Anda di halaman 1dari 16

PEMBAHASAN

1. Proses Penelitian
Pada proses penelitian biasanya peneliti menggunakan proses berurutan yang
mencakup berbagai langkah yang didefinisakan dengan jelas. Tidak ada yang
mengatakan bahwa penelitian memerlukan peneyelesaian setiap langkah sebelum
langkah berikutnya dimulai.
1.1 Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
1.1.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan
masalah ilmiah, bukan akibat dari permasalahan lain. Sebagaimana
dikemukakan di muka, masalah penelitian bersifat tidak terbatas. Meskipun
demikian, tidak semua masalah yang ada di masyarakat bisa diangkat
sebagai masalah penelitian. Untuk mengidentifikasi masalah penelitian,
perlu diajukan empat pertanyaan:
a. Masalahnya apa (Substansinya)?
b. Bermasalah menurut siapa?
c. Dianggap masalah dalam konteks apa?
d. Dalam perspektif apa?
1.1.2 Pemilihan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dari berbagai sumbernya, dan
ditemukan lebih dari satu masalah, maka dari masalah-masalah tersebut,
dipilih salah satu yang paling layak dan paling sesuai untuk diteliti, yaitu
masalah yang akan ditetapkan sebagai penelitian. Sedangkan pokok
persoalan yang memerlukan pemecahan melalui penelitian adalah sesuatu
yang problematik yang disebut masalah. Jadi topik menonjolkan inti
persoalan, juga menegaskan batas-batas masalah dan mengarahkan
penentuan judul penelitian. Selanjutnya, dalam menetapkan masalah yang
layak untuk diteliti, dapat digunakan beberapa pertimbangan, antara lain:
a. Apakah topik tersebut dapat dijangkau dan dikuasai
b. Apakah bahan-bahan/data tersedia secukupnya
c. Apakah topik tersebut penting untuk diteliti
d. Apakah topik tersebut cukup menarik minat untuk diteliti dan dikaji
Selain itu, juga perlu dihindari duplikasi topik lama, dan resistensi
sosial, kultural dan ideologis terhadap sesuatu masalah yang hendak diteliti.
1.1.3 Perumusan Masalah
Menurut Dantes (2012:23-25), tugas pertama yang dihadapi seorang
peneliti adalah pemilihan dan penentuan masalah yang akan diteliti.
Pemililihan dan perumusan masalah merupakan aspek-aspek yang penting
yang nantinya akan menyangkut seluruh proses penelitian. Berikut
merupakan tahapan merumuskan masalah penelitian menurut (Cooper dan
Schindler,2006: 65):

1
1) Menemukan Dilema Manajemen. Ini dapat berupa masalah atau
peluang. Pada tahap ini Anda mungkin bahkan telah mengindentifikasi
masalah atau peluang.
a) Eksporasi. Pada tahap ini meninjau sumber-sumber publikasi dan
mewawancara pemilik informasi untuk memahami dilema
manajemen yang benarnya, bukan sekedar gejalanya.
2) Mendefinisikan Pertanyaan Manajemen. Dengan menggunakan
informasi yang telah dikumpulkan pada tahap eksplorasi. Anda
mengubah dilema atau memperbaiki gejala menjadi susunan kata-kata
dalam bentuk pertanyaan.
a) Eksporasi. Pada tahap ini biasanya melibatkan wawancara dengan
pemilik informasi, pengembangan ide dengan pakar, dan teknik
penelitian lain.
3) Mendefinisikan Pertanyaan Penelitian. Beberapa pertanyaan penelitian
mungkin dirumuskan pada tahap ini.
1.2 Kajian Pustaka dan Hipotesis
1.2.1 Kajian Pustaka
Merupakan analisi berupa kritik (yang membangun maupun
menjatuhkan) dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus
atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. Adapun ujuan kajian
pustaka, yaitu:
a. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian.
b. Menjelaskan definisi, kata kunci, dan terminology
c. Menentukan studi, model, studi khusus, yang mendukung topik
d. Menentukan lingkup penelitian
1.2.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua
variable atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan
dan menggabungkan secara umum maupun secara khusus antara variable
satu dengan yang lainnya. Tentang hipotesis dan pernyataan hipotesis yang
baik ada dua kriteria. Kreteria pertama hipotesis adalah pernyataan yang
menunjukkan relasi antara variable-variabel. Kedua, hipotesis mengandung
implikasi – implikasi yang jelas untuk menguji hubungan – hubungan yang
dinyatakan.
Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri),
komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu,
bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu:
a) Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
b) Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada
waktu yang berbeda.

2
c) Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih.

Fungsi Hipotesis:
a) Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b) Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara
langsung dapat diuji dalam penelitian.
c) Memberikan arah penelitian.
d) Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.
1.3 Populasi dan Sampel
Prof. Dr. Sugiyono (2010) menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar
dalam pengertian antara “populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif.
1) Dalam penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah
guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
keseluruhan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek itu.
Sedangkan Sampel adalah bagian dari populasi itu, apa yang dipelajari dari
sampel, kesimpulan akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
2) Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
menggunakan istilah situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat,
pelaku dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut,
dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui “apa yang
terjadi” di dalam nya, misalnya rumah berikut keluarga dan aktifitasnya.
Sedangkan Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai narasumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel
statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori.
1.3.1 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam penelitian kuantitatif
kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan secara skematis,
teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

3
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macam teknik ini
meliputi;
1. Simple random sampling, merupakan pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen
2. Proportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan
bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan
berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata.
3. Disproportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan
untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
mempunyai, 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1,
800 orang SMU, 700 orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4
orang lulusan S2 tersebut diambil semuanya sebagai sampel. Karena
dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok
S1, SMU, dan SMP.
4. Cluster sampling. Teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi, atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan jadi
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan.
b) Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Macam-macam teknik ini
meliputi;
1. Sampling sistematis, adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota
tersebut diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5,
untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10,
15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2. Sampling kuota, adalah teknik menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan
3. Sampling incidental, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti, hasil datanya dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan yang ditemui itu cocok sebagai
sumber data.

4
4. Sampling purposive, adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melekukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan.
5. Sampling jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
6. Snowball sampling, adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
1.3.2 Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah populasi itu sendiri. Cara menentukan ukuran sempel bila
sempel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-
cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya berbeda, katakan
logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel yang
diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Roscoe dalam buku Research Methonds For Business (1982:253)
memberikan saran-saran tentang ukuran sempel untuk penelitian seperti
berikut ini:
a) Ukuran sempel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
b) Bila sempel dibagi dalam katagori ( misalnya: pria-wanita, pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sempel setiap
katagori minimal 30.
c) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan Multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya). Maka jumlah anggota sempel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel
penelitiaanya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sempel = 10 X 5 = 50.
d) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang mengunakan
kelompok ekspetrimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sempel masing-masing antara 10 s/d 20.
1.3.3 Cara Mengambil Anggota Sampel
Probability sampling adalah teknik sempling yang memberi peluang
sama kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sempel. Cara
demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan
sampel secara acak.
Pengambilan sempel secara acak random/acak dapat dilakukan dengan
bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan

5
dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomer
terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi
1.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008:52)
menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa
untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut
non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
1.4.1 Teknik Pengumpuln Data Kuantitatif
Sugiyono (2012:7) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya
menggunakan statistic. Menurut Sugiyono (2012:137) berdasarkan teknik
pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara:
1) Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah
yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya
sedikit/kecil.
2) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Serta merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga
cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan terssebar
diwilayah yang luas.
3) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai cirri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu
wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek
manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dari segi proses
pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi
berperan serta dan observasi non partisipan.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

6
Sugiyono (2012:7) metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai
metode baru. Karena popularitasnya belum lama, danamakan metode
postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data kualitatif secara umum terdapat 4
macam yaitu:
a) Observasi. Nasution, dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi.
b) Wawancara/Interview. Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231)
mendefinisikan interview sebagai berikut: Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.
c) Dokumen. Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya
mengenai dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
d) Triangulasi. Sugiyono (2012:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.
1.5 Rencana Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan
statistic. Salah satu fungsi pokok statistic adalah menyederhanakan data penelitian
yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih
mudah untuk dipahami. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan
hipotesis langkah terakhir tidak dilakukan.
1.5.1 Tahapan Pengolahan Data
1) Editing. Kegiatan dalam editing adalah kegiatan memeriksa data
mentah yang masuk, apakah terdapat kekeliruan dalam pengiriman,
apakah tidak lengkap pengisiannya, palsu dan sebagainya.

7
2) Coding, pemberian tanda/symbol/kode bagi tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Tujuan daripada coding adalah
mengklasifikasikan jawaban kedalam kategori-kategori yang penting.
3) Tabulasi. Data yang dikumpulkan setelah melewati proses editing dan
coding, langkah selanjutnya adalah disusun dalam bentuk tabel.
Jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara yang diteliti dan
teratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan beberapa banyak
peristiwa/gejala/item yang termasuk dalam satu kategori.
4) Penyajian Data. Data setelah dikumpulkan dapat disajikan dengan
menggunakan tabel frekuensi baik frekuensi tunggal maupun tabulasi
silang.
1.6 Penulisan Laporan
Laporan adalah penyampaian informasi dari seorang petugas/pejabat kepada
petugas/pejabat lain dalam suatu system administrasi.Menurut FX Soedjadi,
pengertian laporan, sebagai berikut:
a) Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan
ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang
ada antara mereka.
b) Laporan adalah salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu
kepada pihak yang lainnya.
1.6.1 Sistematika Penulisan Laporan
Hendaknya dalam membuat laporan, laporan tersebut dapat menjawab
semua pertanyaan mengenai: apa (What), mengapa (Why), siapa (Who),
dimana (Where), kapan (When), dan bagaimana (How). Dalam penyusunan
laporan, urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan
dapat mudah memahaminya. Urutan isi laporan, sebagai berikut.
1) Pendahuluan. Pada bagian pendahuluan, harus disebutkan tentang:
a. Latar belakang kegiatan
b. Dasar hukum kegiatan
c. Tujuan kegiatan
d. Ruang lingkup isi laporan
2) Isi laporan. Pada bagian ini, harus dimuat segala sesuatu yang ingin
dilaporkan, antara lain:
a. Jenis kegiatan
b. Tempat dan waktu kegiatan
c. Petugas kegiatan
d. Persiapan dan rencana kegiatan
e. Peseta kegiatan
f. Pelaksanaan kegiatan
g. Kesulitan dan hambatan
h. Hasil kegiatan
i. Kesimpulan dan saran.
3) Penutup. Pada bagian ini, penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih
serta menambahkan kesimpulan dan saran.

8
1.6.2 Fungsi Laporan
Penyampaian laporan biasanya dilakukan oleh seorang bawahan kepada
atasan, dalam hal ini adalah atasan yang memberikan tugas atau mempunyai
fungsi kontrol dan pengawasan atas dirinya atau atas kegiatan yang
dilaporkan. Laporan juga bersifat koordinatif bila ditulis oleh petugas
dengan posisi sejajar dengan pembacanya. Atas dasar ini laporan
mengandung empat fungsi, yaitu:
a) Fungsi infromatif. Laporan bisa digunakan sebagai sumber informasi
bagi pembacanya.
b) Fungsi pertanggungjawaban. Laporan merupakan suatu bentuk
pertanggungjawaban penulis terhadap pembaca laporan/atasannya, atau
tugas yang harus dan telah dilaksanakannya.
c) Fungsi Pengawasan. Dengan membaca laporan, seorang atasan bisa
mengawasi bawahan serta tugas yang dilakukan bawahan tanpa harus
melihat langsung.
d) Fungsi pengambilan keputusan. Laporan dari bawahan dapat digunakan
oleh atasan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Juga
berlaku untuk laporan koordinatif.
1.7 Proposal Penelitian
Pengertian proposal penelitian adalah pedoman yang berisikan berbagai
kegiatan serta langkah-langkah sistematis yang akan diikuti oleh seorang peneliti
dalam melaksanakan suatu penelitian. (Sugiyon: 2013). Secara umum, pengertian
proposal penelitian adalah jenis proposal yang banyak digunakan untuk bidang
akademik khususnya dalam bidang karya ilmiah yang biasa dibuat oleh para
mahasiswa. Contoh proposal penelitian seperti skripsi, tesis, desertasi, pembuatan
PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), dan lain sebagainya.
Bentuk proposal penelitian adalah berupa dokumen singkat yang berisikan
rencana peneliti dalam melakukan penelitiannya. Proposal penelitian untuk S2
ataupun S3 bisa sangat singkat sekitar 500 kata, atau juga bisa sangat panjang
sekitar 6000 kata (15 halaman) tergantung dari program studi yang diambil.
Pembuatan proposal penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti apakah seorang
mahasiswa telah mampu meneliti dan mengembangkan suatu ilmu pengetahuan
yang diterimanya atau tidak. Proposal ini juga melatih tingkat keseriusan kita saat
sedang meneliti sesuatu, dapat dilihat dari hasil yang diperoleh nantinya.
Tujuan pembuatan proposal penelitian adalah untuk:
a) Menampilkan pokok permasalahan yang harus diteliti dan poin-poin penting
dari penelitian tersebut.
b) Mencari berbagai data yang diperlukan untuk memecahkan pokok
permasalahan.
c) Menyarankan bagaimana data tersebut akan dikumpulkan, diperlakukan, serta
diinterpretasikan.
Ciri-ciri proposal penelitian:
a) Isinya berfokus pada salah satu isu atau kasus umum yang terdapat dalam suatu
ilmu tertentu, disesuaikan dengan program studi dan jenis penelitian yang
diambil.

9
b) Penggunaan data primer sebagai data utama, dibantu dengan penggunaan data
sekunder.
c) Rancangan ilmu empiris terhadap ilmu teoretis dalam bidang tertentu.
d) Ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e) Format penulisannya baku.
f) Hasil data yang akan ditampilkan adalah data real, tidak boleh diterka.
Proposal penelitian dibagi atas 4 jenis, yaitu:
a) Proposal Penelitian Pengembangan
Pengertian proposal penelitian pengembangan adalah proposal yang berisi
rancangan kegiatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah aktual.
Pemanfaatan teori, konsep, prinsip dan temuan sangat ditekankan sebagai
langkah untuk memecahkan masalah. Proposal penelitian pengembangan ini
berbeda dengan proposal penelitian biasa karena hasil yang ditampilkan pada
proposal pengembangan nantinya digunakan sebagai penerapan ilmu untuk
memecahkan masalah.
b) Proposal Penelitian Kajian Pustaka
Proposal penelitian kajian pustaka adalah proposal yang bertujuan untuk
menelaah dan mendalami kasus yang terjadi melalui kajian pustaka yang
relevan untuk memecahkan suatu masalah. Telaah yang dilakukan adalah
dengan mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan kasus yang
sedang diteliti. Bahan-bahan pustaka ini diperlukan untuk menggali ide atau
gagasan baru sebagai pengembangan kerangka baru.
c) Proposal Penelitian Kualitatif
Pengertian proposal penelitian kualitatif adalah proposal yang
menampilkan gejala holistik-konstektual melalui pengumpulan data yang
memanfaatkan orang sebagai instrumen kunci dari penelitian. Penelitian
kualitatif ini sifatnya deskriptif atau berupa penjelasan yang umumnya
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Yang ditonjolkan dalam
proposal ini adalah proses dan maknanya. Maka dari itu proposal ini disajikan
harus berdasarkan data yang otentik (asli), dan disusun berdasarkan narasi yang
kreatif.
d) Proposal Penelitian Kuantitaif
Pengertian proposal penelitian kuantitatif adalah proposal yang
menggunakan pendekatan induktif-deduktif. Proposal ini disusun dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli, dan pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya yang kemudian akan dikembangkan menjadi masalah dan
pemecahannya digunakan untuk memperoleh kebenaran.
1.8 Cara Sitasi yang Benar dan Legal
Terdapat berbagai macam cara atau sistem dalam pengutipan suatu referensi
dalam laporan penelitian. Prodi Dilpoma IV Terapi Wicarapada Jurusan Terapi
Wicaradi Polteknik Kesehatan Kemenkes Surakarta mengacu pada system Harvard
Style, dimana yang dituliskan adalah “Nama Belakang Penulis”dan “Tahun
Publikasi”dikutip dalam teks,dan Daftar Pustaka (Daftar Semua Kutipan/Referensi
Yang Digunakan) disertakan pada akhir Laporan Penelitiansesuai denganurutan

10
Alfabet Nama Penulis. Kutipan pada umumnya harus sama dengan aslinya, baik
susunan kata maupun ejaan dan tanda bacanya. Penulisan sumber dalam pengutipan
teks dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tergantung kalimat atau paragraf
yang akan ditulis. Berikut tata cara pengutipan berdasarkan sumber referensinya :
1) Nama Penulis Dituliskan Didalam Teks: Notoatmodjo (2009)menyatakan bahwa
penelitian pada dasarnya penelitian merupakan cara ilmiah untuk........atau,
2) Terdapat Lebih Dari Satu Penulis yang Dikutip
a) Thomas(2001) dan Andrew(2005) menunjukkan bahwa ............................atau,
b) Penelitian merupakan ..................................(Thomas, 2001; Andrew, 2005)
3) Dua Penulis Dari Satu Sumber
a) Ibnu dan Sunindya (2009) mengemukanan bahwa penelitian .................atau,
b) Penelitian................... (Ibnu & Sunindya, 2009).
4) Lebih dari dua penulis dari satu sumber bila terdapat lebih dari dua penulis, hanya
nama pertama saja yang disebut, diikuti ’et al’(untuk referensi berbahasa asing) atau
’dkk’ (untuk referensi berbahasa Indonesia)
a) Fajar, dkk (2009) mengatakan bahwa………..
b) Penelitian terbaru menunjukkan bahwa...... (Thomaset al, 2009)
5) Tanpa Nama Jika penulis tidak dapat diidentifikasikan gunakan ’Anonim’disertai
judul tulisan dan tahun penerbitan dituliskan dengan huruf miring (italic).
a) Social Marketing Strategy (Anonim, 1999)
6) Sumber sekunder pengutipan, sebisa mungkin menggunakan sumber asli (sumber
primer) sebagai rujukan.
a) Penelitian adalah.............. (Brown 1996 dalam Bassett 1986)
b) Pada penelitian yang dilakukan oleh Brown (1996 dikutip dalam Bassett 1986)
ditemukan bahwa………..
7) Beberapa tulisan oleh satu penulis dalam tahun yang berbeda bila terdapat lebih dari
satu publikasi dari seorang penulis yang menggambarkan hal yang sama dan tulisan
tersebut dipublikasikan dalam tahun yang berbeda, maka referensinya harus
dituliskan dalam urutan waktu (yang awal dituliskan lebih dahulu).
a) Dijelaskan oleh Sugiyono (1999, 2001) bahwa penelitian merupakan.........
b) Penelitian adalah.......................... (Sugiyono, 1999, 2001).
8) Beberapa tulisan dari satu penulis dalam tahun yang sama jika beberapa tulisan
yang dirujuk dipublikasikan pada tahun yang sama oleh penulis yang sama maka
sumber rujukan dibedakan dengan menambahkan huruf kecilpada tahun:
a) Dalam penelitian terdahulu oleh William(1999a) ditemukan bahwa ........,
namun pada penelitian selanjutnya yang juga dilakukan oleh William(1999b)
dihasilkan .......
9) Institusi, jika suatu tulisan atau karya dituliskan oleh suatu organisasi maka
penulisan rujukan dilakukan atas nama organisasi tersebut, baik oleh asosiasi,
perusahaan, ataupun departemen pemerintahan.
a) Kutipan pertama : Badan Pusat Statistik (BPS), 2007
b) Kutipan kedua dan selanjutnya : BPS, 2007
10) Tabel dan diagram. Bila menyajikan data dari sebuah diagram atau tabel, atau
mengcopy keseluruhan tabel atau diagram, maka sumbernya harus disebutkan.

11
Rujukan yang diambil dari teks menjadi sebuah tabel harus disebutkan penulis dan
halamannya (misalnya Soekidjo2005, hal 43), agar pembaca dapat melakukan
verifikasidata resebut.
2. Masalah Penelitian
Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun
terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya
langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih
masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian
(Tuckman, 1985).
Masalah berhubungan dengan kesenjangan yang harus diisi atau sekurangnya
dipersempit. Masalah menimbulkan celah ruang ketidaktahuan. Masalah adalah
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, antara keebutuhan dengan yang
tersedia, antara yang seharusnya dengan yang ada (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian
dimaksudkan untuk menutup kesenjangan. Dengan kata lain, penelitian mencari
sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan
menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau
setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd: 108-109)
2.1 Sumber-sumber Masalah Penelitian
Menurut Sumadi (2009:13-15) ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber
masalah, yaitu:
1) Bacaan terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian merupakan laporan
hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan
penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian
lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering
tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan
penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat
masalah-masalah yang belum terjawab. Selain jurnal penelitian, bacaan lain
yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku
bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu
kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang
berupa tulisan yang dimuat di media cetak.
2) Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.
3) Pernyataan pemegang otoritas.
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung
menjadi figure yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu
yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber
masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan non formal.
4) Pengamatan sepintas
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun

12
dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah.
Seseorang dapat menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan
atau peninjauan ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana
untuk mencari masalah penelitian.
5) Pengalaman pribadi
Penelitian yang bersumber dari pengalaman merupakan penelitian yang
bersifat pemecahan masalah yang dihadapi langsung. Tetapi tidak semua
pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif, tetapi kadang-kadang
sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari
orang lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui
penelitian.
6) Perasaan intuitif
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah
penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak
terencanakan. Tidak jarang terjadi masalah penelitian itu muncul dalam pikiran
imuwan pada pagi hari setelah bangun tidur.
7) Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual
di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat
tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan
dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut.
Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan
penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk
menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.

Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu


masalah penelitian, dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah.
Jadi untuk mengindentifikasi masalah dapat melalui sumber-sumber masalah di
atas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan
masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja.

2.2 Kriteria Pemilihan Masalah Penelitian


Penelitian Masalah yang sedemikian banyak, untuk itu perlu dipilih masalah
yang paling banyak dan penting untuk diteliti. Proses pemilihan terhadap masalah
yang penting untuk diteliti disebut dengan proses pelingkupan atau scoping.
Mukayat (1992) menyebutkan beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam melihatapakah suatu masalah layak atau penting untuk diteliti sebagai
berikut:
1) Penelitian Masalah yang sedemikian banyak, untuk itu perlu dipilih masalah
yang paling banyak dan penting untuk diteliti. Proses pemilihan terhadap
masalah yang penting untuk diteliti disebut dengan proses pelingkupan atau
scoping. Mukayat (1992) menyebutkan beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam melihatapakah suatu masalah layak atau penting untuk
diteliti sebagai berikut:

13
2) Apakah benar suatu masalah yang ditentukan tersebut belum pernah dicari
jawabannya (orisnalitas penelitian)?
3) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar penting untuk dipecahkan
pada waktu penelitian dikerjakan (aktualitas penelitian)?
4) Apakah masalah yang ditentukan itu memenuhi 5W yaitu what (apa), where
(dimana), why (mengapa), when (bilamana), dan how (bagaimana).
5) Apakah masalah yang dipilih itu memiliki relevasi dengan gerak
pembangunan (memiliki kemanfaatan praktis)?
6) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah
yang ditentukan itu sehingga dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang
bulat.
7) Pemahaman terhadap pemilihan masalah tersebut menjadi sangat penting
khususnya bagi peneliti pemula untuk terhindarkan dari upaya pemecahan
masalah yang bukan merupakan masalah penelitian.
2.3 Pedoman Merumuskan Masalah Penelitian
Penelitian Fraenkel dan Wallen (1990 dalam Sugiyono, 2000) mengemukakan
bahwa masalah penelitian yang baik memenuhi hal-hal berikut.
1) Masalah harus fleksible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawaban melalui sumber yang jelas tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga dan waktu.
2) Masalah harus jelas, dalam arti semua orang memberikan persepsi yang
sama terhadap masalah tersebut.
3) Masalah bersifat etis, yaitu tidak bertentangan dengan hal-hal yang bersifat
etis, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.

Tidak ada aturan umum dalam perumusan masalah. Surnadi (1989) senada
dengan Tuckman (dalam Sugiyono, 2000) menyarankan perumusan masalah
sebagai berikut:

a) Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat Tanya (?)


b) Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
c) Menautkan hubungan antara dua atau lebih variable
d) Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan
pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Dalam perumusan masalah perlu memperlibatkan bentuk-bentuk masalah.


Sugiyono (2000) menyebutkan ada tiga bentuk masalah yaitu masalah deskriptif,
masalah komparatif, masalah asosiatif. Secara singkat ketiga bentuk masalah
tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a) Masalah Deskriptif
Masalah deskriptif yaitu masalah yang berkenaan dengan pernyataan
terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam peneltian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan

14
variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini selanjutnya
dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif:
a. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
berbadan hukum?
b. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga?
c. Seberapa tinggi tinggi tingkat kepuasan konsumen dan apresiasi
masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di
bidang kesehatan?
b) Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya
sebagai berikut:
a. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri dengan
swasta? (satu variabel pada dua sampel)
b. Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta
nasional dan perusahaan asing? (dua variabel pada dua sampel)
c. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota,
desa dan gunung? (satu variabel pada tiga sampel)
c) Masalah Asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris,
kausal, maupun hubungan timbal balik.
a. Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal ataupun
interaktif. Contoh:
a) Adakah hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat
manisnya buah?
b) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah
kejahatan?
d) Hubungan kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam hal ini ada
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen. Variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Contoh:
a. Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
e) Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen dan variabel
independen. Contoh:
a. Hubungan antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkankecerdasan
karena gizi terpenuhi.
c.

15
2.4 Pertanyaan Penelitian, Pertanyaan Manajemen, Pertanyaan Investigatif, dan
Pertanyaan Pengukuran
Secara hirarkis suatu permasalahan atau pertanyaan penelitian dimulai dari
pertanyaan yang lebih umum kemudian menukik ke pertanyaan yang sifatnya lebih
khusus. Cooper dan Emory (1996) membedakan hirarkis pertanyaan menjadi 4
tingkatan yaitu pertanyaan manajemen, pertanyaan penelitian, pertanyaan
penyelidikan, dan pertanyaan pengukuran.
2.4.1 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yaitu suatu pertanyaan yang menekankan pada
fakta dan pengumpulan informasi. Terkait dengan kegagalan bank dalam
memperoleh keuntungan lebih tinggi, dapat diajukan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1) Faktor utama apa yang menyebabkan kegagalan bank dalam mencapai
pertumbuhan yang lebih tinggi dalam tingkat tabungannya?
2) Efisiensi operasi dibandingkan dengan standar industri perbankan?
2.4.2 Pertanyaan Manajemen
Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan yang mencerminkan suatu
keputusan yang harus dibuat seorang manajer dan merupakan masalah yang
menyebabkan penelitian dilakukan. Suatu pertanyaan yang menunjukkan
pertanyaan manajemen seperti misalnya bagaimana meningkatkan
keuntungan? Dalam hal ini tidak terlihat jenis penelitian yang akan
dilakukan. Pertanyaan manajemen terkait dengan masalah manajerial.
2.4.3 Pertanyaan Investigatif
Pertanyaan penyelidikan (investigation question) merupakan pernyataan
yang harus dijawab peneliti untuk dapat menanggapi pernyataan umum
secara memuaskan. Tujuannya adalah untuk mengambil pertanyaan
penelitian yang lebih umum dan merincinya menjadi pertanyaan-pertanyaan
yang lebih rinci.
2.4.4 Pertanyaan Pengukuran
Pertanyaan pengukuran dalam survei pertanyaan-pertanyaan
pengukuran adalah pertanyaan yang sebenarnya diajukan kepada responden.
Pertanyaan-pertanyaan ini muncul dalam kuesioner.

16

Anda mungkin juga menyukai