Anda di halaman 1dari 6

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

BUDAYA ORGANISSAI RUMAH SAKIT

Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa


kepemimpinan transformasional sebagaipemimpin yang mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu (Yukl,1989: 224).
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa
dipercaya,dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya, sehingga bawahan
akantermotivasi untuk melakukan sesuatu lebih dari yang diharapkan
Menurut ensiklopedia Wikipedia prinsip adalah suatu pernyataan fundamental
atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/
kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah
prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek
atau subjek tertentu. Bagaimana prinsip- prinsip yang harus anda lakukan dalam
menerapkan kepemimpinan transformasional? Menurut Erik Ress. Erik Rees,
2001 menyatakan paradigma baru kepemimpinan transformasional mengangkat
tujuhprinsip menciptakan kepemimpinan yang sinergis. Ketujuh prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
Prinsip-prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Simplifikasi, yakni keberhasilan kepemimpinan diawali dengan sebuah visi
yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Visi organisasi yang telah
dirancang akan mendorong anggota dalam organisasi tersebut
mencapainya. Oleh karena itu kemampuan serta keterampilan dalam
mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan transformasional mampu
menjawab “ke mana kita akan melangkah”. Dengan mengetahui kemana
akan melangkah akan memotivasi kita untuk mewujudkannya.
2. Fasilitasi, kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran”
yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun
individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual
dari setiap orang yang terlibat di dalam organisasi. Berbagai fasilitas dapat anda
lakukan dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran misalnya melakukan coffee
morning, coaching , mentoring, seminar,workshop dan lain sebagainya. Kegiatan-
kegiatan ini diaksudkan untuk memfasilitasi dalam rangka peningkatan
kompetensi para SDM yang berada dalam organisasi tersebut.
1. Inovasi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru,
mengimplementasikan ide baru yang bermanfaat. Perubahan akan
menimbulkan ketidak pastian yang akan membuat resistensi. Oleh karena
itu dituntut pemimpin yang berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan.
2. Mobilitas, pengerahan seluruh sumber daya yang ada untuk melengkapi
dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai
visi dan dan misi organisasi. Pemimpin transformasional akan selalu
mengupayakan pengikut dengan penuh tanggung jawab dan selalu
melakukan perubahan untuk menghasilkan kinerja yang tinggi. Dalam
rangka pengerahan ini tentunya memperhatikan kompetensi yang dimiliki
oleh pengikutnya/stafnya.
3. Open mind, perubahan merupakan hal yang pasti, demikian juga
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi. Oleh karena itu
pemimpin harus selalu menyikapi setiap perubahan yang ada, sehingga
dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada. Untuk itu maka
kemampuan untuk selalu membuka diri untuk menerima masukan dan
saran dalam menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
4. Memiliki tekad yang kuat, tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad
bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu
perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan
fisik serta komitmen.

Kepemimpinan transformasional mampu memberikan motivasi kerja,


mendengarkan aspirasi karyawan dan memberikan penghargaan kepada karyawan
sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan apabila hubungan gaya
kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan motivasi karyawan berarti dapat
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja karyawan
secara tdak langsung yakni mealaui peningkatan motivasi karyawan yang kemudian
berdampak pada peningkatan kinerja.

Menurut Undang Undang no.17 tahunj 2023 tentang rumah sakit : Rumah Sakit adalah Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan perseorangan secara paripurna
melalui Pelayanan Kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ atau paliatif dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan Gawat Darurat. Dari definisi tentang rumah sakit
tersebut didapatakan kesimpulan bahwa didalam rumah sakit untuk menjalankan kegiatannya dapat di
kelompokkan dalam berbagai budaya organisasi yaitu:
1. Budaya kerja organisasi yang yang membutuhkan Kerjasama tim untuk memperoleh tujuan
organissi rumah sakit
2. Budaya kerja organisisi yang membutuhkan penetrasi pasar untuk mendapatkan
pelangggan/customer
3. Budaya kerja organisasi yang membutuhkan ketaaatan terhadap regulasi atau standard
opersional perosedur menjaga kualitas pelayanan maupun akuntabilatas
4. Budaya kerja organisi yang menekankan inovasi pelayanan untuk
kemudahan cuctomer dan layanan layanan baru

Budaya kerja adalah nilai, karakteristik, dan atribut yang dimiliki suatu perusahaan
dan dijalankan oleh setiap pekerja. Secara akumulatif, budaya kerja akan terlihat dari
praktik kepemimpinan, perilaku karyawan, fasilitas tempat kerja, hingga kebijakan
sebuah perusahaan. Oleh karenanya, budaya kerja berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan kerja dan mentalitas para karyawan perusahaan yang mempengaruhi
suasana kerja mereka.

Dalam hal ini, membangun budaya kerja yang positif sangat penting untuk
meningkatkan nilai perusahaan, termasuk dalam mencapai tujuan perusahaan.

Setiap perusahaan memiliki budaya kerja yang berbeda-beda. Namun, dilihat dari sifat
atau gaya perusahaan, terdapat empat jenis budaya kerja. Berikut penjelasannya!

1. Clan Culture
Klan merupakan budaya kerja yang menekankan lingkungan kerja yang
interpersonal, kolaboratif, dan komunikatif. Budaya kerja ini bertujuan
menciptakan perusahaan seperti keluarga besar yang bahagia.

Clan culture bisa berguna untuk menghilangkan hubungan vertikal sehingga


membuka budaya kerja yang lebih terbuka untuk berbagi ide. Budaya kerja ini
biasa ditemui dalam perusahaan kecil, rintisan, atau yang dijalankan keluarga
karena membutuhkan organisasi yang lincah untuk meningkatkan
produktivitas.

2. Hierarchy Culture

Berkebalikan dengan clan culture, hierarchy culture menekankan konsep


lingkungan kerja yang lebih formal dan terstruktur. Budaya kerja ini berfokus
pada pengembangan dan pemeliharaan aturan, struktur, dan proses organisasi
yang stabil dengan menerapkan sistem hierarki pada kewenangan dan
manajemen.

Berkat kejelasan atas peran dan tanggung jawab, budaya kerja ini bisa
mendatangkan koordinasi yang lebih efisien. Budaya kerja ini cocok bagi
karyawan perusahaan yang mendambakan kejelasan peran dan stabilitas.

3. Adhocracy Culture

Adhocracy culture atau budaya adhokrasi adalah budaya kerja yang memacu
kreativitas dan pertumbuhan dengan menantang status quo. Budaya kerja ini
menekankan inovasi dan inisiatif serta berani mengambil risiko dalam
menavigasi aktivitas kerja.

Budaya adhokrasi juga menghargai karyawan perusahaan yang bisa


mengeluarkan ide segar dan belajar dari kesalahan dengan cepat, apa pun
posisinya. Budaya kerja kompetitif ini memupuk profesionalitas individu untuk
hasil yang berkualitas. Perusahaan teknologi adalah contoh penganut budaya
kerja ini yang mengedepankan prinsip dinamis dan visioner.

4. Market Culture

Market culture adalah jenis budaya organisasi yang paling agresif karena
menekankan tempat kerja yang didorong target, tenggat waktu, dan kebutuhan
untuk mendapatkan hasil. Oleh karenanya, kinerja staf dipantau secara ketat.
Market culture seperti budaya klan dan budaya adhokrasi yang menekankan
fleksibilitas, tetapi masih membutuhkan stabilitas untuk tetap berfungsi atau
bertahan.

Dengan orientasi pada hasil, tim kerja yang memenuhi target atau melebihi
harapan bisa menjadi lingkungan kerja yang bermanfaat bagi karyawan
perusahaan.

Dimensi Clan Adhocacy Market Hirarki


Karakter Kekluargaa Dinamis,Kewirau Orientas Tersetruktur,terk
dominan an sahaan i hasil endali
Kepemimp Mentor Inovatif, Contoh Koordinator
inan yang
organisasi fasilitator
Pengambilan logis,Ag
resiko resif
Pengelolaa Team work Kebebasan Kompeti Stabilitas
n tif
karyawan
Perekat Kesetiaan Komitmen untuk Agresif Formal
organisasi inovasi
Saling
percaya
Penekanan Pemgemba Penemuan hal Mencap Stabiitasi
strategis ngan baru ai target
partisipasi
Kriteria Komitmen Produk Memim Efisuensi
keberhasil anggota baru,pemimpin pin pasar
an produk
Kepedulian

Dengan orientasi pada hasil, tim kerja yang memenuhi target atau melebihi
harapan bisa menjadi lingkungan kerja yang bermanfaat bagi karyawan
perusahaan.

Dari bagan tersebut diatas bahwa kepemimpinan yang diperlukan dalam


mengellola rumah sakit adalah ciri ciri kepemimpinan transformative
yaitu:mentor,falitator, inovatif coordinator kepemimpina yang memebri contoh
yang logis, sehingga di perlukan moden kepemimpinan di rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai