Anda di halaman 1dari 13

Cross Culture Business

Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. Joanne Evin Tyastorini 14030119140162
2. Zulfa Rahma 14030119140166
3. Deatamy Puspa Prasiwy 14030119130061
4. Nurul Anggraini 14030119130076

Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
2022
a. Definisi Budaya
Budaya yang berasal dari kata latin colere yang berarti merawat atau
mengolah. Menurut Edward Tylor budaya merupakan sesuatu yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum dari suatu kelompok
masyarakat. Newmark jalan hidup dari sekelompok masyarakat tertentu yang
diekspresikan melalui bahasa masyarakatnya.
Budaya organisasi merupakan kecenderungan kepemimpinan,
memupuk atau mengurus bisnis, pemangku kepentingan dan karyawannya.
Budaya dapat didefinisikan sebagai perilaku organisasi yang konsisten dari
karyawan dan pemimpin. Budaya perusahaan adalah kebiasaan yang telah
berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja
sebagai salah satu pendorong untuk meningkatkan kualitas kerja para
karyawan dan manajer perusahaan.
Budaya organisasi memfasilitasi pencapaian tujuan strategis, menarik
karyawan yang tepat, dan membuat karyawan yang mungkin tidak cocok
menonjol yang juga dipasarkan ke pelanggan dan pemangku kepentingan
utama. Hal ini yang mencerminkan nilai-nilai inti dan secara langsung
mencerminkan kepemimpinan organisasi. Secara utuh budaya mempengaruhi
praktek bisnis dan kompetitif nasional.

b. Kategori Budaya
Terdapat tiga kategori budaya diantaranya:
- Budaya material : budaya dalam bentuk produk atau benda dari
perbuatan manusia
- Sosial budaya : budaya dalam bentuk yang abstrak berupa tatanan
organisasi sosial/ sistem sosial
- Budaya ideologi : budaya yang berbentuk kepercayaan dan nilai

c. Tipe Model Budaya


- Corporate culture: berupa budaya perusahaan ex: apple, microsoft,
kampus
- Professional culture: budaya profesi terdapat budaya kebiasaan yang
dilakukan berdasarkan profesi
- Gender culture : budaya yang membedakan antara perempuan dan laki-
laki
- Age culture: budaya yang didasarkan kepada umur misal budaya anak
muda tua
- Religious culture: kebiasaan yang ditimbulkan dari penganut agama itu
agama bukan budaya karena agama bukan hasil akal manusia
- Regional culture: budaya berdasarkan pembagian wilayah ex budaya
barat budaya timur
- Class culture: budaya berdasarkan pembagian kelas kelompok sosial

d. Pola Perilaku Bisnis Lintas Budaya atau Patterns of Cross Cultural


Business Behavior
Pola perilaku bisnis lintas budaya menafsirkan perilaku manusia yang
beragam yaitu antara budaya yang satu dengan budaya yang lain.
Keanekaragaman tersebut tidak boleh menjadi halangan dalam hubungan
bisnis sebab organisasi perlu memiliki sikap terbuka terhadap budaya lain
sehingga melepaskan sikap stereotip. Seorang peneliti bernama Richard
Gesteland percaya bahwa pengetahuan menyeluruh mengenai kebiasaan
masing-masing budaya dapat mendorong terwujudnya hubungan bisnis
internasional yang sukses. Berikut ini empat dimensi mengenai pola perilaku
bisnis lintas budaya:
1. Deal focused vs Relationship focused
Bisnis yang berfokus terhadap kesepakatan lebih berorientasi terhadap tugas.
Komunikasi bukan menjadi sesuatu yang sulit karena bagi mereka hal yang
penting adalah bagaimana cara bernegosiasi yang akhirnya menghasilkan
transaksi. Contoh kelompok yang berfokus terhadap kesepakatan sebagian
besar berasal dari negara Skandinavia dan Jerman, Amerika Utara, Australia
dan Selandia Baru. Sedangkan bisnis yang berfokus terhadap hubungan lebih
berorientasi terhadap orang-orang atau people oriented, yaitu bagaimana
membangun interaksi dengan klien. Gaya komunikasi yang diterapkan adalah
komunikasi tidak langsung berkesan agar tidak menyinggung orang lain.
Contoh kelompok yang berfokus terhadap hubungan yaitu Dunia Arab,
sebagian besar Afrika, Amerika Latin dan Asia.

2. Formal cultures vs Informal cultures


Orang dalam budaya formal merujuk pada gaya komunikasi hormat dan
terhormat. Perbedaan status hierarkis dianggap sangat penting sehingga
digunakan sebagai patokan dalam berkomunikasi. Pola ini dapat ditemukan di
sebagian besar Eropa, Asia, negara-negara Mediterania, Dunia Arab serta
negara-negara Amerika Latin. Sedangkan budaya informal beranggap
sebaliknya yaitu bahwa setiap orang adalah sama dan juga memiliki
kesempatan yang sama. Pola ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Australia,
Kanada, Selandia Baru, Denmark, Norwegia dan Islandia.

3. Rigid cultures vs Fluid cultures


Rigid cultures atau budaya kaku mendorong segala sesuatu yang dilakukan
harus berjalan sesuai rencana dengan tingkat presisi yang tepat. Datang
terlambat, mengerjakan pekerjaan melebihi tenggat waktu dan rapat terlambat
menjadi kebiasaan yang tidak pernah terpikirkan. Contoh negara yang
menerapkan yaitu negara Skandinavia dan Jerman, Amerika Utara dan Jepang.
Sedangkan negara-negara dengan sikap yang berubah-ubah terhadap waktu
memaknai bahwa hubungan interpersonal lebih penting daripada waktu atau
berpegang teguh terhadap rencana. Contoh negara yang menerapkan yaitu
Arab, sebagian besar Afrika, Amerika Latin dan Asia Tenggara.
4. Expressive cultures vs Conservative cultures
Budaya ekspresif ditandai dengan komunikasi keras disertai dengan gerak
tubuh. Hal tersebut digunakan untuk mengurangi keheningan dan rasa
canggung. Orang-orang saling menatap mata lawan bicara, berdiri berdekatan
bahkan saling menyentuh. Pola ini dapat ditemui di negara-negara
Mediterania, Eropa Selatan dan Amerika Latin. Sedangkan budaya konservatif
ditandai dengan cara berkomunikasi yang lebih tenang dengan sedikit kontak
mata serta gerakan tubuh lainnya. Pola ini dapat ditemui di Asia Tenggara dan
Eropa Utara.

e. Sikap terhadap waktu, pekerjaan dan perubahan budaya


Setiap budaya memiliki seperangkat nilai dan kepercayaan yang hampir
mempengaruhi seluruh perilaku manusia dalam masyarakat. Berikut beberapa
sikap yang penting dalam dunia bisnis yaitu:

1. Sikap terhadap waktu


Budaya menentukan sikap terhadap waktu bahkan di beberapa budaya
mengedepankan ketepatan waktu. Namun hal sebaliknya juga terjadi di
budaya lain yang mana tidak peduli terhadap waktu. Orang Amerika
menganggap waktu sebagai sesuatu yang berharga. Apabila membuat
perjanjian kemudian terlambat lebih dari satu jam maka mereka beranggapan
bahwa pertemuan tidaklah penting.

2. Sikap terhadap pekerjaan dan pencapaian


Budaya menentukan sikap terhadap pekerjaan, baik etika, tanggung jawab
hingga motivasi kerja. Sebagai contoh tingginya etos kerja yang dimiliki oleh
negara Jepang dan beberapa negara maju lainnya.

3. Sikap terhadap perubahan budaya


Proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru dapat terjadi secara berbeda.
Keterbukaan menjadi hal yang berpengaruh. Seringkali ditemukan bahwa
sesuatu yang baru tidak berdampak signifikan sehingga perubahan tidak
disukai.
f. Peran agama dan komunikasi dalam masyarakat
Agama dan komunikasi menjadi tantangan dalam kegiatan bisnis. Agama
merupakan aspek penting bagi sebagian masyarakat yang mempengaruhi cara-
cara berhubungan dengan orang lain. Agama juga membentuk sikap misalnya
terhadap pekerjaan dan pola konsumsi. Sedangkan komunikasi berperan
menyampaikan suatu pesan. Budaya yang berbeda menimbulkan perbedaan
dalam cara berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Apabila minim
pemahaman terhadap budaya yang berbeda maka dapat menimbulkan
miskomunikasi. Maka komunikasi berperan penting terutama dalam kegiatan
bisnis yang melibatkan banyak budaya yang berbeda.

g. Communication Style
1. Voice volume
Gunakan volume suara yang tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil.
Usahakan agar lawan bicara bisa menangkap dan mendengar apa yang
kita sampaikan.

2. Interpersonal distance
Ambil jarak sejauh 1-2 langkah dan tidak terlalu jauh ketika
berkomunikasi dengan lawan bicara. Hal ini juga bertujuan agar lawan
bicara bisa tetap merasa nyaman dan tetap bisa mendengar ucapanmu.

3. Touch behavior
Di beberapa negara terdapat kebiasaan untuk menyentuh lawan bicaranya
namun ada pula menganggapnya kurang sopan. Namun jika sudah saling
mengenal satu sama lain hal tersebut bisa dilakukan seperti merangkul
lawan bicara untuk menambah suasana yang nyaman dalam percakapan.

4. Eye contact
Ketika melakukan kontak mata saat berbicara, hal itu akan
menggambarkan jika kita merupakan pendengar yang baik. Seseorang
yang berbicara akan merasa dihargai dan diapresiasi ketika kita
memberikan atensi yang penuh. Selain itu, melakukan kontak mata akan
membuat fokus kita terpusat dengan apa yang sedang dibicarakan.

5. Gesture
Gestur tubuh akan sangat ditentukan oleh adat dan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat tertentu. Walaupun dalam satu negara belum tentu
orang memiliki pemahaman gestur dan gerak yang sama. Hal ini
seharusnya dipahami oleh para pelaku bisnis, yang hendak
mempromosikan produknya dalam skala dunia / dengan cakupan
Internasional. Contohnya bagi orang Indonesia, memegang kepala orang
yang lebih besar atau lebih tua adalah sesuatu yang kurang sopan atau
dianggap kurang ajar, berbeda dengan orang Inggris atau Eropa,
memegang kepala dianggap sebagai sesuatu yang akrab dan
penghormatan keberhasilan. Oleh sebab itu, penggambaran tentang
memegang kepala dalam iklan atau promosi bisnis di Indonesia
hendaknya dihindari.

6. Paraverbal dan nonverbal


Komunikasi paraverbal merupakan step berikutnya setelah verbal (apa
yang hendak disampaikan) yang kemudian bagaimana cara
menyampaikannya, seperti nada suara, jeda antara kalimat atau kata,
infleksi (mengucapkan kata-kata naik atau turun). Sedangkan
komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan
kata-kata, contohnya menggunakan bahasa tubuh seperti mimik wajah
dan gerakan tangan, bahkan intonasi suara dan kecepatan berbicara.

7. Modesty/Kesopanan
Ketika berkomunikasi dengan partner bisnis kita hendaknya berperilaku
sopan layaknya seorang pebisnis yang profesional dan memiliki attitude,
seperti menyapa, berjabat tangan saat bertemu dan mengucapkan terima
kasih.

h. Lingkungan fisik mempengaruhi budaya


Lingkungan fisik meliputi semua (benda atau alat) maupun unsur geografi
(lokasi, topografi, iklim, sumber daya alam) yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kebudayaan suatu masyarakat. Sama seperti halnya
dalam bisnis antar negara yang juga merupakan lintas budaya. Dimana suatu
negara berada, negara tetangganya, letak ibu kota menjadi pertimbangan bisnis.
Misalnya dalam hubungan perdagangan. Kedekatan geografi sering menjadi dasar
untuk menjalankan perdagangan/kelompok perdagangan, contoh : Jepang
mengambil (impor) susu kedelai dari Cina, menggantikan import dari Amerika
Serikat serta organisasi dunia (NAFTA, AFTA, WTO).

i. Business Protocol
1. Dress code
Ketika menghadiri suatu pertemuan terutama ketika bertamu di negara lain
hendaknya kita bisa menghormati dengan bisa menggunakan pakaian khas dari
negara tersebut dan pastinya tetap berpakaian sopan.
2. Meeting and Greeting
Menyapa partner bisnis/tamu merupakan hal yang utama dan paling penting
karena merupakan momen pertama kali bertemu sehingga harus memberikan
kesan baik yang akan teringat oleh mereka.
3. Wining and Dining
Dalam percakapan bisnis pasti akan ada negosiasi yang akan berlangsung
hendaknya dalam suasana tersebut pun bisa kita selebrasi dengan mengajak makan
dan sesuaikan pula dengan norma kebudayaan partner bisnis kita. Misalnya
dengan negara eropa maupun asia seperti China, Korea kita bisa mengajak minum
alkohol namun masih dalam batasan yang sopan.
4. Gift-giving
Memberikan hadiah/kenang – kenangan kepada partner bisnis merupakan salah
satu bentuk budaya yang lumrah dilakukan di setiap negara. Hal ini juga akan
memberikan kesan yang baik kepada mereka dan mempererat tali persaudaraan.

j. Dimensi Budaya Hofstede


Hosftede melakukan penelitian terkait elemen-elemen struktural dari budaya yang
kuat mempengaruhi perilaku dalam situasi organisasi dan institusi. Terdapat 5
dimensi yang diidentifikasi, yaitu :
1. Kolektivisme vs Individualisme
Kolektivisme menunjukan sifat budaya yang mendeskripsikan kerangka sosial
yang kuat bahwa tiap individu mengharapkan individu lain dalam suatu
kelompok untuk menjaga dan memberikan perlindungan kepada mereka.
Individualisme merupakan sifat budaya yang mendeskripsikan seorang
individu yang lebih suka bertindak sendiri daripada sebagai kelompok.
Hubungan antara satu individu dengan lainnya tidak terlalu mengikat atau
longgar. Seperti menjaga diri sendiri dan keluarga inti yang memiliki
hubungan darah.

2. Power Distance (Jarak Kekuasaan)


Jarak kekuasaan adalah sifat dari budaya nasional, dimana distribusi
kekuasaan tidak merata. Masyarakat yang hidup dalam sebuah negara dengan
power distance yang tinggi menerima tatanan hierarki bahwa setiap orang
memiliki tempat dan tidak memerlukan pembenaran. Sedangkan masyarakat
yang hidup di negara dengan power distance yang rendah, akan berusaha
mendapatkan persamaan kekuasaan dan kekuatan, serta berusaha mendapatkan
pengakuan terhadap ketidaksetaraan kekuasaan.

3. Uncertainly Avoidence (Penghindaran ketidakpastian)


Masyarakat dengan budaya penghindaran ketidakpastian yang tinggi akan
merasa takut terhadap sesuatu yang ambigu dan tidak menyukai hal-hal yang
berbeda atau menyimpang. Sedangkan masyarakat dengan budaya
penghindaran ketidakpastian yang rendah akan lebih toleran terhadap hal yang
tabu. Menyukai inovasi dan ide-ide baru hingga perilaku yang berbeda atau
menyimpang.
4. Maskulinitas vs Feminitas
Maskulinitas ini merupakan preferensi masyarakat untuk suatu prestasi,
ketegasan, kepahlawanan, serta sebuah imbalan materi untuk sukses.
Masyarakat dalam dimensi ini dianggap lebih kompetitif karena mengangkat
budaya dengan peranan maskulin seperti kekuatan dan pencapaian. Pada
dimensi ini masyarakat menunjukan bahwa terdapat peran yang terpisah untuk
pria dan wanita, dengan pria yang mendominasi masyarakat. Sedangkan
feminitas merupakan preferensi untuk kerendahan hati, kerja sama, menjaga
yang lemah, dan menjunjung kualitas hidup. Masyarakat dengan dimensi
feminitas ini memiliki karakter yang sopan, memiliki simpati untuk yang
lemah, dan mengutamakan menjalin hubungan yang hangat dengan sesama.

5. Pragmatism
Dimensi yang berfokus pada tingkat ketaatan jangka panjang suatu masyarakat
terhadap nilai-nilai tradisional. Masyarakat dalam budaya yang berorientasi
jangka panjang akan melihat ke masa depan dan menghargai penghematan,
tradisi, serta ketekunan. Mereka akan belajar dari masa lalunya untuk
menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Sedangkan masyarakat
yang berorientasi pada jangka pendek, lebih memilih untuk mempertahankan
tradisi dan norma yang telah dianggap sebagai nilai yang terhormat.
Perubahan sosial yang terjadi akan dipandang dengan rasa curiga.

k. Studi Kasus
Perusahaan siap saji McDonald merupakan perusahaan yang terkenal dengan
menu burger dan ayamnya. Namun tidak selalu restoran tersebut menggunakan
strategi pemasaran yang sama pada tiap negara. McDonald belum tentu selalu
menyajikan menu andalan dikarenakan adanya keterbatasan budaya di setiap
negara. seperti di India. McDonald di India tidak menjual burger dengan isi
daging sapi ataupun daging babi, alasannya karena sebagian besar penduduk India
beragama Hindu dan tidak diizinkan makan daging sapi. Sehingga menu yang
populer di India ialah McVeggie yaitu burger yang berisi sayuran, menu ayam
maharaja, dan fillet o-fish burger. Kemudian di negara Israel, McDonald tidak
menyediakan cheeseburger sebab sebagian besar penduduknya beragama Yahudi
dan keju merupakan makanan haram bagi umat Yahudi. Selain itu, di negara Arab
Saudi, McDonald memisahkan tempat makan tersebut menjadi 2 area yaitu area
yang dikhususkan untuk laki-laki dan area yang dikhususkan untuk wanita karena
hampir semua penduduknya beragama Islam dan hal itu merupakan hal yang
bukan muhrim.
Maka dengan adanya budaya yang berbeda di tiap negara, membuat suatu bisnis harus
menyesuaikan usahanya dengan budayanya masing-masing. Karena budaya memiliki
peran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak bisa dipisahkan.

Daftar Pustaka

Fariza, Alvana Noor. 2021. “Mengulas Jenis Budaya Organisasi Untuk Kelancaran
Bisnis”. https://www.sekawanmedia.co.id/blog/mengenal-budaya-organisasi/
Hanny, Rissa , Ella Hulasoh, dan Fadhillah. 2020. Komunikasi Bisnis. Banten. Unpam
Press
Kusherdyana. “Pemahaman Lintas Budaya”. Modul Pustaka UT
Murder, P. 2017. “Patterns of Cross Cultural Business Behavior” diakses pada
tanggal 17 Februari 2022. https://www.toolshero.com/marketing/patterns-cross-cultural-
business-behavior/
Utami, Novia, Widya. ”Pengertian, Tujuan dan Contoh Etika Bisnis Dalam
Perusahaan”. https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-
dalam-perusahaan.
Notulensi

Pertanyaan

1. Rifqi Hikamawan : Apakah pentingnya suatu budaya bagi di masyarkat atau di


organisasi. Padahal globaisasi membuat perubahan yang cepat, bagaimana sudut
pandang pengusaha untuk perpaduan antara globalisasi dengan budaya?

Jawaban : Budaya penting sebagai pedoman hidup atau pedoman interaksi antar
manusia. Karena budaya juga mengajarkan nilai dan norma bagaimana bersikap
dan berperilaku. Budaya juga menjadi ciri khas suatu kelompok masyarakat.
Budaya juga penting bagi perusahaan karena menentukan bagaimana semua
karyawan melakukan pekerjaannya, sebab budaya menentukan bagaimana cara
karyawan berinteraksi dengan internal atau ekstermnal, seperti pelanggan, mitra,
pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya. Kalau globalisasi itu masuk, pasti
budaya juga dipengaruhi karena kebudayaan itu bakal datang dari luar dan
perusahaan dapat menyesuaikan dengan budaya yang ada, tapi tanpa meninggalkan
budaya yang sekarang.

2. Arfan Hamid : Produk McDonald bertambah karena mengikuti market yang


berbeda-beda. Apa trade off dari perusahaan dan apa effort atau usaha yang
dilakukan perusahaan karena pertambahan produk tersebut?

Jawaban : Setiap perusahaan di setiap negara, memiliki aturan dan S&K yang
berbeda-beda. Usaha yang dilakukan perusahaan adalah dengan mencari inovasi
untuk produk yang disesuaikan dengan budaya dari negara masing-masing.
Sebagai contoh negara India yang masyarakatnya tidak mengkonsumsi daging sapi,
sehingga karyawan perusahaan perlu mengeluarkan produk inovasi dengan
mengganti isi burger yang biasanya sapi menjadi burger yang berisi ikan dan
sayuran.

Anda mungkin juga menyukai