Pertemuan 5
1. Apakah yang Saudara ketahui dari first-order change, second-order change, dan
third-order change? Jelaskan jawaban Saudara disertai contoh.
First order change: dalam organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup
yang kecil, tentang sesuatu yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini
terjadi secara terus menerus. umumnya tidak menimbulkan dampak yang
signifikan pada perusahaan. Contoh dari perubahan jenis ini adalah Kaizen,
yaitu suatu perubahan manajemen ala Jepang.
Second order change: perubahan yang besar besaran/radikal, yakni perubahan
multi dimensi dalam suatu organisasi. Mengubah organisasi dengan pemikiran
kreatif,inovatif dan model bisnis baru. Contohnya proses reengineering.
Third order change: kebiasaan membalikkan asumsi, adaptasi berkelanjutan
dan pembaruan diri. perubahan yang memiliki kebiasaan membalikkan
asumsi,adaptasi berkelanjutan dan pembaharuan organisasi terhadap situasi
yang dihadapi perusahaan. Seperti perkembangan teknologi yang semakin
maju perusahaan harus dapat beradaptasi contohnya Bluebird taxi tradisional
yang mulai beradaptasi dengan penggunaan secara online.
Dalam proses perubahan ada masa transisi dimana manusia di suatu institusi
mengalami tekanan,rasa takut, cemas dan tidak percaya yang mengakibatkan
regangan ikatan suatu institusi.kemudian para karyawan mulai meningkatkan ikatan-
ikatan emosional pada kelompok masing masing. Subkultur dapat berupa ikatan
antara kelompok-kelompok kerja seperti divisi dan juga dapat berupa ikatan dari
gender, daerah atau kesamaan almamater. manusia memerlukan pegangan untuk
menghadapi ketidakpastian maka dari itu saat proses perubahan sub-sub kultur dalam
organisasi menguat.
Visioning merupakan proses yang menyatukan mozaik nilai nilai dari masing masing
subkultur menjadi rumusan budaya yang dapat diterima semua pihak.
Proses visioning:
1. Merumuskan nilai-nilai masing- masing subkultur.
2. Membawa nilai-nilai subkultur-subkultur tersebut ke dalam sebuah forum untuk
merumuskan nilai-nilai bersama.
3. Memperkaya nilai-nilai dan visi perusahaan ke depan dan merumuskannya ke
dalam strategi budaya.
5. Budaya disiplin yang tinggi dapat menganulir formalisasi organisasi. Apakah maksud
dari pernyataan tersebut?
Disiplin pada organisasi bukanlah tentang kepatuhan sikap secara kaku terhadap
sebuah peraturan melainkan kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan bisnis yang
seharusnya dijaga. Jika budaya disiplin melekat/sudah menjadi kebiasaan pada setiap
individu di organisasi maka individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaannya dan
organisasi mendapatkan manfaatnya.
Cara membentuknya:
Rekrut Yang Baik: Perekrutan didasarkan pada orang yang baik bukan pada orang
yang cerdas dan tahu bagaimana ia bekerja dalam team yang berorientasi ke depan
dan mempunyai karakter kuat.
Berikan Pengertian Yang Baik: Discipline people tidak secara otomatis diperoleh
dari perekrutan yang baik, namun diberi standar kerja melalui proses orientasi.
Jalan Ritual Yang Baik: Ritual tidak hanya terjadi pada saat pengangkatan
karyawan tetapi pada even-even lain, ciptakanlah ritual yang menyentuh emosi.
Letakan Pada Kursi Yang Tepat: Orang-orang yang tepat akan berkontribusi
positif dan menghargai budaya korporat jika ditempatkan pada kursi yang tepat
pula.
Keluarkan Yang Dibawah Standar: Kesalahan terbesar organisasi terjadi ketika
para eksekutifnya mulai dengan berani mengatakan di tempatnya tidak akan ada
karyawan dan eksekutifnya mulai dengan berani mengatakan di tempatnya tidak
akan ada karyawan dan eksekutif yang diberhentikan.
Kepemimpinan Level 5: Collins menegaskan bahwa pentingnya leadership tetapi
leadership bukan ditekankan pada manajerial leadership, pemimpin disebut
Lincoln type leader yaitu seseorang yang mempunyai keberanian menghadapi
fakta-fakta ritual dengan kegigihan, pantang menyerah, memiliki panggilan
profesional serta kerendahan hati strategis.
7. Salah satu ciri dari Organizational Development (OD) adalah adanya intervensi
kelompok dalam perubahan organisasi. Bagaimana intervensi kelompok ini
dilakukan?
8. Apakah prasyarat yang harus dipenuhi dalam transformasi nilai-nilai agar perubahan
organisasi mengalami keberhasilan?
Leadership yang kuat: bukanlah seseorang yang otoriter melainkan pemimpin
team yang bekerja habis-habisan untuk organisasi dan dengan berani
mempertaruhkan jabatan dan kedudukannya untuk menghadapi fakta-fakta
brutal. Bukan juga tipe yang cenderung cari aman dan menghindar dari
tekanan-tekanan
Dukungan bawahan: pemimpin yang kuat tidak ada apa-apanya jika tidak ada
dukungan dari bawahan-bawahannya yang rela mengorbankan
waktu,tenaga,pikiran dan masa depan untuk menciptakan perubahan
Komunikasi yang jelas: pemimpin harus memiliki seni dalam
berkomunikasi,baik verbal maupun nonverbal.
Komitmen pemimpin: membangun komitmen untuk dapat memperoleh
komitmen yang luas pemimpin dapat membangun tiga tahap:
- tahap persiapan: memperkenalkan baik melalui pidato,menyampaikan
visi,surat keputusan,memo dan dibangun proses kesadaran melalui
dialog-dialog.
- tahap penerimaan:pemimpin membantu karyawan dan anak buahnya
untuk memahami apa yang akan terjadi dikemudian hari dan manfaat
bagi organisasi jika mereka semua melakukan perubahaan.
- tahap komitmen: tahap ini memiliki dua langkah yaitu instalasi dan
institusional