NPM: 1402140097
5. Be Happy
Apa gunanya membangun budaya pada perusahaan apabila para karyawannya justru
merasa tidak bahagia? Mereka tidak akan keberatan bekerja keras apabila menikmati apa
yang dikerjakan, dan hal tersebut dimulai dari adanya perasaan bahagia. Lagi-lagi
kuncinya terletak pada komunikasi. Sisihkan waktu untuk mengobrol dengan para
karyawan, pastikan bahwa mereka melakukan sesuatu yang sesuai minat masing-masing.
Sesekali, tidak ada salahnya mengajak para karyawan untuk bersenang-senang di luar jam
kerja, misalnya menonton atau makan siang bersama. Hal tersebut penting untuk
menjalin ikatan di antara anggota tim.
IMPLEMENTASI
Budaya perusahaan yang homogen dapat diciptakan melalui kegiatan sosialisasi budaya
organisasi. Dalam hal ini perusahaan melakukan tindakan memanipulasi budaya/persepsi. Hal-
hal yang dianggap membawa pengaruh buruk pada anggota akan diarahkan agar memberi
pengaruh baik, sehingga tindakan ini diharapkan dapat menciptakan kondisi yang paling ideal
yang harus dilakukan seluruh anggota.
Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses di mana individu ditransformasikan pihak luar
untuk berpartisipasi sebagai anggota organisasi yang efektif ,sosialisasi sebagai suatu aktivitas
yang dilakukan oleh organisasi untuk mengintegrasikan tujuan organisasional maupun
individual. Dalam pengertian ini ada dua kepentingan yaitu kepentingan organisasional dan
kepentingan individual. Dengan kata lain, di dalam prosesnya, sosialisasi akan berhasil bila ada
partisipasi anggota selain adanya dukungan organisasi yang bersangkutan.
Sosialisasi mencakup kegiatan di mana anggota mempelajari seluk beluk organisasi serta
bagaimana mereka harus berinteraksi dan berkomunikasi di antara anggota organisasi untuk
menjalankan seluruh aktivitas organisasi. Umumnya, sosialisasi menyangkut dua masalah yaitu
masalah makro dan mikro. Masalah makro berkaitan dengan pekerjaan yang dihadapi anggota,
sedangkan masalah mikro menyangkut kebijakan, struktur dan budaya organisasi. Proses
sosialisasi dibutuhkan anggota untuk menjadikan karyawan sebagai anggota organisasi yang
baik, sehingga anggota tidak merasa asing dengan situasi dan budaya yang telah ada dalam
organisasi.
Biasanya, anggota yang baru pertama kalinya bergabung dengan organisasi (perusahaan) akan
merasa asing dan diliputi ketidakmengertian yang mendalam tentang prosedur-prosedur atau pun
kebijakan kebijakan serta nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Keberhasilan proses soasialisasi
nilai-nilai budaya organisasi bergantung pada 2 hal utama yakni :
1. derajat keberhasilan mencapai kesesuaian nilai-nilai yang dimiliki anggota baru dengan
organisasi
2. metode sosialisasi yang dipilih manajemen puncak dalam implementasinya. Oleh sebab
itu organisasi harus mampu mengajak anggotanya, terutama anggota baru, untuk
melakukan penyesuaian dengan budaya organisasi yang menjadi pedoman pencapaian
kinerja yang baik. Di samping itu, organisasi (dibantu oleh manajemen puncak) juga
harus mampu melaksanakan kegiatan sosialisasi budaya pada sumber daya manusianya
agar hasil proses sosialisasi memberi dampak positif pada produktivitas, komitmen, serta
turnover sumber daya manusia tersebut. Pada akhirnya sosialisasi budaya organisasi akan
mendukung dan mendorong anggota mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan
organisasi.
EKSEKUSI BUDAYA PERUSAHAAN
Pada perusahaan dengan budaya yang kuat, nilai mengakar dengan dalam, dan norma
berperilaku yang dianut akan menentukan pelaksanaan bisnis dan membantu eksekusi strategi
perusahaan, atau dengan kata lain tindakan dan keputusan yang diambil karyawan mencerminkan
nilai dan prinsip binis sebuah perusahaan. Budaya yang kuat mendorong tindakan, perilaku, dan
praktik kerja yang kondusif untuk melakukan eksekusi strategi dengan baik dan secara signifikan
menambah kekuatan dan efektifitas upaya melakukan eksekusi strategi dengan baik. Budaya
yang kuat mendukung eksekusi strategi dalam 3 cara, yaitu;
1. Budaya yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya melakukan eksekusi strategi
memberikan perhatian pada hal apa yang paling penting untuk karyawan dalam upaya
eksekusi strategi
2. Budaya yang terinduksi oleh peer pressure kemudian mempengaruhi karyawan untuk
berbuat sesuatu yang mendukung eksekusi strategi dengan baik.
3. Budaya perusahaan yang konsisten dengan kebutuhan eksekusi strategi yang baik dapat
meningkatkan energi karyawan, menguatkan komitmen karyawan dalam mengeksekusi
strategi secara sempurna dan meningkatkan produktifitas karyawan.
Dalam mengembangkan strategi, budaya adaptif merupakan pendorong bagi implementasi dan
proses eksekusi strategi. Ada beberapa hal dalam budaya perusahaan yang tidak sehat yang dapat
menghambat strategi eksekusi strategi yang baik, yaitu:
1. budaya menolak-perubahan,
2. budaya yang dipolitisasi,
3. budaya yang sempit/ picik,
4. budaya tidak etis dan dorongan keserakahan,
5. budaya yang tidak compatible.
Perubahaan budaya diperlukan dalam upaya melakukan eksekusi strategi dengan baik. Namun
perubahan sering menimbulkan permasalahan. Untuk mengatasi perubahan permasalahan, ada
empat langkah yang dapat dilakukan, yaitu
1. Mengidentifikasi aspek dari budaya perusahaan saat ini, mana yang mendukung eksekusi
strategi dengan baik dan mana yang tidak.
2. Spesifikasikan tindakan, perilaku, dan praktik mana yang harus menonjol dalam budaya
yang baru.
3. Mengkomunikasikan permasalahan saat ini dan pentingnya perubahan harus dilakukan.
4. Menunjukkan kesungguhan tindakan dalam mengikuti perilaku, praktik dan norma-
norma dari budaya baru.
Mengarahkan dorongan untuk eksekusi strategi dengan baik dan keunggulan operasional
membutuhkan 3 tindakan penting dari manajer, yaitu;
1. Mengetahui apa yang terjadi dan terus memantau perkembangan. Upaya ini sering
berhasil melalui Management By Walking Around (MBWA).
2. Memberikan tekanan konstruktif pada organisasi untuk mengeksekusi strategi dengan
baik dan meraih keunggulan operasional.
3. Memulai tindakan perbaikan untuk meningkatkan eksekusi strategi dan memenuhi target
hasil kinerja.