Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 09

Rabu, 01 Juni 2022

Model Budaya Kerja

Kajian-kajian yang telah dilakukan mengenai budaya kerja organisasi telah menampilkan
beberapa model budaya kerja tertentu yaitu:
- budaya autoritarian,
- budaya birokratik,
- budaya tugas,
- budaya individualistik,
- budaya tawar- menawar
- budaya kolektivity

Minggu kemarin sdh kita bahas....!

Ciri organisasi atau perusahaan dengan budaya kerja yang baik. Berikut merupakan beberapa
cirinya:

1. Lingkungan Kerja Produktif.


Karyawan merasa senang dan menikmati suasana saat bekerja. Memahami tugas pokok dan
fungsinya. Bekerja sesuai dengan kompetensinya.

2. Komunikasi yang Terbuka dan Jujur.


Tidak ada yg ditutupi semua disampaikan apa adanya. Informasi yang diterima dari atasan
tidak ada yg dikurangi saat sampai ke bawahan.

3. Suasana yang Seru.


Artinya bahwa karyawan bekerja dengan semangat tinggi. Saling dukung, saling menghargai
dan saling percaya.

4. Ada Penghargaan dan Motivasi. ...


Karyawan yg bekerja dengan baik mendapat penghargaan atau bonus sedang yg berperilaku
buruk mendapat sanksi. Pimpinan senantiasa memberikan dorongan dan arahan serta contoh
yg baik bagi karyawan nya.

5. Kerja Sama yang Baik.


Artinya bahwa suasana kerja dlm organisasi tsb berjalan sesuai SOP. Arahan dari pimpinan
dapat dilaksanakan dengan baik.

Ciri-ciri tsb di atas, tercermin secara teoritis dan bersifat internal...! Lalu bagaimana Budaya
Kerja yg baik menurut masyarakat...?

Salah satu indikator bahwa budaya kerja kita baik terlihat pada saat pelanggan tersenyum
setelah mendapat layanan yang baik dari kinerja kita..!

KONSEP DASAR MENUJU BUDAYA KERJA YANG BAIK:

Budaya perusahaan dan atau organisasi antara yang satu dan lainnya berbeda. Punya
kekhasan, unik untuk setiap bisnis, tetapi beberapa faktor dapat menentukan jenis budaya
tempat kerja yang ada dalam suatu organisasi. Faktor tsb sebagai berikut:

1. Bagaimana Pernyataan misi dari perusahaan tersebut..?


2. Proses orientasi bagi karyawannya seperti apa ..?
3. Keputusan perekrutan menggunakan model apa..?
4. Perberlakuan Jam kerja di perusahaan atau organisasi bagaimana..?
5 Lokasi kantor apakah strategis..?
6. Apakah Proses Komunikasi dalam perusahaan berjalan lancar..?
7. Transparansi berjalan baik..?
8. Gaya manajemen bagaimana.. otoriter atau demokratis..?
9. Prosedur internal atau SOP nya bagaimana..?
10. Pelayanan pelanggan
11. Tradisi kantor
12. Manfaat kantor bagi lingkungan..?
Beberapa karyawan mungkin suka bekerja di lingkungan yang lebih condong ke arah
kultivasi dan kolaborasi, sementara yang lain mungkin ingin bekerja di lingkungan yang lebih
condong ke peraturan dan hierarki yang ditentukan. Gaya manajemen perusahaan
menentukan karakteristik ini.

Ok kita lanjut. Minggu kemarin sdh kita bahas.. bahwa Budaya Kerja dimulai dari atas.
Artinya bahwa pimpinan sangat berpengaruh terhadap budaya kerja organisasi...!

Budaya perusahaan dimulai dari atas, tetapi karyawan juga berbagi tanggung jawab dalam
mempromosikannya.

Untuk menumbuhkan budaya perusahaan yang baik, perkenalkan;


Anggota tim baru pada pernyataan misi perusahaan, nilai-nilai inti, dan kode budayanya
sebagai bagian dari proses orientasi.

Budaya perusahaan dimulai dari atas, tetapi karyawan juga berbagi tanggung jawab dalam
mempromosikannya.
Ini juga berfungsi sebagai alat untuk calon karyawan yang perlu menentukan apakah mereka
dapat berkembang di perusahaan..?

Berikut adalah tips dalam mengembangkan company culture yang baik:


1. Rencanakan pernyataan budaya berdasarkan nilai-nilai inti

Sebelum melakukan perekrutan, pikirkan tentang misi dan nilai inti perusahaan Anda.

Pernyataan misi adalah pesan singkat yang menjelaskan apa yang ingin dilakukan organisasi
Anda dengan perusahaan dan produk.

Nilai inti bisnis adalah prinsip panduan perusahaan itu. Nilai-nilai ini penting karena terikat
dengan identitas perusahaan, mendukung visi pemilik bisnis dan menjadi landasan budaya
internal.
Oke anak-anak demikian materi kuliah kita hari ini. Semoga bermanfaat untuk semuanya.
Inti dari bahasan kita kali ini adalah "Senantiasa Buatlah Tersenyum semua pelanggan Kita"
Pertemuan 10
Rabu, 08 Juni 2022

Pada pertemuan hari ini materi kuliah yg akan kita bahas tentang "Faktor yang
mempengaruhi Budaya Kerja"

Mungkin materi kuliah ini sudah pernah kita ulas namun untuk mempertegas kita ulangi
sedikit.

Apriyanti (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan enam faktor yang mempengaruhi


budaya kerja ada 6 Faktor, yakni:
(1) inovasi,
(2) tanggung jawab,
(3) orientasi pada hasil,
(4) pengetahuan,
(5) sistem kerja, dan
(6) motivasi.

Coba kita lihat satu persatu faktor-faktor tersebut:

Motivasi pegawai adalah daya pendorong yang mengakibatkan setiap pegawai rela dan
mampu mengerahkan kemampuannya dalam bekerja.

Dimensi yang digunakan adalah:


- kebutuhan akan prestasi, - kebutuhan akan afiliasi dan
- kebutuhan akan kekuasaan.
Hal itulah yang mendorong pegawai semangat dan rela bekerja dengan baik.
Semua pegawai yang bekerja dalam suatu organisasi tentu menginginkan adanya prestasi.
Adalah hal yang aneh kalau ada pegawai yang bekerja sekedarnya, yang penting kerja dari
pada nganggur..! Semua ingin berprestasi.

[8:40 AM, 6/8/2022] Pak Ujang PKN: Kebutuhan akan afiliasi:


Afiliasi adalah salah satu pekerjaan yang saat ini cukup banyak diminati karena memiliki
banyak keuntungan dari sisi waktu dan tempat kerja yang cenderung lebih fleksibel.
Secara umum, yang dimaksud dengan afiliasi adalah bentuk perhubungan, kerjasama, atau
pertalian di antara dua pihak. Di dalamnya terdiri atas satu pihak yang menjadi anggota dari
satu pihak lainnya. Dalam kegiatan ini, kedua belah pihak menjalin kerjasama atau hubungan
guna memenuhi kepentingan bersama dalam mencapai sebuah tujuan yang serupa.

Budaya kerja organisasi yang baik didalamnya tercipta integritas tujuan, kerjasama diantara
mereka, saling menghargai dan saling menghormati.

Dalam melakukan afiliasi, ada salah satu pihak yang bisa dibilang memiliki tingkatan yang
lebih tinggi dibanding pihak yang lainnya. Meski begitu, setiap pihak yang terafiliasi masih
memiliki hubungan atau keterkaitan antara satu dengan yang lainnya dan tetap bisa berdiri
atau bergerak secara masing-masing.

Namun, kembali lagi pada maknanya secara umum, istilah afiliasi pasti mengacu pada
hubungan erat antar sebuah pihak, baik individu, bisnis, organisasi, maupun perusahaan,
dengan pihak lainnya. Untuk lebih memahami makna afiliasi pada konteks atau bidang
tertentu, berikut adalah beberapa definisinya.

Kebutuhan akan kekuasaan dalam organisasi

Pada dasarnya Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku
demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk dapat mengendalikan dan
memengaruhi orang lain.

Pengertian Kebutuhan Kekuasaan

Power atau kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
dan melawan pengaruh pihak lain. Pengaruh berarti menggunakan power untuk mengubah
pihak lain ke arah yang diinginkan.
Max Weber (dalam Thoha, 1994) merumuskan kekuasaan sebagai kemungkinan yang
membuat seseorang dalam suatu hubungan sosial berada dalam jabatan untuk melaksanakan
keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.

Adler (dalam Luthans, 2006) menjelaskan kebutuhan akan kekuasaan sebagai kebutuhan
memanipulasi orang lain atau dorongan untuk memimpin orang lain.

Robbins (2002), mendefinisikan need for power sebagai motif untuk membuat orang-orang
lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku
demikian.

Sedangkan McClelland (dalam Robbins, 2002) mendefinisikan kebutuhan kekuasaan sebagai


kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan.

Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengungkap tentang kebutuhan berkuasa dan
tidak banyak pula yang diketahui mengenai hubungannya dengan jenis-jenis perilaku yang
lainnya. Ukuran kebutuhan berkuasa kurangmampu diandalkan bila dibandingkan dengan
kebutuhan berprestasi dan kebutuhan afiliasi, namun keandalan kebutuhan berkuasa dapat
terlihat apabila digunakan secara bersama-sama dengan kebutuhan berprestasi dan kebutuhan
afiliasi.

Hasil penelitian di Amerika pada tahin 1950 menunjukkan bahwa kombinasi antara
kebutuhan afiliasi yang rendah dan kebutuhan kekuasaan yang tinggi akan menyebabkan
individu memiliki kecenderungan untuk mengatur orang lain. Individu dengan kebutuhan
afiliasi yang rendah namun memiliki kebutuhan kekuasaan yang tinggi secara tidak langsung
akan memiliki dorongan untuk menguasai dan mengendalikan orang lain, dan keinginan
tersebut tidak dapat digantikan oleh rasa persahabatan dalam diri individu tersebut
(McClelland, 1987).

Pemikiran McClelland dipengaruhi oleh karya perintis Henry Murray , yang pertama kali
mengidentifikasi kebutuhan psikologis manusia yang mendasari dan proses motivasi (1938).

Murraylah yang menetapkan taksonomi kebutuhan , termasuk kebutuhan untuk berprestasi,


kekuasaan , dan afiliasi—dan menempatkannya dalam konteks model motivasi terpadu.
McClelland terinspirasi oleh penelitian Murray, dan dia terus mengembangkan teori Murray
lebih lanjut dengan memusatkan perhatian pada teori ini sehubungan dengan populasi
manusia.

Tanggung jawab dalam budaya organisasi.

Perubahan budaya organisasi akan mengubah cara hidup dan napas suatu perusahaan. secara
jangka panjang, hal ini akan membentuk cara pengambilan keputusan, penyesaian pekerjaan,
prioritas pekerjaan, interaksi antara karyawan, customer dan client.

Efek perubahan yang baik itu juga dapat dicapai jika seluruh bagian perusahaan ikut
mendorong perubahan budaya organisasi dan memandang HR sebagai bagian yang
membantu mereka mencapai perubahan tersebut.

Perubahan budaya organisasi merupakan proyek kolaboratif. Jadi apa yang dapat dilakukan
HR untuk membantu berbagai bagian perusahaan dalam mengeksekusi perubahan budaya
organisasi?

Untuk mengubah suatu budaya organisasi seringkali HR terjebak dalam melakukan


pembicaraan mengenai budaya organisasi baru. Padahal pengertian mengenai budaya
organisasi lama akan sangat membantu pengambilan keputusan yang tepat.
Mulailah mencari dan menganalisis faktor-faktor budaya organisasi lama seperti nilai,
kebiasaan, proses, kebijakan, dan dokumen. Semakin besar suatu perusahaan semakin
beragam pula faktor yang akan didapat. Dengan mengerti budaya lama beserta
kekurangannya akan membantu pembentukan budaya baru.

[9:27 AM, 6/8/2022] Pak Ujang PKN: Orientasi pada hasil dalam Budaya Kerja

Orientasi pada hasil adalah kemampuan mempertahankan komitmen pribadi yang tinggi
untuk menyelesaikan tugas, dapat diandalkan, bertanggung jawab, mampu secara sistimatis
mengidentifikasi risiko dan peluang dengan memperhatikan keterhubungan antara
perencanaan dan hasil, untuk keberhasilan organisasi.
[9:29 AM, 6/8/2022] Pak Ujang PKN: Indikator soal terkait orientasi pada hasil
1. Bertanggung jawab untuk memenuhi standar kerja

Hal yang harus Anda perhatikan terkait indikator ini adalah:

a. Menyelesaikan tugas dengan tuntas, dapat diandalkan.

b. Bekerja dengan teliti dan hati-hati guna meminimalkan kesalahan dengan mengacu pada
standar kualitas (SOP).

c. Bersedia menerima masukan, mengikuti contoh cara bekerja yang lebih efektif, efisien di
lingkungan kerjanya.

2. Berupaya meningkatkan hasil kerja pribadi yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan,
mencari, mencoba metode alternatif untuk peningkatan kinerja

Hal yang perlu Anda perhatikan terkait indikator ini adalah:

a. Menetapkan dan berupaya mencapai standar kerja pribadi yang lebih tinggi dari standar
kerja yang ditetapkan organisasi.

b. Mencari, mencoba metode kerja alternatif untuk meningkatkan hasil kerjanya.

c. Memberi contoh kepada orang-orang di unit kerjanya untuk mencoba menerapkan metode
kerja yang lebih efektif yang sudah dilakukannya.

3. Menetapkan target kerja yang menantang bagi unit kerja, memberi apresiasi dan teguran
untuk mendorong kinerja

Hal yang perlu diperhatikan:

a. Menetapkan target kinerja unit yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan organisasi.

b. Memberikan apresiasi dan teguran untuk mendorong pencapaian hasil unit kerjanya.
c. Mengembangkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien untuk mencapai target kerja
unitnya.

4. Mendorong unit kerja mencapai target yang ditetapkan atau melebihi hasil kerja
sebelumnya

Poin penting dari indikator ini adalah:


[9:30 AM, 6/8/2022] Pak Ujang PKN: a. Memastikan kualitas sesuai standar dan
keberlanjutan hasil kerja organisasi yang memberi kontribusi pada pencapaian target prioritas
nasional

b. Memastikan tersedianya sumber daya organisasi untuk menjamin tercapainya target


prioritas instansi/nasional

c. Membuat kebijakan untuk menerapkan metode kerja yang lebih efektif-efisien dalam
mencapai tujuan prioritas nasional.
Pertemuan 11
Rabu, 15 Juni 2022

Hari ini kita akan membahas Indikator dan unsur-unsur budaya kerja organisasi

Kita lihat Indikator Budaya Kerja sebagai berikut:

1. Memiliki Integritas

Keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Indikator positifnya yaitu;


- Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran;
-Jujur dalam segala tindakan;
- Menghindari benturan kepentingan;
- Berpikir positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi;
- mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan Indikator perilaku negatif yang harus dihindari adalah


- Melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
- melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan;
- melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi;
- menerima pemberian (gratifikasi) daam bentuk apapun di luar ketentuan

Contoh Perilaku Positif: Berani menyampaikan pendapat bila terjadi hal yang menyimpang;
melakukan perjalanan dinas/workshop sesuai dengan durasi kebutuhan organisasi;
melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku; masuk kerja dengan
tepat waktu; memakai seragam sesuai ketentuan.

Contoh Perilaku Negatif: Membuat laporan pengeluaran fiktif; mengajak keluarga dengan
menggunakan biaya perjalanan dinas; mengutip biaya di luar tarif yang berlaku; menerima
hadiah dari vendor/hotel/masyarakat.

2. Kreatif dan Inovatif


Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan hal baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

Indikator positifnya yaitu memiliki pola pikir, cara pandang dan pendekatan yang variatif
terhadap setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru; selalu melakukan
penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjuran; bersikap terbuka dalam menerima
ide-ide baru yang konstruktif; berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan
masalah; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif dan
efisien.

Adapun Indikator negatifnya yaitu merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai; bersikap
tertutup terhadap ide-ide pengembangan; dan monoton.

Contoh Perilaku Positif: Membuat SOP yang dapat mempercepat proses kerja; membuat
notulensi rapat secara langsung dengan laptop; mendengarkan pendpat peserta rapat secara
bijak; mendistribusikan surat secara paperless; menggunakan sosial media dalam melayani
dan berkomunikasi baik dengan masyarakat maupun kalangan internal.

Contoh Perilaku Negatif: tidak melakukan evaluasi pekerjaan untuk pengembangan


selanjutnya; menggunakan pola kerja yang sama/rutin; menyusul program kerja yang sama
dengan tahun sebelumnya.

3. Inisiatif

Kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan.

Adapun indikator positifnya yaitu responsif melayani kebutuhan stakeholder; bersikap


proaktif terhadap kebutuhan organisasi; memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah
atau peluang dan mampu mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah.

Adapun indikator negatifnya yaitu hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan;
mencari suara terbanyak, berlindung dari kegagalan, beragumentasi bahwa apa yang ada
lakukan telah disetujui oleh semua anggota tim.
Contoh perilaku positif: Sigap dalam melayani kebutuhan pengguna layanan; Menyajikan
bahan rapat secara cepat tanpa diminta atasan; Menghadiri rapat 5 menit sebelum dimulai;
Berani mengungkapkan penyimpangan berdasarkan data yang akurat.

Contoh perilaku Negatif: Pasif dalam menunggu perintah dari atasan; Malas memberikan
pendapat dalam suatu rapat/diskusi

4. Pembelajar

Selalu berusaha untuk mengembangkan kompetensi profesionalisme.

Adapun indikator positifnya yaitu berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan
memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman, mengambil hikmah dan menjadikan
pelajaran atas setiap kesalahan, berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja.
Adapun indikator negatifnya yaitu tidak memanfaatkan waktu dengan baik, enggan
mempelajari hal yang baru, malas bekerja/bertanya/berdikusi.

Contoh prilaku positif:

Mengikuti seminar/pelatihan/workshop dengan antusias; melakukan introspeksi terhadap diri


sendiri; membuat resume pelatihan dan mengirimkan kepada rekan kerja; berdikusi baik
formal/informal terkait program kerja.

Contoh perilaku Negatif:

Malas membaca buku; tidak mengikuti pelatihan secara penuh; Malas menghadiri undangan
sosialisasi program kerja dari K/L lain.

[8:52 AM, 6/15/2022] Pak Ujang PKN: 3. Inisiatif

Kemampuan seseorang untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan.
Adapun indikator positifnya yaitu responsif melayani kebutuhan stakeholder; bersikap
proaktif terhadap kebutuhan organisasi; memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah
atau peluang dan mampu mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah.

Adapun indikator negatifnya yaitu hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan;
mencari suara terbanyak, berlindung dari kegagalan, beragumentasi bahwa apa yang ada
lakukan telah disetujui oleh semua anggota tim.

Contoh perilaku positif: Sigap dalam melayani kebutuhan pengguna layanan; Menyajikan
bahan rapat secara cepat tanpa diminta atasan; Menghadiri rapat 5 menit sebelum dimulai;
Berani mengungkapkan penyimpangan berdasarkan data yang akurat.

Contoh perilaku Negatif: Pasif dalam menunggu perintah dari atasan; Malas memberikan
pendapat dalam suatu rapat/diskusi

4. Pembelajar

Selalu berusaha untuk mengembangkan kompetensi profesionalisme.

Adapun indikator positifnya yaitu berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan
memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman, mengambil hikmah dan menjadikan
pelajaran atas setiap kesalahan, berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja.
Adapun indikator negatifnya yaitu tidak memanfaatkan waktu dengan baik, enggan
mempelajari hal yang baru, malas bekerja/bertanya/berdikusi.

Contoh prilaku positif:

Mengikuti seminar/pelatihan/workshop dengan antusias; melakukan introspeksi terhadap diri


sendiri; membuat resume pelatihan dan mengirimkan kepada rekan kerja; berdikusi baik
formal/informal terkait program kerja.

Contoh perilaku Negatif:


Malas membaca buku; tidak mengikuti pelatihan secara penuh; Malas menghadiri undangan
sosialisasi program kerja dari K/L lain.
[9:00 AM, 6/15/2022] Pak Ujang PKN: 5. Menjunjung Meritokrasi

Menjunjung tinggi keadilan dalam pemberian penghargaan bagi karyawan yang kompeten.

Adapun indikator positifnya yaitu berkompetisi secara profesional, memberikan kesempatan


yang setara dalam mengembangkan kompetensi pegawai, memberikan penghargaan dan
hukuman secara proporsional sesuai kinerja, tidak sewenang-wenang, dan tidak
mementingkan diri sendiri.

Adapun indikator negatifnya yaitu menduduki jabatan yang tidak sesuai dengan
kompetensinya, mendapatkan promosi hanya karena kedekatan/primordialisme.

Contoh Perilaku Positif:

Mendorong rekan kerja mengikuti seleksi terbuka, memberikan penlaian SKP secara
obyektif, memberikan peluang kepada pegawai untuk mengembangkan kompetensi,
menghindari diskriminasi terhadap perbedaan etnis, ras, agama dan usia; tidak menutup
informasi untuk pengembangan karir pegawai lain

Contoh perilaku Negatif:

melakukan praktik nepotisme dalam melantik pegawai; melakukan seleksi pegawai tidak
berdasar pada kompetensi

6. Terlibat Aktif

Senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Indikator positifnya yaitu terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan
misi Kementerian, memberikan dukungan kepada rekan kerja.
Adapun Indikator negatifnya yaitu tidak peduli dengan aktifitas lingkungan sekitar (apatis)
dan bersifat pasif, menunggu perintah.

Contoh perilaku Positif:

mengikuti peringatan upacara hari besar nasional, mengikuti upacara bendera, bersosialisasi
dengan masyarakat untuk menciptakan public trust, sebagai atasan, memberikan teladan bagi
bawahannya, sebagai bawahan, loyal dan disiplin terhadap setiap tugas yang diberikan.

Contoh Perilaku Negatif:

Malas untuk mematikan AC, komputer dan perangkat elektronik lainnya yang tidak
digunakan, Mengisi form aktifitas harian setelah diminta.

7. Tanpa Pamrih

Bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi.

Indikator positifnya yaitu penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan; rela membantu
pekerjaan rekan kerja lainnya; menunjukkan sikap 4S (Senyum, sapa, sopan dan santun).

Adapun indikator negatifnya yaitu melakukan pekerjaan dengan terpaksa, berburuk sangka
terhadap rekan kerja.

Contoh Perilaku Positif:

Bekerja sesuai dengan SKP yang direncanakan; mengantar tamu yang berkunjung ke kantor
dengan hati yang ikhlas; saling menghormati antar sesama pegawai.

Contoh Perilaku Negatif:

menyelesaikan pekerjaan tanpa cek dan ricek, sulit menjalin kerjasama dengan rekan kerja
dalam mencari solusi terbaik.
Jelas dari uraian tsb di atas bahwa Indikator Budaya Kerja ada 7 (Tujuh) Indikator baik yg
positif maupun negatif :

1. MEMILIKI INTEGRITAS
2. KREATIF DAN INOVATIF
3. INISIATIF
4. PEMBELAJAR
5. MENJUNJUNG MERITOKRASI
6. TERLIBAT AKTIF
7. TANPA PAMRIH

Kita lihat pengertian Indikator Budaya Kerja

Menurut Nurhadijah (2017), indikator budaya kerja adalah sebagai berikut: Disiplin, perilaku
yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun di luar
perusahaan/organisasi.

Indikator Budaya Kerja

Yaitu Perilaku Pada Waktu Bekerja (positif)

Seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat
untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau
sebaliknya.

Oke .. kesimpulannya bahwa kita di dalam melaksanakan tugas dan fungsi manakala nanti
kalian menjadi ASN, maka gunakanlah Indikator Budaya Kerja yang positif seperti yg telah
diuraikan di atas.

Anda mungkin juga menyukai