2015), pengaruh Discovering Ability dengan Model Quantum
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas X MAN Kuala Simpang, Skripsi, Fakultas Keguruan IAIN Zawiah
COT Kala Langsa.

36
37

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H. G., (2008), Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
Penerbit Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai