Anda di halaman 1dari 5

ETIKA DAN BUDAYA KERJA

Setiap perusahaan pasti memiliki budaya kerja unik yang berbeda satu sama lain.
Budaya ini diciptakan dengan maksud untuk membuat karyawan lebih produktif dan
mencapai hasil yang sejalan dengan visi perusahaan. Lebih dari sekadar aturan
berpakaian atau desain interior kantor, budaya kerja juga mencakup relasi antar
karyawan dan gaya kepemimpinan di suatu organisasi. Singkatnya, budaya kerja
merupakan konsep yang mengatur perilaku serta mewakili nilai kolektif, keyakinan,
dan prinsip dari anggota organisasi.

Ciri Perusahaan dengan Budaya Kerja Positif

Budaya kerja positif akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan juga kesempatan
bagi karyawan untuk berkembang. Tidak hanya mengutamakan kesuksesan
organisasi, budaya kerja yang baik juga seharusnya bisa membawa dampak positif
bagi anggota di dalamnya. Berikut merupakan beberapa ciri perusahaan dengan
budaya kerja yang baik.
Lingkungan Kerja Produktif

Karyawan merasa senang dan menikmati suasana saat bekerja? Bisa jadi ini
merupakan tanda bahwa mereka nyaman dengan suasana kantor yang kondusif.
Adanya kecemasan dan intimidasi justru malah menandakan sebaliknya, bahwa
karyawan takut dan merasa tidak nyaman berada di lingkungan kantor.

Komunikasi yang Terbuka dan Jujur

Sudah bukan rahasia lagi bahwa politik kantor biasanya menyebabkan suasana dan
budaya kerja menjadi sangat tidak kondusif. Jika karyawan bisa menciptakan
komunikasi yang jujur, terbuka terhadap feedback, serta bahu membahu untuk
menyelesaikan suatu masalah, maka selamat, karena itu menandakan budaya kerja
yang positif di suatu organisasi!

Suasana yang Seru

Tidak ada salahnya untuk sesekali tertawa bersama dan menikmati candaan di tengah-
tengah penatnya bekerja. Dengan begini, karyawan bisa merasa rileks dan lebih tidak
stress dibandingkan mereka yang hanya serius bekerja selama seharian penuh.

Ada Penghargaan dan Motivasi

Setiap individu di dalam organisasi sudah bekerja keras untuk mencapai target. Tidak
ada salahnya untuk memberikan penghargaan dan motivasi berupa bonus, promosi,
sertifikat, atau hadiah lainnya kepada karyawan yang sudah berjasa bagi perusahaan.
Dengan begini, karyawan tentunya juga akan merasa dihargai.

Kerjasama yang Baik

Bukannya tidak mungkin apabila ada anggota tim yang menggunakan cara kotor
untuk mendapatkan kesuksesannya sendiri. Budaya kerja yang baik diharapkan bisa
mengurangi karyawan seperti ini, dan malah mendorong mereka untuk membangun
tim dengan kerjasama yang baik. Berkompetisi boleh, tapi bukan berarti harus
dilakukan secara negatif, kan? Ingat, masih ada kompetisi yang sehat tanpa disertai
pengkhianatan dan agenda balas dendam dengan rekan kerja sendiri.
4 Jenis Budaya Kerja

sumber: pexels.com/@rawpixel

Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) mengklasifikasikan 4 jenis


budaya kerja berdasarkan parameter spesifik. Dibagi berdasarkan tujuan dan fokus
perusahaan, secara umum budaya kerja dikelompokkan menjadi 4 menurut OCAI,
yaitu Clan Culture, Adhocracy Culture, Market Culture, dan Hierarchy Culture.

Clan Culture

Budaya kerja yang pertama yaitu clan culture. Bagaikan kelompok atau klan yang
hidup bersama, budaya satu ini menekankan aspek kolaborasi di mana anggotanya
menganggap diri mereka sebagai satu keluarga besar yang saling terlibat satu sama
lain. Organisasi yang mengadopsi budaya ini diikat oleh komitmen dan tradisi, dengan
nilai utama berupa teamwork, komunikasi, dan kesepakatan. Kepemimpinan yang ada
pada clan culture berbentuk mentorship.

Salah satu perusahaan yang diketahui mengadopsi clan culture yaitu Tom’s of Maine,
perusahaan yang memproduksi berbagai produk perawatan tubuh natural. Sang
founder, Tom Chappell, berfokus untuk membangun hubungan yang baik dengan
karyawan, konsumen, pemasok, hingga lingkungan.

Adhocracy Culture

Budaya ini didasarkan oleh energi dan kreativitas. Setiap karyawan diharapkan berani
mengambil risiko, dengan sosok pemimpin yang dipandang sebagai inovator. Nilai
utama yang dianut biasanya didasari oleh perubahan yang ada, dan salah satu hal yang
menyatukan perusahaan yaitu eksperimen yang diikuti dengan kebebasan individu.

Facebook merupakan salah satu perusahaan yang menganut budaya adhocracy. Mark
Zuckerberg sebagai CEO terkenal dengan nasihatnya yang berbunyi “Move fast and
break things – unless you are breaking stuff, you are not moving fast enough.”
(Bergerak cepat dan hancurkan hal lain – kamu belum bergerak cepat sampai kamu
merusak berbagai hal).

Market Culture

Di antara 4 budaya kerja yang ada bisa dibilang budaya ini yang paling agresif.
Kebalikan dari clan culture, market culture justru dianggap sebagai budaya kerja yang
bisa menghambat proses pembelajaran. Budaya kerja satu ini tidak hanya menekankan
aspek kompetitif dengan pesaing di industri, tetapi juga antar karyawan dalam
organisasi. Karyawan akan dituntut untuk memenuhi tujuan yang sulit dan performa
mereka akan menentukan hasil yang didapat, apakah itu bonus ataupun hukuman.

Penekanan pada performa ini sebenarnya diharapkan bisa menjadi motivasi bagi
karyawan untuk berprestasi. Namun, banyak kritik justru berpendapat bahwa hal ini
bisa menimbulkan budaya yang tidak sehat, seperti ketidakjujuran dan mengurangi
produktivitas.
Hierarchical Culture

Struktur perusahaan menjadi salah satu faktor penentu di budaya hierarchical. Praktik
bisnis pada budaya ini ditentukan oleh struktur, aturan, dan kontrol atasan. Proses
yang terkontrol serta pengawasan yang cukup dianggap penting bagi produktivitas dan
kesuksesan karyawan. Perusahaan disatukan oleh aturan dan kebijakan formal untuk
mencapai stabilitas.

Perlu diingat, tidak ada budaya yang salah maupun benar. Semuanya kembali lagi
kepada tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh tiap perusahaan. Selain penting untuk
membentuk budaya kerja yang sesuai dengan visi perusahaan, penting juga untuka
memiliki tim yang juga sejalan dengan nilai perusahaan. Bentuk tim impian Anda
dengan headhunter dari Glints TalentHunt atau sign up untuk memasang lowongan di
Glints!

Anda mungkin juga menyukai