Anda di halaman 1dari 52

KOMUNIKASI BISNIS ANTARBUDAYA

Hidup bersama seperti saudara dan


melakukan bisnis seperti orang asing
(Pepatah Arab).

Anda tidak akan pernah mengetahui


seseorang sampai Anda berbisnis
dengannya (Pepatah Skotlandia).
KEBUDAYAAN

 Dari kata - Buddhayah (Buddhi) – “budi” atau akal

 Seluruh cara hidup suatu masyarakat dan menjadi acuan


dalam berpikir dan berperilaku yang didapat melalui proses
 Internalisasi
Tertanamnya nilai-nilai budaya kedalam diri masyarakat
 sosialisasi
Proses penanaman nilai-nilai

 Keseluruhan pikiran, dan hasil karya manusia


(Prof.Koentjaraningrat)
Wujud Budaya

* Berbentuk nilai, norma, peraturan, gagasan


 Sifat – abstrak
 Fungsi – mengatur, mengendalikan perbuatan
manusia

* Berbentuk sistem sosial


 Yaitu aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
berhubungan,mengikuti pola tertentu berdasarkan
pada adat istiadat yang berlaku
Contoh :
Tingkah laku berbicara, cara memberi hormat

* Berbentuk benda-benda hasil karya manusia


TINGKATAN BUDAYA

1. Formal
Budaya pada tingkatan ini merupakan tradisi atau
kebiasaan yang dilakukan oleh sebuah masyarakat
yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan hal tersebut bersifat resmi / formal
Contoh: mengemudi pada jalur sebelah kiri (Indonesia)
atau sebelum memasuki ruangan mengetuk pintu
terlebih dahulu
LANJUTAN

2. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak
diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi
ke generasi berikutnya melalui apa yang mereka
lihat, dengar, gunakan dan lakukan, tanpa
diketahui alasan melakukan budaya tersebut:
Contoh: pertemuan yang dimulai pada jam 10.00
baru dimulai pada jam 10.15
lanjutan

3. Teknis
Pada tingkat ini, aturan yang mengikat
secara formal sudah diterapkan. Selain itu
ada penjelasan yang logis terhadap budaya
yang digunakan.

Contoh: Kampus tidak memperkenankan


mahasiswa untuk menggunakan sandal
Proses Transpormasi Budaya
 Enkulturasi
Budaya ditransmisikan dari satu
generasi kegenerasi berikutnya
melalui proses belajar
 Akulturasi

Budaya seseorang terbentuk melalui


kontak langsung dengan budaya lain
yang terjadi secara terus menerus
 Subkultur

Kelompok-kelompok kecil yang


tinggal dan berinteraksi dalam
kultur yang lebih besar dan dominan
Komunikasi antar Budaya
Teori komunikasi antarbudaya dikembangkan oleh seorang
antropolog, Edward Hall - yang mengemukakan teori dari
kedekatan dan jarak sosial – adalah seorang antropolog budaya
yang sangat berpengaruh di bidang komunikasi.
Dibuatnya pasukan perdamaian oleh John F. Kennedy pada awal
60an juga memimpin sebuah peningkatan minat dan kebutuhan
untuk pengetahuan tentang bagaimana orang-orang dari berbagai
budaya dapat berkomunikasi dengan efektif.
Sejak awal pekerjaan Hall dan awal penelitian dari pasukan
perdamaian, teori dari komunikasi antar budaya meluas menjadi
teori bahasa, media massa, dan konflik antar budaya.
DEFINISI

• Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan


dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain
(Sitaram, 1970).
• Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-
orang yang berbeda kebudayaannya (Rich,1974)
• Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi
dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan
budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan
(Stewart,1974)
• Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran
dan makna di antara orang-orang yang berbeda
kebudayaannya (Gernard Maletzke, 1976)
Dari beberapa definisi yang kita petik di atas nampak sekali
bahwa komunikasi antar budaya lebih menekankan aspek utama
yakni komunikasi antarpribadi di antara komunikator dan
komunikan yang kebudayaannya berbeda.

Komunikasi antara orang-orang yang berasal dari kultur yang


berbeda-beda yang memiliki kepercayaan, nilai, dan perilaku yang
berbeda.

Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yg


digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun
nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu
daerah, wilayah atau negara.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
KOMUNIKASI

Keberhasilan Komunikasi
Ditentukan oleh kemampuan komunikan memberi
makna terhadap pesan yang diterima
Jika makna yang dimaksud komunikator melalui
pesan sama dengan maksud komunikan, maka
komunikasi dapat dikatakan berhasil, yaitu
tercapainya persamaan makna
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
komunikasi

* Frame of Reference (kerangka acuan)


Persamaan pada tingkat pendidikan, pengetahuan,
latar belakang budaya

Overlaping of interest (pertautan minat dan


kepentingan) yang semakin besar, semakin mudah
pula proses komunikasi berlangsung
* Field of Experience (latar belakang pengalaman)
Pengalaman dapat berupa pengalaman pribadi

Pengaruh Budaya terhadap Persepsi


Disamping latar belakang pengalaman pribadi
norma, adat istiadat, kepercayaan juga
mempengaruhi “Field Experience” terhadap objek
dan pada akhirnya mempengaruhi persepsi
terhadap suatu objek.
Misal : sikap menghargai waktu
Kebudayaan mengajarkan Tata cara komunikasi
 Kebudayaan berfungsi untuk mengajarkan tata
cara berkomunikasi, baik verbal maupun non
verbal

Misal : Tidak setuju terhadap sesuatu


- India mengangguk
- Indonesia menggeleng
Komunikasi mentransmisikan nilai budaya

 Komunikasi menjadi alat untuk mensosialisasikan nilai


budaya kepada masyarakat

 Melalui komunikasi, secara verbal dan non verbal


mentransmisikan nilai budaya, norma sosial dan adat
kebiasaan dari satu generasi kegenerasi, dari satu kelompok
kepada kelompok lainnya

Misal : Dongeng yang disampaikan secara lisan dapat


dibukukan dan disampaikan kepada generasi selanjutnya
Pentingnya Komunikasi antar Budaya
 Mobilitas
 Saling ketergantungan ekonomi
 Teknologi komunikasi
 Pola Imigrasi
 Kesejahteraan Politik

Ciri yang menandakan komunikasi lintas budaya :


 Sumber dan Penerima pesan berasal dari budaya
yang berbeda
MEMAHAMI PERBEDAAN BUDAYA

Parameter Budaya
 Gaya hidup yang unik dari suatu kelompok masyarakat
tertentu

 Budaya dimiliki oleh seluruh manusia


(masyarakat)sehingga merupakan faktor pemersatu

 Merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan

 Memiliki andil pada perubahan sosial


Karakteristik Budaya

 Komunikasi dan Bahasa


Dalam suatu kelompok bahasa terdapat perbedaan seperti
dialek, makna yang diberikan pada gerakan tubuh
Karakteristik Budaya

 Pakaian dan Penampilan


* Kimono – orang jepang
* Wajah yang dicoret – suku indian

 Makanan dan kebiasaan makan


* Daging sapi – dimakan oleh orang Amerika
terlarang bagi orang India
(hindu)
* Mempergunakan tangan - Indonesia
Mempergunakan sumpit - Jepang
Karakteristik Budaya

 Waktu dan Kesadaran akan waktu


* Tepat waktu – orang jerman
Lebih santai – orang Amerika Latin

* Empat musim – lebih menandai datangnya perubahan


musim

Musim hujan dan kemarau – banjir dan kekeringan


Karakteristik Budaya

 Hubungan
* Hubungan pernikahan - monogami
poligami

 Nilai dan norma


* Etika kerja - faktor senioritas
- kualitas

 Kepercayaan dan sikap


* Perhatian terhadap hal-hal supernatural
* Lebih perhatian pada masalah agama
Ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan untuk sampai pada
pemahaman tentang kebudayaan dalam konteks KAB :
• Pertama, tingkat masyarakat kelompok budaya dari para
partisipan;
• Kedua, konteks sosial tempat terjadinya KAB;

• Ketiga, saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB (baik yang


bersifat verbal maupun nonverbal)
Dimensi pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah
digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan
kompleksitas dari organisasi sosial.

Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai


berikut :
• Kawasan-kawasan dunia, misal : budaya timur, budaya barat

• Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara,


budaya Asia Tenggara.
• Nasonal/negara,misalnya: budaya Indonesia,budaya Perancis,
budaya Jepang.
• Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti ; budaya orang
Amerika Hitam,Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.
• Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi
jenis kelamin, kelas sosial, coundercuklture (budaya Hippis, budaya
orang di penjara,budaya gelandangan, budaya kemiskinan)
 Contoh kajian KAB dimensi pertama misalnya,komunikasi
antarndividu dengan kebudayaan nasional yang berbeda
(wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika atau
Indonesia) atau antar individu dengan kebudayaan ras-
etnik yang berbeda (seperti antar pelajar penduduk asli
dengan guru pendatang.Bahkan ada yang mempersempit
lagi pengertian pada “kebudayaan individual” karena setiap
orang mewujudkan latar belakang yang unik.
 Dimensi kedua menyangkut Konteks Sosial.
Misal, konteks sosial KAB pada: organisasi, bisnis,
pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian
pelancong/pendatang sementara, perkembangan alih
teknologi/pembangunan/difusi inovasi, konsultasi terapis.
Dalam dimensi ini bisa saja muncul variasi kontekstual,
misalnya, komunikasi antarorang Indonesia dengan Jepang
dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan
komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua
orang mahasiswa dari suatu universitas. Dengan demikian
konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan
pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan,
ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan
tingkah laku yang khusus.
• Dimensi ketiga, berkaitan dengan saluran komunikasi.
Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas :
•Antarpribadi/orang

•Media massa
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran
komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan
dari KAB. Misalnya,orang Indonesia menonton melalui TV
keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang
berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan
melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman
komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang
lebih mendalam.Komunikasi melalui media kurang dalam
feedback langsung antarpartisan dan oleh karena itu, pada
pokoknya bersifat satu arah.Sebaliknya, saluran antarpribadi
tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai
jumlah besar manusia sekaligus bersifat antarbudaya bila
partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya.
Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun
bersamaan,dalam mengklasifikasikan fenomena komunikasi
antarbudaya khusus.
Misalnya: kita dapat menggambarkan komunikasi antara
Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai
komunikasi internasional, antarpribadi dalam konteks politik;
komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina dengan
kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi
antarras/antaretnik dalam konteks bisnis;komunikasi imigran
dari Asia di Australia sebagai komunikasi antaretnik,antarpribadi
dan massa dalam konteks akulturasi.
Peran dan peraturan untuk perilaku sosial sudah dapat dilihat di
beberapa budaya dibandingkan dengan yang lain.
Edward Hall (1966) membuat kontribusi yang sangat penting
untuk komunikasi antar budaya ketika ia menghargai budaya
konteks rendah dan tinggi sebagai dasar dari pola komunikasi
mereka.
FAKTOR PENYEBAB KESULITAN MEMAHAMI
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1. Etnosentrisme yakni kecenderungan untuk


mengevaluasi nilai, kepercayaan dan perilaku
dalam kultur sendiri sebagai lebih baik, lebih logis,
dan lebih wajar ketimbang dalam kultur lain
2. Kesadaran dan ketidaksadaran.
Bila Anda dalam keadaan ‘tidak sadar’, akan
bertindak dengan asumsi yang biasanya tidak
layak secara intelektual.
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
 Relativitas bahasa
 Bahasa sebagai cermin budaya

 Mengurangi ketidakpastian

 Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya

 Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya

 Memaksimalkan hasil interaksi


HAMBATAN-HAMBATAN
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
 Mengabaikan perbedaan antara Anda dan
kelompok yang secara kultural berbeda
 Mengabaikan perbedaan antara kelompok
kultural yang berbeda
 Mengabaikan perbedaan dalam makna

 Melanggar adat kebiasaan kultural

 Menilai perbedaan secara negatif

 Kejutan budaya
MENGHINDARI HAMBATAN
• Sadari perbedaan antar anda dengan orang dari kultur
yang berbeda
• Sadari bahwa perbedaan selalu ada dalam kelompok
apapun
• Ingat bahwa makna ada pada orang bukan pada kata-
kata atau gerak gerik
• Ingat kebiasaan budaya dari konteks komunikasi
antarbudaya
• Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan kultur
• Hindari kejutan budaya
PERBEDAAN BUDAYA

Perbedaan budaya dapat dilihat ari beberapa


aspek, diantaranya:
1. Nilai-nilai sosial
2. Peran dan Status
3. Pengambilan keputusan
4. Konsep waktu
5. Konsep jarak
6. Konteks budaya
7. Bahasa tubuh
8. Perilaku sosial
9. Perilaku etis
10. Perbedaan budaya perusahaan
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MENJALANKAN PERJALANAN BISNIS KE NEGARA LAIN

1. Adat Istiadat
2. Konsep waktu
3. Pakaian dan makanan
4. Politik
5. Perbedaan satuan kerja
6. Agama dan kepercayaan
7. Lembaga ekonomi dan bisnis
8. Etika, nilai dan hukum,
BELAJAR BUDAYA NEGARA LAIN

Di Spanyol, orang berjabat


tangan paling lama antara
lima sampai dengan tujuh
ayunan; melepas jabat
tangan segera dapar
diartikan sebagai suatu
bentuk penolakan. Di
Prancis, orang berjabat
tangan cukup dengan hanya
sekali ayunan atau gerakan.
LANJUTAN

Jangan memberi hadiah


beralkohol kepada orang-orang
yang hidup di negara Arab
HIGH CONTEXT VS LOW CONTEXT

 High Context adalah suatu komunikasi dimana masyarakatnya


memiliki hubungan yang dekat dalam waktu yang cukup lama.
Perilaku kulturalnya tidak eksplisit karena kebanyakan sudah
tahu apa yang harus dilakukan. Teman yang sudah lama saling
kenal sering menggunakan High Context atau pesan-pesan
implisit yang tidak mungkin dimengerti orang luar.

 Low Context adalah kebalikan dari High Context. Orang


mempunyai hubungan tetapi dalam waktu yang pendek dan
karena alasan-alasan tertentu. Komunikasi diatur dan
disampaikan dengan jelas dan sangat spesifik.
 Jepang, Korea dan China merupakan budaya-budaya High
Context atau berkonteks sangat tinggi. Sementara Amerika
termasuk budaya Low Context atau berkonteks rendah.
Orang-orang Amerika sering mengeluh bahwa orang Jepang
tidak pernah bicara langsung ke pokok permasalahan.
Komunikasi dalam budaya High Context dan Low Context
jelas berbeda. Bentuk komunikasi eksplisit atau verbal
lebih tampak dalam budaya Low Context seperti orang
Amerika atau Eropa Utara. Orang-orang dari budaya Low
context sering dianggap terlalu cerewet, suka mengulang-
ulang hal yang sudah jelas, dan berlebih-lebihan. Orang-
orang dalam budaya High Context mungkin dianggap tidak
terus terang, tidak terbuka dan misterius.
 Budaya High Context tidak menghargai komunikasi verbal
seperti budaya Low Context. Orang-orang yang lebih banyak
bicara dianggap lebih menarik oleh orang Amerika, tetapi
orang yang kurang banyak bicara dianggap lebih menarik di
Jepang atau Korea.
Budaya High Context lebih banyak menggunakan
komunikasi non verbal. Mereka amat dipengaruhi oleh
isyarat-isyarat kontekstual. Ekspresi wajah, ketegangan,
tindakan, dan kecepatan interaksi lebih dapat dirasakan
oleh orang-orang dari budaya High Context.
Orang-orang dari budaya High Context mengharapkan agar
orang memahami perasaan yang tidak diungkapkan, dan
isyarat-isyarat halus yang tidak dihiraukan oleh orang-orang
dari budaya Low Context.
Cukup sulit untuk bergabung ke kelompok High Context jika
anda adalah orang luar. Anda tidak bisa langsung menjalin
hubungan akrab. Sebaliknya orang luar amat mudah untuk
masuk ke dalam kelompok Low Context Anda bisa langsung
membina hubungan akrab karena yang penting adalah anda
menyelesaikan tugas, dan bukan perasaan anda.
Mengetahui perbedaan keduanya membuat anda lebih
memahami situasi yang anda hadapi dan lebih bijak dalam
menempatkan diri anda. Terutama ketika anda berhubungan
dengan orang Jepang atau Amerika. Dasar budaya
perusahaan Jepang atau Amerika cukup dipengaruhi oleh
akar budaya asal mereka, yaitu apakah mereka
termasuk high context atau low context
 Inovasi dalam sudut pandang Jepang dinilai sebagai hasil kerja
tim (Seng, 2007). Tidak ada pendapat individual dalam
kelompok. Sehingga tak heran jika di perusahaan-perusahaan
besar PMA Jepang di negara Indonesia (misalnya Toyota Astra
Motor), kerjasama tim sangat ditekankan di masing-masing
divisi untuk menghasilkan sebuah inovasi produk (goningumi).
Folosofi bisnis Jepang mengatakan bahwa rasa memiliki
organisasi sangat tinggi. Hal ini sesuai budaya asli orang
Jepang, menjunjung tinggi harga diri (semangat bushido dan
samurai).
Dalam hal kedisiplinan, Jepang sangat ketat. Mereka rajin
bekerja dan giat. Dalam hal lini manajemen, hampir bisa
dikatakan tidak ada batas ruang antara atasan dan bawahan.
Budaya kerja Jepang sangat menghargai waktu. Pencatatan
waktu kerja sangat diperlukan. Budaya senam pagi sebelum
kerja juga merupakan hal yang sangat umum dilakukan di
perusahaan-perusahaan Jepang.
 Lain halnya dengan budaya Barat (Amerika Serikat). Inovasi
adalah sebuah karya individu. Sikap kapitalisme sangat
berkembang. Sebagai misal, ketika seorang pekerja dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar di perusahaan lain,
walaupun lebih mapan dan lebih lama bekerja di perusahaan
asal, maka tentu saja yang diutamakan adalah materi, mencari
keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dengan cara apapun.
Ibaratnya seekor tikus. Maka akan mencari bongkahan keju
yang lebih besar. Berlomba-lomba untuk memperkenyang diri
sendiri dahulu. Prinsip kepemimpinan ditekankan di paradigma
barat atau Amerika. Budaya feodal (perbedaan harkat dan
martabat antara petinggi dan bawahan) sudah menjadi barang
yang wajar.
• Di Amerika (individualistis), seorang supervisor dapat
menyembuntikan informasi sebagai usaha untuk membuat
diri mereka terlihat baik dan sebagai cara untuk membujuk
para karyawan mereka supaya menerima keputusan dan
rencana. Dan untuk perlindungan diri sendiri, para karyawan
tingkatan yang lebih rendah juga sering terlibat dalam praktik
seperti itu
• Di Jepang (kolektivitas), orang Jepang menilai keputusan
berdasarkan consensus, dan komunikasi terbuka merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam penyusunan pekerjaan,
serta komunikasi tatap muka sangat diutamakan.
LOW CONTEXT
 Dalam dengambilan keputusan:
Lebih cepat karena fokus pada tujuan, dan terbiasa berterus
terang.
 Pemecahan masalah
Fokus pada penyebabnya, sehingga tidak bertele-tele.
 Negosiasi
Lebih cepat memutuskan bila ada kekuasaan untuk memutus
kan
 Pemisahan antara masalah pribadi dan pekerjaan.
Adanya pemisahan antara masalah pribadi dengan pekerjaan.
 Dapat menyapa atasan tanpa menggunakan gelar, seperti
“Bapak” atau “Ibu”, “Mr” atau “Mrs”
 Hubungan antara atasan – bawahan bersifat terbuka, tidak
terdapatperbedaan antara atasan dan bawahan. Diluar
pekerjaan, atasan dan bawahan dapat berteman dengan baik,
dan mengesam pingkan status mereka dalam pekerjaan.
HIGH CONTEXT
 Pengambilan keputusan
Tidak efisien, karena lebih menjaga perasaan orang lain
sehingga lebih lama dalam pengambilan keputusannya.
 Pemecahan masalah
Lebih lama karena tidak berorientasi kepada akar penyebab
masalah, namun lebih menjaga perasaan orang lain.
 Negosiasi
Seringkali tidak dapat memutuskan secara langsung.
 Pemisahan masalah pribadi dan pekerjaan
Tidak ada pemisahaan antara masalah pribadi dan pekerjaan.
 Menyapa pelaku bisnis/atasan dengan gelar. Status sosial
sangat penting, bahkan diluar pekerjaan atau diluar kedinasan.
 Tertutup, atasan dan bawahan harus dibedakan. Cenderung
ada jarak antara atasan – bawahan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai