Anda di halaman 1dari 29

Nama : Yairus Gerardi Farella

No : 35
Kelas : X TKR 1

A.Budaya kerja di industri


Budaya Kerja
Setiap perusahaan pasti mempunyai workplace culture atau budaya kerja yang berbeda-beda.
Adanya budaya kerja ini bertujuan untuk membuat karyawan menjadi lebih produktif,
mencapai hasil kerja yang maksimal, hingga mempererat hubungan profesional antara
karyawan dengan perusahaan. Bahkan, saat ini banyak kandidat sebelum melamar pekerjaan,
mereka memastikan perusahaan yang dipilihnya menerapkan budaya kerja yang positif. Lalu,
bagaimana cara membangun workplace culture yang baik itu? Yuk, cari tahu selengkapnya di
bawah ini!

Work culture, workplace culture atau Budaya kerja adalah kumpulan sikap, keyakinan, dan
perilaku yang membentuk suasana teratur dalam suatu lingkungan kerja. Budaya tempat kerja
yang sehat menyelaraskan perilaku karyawan dan kebijakan perusahaan dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan, sekaligus mempertimbangkan kesejahteraan individu.

Budaya kerja menentukan seberapa baik seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan
mereka di pekerjaan baru dan kemampuan mereka untuk membangun hubungan profesional
dengan rekan kerja. Sikap anda, work-life balance, peluang bertumbuh, dan kepuasan kerja
semuanya bergantung pada budaya tempat kerja anda.

Apa yang mempengaruhi budaya kerja?


Budaya kerja berkembang berdasarkan perilaku orang-orang di dalam perusahaan, dari
manajemen hingga karyawan tingkat pemula. Perusahaan menetapkan nada untuk budaya
perusahaan melalui kebijakan, manfaat, dan misi mereka.

Manajer membentuk budaya perusahaan dari praktik perekrutan mereka, di mana mereka
dapat memilih pelamar yang visi pribadinya selaras dengan budaya kerja yang sehat.
Lingkungan tempat kerja juga mempengaruhi budaya, dengan banyak kantor memilih denah
lantai terbuka, pencahayaan alami, dan penyertaan fasilitas seperti gym di kantor dan fasilitas
ruang istirahat.
Budaya kerja terbentuk dan berkembang secara alami dari waktu ke waktu sebagai hasil dari
interaksi pekerja sebelumnya. Maksudnya, budaya kerja tidak tercipta begitu saja, namun hal
tersebut ada karena perusahaan telah melalui berbagai masalah dan belajar untuk
mengatasinya.

Nah, pengalaman tersebutlah yang dijadikan pembelajaran bagi perusahaan dan diterapkan
kepada karyawan agar dapat menyelesaikan masalah serupa. Mulai dari cara mengidentifikasi
masalah, menganalisis, hingga pengambilan keputusan. Meskipun suatu perusahaan sudah
berdiri bertahun-tahun, namun workplace culture mereka tidak akan berubah dan tetap
menjaga prinsip budaya organisasi berupa kejujuran dalam bekerja.

Dilansir dari StaffAny, workplace culture juga dapat diartikan sebagai pedoman bagi
karyawan dan para pemimpin dalam berperilaku maupun bertindak di lingkungan kerja.
Budaya kerja ini bisa berupa suasana kerja, gaya kepemimpinan, value atau nilai, etika,
harapan, dan tujuan perusahaan tersebut.

Unsur budaya kerja yang sehat


Budaya adalah konsep kompleks yang terus berkembang di tempat kerja berdasarkan banyak
unsur. Sementara beberapa orang mungkin menghargai budaya kerja yang lebih tradisional
dan yang lain menginginkan sesuatu yang lebih modern dan menyenangkan, semua budaya
kerja yang sehat memiliki banyak kesamaan. Carilah tanda-tanda budaya kerja yang baik ini
saat mempertimbangkan calon pemberi kerja.

Jika Anda belum mempunyai gambaran seperti apa perusahaan yang mempunyai budaya
kerja positif itu, Anda bisa melihat ciri-ciri perusahaannya berikut ini:

Akuntabilitas
Ketika setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan bertanggung jawab atas perilakunya, itu
menunjukkan lingkungan kerja yang sehat. Tempat kerja yang seimbang memungkinkan
orang merasa cukup nyaman untuk menghargai ide dan kesalahan mereka.

Akuntabilitas terbuka memungkinkan setiap karyawan untuk belajar dari tantangan daripada
menghindarinya. Akuntabilitas menumbuhkan budaya kerja berdasarkan kerja tim,
komunikasi terbuka, dapat dipercaya dan tanggung jawab.

Ekuitas
Perusahaan yang memperlakukan semua karyawannya sama seringkali memiliki budaya kerja
yang sehat. Setiap posisi dalam sebuah perusahaan memiliki nilai, dan memberikan
kesempatan kepada setiap orang akan meningkatkan semangat kerja karyawan. Favoritisme
di tempat kerja adalah tanda budaya kerja yang beracun dan dapat menyebabkan perasaan
tidak percaya dan kebencian di antara rekan kerja, membuat lingkungan tempat kerja yang
adil penting untuk budaya kerja yang positif.

Ekspresi
Orang umumnya lebih bahagia, lebih produktif, dan lebih fokus ketika mereka merasa
mampu mengekspresikan diri di tempat kerja. Jika karyawan memiliki kebebasan dalam gaya
pribadi mereka dan bagaimana mereka mendekorasi ruang kerja mereka, itu menunjukkan
tingkat kenyamanan dalam budaya kerja mereka.

Komunikasi
Komunikasi terbuka sangat penting untuk lingkungan tempat kerja yang produktif. Setiap
orang dalam suatu perusahaan harus memahami bagaimana memberi dan menerima
feedback, berbagi ide, berkolaborasi, dan memecahkan masalah.

Semua tim terkadang memiliki konflik antarpribadi, tetapi budaya kerja yang fungsional akan
memungkinkan mereka untuk menyelesaikan masalah dan bekerja sebagai tim meskipun ada
tantangan. Hindari perusahaan dengan budaya kerja di mana orang merasa tidak dapat
berbicara tentang konflik atau kekhawatiran, karena tidak akan ada banyak ruang untuk
berkembang.

Baca juga artikel: 10 Cara Tingkatkan Produktivitas kerja Ala Benjamin Franklin

Pengakuan
Budaya kerja yang berkembang mengakui keberhasilan karyawan dan memberi penghargaan
kepada orang-orang ketika mereka melakukannya dengan baik. Manajemen di lingkungan
tempat kerja yang sehat akan mencari atribut positif dari setiap orang dalam tim dan
mendorong penggunaan bakat mereka. Pengakuan karyawan mulai dari pujian verbal yang
teratur hingga gaji yang kompetitif dapat membangun budaya kerja yang menghargai dan
saling menghormati.

Lingkungan kerja produktif


Salah satu ciri perusahaan yang mempunyai budaya kerja yang positif yaitu lingkungan
kerjanya produktif. Seluruh pekerja di dalamnya merasa senang dan menikmati pekerjaan
yang dilakukannya.
Suasana kerja yang menyenangkan
Banyak pekerja yang merasa stres dalam bekerja karena suasana kantor yang tidak kondusif
dan cenderung kaku. Nah, perusahaan dengan budaya kerja positif biasanya membebaskan
karyawan untuk sesekali berinteraksi dan bercanda tawa dengan rekan kerjanya saat bekerja.
Budaya kerja seperti ini akan membuat karyawan menjadi lebih rileks, minim stres, dan
nyaman untuk bekerja.

Komunikasi yang terbuka dan apa adanya


Selain suasana kerja, komunikasi yang terbuka dan jujur atau apa adanya juga menjadi salah
satu ciri perusahaan dengan budaya kerja positif. Bayangkan jika karyawan bisa
berkomunikasi secara jujur, terbuka terhadap pendapat dan feedback dari orang lain, serta
saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, tentu akan menciptakan budaya kerja
yang positif.

Ada reward dan motivasi


Tentu merupakan hal yang menyenangkan bagi para karyawan ketika telah berhasil mencapai
target dan atasan memberikan penghargaan untuknya. Misalnya berupa bonus, promosi
jabatan, sertifikat, dan lain sebagainya. Dengan begitu, karyawan akan merasa dihargai dan
lebih termotivasi untuk berkontribusi kepada perusahaan.

Kerja sama yang baik


Setiap karyawan pasti akan mendapatkan tugas yang mengharuskan untuk bekerja sama
dengan karyawan lain. Budaya kerja yang baik akan mendorong para karyawan untuk saling
bekerja sama dengan baik dan berkompetisi secara sehat. Dengan demikian, hasil kerja yang
diperoleh pun menjadi lebih maksimal dan berdampak positif terhadap perkembangan
perusahaan.

Pentingnya budaya kerja yang positif


Orang membutuhkan lingkungan yang sehat untuk berkembang, dan ini terutama berlaku di
tempat kerja. Sikap dan perilaku yang berinteraksi dengan anda setiap hari berdampak pada
perasaan anda baik di tempat kerja maupun di rumah. Budaya kerja yang berkembang
mempengaruhi semua aspek bisnis dan orang-orang di dalamnya.

Pilihan rekrutmen yang lebih baik


Manajer di perusahaan dengan budaya kerja yang sukses tahu cara menarik dan memilih
karyawan baru yang memiliki visi yang sama. anda kemungkinan besar akan tertarik pada
perusahaan yang memiliki nilai yang sama dengan anda dan jenis budaya yang anda rasa
nyaman. Budaya kerja yang sehat memiliki para profesional yang berpikiran sama yang
kompatibel satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

kebahagiaan karyawan
Kepuasan anda dengan budaya di tempat kerja secara langsung mempengaruhi kebahagiaan
anda dengan pekerjaan anda. Budaya tempat kerja yang berkembang membantu setiap orang
menemukan makna dan kebanggaan dalam pekerjaan mereka, sementara budaya tempat kerja
yang toxic dapat membuat karyawan yang paling bersemangat pun tidak bahagia di tempat
kerja.

Salah satu unsur terpenting dari budaya kerja yang kuat adalah keseimbangan antara karier
dan kehidupan pribad, dan perusahaan dapat berkontribusi pada kebahagiaan karyawan
mereka dengan menghargai kehidupan mereka secara keseluruhan.

Retensi karyawan
Budaya kerja yang baik memberikan stabilitas bagi karyawan berbakat dan memungkinkan
mereka untuk tumbuh di dalam perusahaan, alih-alih membatasi mereka pada peran atau
tingkat keberhasilan tertentu. Karyawan yang bahagia biasanya ingin bertahan di
pekerjaannya, menjadikan budaya kerja sebagai kunci untuk mengurangi turnover karyawan
dan menghubungkan kandidat yang memenuhi syarat dengan karir jangka panjang.

Kualitas kinerja
Karyawan yang senang masuk kerja karena budaya positif umumnya akan lebih produktif dan
menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Suasana kerja adalah motivator hebat yang
mendorong setiap orang untuk berinvestasi dalam pekerjaan mereka, terutama karena
lingkungan tempat kerja yang makmur mengakui dan merayakan kerja keras dan kesuksesan.

Reputasi
Memiliki budaya tempat kerja yang sehat menciptakan reputasi yang positif dan bergengsi
bagi perusahaan dan orang-orang yang bekerja di sana. Lingkungan tempat kerja yang
menyenangkan merupakan aset penting untuk menarik orang-orang berbakat.

Perusahaan yang memiliki misi semangat yang memberdayakan karyawan mereka dapat
menciptakan hubungan komunitas yang positif melalui mereka.

Artikel terkait: Cara Menciptakan Learning Culture di Tempat Kerja


Tujuan Adanya Workplace Culture

Dibentuknya workplace culture dalam lingkungan kerja tentu bukan tanpa alasan. Perusahaan
mempunyai tujuan tersendiri dalam membangunnya, di antaranya yaitu:

Menciptakan ciri khas tertentu yang menjadi pembeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
Membantu karyawan memberikan pelayanan terbaik untuk para pelanggan.
Menyatukan komitmen karyawan agar bisa bekerja sesuai visi dan misi perusahaan.
Meningkatkan motivasi kerja karyawan, sehingga tingkat turnover menjadi menurun.
Membangun keselarasan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan.
Mendorong karyawan mengambil keputusan bisnis secara terbaik.
Mempererat hubungan profesional antara sesama karyawan dalam perusahaan.
Fungsi budaya kerja
Selain tujuan, Anda juga perlu mengetahui fungsi dari diterapkannya budaya kerja
(workplace culture) di lingkungan kerja. Beberapa fungsi tersebut meliputi:

Meningkatkan produktivitas perusahaan, sehingga visi dan misi perusahaan dapat tercapai.
Membangun stabilitas sistem sosial agar lingkungan kerja menjadi lebih positif dan mampu
menyelesaikan masalah dengan baik.
Memudahkan proses pertukaran ide, gagasan, pendapat dan ilmu dalam berkolaborasi.
Mengontrol sikap dan perilaku karyawan agar bisa selaras dengan nilai perusahaan.
Sebagai sarana komunikasi antara karyawan dengan atasan maupun sesama rekan kerjanya.
Mempersatukan seluruh karyawan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Mengatasi berbagai masalah inti perusahaan, misalnya adaptasi terhadap lingkungan luar
perusahaan, atau integrasi internal anggotanya.
Budaya kerja di perusahaan konvensional
Lingkungan kerja perusahaan konvensional selalu dianggap formal dan kaku. Ini juga
berpengaruh pada budaya kerja yang dipegang tiap pegawainya.
Menurut Harvard Business School, ciri budaya kerja perusahaan biasa lebih terstruktur dan
formal. Lantaran jumlah pekerjanya bisa sampai ribuan, seringkali karyawan tidak saling
mengenal tim dari divisi lainnya.

Dampak dari penerapan protokol yang kaku ini menghambat proses inovasi. Di sisi lain,
sistem kerja dan penggajian di perusahaan konvensional lebih teratur.

Budaya kerja yang umum diterapkan adalah sistem hierarki. Artinya, staf atau pekerja kelas
bawah wajib melaporkan pekerjaannya pada atasan.

Budaya kerja di perusahaan startup


Berbanding terbalik dengan perusahaan konvensional, startup memiliki budaya kerja yang
fleksibel dan cocok bagi millennials maupun gen Z.

Budaya kerja di startup mengadopsi keterbukaan berkomunikasi, mendorong ide dan inovasi
serta kreativitas berikut contohnya.

1. Mengedepankan komunikasi terbuka


Bagi yang pernah bekerja di perusahaan umum pasti merasakan adanya senioritas.

Hubungan atasan dengan bawahan biasanya tidak begitu dekat karena ada title dan
kesenjangan.

Perusahaan rintisan menerapkan komunikasi terbuka antar karyawannya dan tidak ada
batasan formal antara yang masih junior dengan level expert.

Karyawan dengan level tinggi ibaratkan mentor di startup yang dapat memberikan saran pada
rekannya berhubungan dengan pekerjaan.

Karyawan bisa bertanya sekaligus memberikan ide di pertemuan, tanpa khawatir mendapat
penilaian dari rekan setim yang ‘senior’.

Keunggulan dari budaya kerja ini adalah lebih banyak ide dan inovasi yang mungkin muncul
dari penyatuan pikiran semua orang di level berbeda.
2. Menerapkan jam kerja fleksibel
Salah satu ciri budaya kerja startup yakni menetapkan jam kerja fleksibel. Perusahaan tidak
meminta karyawan bekerja dari jam 09.00-18.00 setiap harinya.

Karyawan yang bekerja di perusahaan rintisan bisa datang jam berapapun asalkan bisa
menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan perusahaan.

3. Lingkungan kerja yang dinamis


Budaya kerja startup selanjutnya yaitu dinamis. Perusahaan mungkin saja mengubah
keputusan atau target jika dinilai tidak menguntungkan atau relevan dengan misi perusahaan.

4. Memberdayakan karyawan
Lingkungan kerja perusahaan rintisan menuntut pekerja beradaptasi dan bergerak cepat.
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mengadakan pelatihan karyawan.

Pelatihan ditujukan bagi setiap karyawan supaya dapat meningkatkan keahlian yang
berpengaruh pada kinerjanya.

Bagi beberapa startup, program pelatihan bagaikan investasi. Kalau karyawan diberdayakan
lewat program-program nantinya membawa pengaruh baik bagi perusahaan.

5. Bekerja dengan passion


Budaya kerja yang dipegang perusahaan rintisan adalah bekerja dengan passion. Karyawan
lebih mudah menangani tantangan yang muncul apabila memiliki passion atau hasrat.

Sebagai contoh seseorang yang memiliki passion di bidang content writing dan mengalami
kebuntuan ide, akan mencari cara untuk mengatasi writer’s block melalui metode tertentu.

Jenis-jenis budaya kerja


Budaya kerja adalah sesuatu yang dibentuk oleh pendiri perusahaan dan diaplikasikan pada
karyawan selama bekerja dan menjadi bagian di perusahaan.
Jenis-jenis budaya kerja ada banyak, kali ini kita bahas 4 work culture paling umum
diterapkan di beberapa perusahaan.

1. Hierarchy culture
Hierarchical culture atau budaya hirarki. Budaya kerja yang satu ini menerapkan struktur
kepemimpinan serta formalitas dalam setiap kegiatannya. Melalui hierarchical culture,
perusahaan dapat mencapai resolusi jangka panjang serta hasil yang stabil dalam lingkungan
kerja.

Dalam budaya kerja ini, kontrol perusahaan hirarki berada di tangan para pemimpin yang
berpengalaman. Biasanya aturan hierarki bersifat tegas, tepat sasaran, dan mampu mencapai
tujuan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari hierarchical culture:

Karyawan merasa nyaman dan aman dalam bekerja. Apalagi jika gajinya dibayar tepat waktu
Setiap promosi jabatan mempunyai reward sehingga karyawan menjadi lebih murah
termotivasi
Melalui kerja keras dan usaha yang maksimal, karyawan dapat meraih jabatan yang
diinginkannya
Budaya kerja di perusahaan yang mengadopsi hierarki culture memiliki struktur formal dan
baku termasuk cara berpakaian. Contoh perusahaan dengan budaya hierarki bergerak di
bidang perbankan, restoran cepat saji, dan beberapa lembaga pemerintah.

2. Clan culture
Sesuai namanya, tipe workplace culture yang satu ini menekankan aspek kolaborasi dimana
para anggotanya menganggap diri mereka sebagai satu klan, kelompok, atau keluarga besar
yang saling berpartisipasi secara aktif. Budaya klan ini berfokus pada kerjasama tim,
kesepakatan bersama, serta komunikasi yang baik. Keuntungan yang bisa diperoleh dengan
menerapkan clan culture sebagai budaya kerja Anda adalah sebagai berikut:

Produktivitas karyawan dan perusahaan meningkat secara konsisten


Adanya komunikasi dan transparansi dalam mengungkapkan ide dan pendapat
Karyawan dapat memperoleh apresiasi maupun kritik yang membangun
Salah satu perusahaan yang mengadopsi tipe budaya kerja seperti ini yaitu Tom’s of Maine,
perusahaan produk perawatan tubuh alami. Tom Chappell sebagai founder berfokus
membangun hubungan baik dengan karyawan, pelanggan, supplier, hingga lingkungan
sekitarnya.
3. Advocacy culture
Tipe adhocracy culture adalah budaya kerja yang berfokus pada energi, kreativitas, dan
pengambilan risiko. Perusahaan yang menerapkan tipe budaya kerja seperti ini akan
mendorong para karyawannya untuk selalu inovatif, kreatif, dan berani mengambil risiko.
Adhocracy culture bisa dibilang budaya kerja yang paling optimal untuk meningkatkan
produktivitas serta inovasi perusahaan. Sehingga, tak heran bila budaya kerja seperti ini
banyak diterapkan oleh perusahaan startup.

Ada beberapa keuntungan yang bisa Anda peroleh dengan menerapkan adhocracy culture
dalam lingkungan kerja, yaitu:

Menjadi lebih kompetitif dalam persaingan pasar


Berbagai komitmen yang sama terkait inovasi dalam berbagai level di perusahaan
Menciptakan lingkungan kerja yang siap untuk menerima ide apapun, sekalipun itu out of the
box
4. Market culture
Bisa dibilang tipe workplace culture yang ketiga ini lebih agresif dibandingkan tipe-tipe
lainnya. Agresif disini maksudnya adalah perusahaan menekankan aspek kompetitif antar
karyawan dalam lingkungan kerja. Jadi, mereka dituntut untuk bersaing satu sama lain dalam
memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan. Jika berhasil, mereka bisa mendapatkan
bonus, sebaliknya jika gagal mereka akan mendapatkan hukuman dari perusahaan.

Karyawan dalam perusahaan dengan market culture harus tangguh dan mempunyai ambisi
yang tinggi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebenarnya, tipe budaya kerja seperti ini dapat
meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, namun sayangnya banyak yang menjadi
toxic culture karena adanya ketidakjujuran dan produktivitas yang menurun.

Meskipun begitu, ada beberapa keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan menerapkan
market culture sebagai budaya kerja di perusahaan, yaitu:

Ketika target gagal terpenuhi, maka karyawan harus mencari cara lain untuk bisa
mencapainya.
Karyawan mampu memberikan yang terbaik dan terinspirasi dari atasannya.
Karyawan mudah beradaptasi dengan perubahan pasar
Cara membangun budaya kerja yang positif
Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang baik turut memengaruhi performa kerja.
Sebaliknya, jika work culture yang diterapkan kurang efektif maka berdampak juga pada
produktivitas dan kenyamanan karyawan selama bekerja.

Sebagai contoh lingkungan kerja kreatif dan sangat menghargai pendapat, tentunya
membawa keuntungan bagi perusahaan karena karyawan bisa menyampaikan ide-idenya
tanpa takut dinilai buruk.

Adapun setiap perusahaan bisa melakukan upaya untuk membangun budaya kerja yang
positif melalui cara berikut.

Bangun kepercayaan
Cara pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan membangun kepercayaan antar
karyawan. Kepercayaan tersebut dibangun dari komunikasi yang jujur dan baik. Di sini, Anda
harus berani mengambil risiko agar bisa meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap
Anda.

Tetapkan tujuan perusahaan


Untuk menciptakan lingkungan kerja positif, Anda harus menetapkan visi dan misi serta
tujuan perusahaan terlebih dahulu. Cari tahu apa saja yang menjadi tujuan dari perusahaan
Anda, lalu sampaikan kepada seluruh anggota perusahaan. Pastikan mereka melaksanakannya
secara jujur tanpa adanya persaingan tidak sehat di perusahaan.

Ciptakan keterlibatan karyawan


Ajak semua karyawan untuk terlibat dalam segala aktivitas bisnis perusahaan. Hal ini akan
membuat mereka merasa dihargai dan dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Selain itu,
semakin sering mereka terlibat dalam suatu aktivitas seperti pengambilan keputusan ataupun
proyek besar perusahaan, maka kreativitas dan inovasinya pun dapat semakin berkembang.

Bangun perilaku positif karyawan


Buat peraturan atau prosedur tertulis mengenai cara dan sikap yang perlu dilakukan oleh
anggota perusahaan dalam bekerja. Dengan adanya hal ini, maka karyawan dapat memahami
bagaimana harus bersikap dan bertindak dengan benar selama bekerja. Jika semua karyawan
dapat menerapkan peraturan tersebut, maka tujuan perusahaan pun dapat tercapai, sebab
sikap positif karyawan sangat mempengaruhinya.

Kembangkan budaya apresiasi


Setiap karyawan yang berhasil mencapai target atau berprestasi dalam pekerjaan, hendaknya
diberikan apresiasi atau feedback positif. Sebagai pemimpin, Anda harus mengembangkan
budaya apresiasi, sehingga karyawan pun akan menerapkannya dalam lingkungan kerja.
Secara otomatis, mereka akan saling memberikan apresiasi atas pencapaian dan kerja keras
rekan kerjanya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana seperti memberikan
penghargaan secara langsung atau mengakui kerja kerasnya di forum atau pertemuan kantor.

Buat program career development


Setiap karyawan pasti ingin mengembangkan karirnya, entah itu mencoba peran baru atau
naik ke posisi yang lebih tinggi. Anda bisa mendorong impiannya tersebut dengan
menyediakan program career development atau pelatihan keterampilan khusus. Dengan
begitu, karyawan akan menyadari bahwa perusahaan mendukung dan membantu mereka
dalam mencapai jenjang karir. Secara tidak langsung, hal ini akan meningkatkan loyalitas
karyawan dan menurunkan turnover di perusahaan Anda.

Terapkan work-life balance


Untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif, Anda bisa menerapkan work-life balance
bagi karyawan. Setiap karyawan pasti setelah bekerja ingin menikmati waktu senggangnya
untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga, ataupun mengembangkan keahliannya. Jika
Anda memberikan mereka kesempatan tersebut, maka mereka akan merasa nyaman dan
mengurangi stres dalam bekerja. Mulailah dengan beberapa tindakan sederhana seperti tidak
mengirim pesan terkait pekerjaan di luar jam kerja, tidak memberikan pekerjaan diluar
jobdesk, dan lain sebagainya.

Lakukan evaluasi kinerja


Cara berikutnya untuk membangun budaya kerja positif adalah melakukan evaluasi kinerja
secara berkala. Melalui cara ini, Anda bisa mengetahui mana karyawan yang sudah bekerja
secara maksimal dan mana yang belum. Cari tahu kira-kira apa yang menyebabkan mereka
belum bisa bekerja secara maksimal dan temukan solusi untuk menyelesaikannya. Bila perlu,
setiap bulan ajak karyawan untuk mengisi performance review agar Anda dapat mengetahui
perkembangan kinerja mereka secara detail.

Utamakan kesehatan karyawan


Karyawan yang sehat secara fisik, mental, dan emosional akan lebih mudah bekerja secara
optimal. Dengan kondisi kesehatan yang prima, mereka dapat lebih bersemangat untuk
menciptakan budaya kerja yang positif. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk
mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka dalam bekerja. Berikan fasilitas
kesehatan, kesempatan medical check-up setiap tahun, hingga asuransi kesehatan terbaik
untuk karyawan.
Dapatkan talenta terbaik bagi perusahaan
Budaya kerja yang positif dapat terbentuk jika karyawan ikut terlibat dan
mengimplementasikannya dalam lingkungan kerja. Untuk merealisasikan hal ini, Anda harus
selektif dalam merekrut karyawan baru. Pilih yang benar-benar mempunyai sikat, sifat, dan
cara bekerja yang sesuai dengan budaya perusahaan. Dengan begitu, Anda tidak akan
kesulitan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan.

Perbedaan work culture workplace culture


Work culture (budaya kerja) dan workplace culture (budaya tempat kerja) adalah dua konsep
yang sering digunakan dalam dunia kerja. Meskipun terdengar mirip, keduanya sebenarnya
memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Work culture (budaya kerja) merujuk pada nilai, norma, dan praktik yang digunakan dalam
organisasi atau perusahaan. Work culture mencakup hal-hal seperti etika kerja, kebijakan,
tujuan, cara berkomunikasi, cara bekerja, dan sebagainya. Work culture dapat memengaruhi
bagaimana pekerjaan dilakukan dan hasil akhirnya.

Sementara itu, workplace culture (budaya tempat kerja) merujuk pada lingkungan fisik dan
sosial di tempat kerja. Workplace culture mencakup hal-hal seperti desain interior, fasilitas,
pengaturan tempat kerja, hubungan interpersonal antara karyawan, dan sebagainya.
Workplace culture dapat memengaruhi kesejahteraan dan produktivitas karyawan.

Dalam hal ini, work culture dan workplace culture saling terkait dan saling mempengaruhi.
Work culture memengaruhi cara karyawan berinteraksi di tempat kerja dan workplace culture
dapat mempengaruhi bagaimana work culture diterapkan. Keduanya sama-sama penting
dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Meskipun mungkin ada perbedaan dalam arti tepat dari istilah ini di berbagai budaya atau
konteks, namun dalam konteks umumnya, “workplace culture” dan “work culture” dapat
dianggap sebagai sinonim.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai budaya kerja yang perlu dimiliki oleh setiap
perusahaan agar tercipta lingkungan kerja positif dan mendukung. Ingin tahu informasi
menarik lainnya seputar karir dan HRD? Yuk, kunjungi langsung blog MyRobin sekarang
juga!
· Jangan memasuki lokasi kembali sebelum Petugas menginformasikan bahwa keadaan
telah aman
Perusahaan harus meyakinkan bahwa rencana tindakan terhadap bahaya dan prosedur tertulis
sudah disosialisasikan kepada seluruh pekerja di lapangan.

B.Praketek kerja yang aman


· Jangan memasuki lokasi kembali sebelum Petugas menginformasikan bahwa keadaan
telah aman
Perusahaan harus meyakinkan bahwa rencana tindakan terhadap bahaya dan prosedur tertulis
sudah disosialisasikan kepada seluruh pekerja di lapangan.

Pelaporan Kecelakaan / Kejadian.


Kecelakaan atau hampir celaka di lokasi / tempat kerja yang mengakibatkan luka / cidera
sekecil apapun harus segera dilaporkan dan dicatat dalam formulir laporan kecelakaan /
kejadian. Perusahaan bertanggung jawab terhadap penyelidikan terjadinya kecelakaan /
hampir celaka dan mengadakan tindakan korektif untuk mencegah terulangnya kejadian /
kecelakaan yang serupa. Laporan harus benar dan berdasarkan fakta yang ada di lapangan.

Makanan dan Minuman


Semua makanan dan minuman yang disuplay ke fasilitas-fasilitas dalam lingkungan PT
Pertamina EP harus memenuhi standar kesehatan.
· Persiapan makanan, semua aktipitas yang berkaitan dengan persiapan makanan harus
mengikuti standar hygiene.
· Penyimpanan makanan, temperatur ”chiller dan freezer” hraus dijaga pada temperatur
yang diinginkan. Makanan yang dimasak dan tidak dimasak harus dipisahkan dengan benar.
· Memproses makanan, gunakan alat yang berbeda untuk jenis makanan yang berbeda.
· Penyajian makanan, gunakan ”salad bar dan bain maries hots” untuk mencegah
tempartur makan turun secara signifikan dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
· Hanya makan yang belum kedaluarsa yang boleh digunakan.
· Makanan harus diberi label.
· Air minum harus diperiksa secara berkala oleh laboratorium yang terakredasi.

Bertanyalah Sebelum Memulai pekerjaan.


· Apakah ada bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan di lokasi / tempat kerja
(panas, tekanan, bahan beracun, listrik, peralatan, lingkungan, dll) ?
· Apa yang dapat dilakukan (dan seharusnya dilakukan) untuk menghindari bahaya
tersebut) ?
· Jika bahaya tersebut tidak dapat dihindari, peralatan pengaman macam apa yang
diperlukan ?
· Apa yang salah dan tindakan apa yang harus diambil jika sesuatu ada yang salah ?
· Apakah semua pertanyaan dan jawaban telah dibicarakan dengan semua orang yang
terlibat dalam pekerjaan tersebut ?

· Apakah ada prosedur tertulis ? (jika tidak, harus diadakan).


· Apakah tindakan yang dilakukan menyimpang dari prosedur ? (jika ya, apa sebenarnya
penyimpangan tersebut)
· Apakah penyimpangan tersebut mempengaruhi operasi perusahaan ? (Apakah
rencana kerja yang baru itu diperlukan ?).
C.Bahaya-bahaya di tempat kerja
Dalam konteks bisnis, pengertian biaya adalah sejumlah pengeluaran untuk melaksanakan
operasional perusahaan. Kenali fungsi, dan jenisnya di sini!

Guna menjamin lancarnya kegiatan operasional, setiap perusahaan mengeluarkan sejumlah


dana tiap harinya untuk berbagai kebutuhan, yang disebut sebagai biaya. Sebelum
menjalankan bisnis sendiri, konsep biaya adalah salah satu komponen operasional wajib
Anda pahami. Selengkapnya tentang pengertian biaya, fungsi, klasifikasi, dan jenisnya bisa
Anda simak berikut ini.

Pengertian Biaya
Menurut ilmu akuntansi, pengertian biaya adalah nilai pengorbanan terhadap proses produksi
suatu produk yang dinyatakan dalam bentuk satuan atau berlakunya harga pasar.

Jadi sebenarnya, biaya adalah besaran dana dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan
menghasilkan suatu produk atau jasa. Beban pengeluaran tersebut mencakup seluruh
kebutuhan proses produksi hingga pemasaran.

Fungsi Biaya
Keberadaan biaya sangat penting dalam suatu proses produksi atau lainnya. Oleh karena itu,
terdapat beberapa fungsi biaya adalah berikut ini.

Menjamin Lancarnya Kegiatan Operasional


Biaya berfungsi untuk menjamin kelancaran aktivitas operasional. Tanpa adanya biaya, maka
hal-hal yang diperlukan perusahaan tidak akan terpenuhi sehingga mampu menghambat
proses produksi atau operasional perusahaan.

Sebagai Dasar Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)


Fungsi lain dari biaya adalah untuk menghitung harga pokok penjualan (HPP). Sebelum
produk dipasarkan dalam masyarakat, harga setiap produk sudah harus ditetapkan. Dasar
perhitungan harga pokok penjualan ini diperoleh dari akumulasi biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan ditambah dengan keuntungan sesuai target perusahaan.
Tolak Ukur Penentuan Margin Profit
Indikator penetapan margin laba dapat Anda ketahui dari biaya. Dengan adanya rincian biaya
jelas, maka perusahaan mampu mengukur penentuan margin profit. Sehingga harga yang
ditawarkan di pasaran nantinya sesuai dengan kantong target pasar dan bisa menutup biaya
pengeluaran, serta tetap memperoleh keuntungan.

Pedoman Perencanaan Pengeluaran Berikutnya


Terakhir, fungsi biaya adalah dijadikan pedoman dalam merencanakan pengeluaran
berikutnya. Biaya dari hasil produksi pertama akan membantu perusahaan dalam
merencanakan keuangan periode selanjutnya. Agar seluruh aspek tidak mengalami kerugian.

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Intensitas Terjadinya


Klasifikasi biaya sendiri terbagi dalam berbagai jenis. Berdasarkan intensitas terjadinya, jenis
jenis biaya meliputi:

Biaya Tetap (Fixed Cost)


Jenis biaya pertama yakni biaya tetap atau fixed cost. Pengertian biaya tetap adalah biaya
yang besarnya akan selalu tetap dan tidak berubah karena perubahan volume dan aktivitas
tidak mempengaruhinya.

Oleh sebab itu, biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan perubahan kapasitas suatu
kegiatan. Semakin besar suatu aktivitas, maka semakin kecil biaya tetap per unit.

Biaya Variabel (Variable Cost)


Pengertian biaya variabel yakni biaya yang total keseluruhannya akan selalu berbeda
mengikuti perubahan aktivitas. Nilai biaya variabel akan berbanding lurus dengan pergerakan
volume kegiatan. Semakin besar volume aktivitas maka biaya variabel juga semakin tinggi.

Biaya Campuran (Mixed Cost)


Biaya campuran mempunyai aspek biaya tetap dan variabel. Dalam hal ini, biaya tetap
sebagai jumlah biaya minimum dalam menunjang aktivitas, sedangkan biaya variabel
mempengaruhi volume kegiatan.

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Potensinya


Setiap sesuatu memiliki risiko positif atau negatif. Begitu juga dengan biaya. Ditinjau dari
potensinya, berikut klasifikasi biaya adalah di bawah ini.

Biaya Peluang (Opportunity Cost)


Biaya peluang merupakan biaya yang mampu menambah keuntungan dengan berinvestasi,
namun tetap memiliki berpotensi merugi. Contohnya, Anda akan membeli tempat produksi
baru. Dalam pembelian properti, pastinya terdapat nilai investasi di masa mendatang bila aset
tersebut dijual.

Biaya Hangus (Sunk Cost)


Biaya hangus yakni biaya pengeluaran yang tidak bisa dikembalikan sebagai akibat dari
risiko pengalokasian tersebut. Misalnya, Anda menginvestasikan modal dalam suatu usaha
dan hasilnya rugi sebab bisnis tersebut bangkrut, maka uang Anda akan hilang.

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Kegiatan Operasional


Setiap kegiatan perusahaan, pastinya membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran
aktivitas, yang dikenal dengan istilah biaya operasional. Klasifikasi biaya berdasarkan
kegiatan operasional akan dijelaskan berikut ini.

Biaya Produksi
Berdasarkan kegiatan operasional, poin pertama klasifikasi biaya adalah biaya produksi.
Singkatnya, pengertian biaya produksi adalah pengeluaran perusahaan untuk memproduksi
barang/jasa agar bisa dijual dengan harga tertentu.

Dalam operasional perusahaan, biaya produksi merupakan salah satu jenis biaya dengan
nominal terbesar. Terdapat berbagai jenis biaya produksi, misalnya biaya bahan baku, tenaga
kerja, pengemasan, dan sebagainya.

Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah salah satu jenis biaya produksi yang dibayarkan pada
SDM berkaitan langsung dengan pembuatan barang/jasa. Cara pembayarannya bisa tetap
setiap bulan atau berdasarkan jumlah satuan produksinya. Yang termasuk dalam tenaga kerja
langsung misalnya petugas produksi.

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung


Poin ketiga klasifikasi biaya berdasarkan kegiatan operasional adalah biaya tenaga kerja tidak
langsung, seperti bagian pemasaran, personalia, satpam, dan sebagainya. Dalam konteks ini,
pembayaran biaya adalah sesuatu yang umumnya dilakukan perusahaan tiap bulan, bukan
berdasarkan satuan produksi.

Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya yang nilainya semakin berkurang dari waktu ke waktu
karena manfaat atau kualitas aktiva tersebut menurun. Contohnya biaya mesin-mesin pabrik
yang terus digunakan akan menurun kualitasnya, sehingga periode mendatang harus membeli
baru lagi. Kalaupun dijual, harganya di bawah harga beli.

Biaya Perawatan
Biaya perawatan juga penting dalam mendukung aktivitas perusahaan. Jenis biaya ini
dikeluarkan dalam rangka menjaga dan mempertahankan aktiva atau hal pendukung
produktivitas. Misalnya, biaya perawatan mesin-mesin, biaya service, dan sebagainya.

Biaya Investasi
Suatu bisnis juga memerlukan biaya investasi. Biaya ini dilakukan untuk menambah
pemasukan kas dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, Anda menginvestasikan sebagian
modal dalam instrumen investasi atau aset.

Biaya Overhead Pabrik


Poin terakhir klasifikasi biaya adalah biaya overhead pabrik. Dari segi operasional,
pengertian biaya overhead yakni pengeluaran di luar jenis biaya produktif dan berperan
penting dalam kelangsungan perusahaan. Contoh biaya ini seperti biaya tambahan atau biaya
yang tidak direncanakan tetapi timbul, seperti denda, ganti rugi, dan sebagainya.

Demikian pembahasan dari OCBC NISP tentang pengertian biaya, fungsi, serta klasifikasinya
dari berbagai segi! Agar manajemen biaya perusahaan lebih terkendali, sebaiknya Anda dan
tim mempelajari metode akuntansi biaya terbaik dan menerapkannya dalam operasional
bisnis.
D.Prosedur-prosedur dalam keadaan darurat.
PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP KEBAKARAN

Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat Gedung
dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
Petugas Tanggap Darurat Lantai memadamkan sumber api dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR).
Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya kebakaran kepada:
a. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam Kota Semarang
b. Petugas Pelayanan Kesehatan
Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni ruangan untuk
evakuasi melalui tangga darurat lantai.
Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-orang yang
turun bersamanya.
Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung tentang
situasi keamanan gedung.
PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DARURAT TERHADAP GEMPA BUMI
Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat Gedung
dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
Petugas Tanggap Darurat Lantai mengumpulkan Massa (Penghuni gedung).
Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya gempa bumi kepada:
a. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Semarang; dan
b. Petugas Pelayanan Kesehatan.
Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni ruangan untuk
evakuasi melalui tangga darurat lantai atau tempat yang aman dari gempa.
Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-orang yang
turun bersamanya.
Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung tentang
situasi keamanan gedung.
JANGAN BERLINDUNG DIBAWAH TANGGA DAN JAUHI AREA TANGGA!

B. Apabila anda mengalami keadaan darurat, maka :

SEGERA : Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika diketahui/didengar terdapat


tanda bahaya atau ketika anda diminta untuk melakukannya;
HINDARI : Kepanikan;
IKUTI : Instruksi dan bekerjasamalah dengan mereka yang bertanggungjawab atas keadaan
darurat;
MATIKAN : Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja;
JANGAN : Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari barang-barang
pribadi dan/atau orang lain;
PERGI : Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan menghalangi petugas
dan peralatan mereka;
JANGAN : Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan, petugas atau
pihak yang berwenang akan hal tersebut.
Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling tidak jika kita memahami
prosedur peringatan dini dan keadaan darurat maka kita bisa mengambil langkah-langkah dan
keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran
dan gempa bumi.
E.Etika kerja

Etika kerja adalah aturan yang dijadikan pedoman dalam bekerja. Seorang karyawan perlu
menjunjung tinggi etika di tempat kerja untuk memberikan kesan positif dan menjaga nama
baik perusahaan.

Umumnya peraturan ini dibuat tertulis, tetapi ada pula yang hanya membagikannya dari
mulut ke mulut pada karyawan.

Meskipun demikian, sudah sewajarnya Anda mengetahui apa saja etika kerja, manfaat, dan
cara menerapkannya lewat artikel di sini.

Mengenal tentang etika kerja


Pengertian etika kerja adalah norma, nilai, dan aturan yang menjadi pedoman karyawan
dalam bekerja. Isinya bisa ketentuan berpakaian, bersikap, penyelesaian tugas hingga hal-hal
yang dilarang.
Dengan adanya etika kerja, semua karyawan bisa bersikap sesuai dengan ketentuan tersebut.
Sehingga menghindari segala risiko yang menyebabkan pencemaran nama baik bagi pegawai
maupun perusahaan. Definisi etika kerja menurut para ahli berbeda-beda.

Sinamo (2011:35) menjelaskan bahwa etika kerja adalah perilaku kerja positif dan bermutu
tinggi yang berakar pada kesadaran yang jernih dan keyakinan yang kuat pada paradigma
kerja yang saling berkaitan.

Sementara Sunyoto (2016) menyampaikan etika perusahaan menyangkut hubungan


perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja
menyangkut hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.

Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa etika kerja ini bersifat mengikat karyawan untuk patuh
pada apa yang sudah perusahaan tetapkan dan berkaitan erat dengan pekerjaan.

Fungsi etika kerja menurut Ernawan (2007) yaitu pendorong timbulnya aksi atau perbuatan,
penggairah dalam aktivitas (motivasi untuk melakukan pekerjaan), dan penggerak.

10 Contoh etika kerja


Pengertian etika kerja dan contohnya sudah banyak dijelaskan di internet. Namun, apakah
Anda sudah memahaminya?

Etika kerja merupakan norma yang mengatur bagaimana karyawan berinteraksi dan
bertindak, serta melakukan tugasnya sesuai apa yang perusahaan inginkan.

Nah di bawah ini adalah deretan contoh etika kerja secara umum dan patut Anda terapkan
untuk bantu meningkatkan jenjang karier.

1. Tepat waktu
Tepat waktu merupakan salah satu etika yang dapat membawa manfaat bagi karier Anda.
Karyawan yang selalu telat ke kantor akan dicap sebagai orang yang tidak profesional.

Pekerjaan yang dibebankan pun jadi tidak selesai tepat waktu. Belum lagi Anda bisa
mendapatkan teguran dari atasan yang mungkin menghalangi pemberian promosi jabatan.
Oleh karena itu, selalu rencanakan waktu keberangkatan lebih awal untuk menghindari hal
tidak terduga seperti macet, mogok, atau ban kempes.

Apabila ada hal-hal yang menyebabkan Anda terlambat, jangan ragu memberitahu atasan
atau rekan kerja agar memakluminya.

2. Disiplin
Kedisiplinan bukan hal mudah untuk dibangun dan tidak semua karyawan mampu
mempertahankan etika ini.

Orang disiplin akan lebih dihargai oleh rekan kerja dan atasan. Selain itu, menunjukkan
integritas dan profesionalitas yang Anda miliki.

Jika memiliki kedisiplinan, ini memberikan nilai tambah pada penilaian atasan terhadap
karyawannya. Pekerjaan sehari-hari juga cepat selesai saat Anda disiplin waktu.

Cobalah untuk melatih kedisiplinan misalkan, membuat jadwal, mencatat rutinitas harian,
menahan diri dari godaan saat bekerja, hingga menetapkan target untuk dicapai.

3. Bertanggung jawab
Contoh etika berikutnya adalah bertanggung jawab. Sama halnya dengan disiplin, rasa
tanggung jawab pada pekerjaan juga jarang ditemukan di lingkungan kerja.

Penerapan tanggung jawab di tempat kerja seperti menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan
tepat waktu. Terlepas dari hasilnya buruk atau memuaskan.

Jika penilaiannya kurang baik, Anda tidak mencari alasan dan menerima konsekuensi yang
atasan berikan.

4. Berpakaian rapi
Cara karyawan berpakaian seringkali menggambarkan citra perusahaan. Demi menjaga nama
baik kantor sudah sepatutnya Anda memperhatikan penampilan.
Biasanya perusahaan menetapkan aturan berpakaian, misalkan di perbankan karyawan
menggunakan seragam kemeja, celana bahan, jas, dasi, dan pantofel.

Sementara di startup, aturan pakaiannya mungkin lebih fleksibel. Pakaian bebas tetapi tetap
sopan dan menggunakan sepatu.

5. Jangan libatkan masalah pribadi di tempat kerja


Etika yang perlu karyawan terapkan adalah mengesampingkan masalah pribadi di tempat
kerja. Rekan maupun atasan tidak ada kaitannya dengan masalah keluarga atau percintaan
yang Anda alami.

Permasalah yang terjadi di rumah tidak boleh sampai ke meja kerja atau Anda bawa ke
lingkungan kantor karena akan mengubah fokus dan mengganggu suasana.

Seseorang yang memiliki masalah cenderung sensitif dan mudah marah ketika orang lain
berbuat salah. Jika rekan kerja merasa tersinggung, hubungan Anda bisa rusak.

Oleh sebab itu, cobalah pisahkan masalah pribadi Anda dan jangan membahasnya di
lingkungan kantor. Lebih baik lagi jika bisa diselesaikan segera.

6. Hindari membicarakan atasan


Seringkali atasan berbuat atau mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi
karyawannya. Bahkan mengambil keputusan yang merugikan.

Jika hal ini Anda alami, sebaiknya selesaikan masalah secara empat mata. Alih-alih
membicarakan keburukan atasan pada rekan kerja.

Etika kerja yang wajib Anda terapkan yaitu tidak membicarakan atasan. Di samping
membuat Anda mendapat cap ‘penggosip’ juga menurunkan profesionalitas.

Segala masalah yang berkaitan dengan atasan bisa Anda bicarakan dengan human resources.
Nantinya, HRD akan membantu menyelesaikan konflik.

7. Hormati semua rekan kerja


Perihal yang harus diperhatikan oleh sekretaris dalam etika kerja adalah menghargai setiap
karyawan. Ini karena pekerjaan Anda sering berhubungan dengan orang lain.

Saling menghormati di lingkungan kerja turut menjaga harmonisasi antar karyawan dan
meningkatkan lingkungan yang positif serta minim konflik.

Contoh tindakan menghormati yaitu tidak mengganggu rekan kerja yang tengah sibuk atau
tidak menyudutkan ketika mereka punya pendapat berbeda.

8. Menjadi pribadi yang fleksibel


Fleksibilitas terhadap waktu juga dibutuhkan di lingkungan kantor. Menjadi fleksibel ternyata
termasuk etika kerja yang patut Anda miliki.

Pasalnya, atasan sering meminta karyawannya mengerjakan tugas lebih banyak di luar jam
kantor atau mengikuti meeting di akhir pekan.

Ini termasuk ketika Anda harus menggantikan shift teman kerja yang sakit mendadak.

9. Jangan pernah memotong pembicaraan


Etika lainnya di dunia kerja yaitu tidak memotong pembicaraan seseorang saat mengobrol
maupun diskusi grup.

Caranya dengan meningkatkan active listening skill, agar membantu Anda mendengarkan
secara aktif pesan dan tidak memotong pembicaraan lawan bicara.

10. Tidak gugup


Menurut Northeastern Edu, etika kerja selanjutnya tidak ragu bertanya dan percaya diri dalam
menyampaikan pendapat.

Orang yang kurang percaya diri cenderung canggung melakukan pekerjaan atau berada di
sekitar rekan kerja. Alhasil, berpengaruh pada hubungan antar karyawan.

Perbedaan etika profesi dan etika kerja


Meskipun sama-sama ada di dunia kerja dan bersifat mengikat, etika profesi dan etika kerja
memiliki perbedaan signifikan.

Secara definisi etika profesi adalah prinsip yang mewajibkan individu untuk patuh pada
pedoman, memiliki moral, dan kejujuran dalam menjalankan setiap pekerjaannya. Baca lebih
lanjut tentang Etika Profesi: Kenali Prinsip, Tujuan, dan Contohnya di Dunia Kerja.

Tujuannya untuk menjaga citra, kredibilitas, dan integritas suatu profesi di lingkungan
masyarakat.

Etika kerja dikaitkan dengan nilai dalam diri dan peraturan yang dijunjung perusahaan pada
setiap karyawan. Ini meliputi bagaimana cara bersikap maupun berinteraksi.

Pentingnya menerapkan etika kerja


Secara umum etika kerja berfungsi untuk menjaga karyawan bekerja dengan baik dan tidak
semena-mena terhadap tanggung jawab yang diberikan.

Etika ini juga perlu dipatuhi karyawan tingkat manajer, demi menciptakan lingkungan yang
aman dan positif. Berikut pentingnya menerapkan etika di tempat kerja:

Meningkatkan kepuasan karyawan.


Menciptakan lingkungan kerja karena pegawai merasa dihargai dan dihormati.
Menjaga kepatuhan hukum, karyawan yang tidak mengikuti acuan atau memiliki etika bisa
diberikan sanksi supaya tidak melakukan kesalahan serupa.
Meningkatkan budaya perusahaan.
Mempertahankan citra perusahaan jangka panjang di mata masyarakat.
Cara mengembangkan etika kerja
Etika kerja sering disebut dengan nilai atau aturan yang menjadi dasar seseorang dalam
bekerja.

Karyawan yang menjunjung tinggi etika lebih dihargai dan mudah mendapatkan promosi
jabatan untuk meningkatkan kariernya.
Ada beberapa cara untuk mengembangkan etika kerja yaitu sebagai berikut.

1. Pahami apa saja etika tempat kerja


Tahap pertama adalah memahami apa saja etika yang berlaku di perusahaan untuk dipelajari
dan diterapkan selama bekerja.

Kalau perusahaan Anda tidak membuat etika tertulis, sebaiknya tanyakan pada rekan yang
sudah lama di sana atau langsung pada HRD maupun atasan.

Tanpa memahami etika berlaku, Anda akan kesulitan mempelajari bagaimana bersikap dan
mematuhi etika tersebut.

2. Perhatikan ketepatan waktu dan penampilan


Berikutnya adalah menjaga kedisiplinan waktu dan penampilan. Hindari datang terlambat dan
memakai pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan.

Jika peraturan yang ditetapkan kurang jelas, Anda bisa bertanya pakaian seperti apa yang
dibolehkan dan dilarang terutama jika Anda bekerja di startup.
3. Mengikuti pelatihan khusus
Materi etika kerja bisa Anda pelajari lebih lanjut dengan mengikuti pelatihan khusus. Saat ini
tersedia beberapa pelatihan yang dapat Anda ambil untuk meningkatkan pemahaman tentang
etika kerja.

Kesimpulannya, etika kerja sangat penting bagi kepribadian karyawan maupun perusahaan.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan secara mandiri maupun ikut pelatihan khusus. Mungkin
Anda juga tertarik untuk membaca Etika Bisnis.
Itulah 10 etika dalam bekerja dan cara meningkatkannya yang dapat Anda terapkan di
lingkungan kerja. Baca artikel menarik lainnya di Blog MyRobin.

Anda mungkin juga menyukai