Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Aulia Dwijayanti

NIM : 192010200104
KELAS : Manajemen 6/B2
MATKUL : Budaya Organisasi
1. - Fase Pendirian: Pemimpin sebagai Penggerak Organisasi
Pada masa-masa awal sebuah organisasi berdiri, fungsi seorang pemimpin adalah memberikan
pasokan energi yang dibutuhkan agar sebuah organisasi dapat “lepas landas”. Peran yang
sering kali dianggap paling penting adalah memberikan visi;arah dan tujuan kemana
organisasi menuju. Yang tidak kalah penting adalah sebagai pusat dan pemberi energi bagi
seluruh karyawan di kala mencoba berbagai strategi, menghadapi berbagai kegagalan, dalam
upaya membangun sebuah organisasi yang tangguh. Energi yang kuat datang dari seorang
pemimpin yang dapat memberi keyakinan, membangkitkan motivasi yang pada dasarnya
memberi napas bagi seluruh organisasi. Sebagai pusat penggerak seluruh organisasi.

- Fase Pembentukan: Pemimpin sebagai Pencipta Budaya


Setelah sebuah organisasi berhasil memiliki SDM yang potensil untuk hidup dan tetap
bertahan hidup, maka seorang pemimpin “menularkan” semangat kewirausahaan,
kepercayaan diri dan nilai-nilai yang dianutnya kepada para bawahannya.

- Fase Pemeliharaan: Pemimpin sebagai Pemelihara Budaya


Sering kali sebuah organisasi mengalami kegagalan karena lalai mempertahankan competitive
edge-nya. Produk yang cepat usang, nilai tambah yang tidak terus ditingkatkan adalah
sebagian contoh penyebab runtuhnya sebuah organisasi. Budaya organisasi memegang
peranan penting di sini. Sebuah contoh, budaya “inovasi” dan “mengutamakan kebutuhan
pelanggan” yang telah berhasil dibentuk pada masa pembentukan dan pemeliharaan, gagal
dipelihara keberadaannya. Apa yang tercipta dengan baik pada masa muda sebuah organisasi-
energi yang besar dan visi yang kuat dari sang pemimpin-meluntur pada saat organisasi
tersebut bertambah usianya. Kegagalan seorang pemimpin pendiri sering kali terjadi pada
masa ini, di mana ia tidak berhasil menciptakan para pemimpin penerus, yang mampu
memelihara budaya organisasi yang telah terbentuk.

- Fase Perubahan: Pemimpin sebagai Agen Perubahan


Kegagalan sering kali juga terjadi karena para pemimpin tidak dapat beradaptasi dan
mengikuti cepatnya perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Prinsip dan nilai-nilai yang
secara kaku diterapkan, budaya yang solid terbentuk, sering kali justru membawa malapetaka
pada saat prinsip, nilai dan budaya yang dianut sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan
zaman. Pemimpin pada sebuah organisasi yang sudah “mature” harus terus-menerus
mengevaluasi, apakah nilai dan budaya yang dianut masih mendukung pada saat perubahan
terjadi. Perubahan nilai dan budaya justru harus dimulai dari sang pemimpin. Pemimpin
menjadi orang pertama dan yang paling ingin untuk berubah. Ia adalah orang yang berdiri di
garis paling depan upaya perubahan. Seorang pemimpin perubahan.

2. 1. Mengevaluasi Karyawan
Sebelum kita dapat membuat perubahan apa pun yang melibatkan organisasi, kita perlu
mengetahui posisi kita dalam menyikapi keberagaman tersebut. Kemudian cobalah untuk
mengevaluasi semua karyawan berdasarkan jenis kelamin, etnis, rentang usia dan apa saja
ketidakmampuan mereka untuk melihat bidang apa yang mungkin perlu ditingkatkan. Dari
evaluasi ini kita dapat membuat rencana perekrutan strategis dan kebijakan keberagaman
dalam organisasi secara lebih baik.

2. Memiliki Keragaman Kebijakan dan Rencana Strategis Jelas


Tanpa menetapkan tujuan konkret dan menyusun kebijakan secara definitif, mungkin akan
menimbulkan kesulitan ketika kita akan mengelola karyawan yang memiliki berbagai
perbedaan tersebut. Kemudian kita bisa mulai membuat kebijakan yang mampu
mengakomodir keberagaman tersebut untuk seluruh organisasi. Selain itu kita juga harus
mampu bekerjasama dengan tim rekrutmen, untuk menyelaraskan tujuan-tujuan yang dimiliki
oleh organisasi dan membuat perekrutan keberagaman tersebut menjadi prioritas.
3. Memberikan Prioritas Keberagaman dalam Kepemimpinan
Guna memberikan perspektif yang berbeda untuk berkembang, kita perlu memastikan bahwa
tim juga memahami nilai-nilai keberagaman secara baik. Karena manajemen merupakan
penghubung antara karyawan di level bawah dan eksekutif, sehingga keberagaman dalam
kepemimpinan harus terlihat nyata di semua level tersebut. Kemudian manajemen juga harus
memberikan dukungan bagi pertumbuhan yang berbasis atas jasa mereka secara jelas, bukan
berdasarkan atas pertimbangan perbedaan gender, etnis ataupun latar belakang mereka.
Semuanya harus jelas dan obyektif guna mempromosikan keberagaman dalam
kepemimpinan.
4. Bersikap Fleksibel
Memiliki komitmen pada keberagaman organisasi berarti kita harus bersikap fleksibel dengan
semua kebijakan yang telah dibuat. Walaupun tentunya tidak semua orang dapat mematuhi
jam kerja yang ketat ataupun aturan lain yang terkadang mengekang, namun setidaknya kita
mampu memberikan alternatif penawaran jam kerja bagi karyawan senior yang
membutuhkannya. Seperti halnya memberikan kebebasan dalam hal mengasuh anak di kantor,
hingga kepada mempermudah para karyawan penyandang disabilitas dalam mengakses
fasilitas kantor yang tersedia. Serta juga dengan memberikan alternatif waktu liburan yang
dapat disesuaikan dengan tingkat kesibukan mereka di kantor ataupun kebutuhan mereka yang
lainnya sebagai orangtua yang harus mengurus anaknya.
5. Meningkatkan Kemampuan Karyawan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di organisasi merupakan sumber yang sangat
berharga, dalam mencari talent yang berbakat agar mereka mau bekerja di perusahaan.
Mereka dapat membantu organisasi dalam menawarkan posisi baru kepada talent, dengan
memberikan insentif kepada karyawan yang berhasil mendapatkan calon karyawan baru.
6. Menyediakan Pelatihan Tentang Keberagaman
Agar memiliki tempat kerja yang beragam dan inovatif, penting untuk membuat keberagaman
menjadi sebuah fokus bersama yang harus dicapai. Untuk menjadikan keberagaman menjadi
sebuah budaya kerja, maka dibutuhkan adanya pelatihan keberagaman secara berkelanjutan
bagi karyawan di setiap tingkat organisasi, termasuk pula di level eksekutif. Karena ini akan
membantu memperkuat nilai-nilai budaya di organisasi dan meningkatkan komunikasi
diantara mereka .
7. Melakukan Komunikasi Secara Efektif
Dalam mendukung proses berlangsungnya keberagaman di organisasi, faktor komunikasi
memegang faktor terpenting. Dengan komunikasi yang baik kita akan dapat
mengimplementasikan berbagai jenis program keberagaman secara lebih jelas. Melalui
komunikasi yang baik pula akan membantu setiap karyawan dalam memahami keberagaman
secara lebih transparan, sehingga prosesnya akan jauh lebih mudah dan karyawan lebih
terbuka terhadap segala bentuk perubahan ataupun perbedaan.

3. 1. Tidak mengidentifikasi budaya asal mitra terlalu cepat. Petunjuk-petunjukumum (seperti,


nama, tampilan fisik, Bahasa, akses, lokasi) Mungkin tidakreliabel. Mitra mungkin
memiliki lebih dari satu budaya.

2. Berhati-hati dalam bias istilah “melakukan” dalam istilah barat. Di arab, asia,dan
kelompok latin cara untuk (misalnya membawa diri, tersenyum)
merasa berpikir dan berbicara dapat membentuk hubungan kekuatan dari padamelakukan.

3. Mencoba untuk meniadakan kecenderungan untuk membentuk citra yangsederhana,


konsisten, dan stabil.

4. Tidak mengasumsikan semua aspek budaya adalah sama secara signifikan

5. Mengenali bahwa norma-norma untuk berinteraksi melibatkan orang-orang luaryang


mungkin berbeda dari pihak-pihak yang berinteraksi langsung.

6. Tidak melebih-lebihkan (over estimate) kebiasaan anda dengan budaya mitraanda

4. A. Komunikasi adalah bentuk interaksi atau hubungan antara dua orang atau lebih
untuk saling bertukar informasi yang ingin disampaikan. Komunikasi tidak akan berjalan
apabila interaksi hanya dilakukan oleh satu penerima atau satu pemberi informasi
Budaya adalah segala sesuatu tentang adat, kebiasaan, keyakinan, dan perilaku.
Ketika seseorang memiliki budaya yang berbeda, maka dengan orang lain pun akan
menunjukkan hal yang telah dianutnya. Budaya sangat memengaruhi proses komunikasi,
dari segi perilaku dan juga dari segi bahasa komunikasi yang digunakan.
Dalam variasi bahasa, terdapat kekuatan yang tidak mudah dideskripsikan yang
sangat penting di dalam pembangunan nasional. Bahasa merupakan sarana paling ampuh
untuk mempersatukan warga negara yang sempat terpisahkan di dalam suasana yang
resmi maupun tidak resmi. Tidak ada negara yang dapat hidup kuat tanpa adanya bahasa
pemersatu, karena setiap manusia perlu menyampaikan sesuatu yang menjadi argumen
dan pandangannya untuk mendapatkan perhatian.
Dalam komunikasi yang baik, di situlah terjadi pembangunan berkarakter nasional
yang memajukan kesejahteraan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Peranan bahasa adalah untuk melakukan kesinambungan antara pengirim informasi dan
penerimanya, sehingga semua keinginan dapat diwujudkan dalam forum resmi
perwujudan demokrasi dan Hak Asasi Manusia.

B. Dalam sebuah kebudayan terkandung sebuah makna yang ingin disampaikan


kepada masyarakat, dimana sebuah kebudayaan pasti menggambarkan identitas/ciri dari
sebuah tempat/pemilik kebudayaan tersebut. Peran komunikasi sangat dibutuhkan untuk
tetap menjaga kelestarian dan untuk memperkenalkan sebuah kebudayaan tertentu ke
ranah yang lebih luas. Banyak kebudayaan yang tidak dikenal atau tidak di ketahui oleh
masyarakat luas di karenakan kurangnya pengenalan atau komunikasi terhadap daerah
luar, yang menyebabkan sebauh kebudayaan tidak kenal. Hal ini banyak menyebabkan
sebuah kebudayaan cepat hilang/punah yang tergerus oleh kebudayaan-kebudayaan baru
yang lebih komunikatif dan mudah dipahami. Jadi hubungan antara kebudayaan dan
komunikasi sudah sangat jelas terlihat, di dalam sebauh kebudayaan pun juga terkandung
sebuah makna yang ingin disampaikan, dan komunikasi itu sendiri membantu
mengenalkan kebudayaan itu ke ranah yang lebih luas untuk dikenal masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai