Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME MANAJEMEN INFORMASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANGGA REDHAVA YUZAN

NPM : 20612010043

MATA KULIAH : PSIKOLOGI INDUSTRI

2021/2022
•PENGERTIAN BUDAYA KERJA

Budaya kerja merupakan suatu konsep yang didasari oleh kebiasaan atau keseluruhan pola
perilaku setiap individu atau kelompok yang dibudayakan dan dikembangkan dalam suatu
organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan efisiensi dalam bekerja. Budaya kerja
tentu saja diciptakan dengan tujuan, dalam hal ini, untuk meningkatkan kinerja karyawan
dengan menjadikannya lebih produktif, sehingga visi dan misi perusahaan dapat terwujud
serta mampu menghadapi semua tantangan di masa mendatang.

4 Tipe Jenis Budaya Kerja Di Perusahaan

-Klan (Clan Culture)

Budaya kerja klan menciptakan lingkungan kerja yang cenderung ramah dan bersahabat.

Dalam situasi ini, seluruh karyawan perusahaan dianggap seperti satu keluarga besar yang
sedang melakukan kolaborasi dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk
pengambilan keputusan.

Jenis budaya dalam pekerjaan ini menekankan pembentukan team work yang solid serta
komunikasi yang baik.

Dalam budaya klan, strategi untuk meningkatkan kualitas perusahaan dapat dilakukan dengan
pemberdayaan, pembentukan tim, pengembangan produktifitas karyawan, dan keterbukaan
komunikasi.

-Pasar (Market Culture)

Budaya kerja pasar menggunakan persaingan sebagai landasan dalam menjalankan sebuah
perusahaan.

Dengan adanya persaingan, para karyawan akan termotivasi untuk bersikap kompetitif dan
fokus dalam mencapai tingkat produktivitas tertentu sehingga mampu mengungguli rekan
kerjanya lainnya.

Pemimpin dalam budaya pasar ini harus bisa menciptakan situasi persaingan yang sehat dan
kondusif bagi seluruh jajaran perusahaan.
Dalam budaya pasar, strategi untuk meningkatkan kualitas perusahaan dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan preferensi klien, memajukan produktivitas, bekerja sama dengan
pihak luar, dan meningkatkan atmosfer persaingan.

-Hierarki (Hierarchy Culture)

Budaya kerja hierarki menekankan konsep lingkungan kerja yang formal dan terstruktur.

Kendali perusahaan sepenuhnya dipegang oleh para pejabat tinggi perusahaan, sebab mereka
dinilai memiliki pengalaman serta kemampuan yang layak untuk dijadikan panutan.

Perusahaan akan berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya apabila seluruh jajaran
perusahaan mematuhi aturan-aturan hierarki yang bersifat tegas dan tepat guna.

Jenis budaya hierarki ini adalah dianggap sebagai budaya kerja yang paling tepat untuk
meningkatkan produktivitas sebuah perusahaan.

Strategi peningkatan kualitas perusahaan dalam budaya kerja hierarki adalah dengan
mendeteksi kesalahan, melakukan pengukuran, proses pengendalian, pemecahan masalah
yang sistematis, serta perangkat berkualitas.

-Adhokrasi (Adhocracy Culture)

Lingkungan yang menganut budaya adhokrasi akan bersifat dinamis dan kreatif.

Para pemimpin dipandang sebagai sosok inovator yang berani mengambil risiko dan memacu
motivasi karyawan dalam mewujudkan ide-ide segar.

Budaya kerja ini menekankan konsep kebebasan bagi karyawan untuk menciptakan sesuatu
yang baru sehingga nantinya akan mampu membuat perusahaan bertahan di tengah ketatnya
persaingan.

Untuk meningkatkan kualitas perusahaan dalam budaya adhokrasi ini yang harus dilakukan
adalah membuat kejutan menyenangkan, menciptakan standar baru, mengantisipasi
kebutuhan, pengembangan berkelanjutan, serta mencari solusi yang kreatif.

Keempat tipe budaya kerja di atas masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan,
sehingga penerapannya harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi suatu perusahaan.

-Penerapan Budaya Kerja Di Perusahaan Yang Positif


Agar perusahaan dapat berjalan tanpa hambatan, dibutuhkan budaya yang tepat pada suatu
perusahaan. Apa saja contoh penerapan budaya kerja yang positif dalam perusahaan? Suasana
yang Menyenangkan .Di dalam lingkungan kerja, dibutuhkan suasana yang menyenangkan
dan friendly. Tidak melulu harus serius ketika mengembangkan suatu gagasan.

Faktanya, atmosfer yang ceria cenderung membangkitkan kreativitas dan semangat


seseorang dalam bekerja. Selain itu, tata ruang yang baik juga sangat disarankan, seperti
memakai konsep terbuka yang akan mempermudah proses komunikasi dan menghindari
terjadinya konflik. Tersedianya berbagai fasilitas seperti video gim, ruang bersantai, ruang
menonton, dan beraneka camilan juga mampu menyuntikkan energi positif kepada
karyawan.Serta melenyapkan rasa jenuh setelah bekerja keras seharian penuh.

-Budaya Kerja Di Perusahaan Positif Bisa Membentuk Komunikasi yang Terbuka dan


Transparan 

Komunikasi merupakan kunci dari hubungan yang baik dalam suatu perusahaan.Harus ada
keterbukaan dan transparansi antar sesama karyawan mengenai apa pun yang berkaitan
dengan pekerjaan.Tidak bisa dipungkiri, masalah pasti akan selalu ada, namun dengan
pengaplikasian sistem kerja yang transparan.Dengan begini diharapkan seluruh jajaran
perusahaan dapat bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan
yang ada serta mencari solusinya bersama-sama.

Semakin banyak komunikasi yang terjalin juga dapat menumbuhkan rasa empati pada
masing-masing karyawan

-Membentuk Tim yang Solid

Salah satu penerapan budaya kerja yang positif lainnya adalah membentuk sebuah tim yang
solid.Perlu diketahui bahwa sebuah tim merupakan gabungan dari berbagai pribadi dengan
latar belakang berbeda yang melebur menjadi satu demi menggapai visi dan misi yang
sama.Tentu saja menyelaraskan perbedaan tersebut bukan hal yang mudah, dibutuhkan sikap
saling percaya, sikap saling mengerti, dan sikap saling mendukung antaranggota tim.

Seluruh anggota tim juga harus memiliki kemauan untuk bersama-sama menyelesaikan
pekerjaan.Jangan biarkan siapapun yang ada di dalam tim merasa terbebani akan suatu
pekerjaan atau masalah.Penerapan budaya kerja ini memungkinkan setiap orang bekerja
secara individu namun tetap fokus pada kesuksesan sebagai sebuah tim.
-Kunci kesuksesan sebuah tim adalah kerja sama yang baik.

Berkaitan dengan poin sebelumnya, komunikasi juga menjadi kunci penting dalam
membentuk tim yang solid.

-Mengapresiasi Prestasi Karyawan

Mengapresiasi pencapaian yang diraih oleh karyawan merupakan salah satu hal yang penting
dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.

Tidak melulu soal materi, bentuk apresiasi pun beragam, misalnya dapat berupa pujian
seperti, “Pekerjaanmu hari ini bagus, keep it up!“.

Mungkin kalimat tersebut terdengar sepele, tetapi bagi karyawan, itu dapat
memberikannya kata -kata motivasi bijak untuk terus melakukan yang terbaik.Atasan yang
baik tidak hanya akan menegur jika para karyawan membuat kesalahan, tetapi juga akan
memuji jika mereka melakukan sesuatu yang dirasa memiliki dampak baik dan bermanfaat
bagi perusahaan.

Selain membuat karyawan merasa dihargai, pemberian apresiasi ini juga secara tidak
langsung akan mengakrabkan hubungan antara atasan dan bawahan.

Melalui keakraban tersebut akan dihasilkan suatu bentuk kenyamanan yang membuat para
karyawan dan atasan menjadi betah untuk bekerja bersama dan membentuk tim yang solid.

Penerapan aplikasi manajemen KPI tentu juga akan membantu terbentuknya tim yang solid,
karena dengan kehadiran aplikasi tersebut atasan dan bawahan akan mengetahui performa
timnya dan saling membantu agar mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Terkadang, hubungan yang terlalu kaku pun akan menyebabkan lingkungan kerja menjadi
kurang kondusif.Contoh penerapan budaya kerja seperti ini dianggap berhasil dalam
mendukung perkembangan dan kemajuan perusahaan.

Namun, jarang sekali ada perusahaan yang mendominasi salah satu tipe budaya tertentu atau
menyetarakan penerapan keempat budaya kerja tersebut.

Diatas telah diulas apa itu pengertian, dan apa yang dimaksud dengan budaya kerja adalah
apa, dan bagaimana seharusnya budaya kerja di perusahaan yang baik.

Menjadi seorang profesional di bidang HR adalah sebuah tantangan. Salah satu yang tidak
terlupakan meskipun profesional dari segi etis dan kinerja,
•Wolseley dan Cambell dalam (Triguno 1995 : 9), menyatakan bahwa
orang yang terlatih dalam kelompok budaya kerja akan mempunyai sikap :

a. Menyukai kebebasan, pertukaran pendapat, dan terbuka bagi gagasan-gagasan


baru dan fakta baru dalam usahanya untuk mencari kebenaran
b. Memecahkan permasalahan secara mandiri dengan bantuan keahliannya
berdasarkan metode ilmu pengetahuan, pemikiran yang kreatif, dan tidak
menyukai pertentangan dan penyimpangan.
c. Berusaha menyesuaikan diri antara kehidupan pribadinya dengan kebiasaan
sosialnya.
d. Mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan umum dan keahlian-keahlian
khusus dalam mengelola tugas atau kewajiban dalam bidangnya.
e. Memahami dan menghargai lingkungannya.

•TERBENTUKNYA BUDAYA KERJA

Berpartisipasi dengan loyal kehidupan rumah tangga, masyarakat dan


organisasinya serta penuh rasa tanggung jawab
Pada waktu bertahun bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk
membentuk budaya kerja. Pembentukan budaya diawali oleh para pendiri.
Pembentukan budaya diawali oleh para pendiri (Founders) atau pemimpin yang
paling atas (Top Management) atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya
pengaruh yang dimilikinya akan menentukan cara tersendiri apa yang dijalankan dalam
satuan kerja atau organisasi yang dipimpinnya.

Menurut Torang (2014: 174) Kinerja (performance) adalah kuantitas dan atau kualitas
hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran
yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja suatu karyawan dapat dilihat dari kemampuannya dalam Berorganisasi. Seperti
pengertian kinerja tersebut, maka jika budaya berorganisasi suatu karyawan baik dan positif,
maka akan meningkatkan kinerjanya. Kinerja karyawan memberikan manfaat yang besar
pada suatu
organisasi, karena dengan kinerja karyawan dapat meningkatkan produktivitas kerja,
menghemat
sumber daya
yang dimiliki oleh manajemen maupun organisasi secara keseluruhan,
mempertahankan stabilitas kinerja karyawan serta membantu organisasi untuk bertahan dan
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Ada tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi
bagaimana tingkatan kinerja individu antara lain budaya organisasi.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa hasil kinerja karyawan yakni 42 karyawan
mendapatkan nilai sangat tinggi, 45 karyawan mendapatkan nilai tinggi, dan 15 karyawan
mendapatkan nilai sedang dalam kinerjanya. Hal ini menandakan bahwa kinerja karyawan
yang dilakukan didominasi kriteria sangat tinggi dan tinggi atau positif. Meskipun begitu
manajemen atau perusahaan hendaknya selalu berusaha menjaga produktifitas kinerja
karyawan melalui pemenuhan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, seperti
yang telah disebutkan di kajian teori. Karena berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner
hasil penilaian kinerja karyawan di PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun diketahui bahwa
variabel kinerja karyawan
mendapatkan skor terendah 2,4 pada butir item no 4 pada indikator kualitas. Dengan
pernyataan karyawan merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan yang dilakukan.Kondisi ini
tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain budayaorganisasi. Budaya organisasi
ini merupakan salah satu bentuk aturan dalam bekerja dalam suatu organisasi atau kelompok
untuk mengarahkan, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam kelompok tersebut
agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan,
sehingga mendorong gairah kerja anggotanya agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan suatu
organisasi.
Darodjat (2015: 236) menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat didefinisikan
sebagai perangkat sistem nilai – nilai (values), keyakinan-keyakinan, asumsi-asumsi atau
norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu
organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah- masalah organisasi.
Sebagaimana teori tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila dalam sebuah organisasi atau
perusahaan terdapat budaya organisasi yang positif, maka anggota atau karyawan yang
berada di dalamnya akan memiliki sikap yang taat dan patuh terhadap nilai – nilai dan norma
yang disepakati dalam budaya organisasi tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Emron dan
Yohny (2016: 129) mengemukakan tentang fungsi budaya dalam organisasi menjadi empat
fungsi yairu : 1) memberikan nuansa yang membedakan dengan organisasi lain dan kesan
tersendiri sehingga memberikan citra positif bagi organisasi/ perusahaan dimata publik atau
pelanggan; 2) memiliki simbol dan nilai – nilai yang menjadi kebanggaan anggota yang ada
didalamnya; 3) membimbing perilaku – perilaku anggotanya kearah pemikiran konstruktif,
berkontribusi positif, dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan organisasi/ perusahaan; 4)
membangun kerja sama tim yang solid dan rasa kebersamaan yang tinggi sesama anggota.

Kinerja pegawai dan tuntutan profesionalismeserta peningkatan mutu secara terus-


menerus,
menuntut semua karyawan/pegawai untuk selalu memperbaiki kinerja pada semua aspek.
Hal
ini tentunya didukug faktor motivasi, dan lingkungan kerja, dan memiliki kemampuan yang
baik dari
para pegawai yang ada. Dengan kinerja yang baik dan terorganisir akan dapat menambah
kepercayaan masyarakat pada pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan
uraian
diatas, maka perlu dilakukananalisisa tentang ”Pengaruh Motivasi Kerja dan BudayaKerja
Terhadap Kinerja Pegawai Lingkup Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang” dengan tujuan
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai negeri
sipil
lingkupSekretariat Daerah Kabupaten Enrekang, Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh
budaya kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten
Enrekang dan Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan budaya kerja
tehadap
kinerja pegawai lingkup Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang.
Istilah motivasi ( motivation ) berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti
“menggerakkan” ( to move ) ‘ Motivasi adalah merupakan kekuatan yang berada dalam diri
maupun
yang berasal dari luar yang menjadi pendorongseorang pegawai untuk dapat melakukan
pekerjaan
dengan baik . Proses kerja akan optimal apabila pegawai memiliki motivasi kerja yang tinggi
dan didukung dengan kemampuan, keterampilan, dan pengalam pegawai yang memadai.
Meskipun
memiliki kemampuan dan keahlian yang tinggi serta pengalamanyang cukup, seseorang
tidak akan
mencapai prestasi kerja terbaik apabila tidak ada motivasi kerja dalam diri orang tersebut.
Sebaliknya
meskipun seseorang memiliki motivasi yang sangat tinggi akan tetapi tidakdidukung oleh
kemampuan, keahlian dan pengalaman yang memadai tidak akan menghasilkan kinerja yang
optimal.
Namun demikian motivasi yang tinggi merupakan modal yang besar untuk mencapai sukses
karena motivasi yang tinggi adalah setengah dari kesuksesan itu sendiri.
Menurut Malthis, 2001, motivasi merupakanhasrat didalam diri seseorang tersebut
melakukan
tindakan. Sedangkan Rivai (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah serangkaian sikap
dan nilainilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yangspesifik sesuai dengan
tujuan individu.
Motivasi adalahkesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi
yang
dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu
(Robins
dan Mary, 2005).
Selain itu Rivai (2004:457) menyampaikan pengertian motivasi adalah:(1)Sebagai suatu
kondisi
yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.(2) Suatu kehlian dalam
mengarahkan
karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan karyawan
dan
tujuan perusahaan sekaligus tercapai.(3) Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku.
Pelajaran
motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.(4) Sebagai energi untuk
membangkitkan
dorongan dalam diri.(5) Sebagaikondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan
memelihara perilaku yangberhubungan dengan lingkungan kerja.Motivasi kerja adalah
sebagai
langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis
ataudengan
kata lain adalah suatu dorongan kerja yang ditunjukkan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Teori yang membahas tentang motivasi yaituTeori Dua Faktor Hezberg. Menurutnya, factor

factor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dangaji yang memadai dalam suatu
pekerjaan
akan menetramkan karyawan. Bila factor – factor ini tidakmemadai, maka orang –orang
tidak akan
terpuaskan (Robbins.2001:170) dalam teori dua factor Hezberg. Menurut hasilpenelitian
Hezberg
ada 3 ( tiga) hal penting yang harusdiperhatikan dalam memotivasi bawahan ( Hasibuan1990
: 176 )
yaitu :
 Hal – hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang
mencakup
perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri
dan
adanya pengakuan atas semua itu.
Hal – hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada factor yang bersifat embel –
embel saja dalam pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain sejenisnya.
 . Karyawan akan kecewa apabila peluang untuk berprestasi, terbatas. Mereka akan
menjadi
sensitifpada lingkungannya, serta mulai mencari – cari kesalahan.
Hezberg menyatakan bahwa orang dalammelaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan yaitu :
 Maintenance Factors. Yaitu faktor – factor pemeliharaan yang berhubungan dengan
hakekat
manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
merupakan
kebutuhan yang berlangsung terus – menerus karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol
setelah dipenuhi.
 . Motivation Factors. Yaitu faktor motivator yangmenyangkut kebutuhan psikologis
seseorang
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan
dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.
Teori motivasi dengan pendekatan kebutuhan adalah teori dua faktor Hezberg, Mauser dan
Synderman teori, sebagaimana yang dikutip olehHasbar mereka menyatakan bahwa
ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja muncul dari dua set faktoryang terpisah, dan dua
faktor
tersebut dinamakan faktor yang membuat orang lain tidak puas dan faktor yang membuat
orang
menjadi puas.
Selanjutnya, Budaya berasal dari bahasaSansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk
jamak dari buddhi ( budi atau akal ), yang diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan budi dan
akal
manusia.Dalam Bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yangberasal dari Bahasa Latin
Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Budaya secara harafiah memiliki arti mengerjakan tanah,
mengolah, memelihara ladang ( Soerjanto Poespowardojo:1993 ). Menurut Hartanto
( 2009 ) budaya
dapat didefenisikan sebagai totalitas dari keyakinan, sikap, pola perilaku, kelembagaan, seni,
tradisi dan
produk pikiran manusia yang menjadi karakteristik dari suatu komunitas di dalam suatu
lingkungan social. Budaya terbentuk dari berbagai symbol, ritual dan tata nilai, keyakinan,
gagasan,
makna serta pola perilaku yang bayak digunakan di dalam kehidupan sehari – hari. Lebih
lanjut
Hartanto ( 2009 )mendefenisikan budaya kerja adalah suatu system makna yang terkait
dengan
kerja, pekerjaan dan interaksi kerja yang disepakati bersama dan digunakandi dalam
kehidupan
kerja sehari – hari
e. Teori-teori Motivasi
1) Teori Insentif
Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau
mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan.
Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai sore karena Anda tahu
bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika Anda tahu akan
mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan bekerja lebih giat lagi.
Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible. Seringkali sebuah
pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.
2) Dorongan Bilogis
Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja.
Termasuk di dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah
pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat
kita sedang haus, kita akan lebih haus lagi saat melihat segelas sirup
dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar saat mencipum bau
masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau
bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan
keberlangsungan hidup.
3) Teori Hirarki Kebutuhan
Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki
kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan
bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan,
kebutuhan akan pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai
kebutuhan akan aktualisasi diri.
4) Takut Kehilangan dan Kepuasan
Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang
memotivasi manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kepuasan
(terpenuhinya kebutuhan). Takut kehilangan adalah adalah ketakutan
akan kehilangan yang sudah dimiliki. Misalnya seseorang yang
termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji. Ada
juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini
termasuk faktor kepuasan.
DAFTAR PUSTAKA
Darodjat, Achmad Tubagus. (2015) . Konsep – Konsep Dasar Manajemen Personalia.
Bandung: Anggota Ikapi.
Emron Edison dan Yohny Imas. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :
Alfabeta.
Fisla & Tuti. (2007). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Politeknik Negeri Padang, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 2 (1).
Nel Arianty. (2014). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Volume 14 no 02, Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai