Meskipun pembentukan budaya organisasi itu dengan berbagai cara, namun secara
umum melibatkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Seorang pendiri mempunyai ide untuk mendirikan organisasi baru.
2) Pendiri menerima orang-orang kunci dan menciptakan kelompok inti yang
memiliki kesamaan visi.
3) Kelompok inti bergerak merealisasikan ide dan melengkapi segala sesuatu
sehingga organisasi bisa berjalan dengan baik dengan mencari dana, memperoleh hak
paten, badan hukum, menentukan tempat usaha, dan sebagainya.
4) Pendiri dan kelompok inti secar bersama membangun kebiasaan yang bertujuan
untuk membangun dan membesarkan organisasi dengan kebiasaan positif dan
produktif.
5) Pembiasaan positif berjalan terus sehingga menjadi sesuatu yang inheren dengan
gerak dan tingkah laku seluruh organisasi sehingga tanpa disadari kebiasaan-
kebiasaan itu telah melembaga menjadi budaya organisasi.
a. Intensity merupakan symbol ataupun artefak yang dapat diliat dan dikenali secara
umum dan dapat diimplementasikan oleh pemimpin atau leader. Semakin kuat
suatu symbol dalam perusahaan maka akan semakin kuat merk dimata para
konsumen dan dapat menjadi filosopi berbentuk logo dari perusahaan dan dapat
mudah dikenali dengan melalui symbol ataupun bentuk-bentuk tertentu.
c. Exposure merupakan suatu kegiatan yang dapat mengajak seluruh anggota untuk
menunjukkan ciri khas perusahaan.
Sebagai layanan mesin pencari terbesar dunia, Google mengandalkan data dalam
penerapan kebijakan di tempat kerja (data-driven decision) dalam bentuk analisis HR.
Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan kebijakan yang tepat guna dan sesuai
dengan tingkat kepuasan karyawan.
Misalnya, ketika tingkat pengunduran diri karyawan perempuan lebih tinggi dua kali
lipat dibandingkan karyawan laki-laki di Google dapat mengindikasikan kebijakan
cuti kehamilan yang perlu ditingkatkan lagi. Dengan cara ini, perubahan kebijakan di
Gogle menjadi efektif karena sesuai dengan kasus nyata di perusahaan.
Salah satu bentuk implementasi dari nilai Build Social Value tercermin dari
terbentuknya ratusan grup internal. Pembagian grup tidak hanya berdasarkan divisi
kerja, namun juga berdasarkan persamaan minat atau demografis, mulai dari grup
orangtua, grup para ibu pekerja, grup pesepeda, dan lain sebagainya.
Hal ini membuat para karyawan Facebook memiliki kebebasan untuk membentuk
pengalaman sosial mereka sendiri. Selain itu, Facebook memperlihatkan dukungannya
terhadap karyawan yang sedang melalui masa-masa sulit. Misalnya dengan
memberikan jatah cuti berbayar yang cukup panjang bagi karyawan yang baru saja
kehilangan anggota keluarganya.
Netflix kerap kali menghadirkan pendekatan yang kreatif dan disruptif dalam
mempromosikan layanannya. Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan inovasi yang
terus berdatangan. Reed Hastings percaya, budaya perusahaan Netflix yang minim
intervensi akan bermuara pada inovasi-inovasi yang revolusioner.
Selain itu, Netflix juga menerapkan kebijakan unlimited vacation sehingga karyawan
bebas dalam menentukan hari libur mereka tanpa batasan. Dengan kebebasan yang
tercermin di berbagai kebijakan, Reed Hastings ingin mengimplikasikan bahwa para
karyawan Netflix telah mengantongi kepercayaan dari level manajerial untuk
melakukan yang terbaik.
Sebuah survei tingkat kepuasan pekerjaan pada tahun 2016 oleh Society for Human
Resource Management menyatakan bahwa perasaan dihargai dan dilibatkan adalah
faktor terbesar terhadap tingkat kepuasan karyawan. Sesuai misi perusahaan Airbnb,
“creating a world where you can belong anywhere”, Airbnb mendesain kantor
sedemikian rupa sehingga karyawan merasa nyaman bekerja di mana saja, termasuk
di ruang tamu dan ruang makan.
Selain itu, Airbnb menyediakan jalur komunikasi internal agar karyawan dapat saling
mengetahui hari-hari spesial satu sama lainnya, mulai ulang tahun, hari jadi, sampai
perayaan persalinan.Airbnb juga menyediakan webpage pribadi khusus bagi para
karyawan untuk mempermudah menjalin koneksi secara internal.