NIM : 19059179
QUIZ PERTEMUAN 3
SOAL :
Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi yang dilakukan cenderung kurang terbuka,
mereka menganggap konflik berbahaya pada semua jenis komunikasi
(Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.257). Bagi masyarakat yang menganut budaya
ini, konflik dipandang harus dihadapi dengan hati-hati. Beberapa negara yang tergolong
menganut budaya ini adalah Amerika Indian, Amerika Latin, Jepang, China, Afrika-
Amerika, Korea, termasuk Indonesia (Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.258).
Asia, Afrika, Arab, Eropa Tengah, dan Latin kami menganggap budaya Amerika sebagai
budaya konteks tinggi.
Budaya kerja di Jepang membuat para pekerja di sana lebih terlihat formal dibandingkan
Amerika Serikat. Mayoritas pakaian formal Jepang cenderung berwarna gelap seperti abu –
abu atau hitam. Berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki gaya lebih kasual. Hal
tersebut karena, Amerika Serikat memandang bahwasanya cara berpakaian adalah bentuk
kebebasan. Sehingga, siapapun bebas memilih outfit yang sesuai dengan karakter dan
preferensi mereka.
Kemudian, di Jepang memiliki budaya kerja ho-ren-so,
singkatan dari houkoku (laporan), renraku (komunikasi), dan soudan (konsultasi). Dalam
budaya ini setiap karyawan di Jepang harus menerapkan lapor, bicara, dan konsultasi
terutama pada senior mereka. Hal ini bikin para junior segan betul sama para seniornya.
Dengan kata lain, dalam budaya kerja Jepang unsur senioritas itu kental banget. Senioritas
seperti ini jelas gak berlaku di Amerika. Selama punya skill yang mumpuni, kamu bisa aja
mengutarakan pendapat tanpa melalui izin senior terlebih dulu.
3. Jelaskan the self-reference criterion (SRC) dan signifikansinya bagi pemasar global!s
(berikan contoh kasus)
Jawab:
SRC adalah suatu referensi secara tidak sadar kepada nilai-nilai kultural,
pengalaman,dan pengetahuan diri sendiri sebagai dasar keputusan,Sedangkan
Etnosentrisme adalahgagasan bahwa kultur atau perusahaan sendiri yang paling mengetahui
bagaimanamelakukan semua hal. Mengapa menjadi hambatan utama , karena dapat
menghalangikemampuan untuk menilai sebuah pasar asing secara apa adanya.
Hambatan utama untuk sukses dalam pemasaran internasional adalah referensi diri
seseorangcriterion (SRC) dan etnosentrisme terkait. RapatKoneksi adalah etnosentrisme,
yaitu, anggapan bahwa orang-orang dalam perusahaan, budaya,atau negara sendiri tahu cara
terbaik untuk melakukan sesuatu. Etnosentrisme terutama menjadimasalah bagi para
manajer Amerika pada awal abad ke-21 karena dominasi Amerika dalamekonomi dunia
selama akhir 1990-an. Etnosentrisme umumnya menjadi masalah ketika paramanajer dari
negara-negara makmur bekerja dengan para manajer dan pasar di negara-negarayang kurang
makmur. Baik SRC dan etnosentrisme menghalangi kemampuan untuk menilai pasar asing
dalam cahaya yang sebenarnya. Ketika dihadapkan dengan serangkaian fakta, kita bereaksi
secara spontan atas dasar pengetahuan yang berasimilasi selama seumur hidup pengetahuan
yang merupakan produk dari sejarah budaya kita. Kita jarang berhenti memikirkanreaksi;
kami hanya bereaksi. Jadi, ketika dihadapkan dengan
4. Jelaskan seberapa penting the self-reference criterion (SRC) bagi pemasaran
global dalam menganalisis budaya! (berikan contoh kasus)
Jawab:
Adaptasi budaya (cultural adaptation) mengacu pada penentuan kebijaksanaan bisnis yang
sesuai dengan ciri khas budaya suatu masyarakat.
Walaupun arti penting dari adaptasi budaya disadari sangat luas, namun pelaksanaannya
sangatlah sulit. Alasan utama dari kesulitan ini adalah kecenderungan menggunakan
(SRC) self-reference criterion (berdasar criteria sendiri) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut, kapan saja orang yang berhadapan dengan kondisi unik, nilai-nilai mereka
sendirilah yang akan digunakan sebagai ukuran bagi pemahaman dan tanggapan mereka
atas situasi tersebut.
Baik SRC maupun etnosentrisme menghalangi kemampuan untuk menilai sebuah pasar
asing secara apa adanya.Reaksi kita sering berdasarkan pada arti, nilai, symbol dan
perilaku yang relevan pada kultur kita sendiri yang biasanya berbeda dengan kultur asing.
1. Definisikan masalah atau tujuan bisnis dalam cirri-ciri kebiasaaan dan norma-norma
cultural
di negara asal.
2. Definisikan masalah atau tujuan bisnis dalam cirri-ciri, kebiasaan dan norma-norma
cultural
dinegar tujuan melalui konsultasi dengan produk asli dari negara tersebut dan jangan
membuat penilaian.
3. Isolasi pengaruh SRC dalam masalah , dan periksa secara teliti untuk melihat
bagaimana
pengaruh tersebut dapat mempengaruhi masalah
4. Definisikan ulang masalah tanpa pengaruh SRC dan berikan pemecahan untuk situasi
tujuan bisnis yang optimal.