BUDAYA
2022
Tujuan Pembelajaran
o Hubungan komunikasi
o Pola komunikasi
o Cara Mengelola Komunikasi
o Meningkatkan Keterampilan Komunikasi
Hubungan Komunikasi
Organisasi – sekelompok masyarakat yang saling bekerja
sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan
komunikasi adalah perekat yang memungkinkan
kelompok masyarakat tersebut secara bersama-sama
melakukan fungsinya dengan baik.
Hubungan komunikasi yang terjalin baik antara semua
lini manajer dengan karyawan, karyawan dengan
karyawan, manajer dengan manajer, merupakan salah
satu kunci keberhasilan manajer dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Peran Manajerial
Manajer pada semua level dalam suatu Organisasi bisnis
memiliki peran strategis bagi pengembangan organisasi.
Menurut Mintzberg terdapat 3 peran manajerial yang dapat
diterapkan oleh seorang manajer dalam suatu Organisasi, yaitu;
1). Peran antarpribadi (interpersonal roles), 2). Peran
informasional (informational roles), 3). Peran keputusan
(decisional roles).
Terhadap semua peran tersebut seorang manajer harus dapat
mengkomunikasikan ide, gagasan atau informasi kepada para
karyawan, sehingga mereka dapat memahami pesan-pesan
dengan baik.
a. Peran antarpribadi menunjukkan bahwa seorang manajer
harus mampu memerankan dirinya sebagai seorang tokoh
figur (figurehead role), pemimpin (leader role), dan
penghubung (liaison role).
b. Peran informasional mencakup peran pemantauan (monitor
role), peran penyebar informasi (disseminator role), dan
peran juru bicara (spokesperson role)
c. Peran keputusan mencakup tiga peran penting yaitu; 1.
peran wirausaha (entrepreneur role), 2. peran pemecah
masalah (disturbance bandler role), 3. peran pengalokasi
sumber daya (resource allocator role), 4. Peran negosiator
(negotiator role)
Peran Manajerial dalam gambar
Kegiatan Pertukaran Informasi
Secara umum, komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam
organisasi :
1. Komunikasi memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar
informasi
2. Komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam
organisasi yang terpisah dari anggota lainnya.
Pada umumnya organisasi sangat tergantung pada komunikasi untuk
mencapai tujuannya. Sebuah hasil penelitian oleh Sproul menunjukkan
bahwa orang-orang dalam organisasi menggunakan 69% dari hari-hari
kerja menggunakan komunikasi verbal (bicara, mendengarkan, menulis
atau membaca). Namun bukan berarti komunikasi nonverbal tidak
penting bagi suatu organisasi.
Beberapa Kegiatan Organisasi Yang
Berkaitan Dengan Pertukaran Informasi
a. Menetapkan Tujuan – setiap organisasi mempunyai
berbagai tujuan baik formal maupun nonformal. Tujuan
harus ditetapkan dengan melibatkan semua unsur dalam
organisasi. Tujuan organisasi dapat didefinisikan dalam
arti keuangan, mutu produk, penguasaan pasar,
kepuasan karyawan, atau memberikan pelayanan pada
pelanggan. Dalam menetapkan berbagai tujuan tersebut
sangat diperlukan pertukaran informasi atau komunikasi
antar unit-unit yang ada dalam organisasi.
b. Membuat dan Melaksanakan Keputusan – tujuan yang
telah ditetapkan dalam organisasi dapat tercapai dengan
baik bila orang-orang dalam organisasi tersebut
membuat berbagai keputusan yang mendukung
terlaksananya tujuan, serta mematuhi keputusan yang
telah disepakati. Untuk membuat keputusan yang
mendukung tujuan organisasi harus dikumpulkan
fakta-fakta dengan cara membaca, bertanya kepada
pihak lain, dsb. Bila telah diambil suatu keputusan harus
dilaksanakan, dan hal ini memerlukan lebih banyak
komunikasi.
c. Mengukur Prestasi Kerja – setelah keputusan telah
dilaksanakan, manajemen perlu melakukan pengukuran
untuk mengetahui apakah hasil yang diharapkan telah
tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa
faktor, a.l; biaya, penjualan, pangsa pasar, produktivitas,
tingkat perputaran karyawan, dan tingkat persediaan
yang lain.
Pada perusahaan Besar semua data itu di proses dengan
komputer, agar mempercepat perolehan hasil laporan,
dan bisa segera dilakukan analisa.
Untuk mengukur prestasi kerja organisasi secera
menyeluruh sangat diperlukan terjalinnya komunikasi
yang baik antar unit yang ada dalam organisasi.
d. Merekrut dan Mengembangkan Staf - jika merekrut suatu
perusahaan harus mengumumkan secera terbuka, meneliti resume,
dan melakukan wawancara dengan pelamar, sehingga dapat
ditentukan orang yang benar-benar cocok untuk menduduki
jabatan yang tersedia. Karyawan baru perlu diperkenalkan dengan
staf organisasi.
Sebagai karyawan baru apabila berhasil perlu diberi umpan balik
atas prestasi yang telah dicapai, baik dalam bentuk penghargaan,
pengakuan, maupun tanggungjawab yang lebih tinggi. Dalam hal
komunikasi menjadi lebih banyak diperlukan dan menjadi lebih
penting artinya.
e. Pelayanan Pelanggan – semua organisasi akan berhubungan
dengan customer atau pelanggan (internal/eksternal)
dengan menggunakan komunikasi, baik dalam bentuk
formal maupun nonformal. Misalnya harga yanag tertera
pada suatu produk, nama kelompok produk yanag tertulis
dalam rak-rak, dan berbagai maacam bentuk simbol seperti
dilarang merokok, arah panah, dsb. Nota penjualan, brosur,
iklan, telepon bebas pulsa, dan berbagai bentuk promosi
lainnya dalam bentuk komunikasi yang digunakan oleh
organisasi sebagai sarana untuk merangsang keinginan para
pelanggan agar menggunakan produknya.
f. Negosiasi dengan Pemasok – negosiasi dilakukan dalam
rangka untuk mendapatkan harga produk yang baik yang
dilakukan oleh manajemen baik kepada pemasok maupun
kepada pemberi pinjaman.
Melakukan negosiasi dengan berbagai pihak dan
menyampaikan laporan perkembangan suatu perusahaan
kepada pihak lain yang berkepentingan, tentu saja
memerlukan komunikasi yang dapat memuaskan kedua
belah pihak yang sedang bernegosiasi.
g. Memproduksi Produk – untuk menuangkan ide atau
gagasan mengenai produk baru, kemudian menempat-
kannya dalam proses produksi, sampai akhirnya menjadi
suatu produk yang siap dipasarkan, diperlukan komunikasi.
Seorang perancang mendesain rencana pro-duk, pemasar
melakukan penelitian pasar, dan manajer penjualan
melakukan kampanye penjualan. Kegiatan-kegiatan diatas
memerlukan banyak komunikasi, baik komunikasi antara
manajer dengan karyawan, antara karyawan yang satu
dengan yang lain, atau antara bagian pemasaran dengan
para pelanggan. Proses produksi erat kaitannya dengan
komunikasi.
h. Berinteraksi dengan Peraturan Yang Ada – komunikasi bukan
saja terjadi dalam tubuh perusahaan, tetapi juga antara
perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil masyarakat,
pemerintah sudah seharusnya melindungi kepentingan
masyarakat.
Itulah pemerintah menyusun peraturan yang bertujuan
untuk memberi perlindungan bagi masyarakat luar dari
tindakan sewenang-wenang perusahaan, mis; peraturan yang
berkaitan dengan perlindungan kerja, jaminan hari tua,
penentuan upah minimum regional, penentuan waktu jam
kerja, pencemaran lingkungan, dlsb.
Pola Komunikasi
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi
dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, perlu
diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara satu organisasi
dengan oragnisasi lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi
perusahaan berskala kecil penyampaian informasi bisa secara
langsung kepada karyawannya. Apabila perusahaan besar yanag
memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, penyampaian
informasi kepada karyawan merupakan suatu pekerjaan yang
cukup rumit.
Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan menjadi : -
Saluran Komunikasi Formal (formal communications channel),
dan – Saluran Komunikasi Non-formal (informal communi-
cations channel)
Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, dan matriks,
akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan
masing-masing sesuai dengan batas tanggungjawab dan
wewenang.
Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi
dari manajer ke karyawan, pola transformasi
informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke
bawah (top down atau downward communications),
komunikasi dari bawah ke atas (button-up atau upward
communications) – Montana, 1993.
a. Komunikasi Dari Atas Ke Bawah
Transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan
merupakan komunikasi dari atas ke bawah (up-down atau downward
communications). Aliran komunikasi tersebut umumnya terkait dengan
tanggungjawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi.
Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah
memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan,
mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan
berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
Komunikasi ini bisa berbentuk perintah, instruksi, maupun prosedur
untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya.
Bentuk komunikasi tersebut dapat secara lisan (oral communications)
maupun tertulis (written communications)
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi kebawah mempunyai 5
tujuan :
1. Memberikan pengarahan atau intruksi kerja tertentu.
2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus
dilaksanakan
3. Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik
organisasional
4. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan
5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam
membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan
yang dicapai.
b. Komunikasi Dari Bawah Ke Atas
Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah
sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal
dari bawah. Keterlibatan karyawan (bawahan) dalam proses
pengambilan keputusan merupakan salah satu cara yang positif
dalam upaya membantu pencapaian tujuan organisasi.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas,
para manajer harus percaya penuh kepada para bawahan. Kalau
tidak informasi apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas yaitu
kemungkinan hanya menyampaikan yang baik-baik saja (ABS).
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal sering disebut komunikasi literal –
yaitu komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang
memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi.
Tujuan komunikasi untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian
atau departemenyang memiliki kedudukan sejajar.
Komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara mereka
yang memiliki posisi sejajar, baik di dalam satu departemen
maupun di antara beberapa departemen.
d. Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal melibatkan komunikasi antara 2 tingkat
(level) organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi
formal antara manajer pemasaran dengan bagian pabrik, antara
manajer produksi dengan bagian promosi, antara manajer
produksi dengan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan
dengan bagian penelitian
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan :
a. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang
bentuk komunikasi tradisional.
b. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen
ikut membantu menyelesaikan masalah.
e. Keterbatasan Komunikasi Formal
Dilihat dari sudut pandang individual komunikasi formal sering
membuat frustasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khusunya
mengenai keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan
keputusan.
Dalam organisasi besar, untuk dapat berkomunikasi dengan manajer
puncak harus terlebih dahulu melalui lapisan manajer yang ada di
bawahnya, banyak jalur yang harus dilalui untuk berkomunikasi
dengan manajer puncak..
Jika dipandang dari sudut perusahaan, masalah terbesar dengan saluran
komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau
gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi , karena
setiap keterkaitan dalam jalur komunikasi berpotensi menimbulkan
kesalahpahaman, akibat mis komunikasi.
SALURAN KOMUNIKASI INFORMAL
Dalam suatu organisasi formal dapat digambarkan bagaimana
informasi yang ada di transformasikan dari satu bagian ke
bagian yang lain sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun
dalam praktek ternyata tidak bisa terjadi seperti tersebut,
hierarki ternyata tidak mampu untuk mencegah orang-orang
saling bertukar informasi antara orang yang satu dengan orang
yang lain.
Itulah keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu
organisasi tidak dapat di elakkan.
Jaringan ini dapat digunakan oleh para manajer untuk
memonitor para karyawan dalam melakukan tugasnya.
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada
dalam organisasi tanpa memperhatikan jenjang hierarki, pangkat
dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas.
Meskipun hal-hal yang mereka bicarakan bersifat umum, seperti
mengobrol tentang humor yang baru didengar, masalah
keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik, acara film, kadang-
kadang mereka juga membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan situasi kerja yang ada dalam organisasi.
Lebih lanjut orang banyak percaya dengan desas-desus atau
rumor yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber
informasi untuk organisasi.
Cara Mengelola Komunikasi
Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam
mengelolaKomunikasi :
i. Bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin
ii. Bagaimana menangani krisis komunikasi
Penanganan Pesan-Pesan Bersifat Rutin
Dalam organisasi besar pada umumnya volume pesan-
pesan tertulis lebih banyak dibanding organisasi kecil,
tapi yang lebih penting adalah bagaimana
memaksimumkan manfaat (benefit) dari adanya
komunikasi yang dikaitkan dengan biaya (cost).
Untuk dapat memaksimumkan manfaat dan
meminimunkan biaya, maka seorang manajer perlu
memperhatikan berbagai hal berikut :
a. Mengurangi Jumlah Pesan
Tentukanlah skala prioritas dari pesan yang diterima oleh manajer.
Organisasi perlu menghitung berapa rata-rata biaya diperlukan
untuk mencatat, mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat dan
berapa lama sebuah surat bisnis dapat diselesaikan.
Dalam organisasi mungkin terdapat jumlah memo yang berlebihan
dan tidak berguna, juga banyak pertemuan/rapat yang sia-sia,
membuang waktu dengan percuma, dan tidak ada hasil berarti.
Jenis-jenis komunikasi seperti ini perlu di evaluasi dan perlu
mendapat perhatian seksama.
Apabila komunikasi cukup dengan tilpon saja kenapa harus
pertemuan atau rapat.
b. Instruksi Yang Jelas
Orang-orang yang bertugas melakukan komunikasi sudah
seharusnya memahami kebutuhan dan tujuan organisasi secara
keseluruhan, sehingga ia dapat menghindarkan dirinya dari
kesalahan memberi intruksi.
Manajer yang sekaligus sebagai komunikator juga perlu selalu
mencari kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang
terus berkembang secara dinamis mempengaruhi arti setiap pesan.
Selain itu manajer juga harus tetap berkomunikasi dengan staffnya
secara keseluruhan untuk menjaga hubungan dengan anggota
staff, dan untuk memberikan umpan balik (feedback) terhadap
perkembangan suatu pesan.
c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila
manajer mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka.
Maka seorang manajer harus mendelegasikan beberapa
pekerjaan komunikasi kepada orang lain yang telah
memiliki kemampuan, sehingga si manajer tersebut bisa
untuk menyelesaikan komunikasi-komunikasi yang lain
atau yang lebih penting.
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
KODE MK – SKB – S030 / 3 SKS
2022
TUJUAN PEMBELAJARAN
2. Karyawan selalu ingin diarahkan 2. Karyawan yang memiliki ko-mitmen pada tujuan
orga-nisasi akan dapat meng-arhkan dan
mengendalikan diri sendiri
3. Manajer harus selalu mengawasi kerja. 3. Karyawaan belajar untuk menerima bahkan
mencari tanggungjawab pada saat bekerja
• Dalam Teori X dan Y Daoglas McGregor berusaha mengungkapkan
bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya
kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang
berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan
Karyawan) tersebut dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.
• Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dengan
para karyawannya cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu
komunikasi dari manajer ke bawahan (up-down communication),
sehingga bawahan hanya mengiyakan, tidak punya inisiatif dan tinggal
melaksanakan saja tanpa memahami apa maksud dan tujuan atau latar
belakang pelaksanaan tugas tersebut. Ini asumsi yang dikembangkan
dalam Teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya kepemimpinan
yang diterapkan dalam organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk
(directive leadership style)
• Sementara, asumsi yang dikembangkan dalam Teori Y pada dasarnya
cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang dikembangkannya
adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leadership style).
Karyawan pada umumnya memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak
malas bekerja, ingin kerja mandiri, dan memiliki komitmen yang
tinggi dalam mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, karyawan
juga memiliki kecenderungan untuk memiliki rasa tanggungjawab
tinggi terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan.
• Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam situasi tersebut adalah
gaya kepemimpinan partisipatif, dimana para karyawan dilibatkan
dalam proses pengambilan keputusan. Dan komunikasi yang
dikembangkan antara manajer dan bawahan adalah komunikasi dua
arah. Manajer juga juga memberi kesempatan kepada bawahan untuk
menyampaikan ide atau gagasan untuk pengembangan organisasi.
• Ringkasnya, dalam teori X dan Y, Douglas Mc Gregor
berusaha mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan
dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya
kepemimpinan dapat diterapkan dalam situasi
lingkungan kerja yang berbeda, termasuk bagaimana
komunikasi antar pribadi (manajer dan Bawahan)
tersebut dikembangkan dalam lingkungan kerja.
EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN
• Apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
suatu organisasi, maka komunikasi antarpribadi yaitu
manajer dan karyawan harus tetap terjaga dengan baik.
• Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya
kepemimpinan (Leadership Style) yang dapat diterapkan
dalam situasi dan kondisi yang berbeda :
• 1. Pengarahan (Directing), 2. Pembekalan (Coaching),
3. Dukungan (Supporting), 4. Pendelegasian
(Delegating).
1. Pengarahan (directing) ini dapat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana para karyawan belum memiliki pengalaman yang
cukup dalam menjalankan suatu tugas tertentu. Seorang manajer
harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa
yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan kapan
pekerjaan itu harus diselesaikan.
2. Pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
dimana para karyawan telah mempunyai pengalaman yang cukup
dalam menyelesaikan pekerjaan, selain itu motivasi karyawan
cukup tinggi dalam setiap menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini
seorang manajer perlu juga memberikan penjelasan seperlunya
terhadap tugas dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik
oleh karyawan.
3. Dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
dimana karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan
telah mengembangkan hubungan yang baik dengan manajer. Dalam
hal ini, seorang manajer lebih banyak terlibat dalam berbagai
keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau saran-saran
dari karyawan yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
4. Pendelegasian (delegating) disini karyawan telah memahami
dengan baik tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga
mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas dari seseorang
manajer. Meskipun sudah mendelegasikan sebagian tugas
pekerjaannya, seorang manajer juga harus tetap melakukan
pemantauan (monitoring) atas kinerja para karyawannya, untuk
memastkan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan
Standar Operasinal yang telah ditetapkan (SOP)
GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
• Didalam praktiknya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
manajer suatu organisasi (bisnis/nonbisnis) dapat saja berubah seiring
dengan perubahan dinamika yang berkembang dalam diri karyawan.
Karyawan merupakan salah satu komponen dalam lingkungan organisasi
yang dinamis dan bukan statis. Sehingga gaya kepemimpinan pun dapat
berubah sesuai keadaan.
• Menurut Harsey dan Blanchard. Ada tiga kemampuan/keterampilan
penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan
situasional, antara lain : 1). Keterampilan Analitis, 2). Keterampilan
Fleksibilitas, 3. Keterampilan Komunikasi.
Ad.1. Keterampilan Analitis (analytical skills) merupakan keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi
kinerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Apakah pekerjaan mereka semakin baik atau tidak.
Ad. 2. Keterampilan Fleksibilitas (flexibility skills) merupakan keteram-
pilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan
gaya kepemimpinan dalam situasi dan kondisi yang berbeda ,
maka gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat berbeda
(kapan directing dan kapan delegating). Delegating bisa
dilakukan apabila semangat kerja karyawan menjadi semakin
baik, rasa tanggungjawab mulai tumbuh, dan mereka dapat
bekerja secara mandiri.
Ad. 3. Keterampilan Komunikasi (communication skills) keterampilan
yang harus dimiliki manajer untuk menyampaikan ide atau
gagasannya kepada bawahan, menjelaskan perubahan gaya
kepemimpinannya kepada bawahan. Yang penting bagaimana
ide atau gagasan yang disampaikan tersebut harus jelas dan
dapat dipahami dengan baik oleh karyawan, sehingga dapat
dihindarkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi
KEPEMIMPINAN INTI
• Dalam suatu lingkungan kerja yang selalu dinamis, gaya
kepemimpinan yang ditetapkan juga akan berbeda. Maka, seorang
manajer yang efektif harus dapat memahami dengan baik dan tepat
bagimana kondisi lingkungan kerja yang ada, termasuk latar
belakang para karyawan yang ada dalam organisasi.
• Menurut Hellriegel dan Slocum – seorang manajer yang dinamis
harus memiliki lima kemampuan yang dikenal sebagai keahlian
kepemimpinan inti (core leadership skills), yaitu : 1. pemberdayaan
(enpowerment), 2. intuisi (intuition), 3. pemahaman diri (self-
understanding), 4. visi (vision), dan 5. kesesuaian nilai (value
congruence)
Ad. 1. Pemberdayaan (enpowerment) dalam hal ini seorang manajer
dapat memberdayakan para karyawan untuk terlibat secara
langsung dalam suatu proses pengambilan keputusan bagi
pencapaian tujuan. Disini seorang manajer bisa untuk berbagi
pengaruh dan kendali (control) dengan para karyawannya.
Ad. 2. Intuisi (intuition) menurut Griffin (2002) – Intuisi adalah
keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai sesuatu tanpa
pertimbangan sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan
sesuatu hanya karena “rasanya benar” atau karena firasat (ini
bisa dilakukan bagi manajer yang sudah berpengalaman).
Firasat kadang-kadang dapat membantu manajer membuat
keputusan tanpa melalui langkah yang rasional. Ini bisa
dilakukan oleh manajer yang berpengalaman.
Ad. 3. Pemahaman Diri (self-understanding) – seorang manajer harus
mampu menilai apa saja kekuatan maupun kelemahan yang
dimilikinya. Kemampuan memahami diri yang baik harus
dimiliki untuk menjadi manajer yang efektif.
Ad. 4. Visi (vision) – secara umum visi merupakan kemampuan untuk
berimajinasi pada situasi yang berbeda dan situasi yang lebih
baik dengan cara bagaimana mencapainya. Untuk mencapai visi
yang telah ditetapkan harus, diperlukan komitmen yang tinggi
baik bagi karyawan, manajer, dan pemegang saham.
Ad. 5. Kesesuaian Nilai (value congruence) – merupakan kemampuan
untuk memahami dan memadukan prinsip-prinsip organisasi
nilai-nilai karyawan.
KEBUTUHAN MANUSIA
2022
TUJUAN PEMBELAJARAN