Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BISNIS INTERNASIONAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bisnis Internasional

Dosen Pengampu:

Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, S.E., M.P.

Penulis:

Adelphia Christian Wibowo (1707532118)


Made Ayu Vikananda Narensi S. (1707532127)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PEMBAHASAN

1. Perbedaan Budaya Konteks Tinggi dan Budaya Konteks Rendah Serta


Contohnya
Berbicara mengenai budaya, banyak pengertian yang disampaikan oleh para
ahli mengenai apa budaya itu. Setiap negara dan juga setiap organisasi memiliki
kebudayaan masing-masing yang membedakan negara atau organisasi yang satu
dengan negara atau organisasi yang lainnya. Setiap orang tumbuh dan berkembang di
dalam budaya masing-masing yang akan membentuk pola perilaku dan sikap hidup
orang-orang tersebut. Menurut Richard L. budaya (culture) didefinisikan sebagai
seperangkat nilai, keyakinan, pemahaman dan norma utama yang dimiliki bersama
oleh anggota masyarakat atau organisasi. Budaya dapat dikategorikan sebagai budaya
konteks tinggi dan budaya konteks rendah. Setiap orang secara pribadi punya gaya
khas dalam berbicara, bukan hanya caranya tetapi juga topik-topik yang dibicarakan.
Kekhasan ini umumnya diwarisi seseorang dari budayanya. Edward T. Hall (1973)
membedakan budaya konteks tinggi (high-contex culture) dengan budaya konteks
rendah (low-context culture), yang mempunyai beberapa perbedaan penting dalam
cara penyajian pesannya. Menurutnya budaya konteks rendah cenderung dimiliki oleh
bangsa-bangsa Amerika dan Eropa, sedangkan budaya konteks tinggi cenderung
dimiliki oleh bangsa-bangsa Asia.
Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan
verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang. Pada budaya
konteks-rendah mereka mengatakan maksud (they say what they mean) dan
memaksudkan apa yang mereka katakan (they mean what they way). Bila mereka
mengatakan “ya”, itu berarti mereka benar-benar menerima atau setuju. Jadi pada
intinya orang-orang dengan budaya konteks rendah cenderung bersifat spesifik dan
langsung ke permasalahan. Sifat dari komunikasi konteks-rendah adalah cepat dan
mudah berubah karena itu tidak menyatukan kelompok. Adapun contoh dari budaya
konteks rendah yaitu pada sosial media misalnya, respon dan kritik terhadap suatu
fenomena bisa berlangsung secara real time dan timpa menimpa. Sekelompok orang
yang terlibat di dalamnya cenderung tidak ingin membuang waktu untuk berbelok-
belok, sindir menyindir, atau sibuk memilih frasa halus dan puitis, tapi langsung
menohok kepada inti. Biasanya saklak dan penuh dengan ujaran kebencian. 
Sedangkan budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-
tinggi: kebanyakan pesan bersifat implisit tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan
yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi
suara, gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata, atau bahkan
konteks fisik (dandanan, penataan ruangan, benda-benda dan sebagainya). Pernyataan
verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbal. Jadi pada intinya
orang-orang dengan budaya konteks tinggi cenderung berputar-putar dan tidak
langsung menuju permasalahannya, sehingga lawan bicaranya harus menyimpulkan
sendiri maksud pembicaraan sebenarnya. Sifat komunikasi konteks-tinggi adalah:
tahan lama. Lamban berubah dan mengikat kelompok yang menggunakan. Adapun
contoh dari budaya konteks tinggi proses pernikahan orang Indonesia. Kebanyakan
orang Indonesia menganggap pernikahan adalah persatuan dua keluarga tercermin
tahap prosesnya yang acap melibatkan keluarga-keluarga. Indonesia punya banyak
budaya pelibatan keluarga besar dalam pengambilan keputusan, misalnya pernikahan,
yang sedianya bukan seremonial. Lamaranpun, adalah pertemuan dua keluarga besar
yang belum saling tahu akan bersatu atau tidakkah mereka, dulunya, meskipun
semakin lama ini bergeser menjadi sekedar perayaan.
Berikut ini adalah perbedaan latar belakang budaya yang mendasari budaya
konteks tinggi dan rendah:
a. Struktur Masyarakat
Budaya tinggi cenderung berstruktur feodal tinggi, budaya rendah mempunyai
hubungan yang lebih intim dan kesetaraan.
b. Penyampaian Informasi
Budaya tinggi biasanya menggunakan ekspresi non-verbal, memutar gaya bahasa
sering tidak pada tujuannya langsung, tidak jelas. Gaya komunikasi konteks tinggi
mencerminkan hirarki sosial dan gaya hidup. Sedangkan orang-orang dari budaya
konteks rendah menggunakan nilai logika, fakta, benar-benar jelas, pasti, dan
hubungan kausal yang langsung sehingga mudah dimengerti. Informasi yang
disampaikan secara garis besar sudah cukup. Diam dipandang sebagai hal yang
negatif, dan harus dihindari.
c. Membangun hubungan Antar Personal
Orang dalam budaya konteks tinggi diatur oleh intuisi dan perasaan. Kata-kata
dianggap tidak begitu penting sebagai konteks, yang termasuk didalamnya adalah
nada bicara, ekspresi wajah, gerak tubuh, postur tubuh bahkan sejarah dan status
keluarga. Ini berarti bahwa orang dalam budaya ini menekankan hubungan
interpersonal. Budaya konteks rendah lebih logis, linier, individualis, dan
berorientasi pada tindakan.
d. Masalah Legal dan Etika yang Berbeda
Budaya tinggi lebih menitikberatkan perhatian pada perjanjian lisan, sedangkan
budaya rendah pada kesepakatan tertulis.
e. Perbedaan dalam Aspek-Aspek Sosial
Berdasarkan aspek sosial, dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Konsep materi.
Budaya konteks tinggi: mendapat pekerjaan lebih penting daripada bekerja
secara efektif. Budaya konteks rendah: berorientasi tujuan, materi berasal dari
kemampuan individu.
b. Karakter dan status
Pada budaya konteks tinggi, menyapa atasan atau orang yang berkedudukan
lebih tinggi harus dengan hormat. Status sosial sangat penting, bahkan dalam
hubungan di dalam dan di luar pekerjaan. Hubungan antara atasan dan
bawahan harus jelas, sering kali ada jarak. Pada budaya konteks rendah,
menyapa atasan tidak perlu dengan hormat, hubungan antara atasan dan
bawahan terbuka, tidak ada perbedaan.
c. Kesopanan
Budaya konteks tinggi, mengirim hadiah kepada istri teman dianggap tidak
pantas, tidak sopan, apalagi bila mencium istri teman, akan dianggap sebagai
hal yang buruk. Budaya konteks rendah, hadiah kepada istri teman dianggap
normal, beradab. mencium istri teman dianggap sebagai ekspresi dari
semangat dan persahabatan, adalah sesuatu yang wajar dan normal.
d. Konsep waktu
Budaya konteks tinggi, sering tidak memandang pentingnya waktu, sehingga
terlambat adalah hal yang biasa. Budaya konteks rendah, waktu direncanakan
sedemikian rupa agar bekerja secara efektif. Waktu adalah hal yang sangat
berharga.

2. Perbedaan Bisnis Internasional dan Bisnis Global


Bisnis internasional dapat diartikan sebagai aktivitas yang berupa transaksi
bisnis di antara lebih dua negara yang melibatkan pihak-pihak individu perorangan,
individu perusahaan, kelompok perusahaan, atau agen-agen internasional dan juga
diartikan sebagai studi yang mempelajari aktivitas tersebut (Rusdin, 2002). Bisnis
internasional juga bertindak lebih jauh lagi dari bisnis domestik dan bukan sekadar
pemasaran ekspor, tetapi lebih jauh terlibat dalam lingkungan pemasaran dalam
negara tempat perusahaan tadi melakukan bisnis. Sedangkan bisnis
global/transnasional, yaitu bisnis yang memfokuskan pada pemanfaatan aset,
pengalaman, serta produk perusahaan secara global dan melakukan penyesuaian pada
apa yang benar-benar unik berbeda dalam setiap negara (Rusdin, 2002).
Maka, perbedaan mendasar dari bisnis internasional dan bisnis global adalah
bisnis Internasional diartikan sebagai suatu studi tentang transaksi ekonomi yang
meliputi perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan foreign investment (direct
maupun indirect atau portfolio) yang dilakukan oleh individu dan perusahaan atau
organisasi, atau dapat disebut bahwa bisnis internasional merupakan kegiatan bisnis
(pemerintah atau perusahaan) yang berlangsung di luar batas wilayah negara (beyond
national boundaries). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bisnis internasional
adalah suatu aransemen institusional yang dilengkapi dengan sejumlah manajemen
untuk mengarahkan kegiatan ekonomi yang terjadi diluar negeri. Secara analitis,
dikenal beberapa riset atau pola bisnis internasional yakni multinational business,
transnational business, global business dan supranational business.
Multinational business adalah kegiatan bisnis di lebih dari dua negara.
Transnational business adalah kegiatan bisnis dimana manajemen dan kepemilikan
perusahaan tersebar di lebih dari dua negara. Global business adalah kegiatan bisnis
yang daerah operasinya sudah meluas ke seluruh pelosok dunia. Supranational
business adalah kegiatan bisnis yang sudah tidak lagi mengenal batas wilayah.
Untuk itu bisnis global merupakan salah satu pola yang ada pada bisnis
internasional. Bisnis global
Daftar Pustaka

https://www.coursehero.com/file/p3c1ndn9/Budaya-dapat-dikategorikan-sebagai-budaya-
konteks-tinggi-dan-budaya-konteks/#/doc/qa (diakses pada tanggal 11 Februari 2020)

Meli. 2013. Buday Konteks Tinggi: Studi Kasus Budaya Indonesia dan China. Universitas
Sun Yat-Sen, Guangzhou, Provinsi Guangdong, China.

Anda mungkin juga menyukai