Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR JAWABAN UAS BUDAYA PERUSAHAAN

Nama : Bibelia Sonya Margareta Siregar


NIM : 210502162
Nama Dosen : Doli Muhammad Jafar Dalimunthe S.E, M.Si
Mata Kuliah : Budaya Perusahaan

Soal Budaya Perusahaan


1. Jelaskan proses pembentukan Budaya Perusahaan
Jawaban : Budaya organisasi mungkin diciptakan dan ditegakkan oleh pendiri.
Namun
manakala budaya organisasi di tahap awal itu lemah maka kewajiban penerusnya
untuk
memperkuat dan merubah budaya menjadi budaya organisasi baru yang kuat dan
cocok.
Budaya organisasi yang baik adalah kebiasaan yang memungkinkan setiap anggota
organisasi mampu menjadi manusia yang produktif, kreatif, bekerja dengan antusias
sesuai dengan peminatan, dan mampu merubah produk usang menjadi produk yang
mempunyai nilai tambah tinggi dengan inovasi yang unik.
Kebiasaan untuk memperlakukan pelanggan dengan baik dan pada tempatnya,
kebiasaan untuk selalu memperhatikan keluhan konsumen dan kemudian
menindaklanjutinya dengan perubahan kea rah yang lebih baik, kebiasaan untuk
selalu
menyempurnakan produk dan melakukan upaya pengkinian teknologi meski
dilakukan
dengan biaya yang serendah mungkin dikarenakan adanya upaya inovasi diyakini
merupakan karakteristik kunci yang dimiliki pendiri sebagai talenta entrepreunership.
Andai kebiasaan-kebiasaan positif itu dibiasakan baik dengan jalan formalisasi
maupun secara lembut (soft) hanya dengan contoh dan pengingatan (reminder), maka
pembiasaan yang berulang-ulang itu akan menjadi melembaga.
Eksekutif yang bukan pendiri bisa melengkapi dengan kebiasaan yang bersifat
manajerial. Kalau pendiri lebih menekankan pada bagaimana mencipta, berinovasi,
menjawab tantangan, membuat ada dari tidak ada, maka eksekutif penerus haruslah
melengkapi dengan hal-hal yang memungkinkan organisasi tetap berdiri, berkembang
dan bertumbuh.
Kebiasaan manajerial yang bersifat positif diantaranya adalah kebiasaan melakukan
perencanaan sebelum dilakukan suatu aksi organisasi, melakukan upaya
pengorganisasian dengan tahapan-tahapan pengorganisasian sesuai ilmu manajemen,
melakukan koordinasi dengan beberapa elemen organisasi untuk menjamin segala
sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan dengan baik dan tidak
terjadi tumpang tindih yang merugikan, tidak terjadi konflik yang meruncing yang
berakibat pada perpecahan dan saling mematikan. Kemudian melakukan upaya-upaya
pengendalian yang cocok sehingga seluruh upaya organisasi dapat lebih berdaya guna
dan tidak terjebak pada kesalahan yang sama yang tidak perlu.
Hal-hal kecil yang berdampak besar bisa juga dilakukan oleh eksekutif yang bukan
pendiri, yaitu senantiasa meletakkan dasar-dasar disiplin dalam bekerja dengan
memberi teladan. Datang pagi bahkan sebelum jam kerja dimulai dan baru pulang
setelah semua pekerjaan diselesaikan dan setelah karyawan merasa yakin tidak
menjumpai kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya di hari itu. Menyapa dengan
senyum dan kata-kata baik dan yang memotivasi untuk membangkitkan antusiasme
kerja di setiap hari. Mentaati semua peraturan yang dibuat dan telah disepakati
bersama. Meminta maaf manakala terpaksa harus melanggar disiplin, melanggar
peraturan yang
disepakati, dan menyalahi janji.
Apabila teladan eksekutif tersebut dilakukan dengan dawam (konsisten) maka dalam
jangka panjang akan memperkuat pembiasaan pendiri dan seterusnya secara simultan
pembiasaan itu akan menjadi sesuatu yang melembaga yang disepakati semua pihak
yang terlibat dalam kegiatan organisasi. Saat itulah budaya organisasi terbentuk.

Meskipun pembentukan budaya organisasi itu dengan berbagai cara, namun secara
umum melibatkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Seorang pendiri mempunyai ide untuk mendirikan organisasi baru.
2) Pendiri menerima orang-orang kunci dan menciptakan kelompok inti yang
memiliki kesamaan visi.
3) Kelompok inti bergerak merealisasikan ide dan melengkapi segala sesuatu
sehingga organisasi bisa berjalan dengan baik dengan mencari dana, memperoleh hak
paten, badan hukum, menentukan tempat usaha, dan sebagainya.
4) Pendiri dan kelompok inti secar bersama membangun kebiasaan yang bertujuan
untuk membangun dan membesarkan organisasi dengan kebiasaan positif dan
produktif.
5) Pembiasaan positif berjalan terus sehingga menjadi sesuatu yang inheren dengan
gerak dan tingkah laku seluruh organisasi sehingga tanpa disadari kebiasaan-
kebiasaan itu telah melembaga menjadi budaya organisasi.

2. Bagaimana Budaya Perusahaan mampu meningkatkan performance


Jawaban : Kinerja sebuah organisasi atau institusi tidak dapat dipisahkan dengan
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Karyawan atau sumber daya manusia
merupakan aset yang terunggul bagi sebuah organisasi. Berbeda dengan faktor atau
aset yang bukan manusia (seperti sarana dan prasarana pendukung aktivitas
organisasi), sumber daya manusia merupakan aset yang unik dan istimewa karena aset
ini tidak dapat dipisahkan dari aspek manusia dan kemanusiaan.
Di samping itu sumber daya manusia juga memiliki kepribadian yang aktif, banyak
menggunakan intuisi, dinamis, bahkan sensitif dan sekaligus sebagai pengelola dan
atau pengguna sarana dan pra sarana yang dimiliki oleh organisasi tersebut, yaitu
teknologi dan biaya untuk menghasilkan output tertentu.
Di perusahaan – perusahaan besar yang memiliki jumlah karyawan yang besar,
pengelolaan sumber daya manusia bukanlah pekerjaan mudah. Perbedaan jenis
pekerjaan, tingkat jabatan atau posisi, latar belakang pendidikan, status keluarga, dan
perbedaan status sosial lainnya akan melandasi perbedaan dalam mengelola
karyawan. Informasi tentang faktor –faktor yang melandasi kerja karyawan sangat
dibutuhkan perusahaan, tidak hanya untuk menghindari kesalahan membuat
keputusan SDM yang tidak efektif, namun juga sebagai sarana mendayagunakan
karyawan, sehingga mampu
meningkatkan produktivitas karyawan. Jika seluruh karyawan memiliki produktivitas
tinggi, kinerja perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih baik.

Penetapan ukuran budaya antara lain:


1. Inovasi merupakan tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif.
Keinovatifan seseorang dapat diukur dari kreativitas dan kebebasan/independensinya.
2. Integrasi adalah sejauhmana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi
untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Integrasi dalam organisasi dapat diukur
dengan kemampuan dalam berkoordinasi dan kebersamaan.
3. Perilaku Kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipergunakan oleh
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota
organisasi. Perilaku
pemimpin dapat diukur dengan kemampuan pimpinan dalam mengarahkan,
mendukung, dan memberi penghargaan kepada bawahan.
4. Stabilitas merupakan tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam
mempertahankan
status quo berbanding pertumbuhan. Aktivitas organisasi dapat dikatakan stabil jika
mampu melaksankan tugas dengan efisien dan efektif serta adanya perasaan bangga
dan ikut memiliki organisasi.
5. Orientasi Detail adalah tingkat tuntutan terhadap karyawan untuk mampu
memperlihatkan ketepatan, analisis, dan perhatian terhadap penugasan secara detail.
Pengawasan dalam pelaksanaan tugas dikatakan detail jika memiliki tingkat ketelitian
dan cepat tanggap dalam pengajuan tuntutan karyawan.
6. Orientasi Hasil adalah tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk lebih
memusatkan
perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan
untuk meraih tuntutan tersebut yang dapat diukur dengan kebebasan cara mencapai
tujuan dan mengutamakan hasil kerja.

3. Jelaskan fungsi ICE dalam penguatan Budaya Perusahaan


Jawaban : ICE merupakan suatu langkah yang dapat menguatkan budaya perusahaan
yang terdapat pada suatu aspek dalam perusahaan seperti individu, perilaku, warna,
logo, dll. ICE merupakan singkatan dari Intensity, Clarity, dan Exposure.

a. Intensity merupakan symbol ataupun artefak yang dapat diliat dan dikenali secara
umum dan dapat diimplementasikan oleh pemimpin atau leader. Semakin kuat
suatu symbol dalam perusahaan maka akan semakin kuat merk dimata para
konsumen dan dapat menjadi filosopi berbentuk logo dari perusahaan dan dapat
mudah dikenali dengan melalui symbol ataupun bentuk-bentuk tertentu.

b. Clarity merupakan bagaimana suatu budaya menyebar ke seluruh anggota


korporasi dan dapat dipahami oleh seluruh anggota melalui sosialisasi, training,
dan mentoring. Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya organisasi yang kuat
dan baik, tetapi tidak dapat dipahami dan tersebar dengan baik kepada seluruh
anggota organisasi maka hal tersebut tidak ada gunanya.

c. Exposure merupakan suatu kegiatan yang dapat mengajak seluruh anggota untuk
menunjukkan ciri khas perusahaan.

Keberlanjutan ICE harus dilanjutkan disuatu perusahaan. Korporasi yang baik


merupakan korporasi yang dapat mengikuti kondisi ataupun beradaptasi. Selain ICE
yang harus beradaptasi, karyawan dalam organisasi juga harus adaptive dengan value
dalam organisasi. Norma-norma yang dilanggar juga masih dapat ditoleransi,
sedangkan jika value yang dilanggar tidak ada toleransi melainkan akan adanya sanksi
yang tegas kepada seluruh anggota organisasi.
4. Uraikan beserta contoh perusahaan yang memiliki Budaya Perusahaan kuat
Jawaban :
Budaya Perusahaan Google: Kebijakan Berdasarkan Data
Google juga telah menyabet banyak penghargaan yang berkaitan dengan budaya
perusahaan. Pada tahun 2021 dan 2020, Google berhasil mendapatkan 11
penghargaan di masing-masing tahun dari Comparably, situs yang mencatat data
kompensasi dan budaya pada perusahaan-perusahaan. Termasuk di antaranya
penghargaan Best Global Culture dan Best CEOs for Diversity pada tahun 2021 serta
Best Company for Women dan Best Company Happiness pada tahun 2020.

Sebagai layanan mesin pencari terbesar dunia, Google mengandalkan data dalam
penerapan kebijakan di tempat kerja (data-driven decision) dalam bentuk analisis HR.
Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan kebijakan yang tepat guna dan sesuai
dengan tingkat kepuasan karyawan.

Misalnya, ketika tingkat pengunduran diri karyawan perempuan lebih tinggi dua kali
lipat dibandingkan karyawan laki-laki di Google dapat mengindikasikan kebijakan
cuti kehamilan yang perlu ditingkatkan lagi. Dengan cara ini, perubahan kebijakan di
Gogle menjadi efektif karena sesuai dengan kasus nyata di perusahaan.

Budaya Perusahaan Facebook: Memperkuat Komunitas Internal


Salah satu faktor kesuksesan Facebook adalah andil budaya perusahaan mereka. Lima
nilai utama budaya Facebook yaitu Be Bold, Focus On Impact, Move Fast, Be Open,
dan Build Social Value.

Salah satu bentuk implementasi dari nilai Build Social Value tercermin dari
terbentuknya ratusan grup internal. Pembagian grup tidak hanya berdasarkan divisi
kerja, namun juga berdasarkan persamaan minat atau demografis, mulai dari grup
orangtua, grup para ibu pekerja, grup pesepeda, dan lain sebagainya.

Hal ini membuat para karyawan Facebook memiliki kebebasan untuk membentuk
pengalaman sosial mereka sendiri. Selain itu, Facebook memperlihatkan dukungannya
terhadap karyawan yang sedang melalui masa-masa sulit. Misalnya dengan
memberikan jatah cuti berbayar yang cukup panjang bagi karyawan yang baru saja
kehilangan anggota keluarganya.

Budaya Perusahaan Apple: Mendorong Karyawan Memperkaya Diri


Apple tidak hanya sukses dalam memproduksi perangkat teknologi, melainkan juga
berhasil mencetak imej eksklusif di tengah banyaknya merk kompetitor. Beberapa
karakteristik budaya perusahaan yang membawa Apple hingga di posisinya sekarang
adalah Top-notch Excellence, Creativity, Innovation, Secrecy, dan Moderate
Combativeness.

Nilai Moderate Combativeness tercermin dari kebiasaan Steve Jobs untuk


memberikan tantangan bagi karyawan pada waktu yang tidak terduga. Hal ini guna
membuktikan kelayakan dan kemampuan para karyawan sebagai pekerja Apple. Di
bawah kepemimpinan Tim Cook, budaya perusahaan Apple tidak lagi terlalu agresif
dan spontan. Meski demikian, hal ini tetap menjadi influens utama dalam perusahaan
Apple. Apple percaya bahwa tingkat keagresifan yang moderat dapat menjadi
tantangan guna meningkatkan hasil kerja karyawan.
Budaya Perusahaan Netflix: Mengedepankan Independensi Karyawan
Sebagai layanan video streaming langganan terbesar di dunia, Netflix memiliki
filosofi utama people over process. Founder Netflix Reed Hastings dalam bukunya
‘No Rules Rules: Netflix and The Culture of Reinvention’ menyebutkan bahwa
Netflix memberikan otonomi penuh bagi para karyawan untuk menentukan
keputusannya sendiri dengan menerapkan sedikit sekali peraturan.

Netflix kerap kali menghadirkan pendekatan yang kreatif dan disruptif dalam
mempromosikan layanannya. Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan inovasi yang
terus berdatangan. Reed Hastings percaya, budaya perusahaan Netflix yang minim
intervensi akan bermuara pada inovasi-inovasi yang revolusioner.

Selain itu, Netflix juga menerapkan kebijakan unlimited vacation sehingga karyawan
bebas dalam menentukan hari libur mereka tanpa batasan. Dengan kebebasan yang
tercermin di berbagai kebijakan, Reed Hastings ingin mengimplikasikan bahwa para
karyawan Netflix telah mengantongi kepercayaan dari level manajerial untuk
melakukan yang terbaik.

Budaya Perusahaan Airbnb: Suasana Kerja Hangat dan Dekat


Airbnb, perusahaan sharing economy penyedia akomodasi terbesar di dunia, pernah
dianugerahi Best Workplace in 2016 dari Glassdoor. Salah satu nilai penting dalam
budaya perusahaan Airbnb adalah Fostering A Welcoming Culture.

Sebuah survei tingkat kepuasan pekerjaan pada tahun 2016 oleh Society for Human
Resource Management menyatakan bahwa perasaan dihargai dan dilibatkan adalah
faktor terbesar terhadap tingkat kepuasan karyawan. Sesuai misi perusahaan Airbnb,
“creating a world where you can belong anywhere”, Airbnb mendesain kantor
sedemikian rupa sehingga karyawan merasa nyaman bekerja di mana saja, termasuk
di ruang tamu dan ruang makan.

Selain itu, Airbnb menyediakan jalur komunikasi internal agar karyawan dapat saling
mengetahui hari-hari spesial satu sama lainnya, mulai ulang tahun, hari jadi, sampai
perayaan persalinan.Airbnb juga menyediakan webpage pribadi khusus bagi para
karyawan untuk mempermudah menjalin koneksi secara internal.

Anda mungkin juga menyukai