Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara (UU No. 10 tahun 1990 pasal 1). Pariwisata sebagai penggerak sektor
ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan
ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh kelompok-kelompok ekonomi
tertentu tetapi dapat menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek
wisata dapat mendirikan berbagai kegiatan ekonomi misalnya tempat penginapan,
layanan jasa (transportasi, informasi), warung dan lain-lain. Kegiatan- kegiatan ini dapat
menambah pendapatan masyarakat dan menekannya tingkat pengangguran.
Pengembangan kepariwisataan dapat membawa banyak manfaat dan keuntungan.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor
andalan yang mampu menyaingi kegiatan ekonomi lainnya, termasuk kegiatan sektor
lain yang terkait. Upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi
kepariwistaan nasional untuk meningkatkan lapangan kerja, pendapatan masyarakat,
pendapatan daerah dan pendapatan negara serta penerimaan devisa. Mengingat luasnya
kegiatan yang harus dilakukan untuk mengembangkan kepariwisataan, maka perlu
dukungan dan peran serta yang aktif dari masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak pariwisata terhadap perekonomian?
2. Bagaimana dampak pariwisata terhadap kondisi sosial masyarakat?
3. Bagaimana dampak pariwisata terhadap lingkungan?
4. Bagaimana respon masyarakat terhadap dampak pariwisata?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap perekonomian.
2. Untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap kondisi sosial masyarakat.
3. Untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap lingkungan.
4. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap dampak pariwisata.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian

Industri pariwisata menghasilkan manfaat ekonomi yang besar baik bagi negara tuan
rumah, maupun negara asal para turis. Salah satu motivasi utama sebuah negara
mempromosikan dirinya sebagai negara dengan tujuan wisata adalah timbul kemajuan
dalam ekonomi, terutama bagi negara-negara berkembang. Bersamaan dengan dampak
lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi dengan berbagai keuntungan
dan kerugian. Dampak besar pariwisata terlihat dari data World Tourism Organization
pada tahun 2000, 698 juta orang melakukan perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan
lebih dari 478 juta US dollar. Gabungan dari pendapatan pariwisata internasioanl dengan
pendapatan transportasi maka menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat
pariwisata menjadi penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk otomotif, bahan
kimia, minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian tersembunyi dari pariwisata
yaitu, adanya dampak-dampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh penduduk
setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah negara maju lebih tinggi dari negara
berkembang. Padahal negara berkembang lebih membutuhkan pendapatan tambahan,
pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat pariwisata. Berdasarkan kenyataan
tersebut, berbagai alasan muncul antara lain, karena adanya transfer besar-besaran
pendapatan pariwisata dari negara tuan rumah, kemudian kurang diperhatikannya bisnis
dan produk dalam negeri.

 Dampak Positifnya
1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour
guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.
2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.
3. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing
(foreign exchange).
4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan,
penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.
6. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan
yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan
makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh
pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan
bertambah.

 Dampak negatifnya
1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.

2
3. Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang
digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-
biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.
4. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian
modal awal.
5. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara
beberapa kelompok masyarakat.
6. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.

Naisbitt dalam “Global Paradox” menjelaskan bahwa pariwisata merupakan penyumbang


bagi ekonomi global yang tidak ada tandingannya di masa yang akan datang. Adapun
pertimbangannya adalah:

1. Pariwisata mempekerjakan 204 juta orang diseluruh dunia atau satu dari setiap
Sembilan pekerja, yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja.
2. Pariwisata adalah penyumbang ekonomi terkemuka di dunia, yang menghasilkan 10,2
persen produk domestik bruto dunia .
3. Pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak sebesar $ 55 miliar.

Global ekonomi dan perluasan pasar dunia merupakan dua fenomena yang
keberadaannya menyejarah. Pada saat ini globalisasi ekonomi dan perluasan pasar
memiliki kekuatan, cakupan dan kecepatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Secara konkrit, globalisasi ekonomi ditandai dengan perubahan mode of production
masyarakat, yaitu dari subsistensi ke orientasi pasar-pasar regional, seperti APEC,
NAFTA, AFTA dsb. Secara kelembagaan menjelma dalam percepatan komersial.
Dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan sosial, seperti merebaknya
tindakan individu yang lebih didasarkan pada rasionalitas ekonomi (Heru Nugroho,
1996).

Akibatnya terjadi akselerasi tindakan komersial di segala penjuru masyarakat, kapital


dengan leluasa dapat bergerak tanpa memiliki “bendera” dan menembus setiap batas
teritori negara. Investasi modal yang dilakukan oleh perusahaan trans-nasional tumbuh
dan berkembang melanda setiap penjuru dunia sehingga membentuk konfigurasi
perekonomian global. Didorong oleh motif mengejar keuntungan global maka telah
tumbuh tiga kawasan megamarket dunia (Heru Nugroho, 1996). Yaitu Uni Eropa,
Amerika utara dan Asia Timur dan Tenggara. Pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi
life style terutama dalam memanfaatkan waktu luang sehingga wajar kalau frekuensi
mobilitas penduduk dunia tinggi.

Pariwisata merupakan bagian darinya yang dikaitkan tanpa dapat dilepas dengan
sektor ekonomi lain. Pemasukan dari pariwisata itu tidak hanya dari uang yang
dibelanjakan oleh wisatawan, melainkan dari pembangunan pariwisata yang menarik
modal asing, seperti hotel-hotel bertaraf international dibangun, pembangunan sarana
jalan, airport, pelabuhan, kawasan wisata, telekomunikasi dan lain-lain. Akan tetapi
penerimaan dari pariwisata menambah besar volume uang di dalam masyarakat dan

3
kondisi ini dapat menimbulkan inflasi. Apabila produksi dalam negeri tidak bertambah.
Hal inilah yang menyebabkan di kawasan pariwisata harga-harga biasanya jauh lebih
mahal dari pada kawasan lain terutama yang bukan kawasan pariwasta.

Sarana pariwisata seperti hotel, restoran, perusahaan perjalanan adalah merupakan


usaha-usaha yang padat karya (labour intersive). Selain itu pariwisata juga menciptakan
tidak langsung berhubungan dengan pariwisata, misalnya bidang konstruksi bangunan,
jalan dan lain-lain. Disisi lain dengan pembangunan pariwisata meningkatkan usaha
sektor informal, juga menimbulkan menjamurnya pedagang asongan. Khusus untuk
pedangan asongan ini di beberapa kelemahan antara lain:

- Dilakukan oleh anak-anak dibawah umur, mereka cenderung mengutamakan uang dari
pada sekolah.

- Maraknya pedagang asongan membuat kenyamanan wisatawan terganggu, karena ada


unsur pemaksaan dari mereka.

- Beralihnya tenaga kerja sektor produksi pertanian ke perdagangan.

4
B. Dampak Pariwisata dari Aspek Sosial

Pada sejumlah negara yang sedang membangunan, pengenalan yang terlalu dini pada
pemikiran dan teknologi Barat dapat menciptakan beragam masalah sosial. Pengenalan di
sektor pariwisata misalnya, bagi sebuah kawan baru pada akhirnya mengubah gaya hidup
sehari-hari penduduknya. Perkembangan pariwisata yang terlalu cepat dapat
meningkatakan angka kejahatan dan sekaligus memperkanalkan perjudian, materialism,
serta keserakahan (Denis L. Foster, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah
negara yang sedang berkembang seringkali mengkhawatirkan akibat pariwisata pada
karakter bangsa. Dengan secara menyolok menempatkan wisatawan yang makmur di
tengah-tengah penduduk lokal yang miskin, pariwisata seringkali menimbulkan
kegelisahan.

Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam
artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu,
kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam
masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata orang-orang bebas bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan lain yang sama sekali
berbeda bangsa dan agama. Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata
tersebut akan saling berhubungan langsung dengan orang-orang yang berkebangsaan dan
lingkungan lain di tempat tujuannya, dan memperkenalkan adat kebiasaan, tingkah laku
dan keinginan yang kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan
bertolak belakang dengan tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi.
Gejala ini dapat membuat sektor pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat
mempengaruhi hubungan antar bangsa.

Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial ini
mengandung makna :

1. Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal


kebudayaan masing-masing dalam batas-batas tertentu.
2. Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar
yang dimiliki dalam pergaulan.

Kenyataan bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah orang


yang sedang melakukan perjalan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Pariwisata
menjadi suatu manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini menjadi kancah
pertemuan warga dari berbagai bangsa dengan latar belakang yang berlainan, lingkungan
sosial beragam.

Dalam bentuk interaksi antara wisatawan dengan masyaraka setempat wisatawan


menghabisakan waktunya di tempat-tempat yang exlusive, mewah, bersenang-senang
menurut caranya masing-masing. Mereka bermalas-malas dipantai, menyantap makanan
5
yang mewah dan berlimpah. Sementara penduduk setempat yang melayani sebagai
pelayan restoran, tukang cuci piring, bagian keamanan dan lain-lain. (Yohanes Sulistyadi.
1999)

Selain itu terjadi pula adanya golongan yang mampu meniru tingkah laku wisatawan
yang sebenarnya tidak cocok dengan kebudayaan setempat. Golongan ini menjadi
kelompolk elit dalam masyarakat dan menambah kesenjangan antar golongan. Dampak
yang dimiliki juga terjadi apabila wisatawan berbaur dengan masyarakat setempat,
masyarakat meniru perilaku wisatawan. Penduduk setempat tertular oleh kecanduan
alkohol, narkotik, sabu-sabu bahkan pelecehan terhadap moral seksual.

Hal ini dikatakan lebih tegas oleh Spillane (1995) bahwa dampak sosiologi pariwisata
bagi penerima wisatawan (masyarkat) adalah timbulnya hasrat untuk meniru.
Komersialisasi adat/budaya. Perubahan terhadap dari segi sosiologis ini bukan saja
menyebabkan keretakan hubungan manusiawi antara penerima serta menciptakan suatu
kesenjangan saling pengertian, akan tetapi juga akan timbul kegoncangan ekonomi.

Menurut World Tourism Organization yang di sitih oleh Oka A Yoeti mengatakan
pengaruh pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan oleh 3 hal,
yaitu :

1. Polarization of the population


Penduduk setempat sudah terpolarisasi, perolehan pendapatan masyarakat
tidak proporsional, kebanyak penduduk ingin menjadi kaya secara mendadak dan
berusaha memburu dolar dengan jalan pintas.
2. Breakdown of The family
Dengan masuknya wisatawan asing yang silih berganti dan terjadinya intesitas
pergaulan antara yang melayani dan yang memberikan pelayanan, timbul ekses
negatif demi memenuhi kebutuhan biologis masing-masing.
3. Development of the attitudes of a Consumption-Oriented Society; Incident of
Phenomena of Social Pathalogy
Sebagai akibat berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi
pada konsumsi semata dan pengaruh penyakit masyarakat itu, maka munculah;
pelacuran, kecanduan obat, perdagangan obat bius. Mabuk-mabukan dan
ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.

Namun demikian segi positif dari kepariwisataan cukup banyak. Hal itu dapat dilihat
di lapangan seperti hal-hal berikut:

1. Struktur sosial
Sebagai akibat pengembangan pariwisata, terjadi:
• Transaksi kesempatan kerja dari sector pertanian ke sector pelayanan.
• Modernisasi dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen.
• Pemerataan pendapatan masyarakat di DTW yang dikunjungi wisatawan.
• Berkurangnya perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau
pekerjaan.

6
2. Modernisasi keluarga
Kaum wanita memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi
pedagang acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada kerajinan
tangan dan karyawan hotel. Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-
anak dari disiplin ketat menjadi anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-
citakannya.

3. Peningkatan dalam wawasan masyarakat


Terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang positif, terutama dalam etiket
dan cara komunikiasi antar sesama.

4. Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negatif terhadap etnis lain


Dan terdapat juga dampak pariwisata terhadap sosial budaya. Dampak
perubahan yang diakibatkan oleh pariwisata secara teoritis, Cohen (1984)
mengelompokkan dampak pariwisata terhadap sosia budaya ke dalam sepuluh
kelompok besar, yaitu :

a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat


dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya;
b. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan social;
d. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. Dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. Dampak terhadap startifikasi dan mobilitas sosial;
h. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. Dampak terhdap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan social; dan
j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulan,
bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan
yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah. Sebagai mana
yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur
Kebudayaan.

a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang
sama dengan Sunda lainnya. Bahasa yang digunakan masyarakat setempat baik
berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk simbol-simbol.
b. Sistem Mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari-hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama yang berbeda tiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa

7
memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan suku bangsa lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat
mungkin berbeda-beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok masyarakat besar akan memiliki
sistem kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain:
misalnya suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem pengetahuan
Masyarakat memiliki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari
hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki perasaaan yang dituangkan kedalam
bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya perasaan timul dari
setiap individu atau masyarakat dapat dilakukan ke dalam bentuk seni atau
perasaan dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari
perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan
setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain,
begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan keyakinan.

8
C. Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik.
Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat
lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan (Inseparability).
Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum
tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena
manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi
lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan
buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan
sejarah).

Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan
bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan
wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan
pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosis yang
mendukung dan menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan
dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan
keduanya justru memunculkan konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi
lingkungan alam.

Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah


diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian, sebagai
berikut:

1. Air
Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen
hotel) dan limbah padat (sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau
dan sungai. Air juga mendapatkan polusi dari buangan bahan bakar minyak alat
transportasi air seperti dari kapal pesiar. Akibat dari pembuangan limbah, maka
lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan
vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari warna biru
menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut (seafood) menjadi
berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang karena air di laut, danau
dan sungai tercemar. Masyarakat dan wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.
Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang
ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir
Perjalanan menggunakan alat transportasi udara sangat nyaman dan cepat. Namun,
angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya dilepas di
udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan
polusi suara. Selain itu, udara tercemar akibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan

9
bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi
suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan
memberikan dampak negatif bagi vegetasi dan hewan. Inovasi kendaraan ramah
lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380 dengan
kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran
untuk mengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata sepeda
ditingkatkan.

3. Pantai dan pulau


Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan
pulau sering menjadi tempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata.
Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik, air),
pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan
pulau. Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian
akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai
tradisional dan erosi pantai menjadi beberapa akibat pembangunan pariwisata. Preservasi
dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut.
Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga
ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola
pulau (contoh pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu) menawarkan paket
perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan
menanam bakau di laut.

4. Pegunungan dan area liar


Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk
berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya.
Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola (cable
car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakan beberapa contoh pembangunan yang
berpotensi merusak gunung dan area liar. Akibatnya terjadi tanah longsor, erosi tanah,
menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa menjadi paru-paru masyarakat), potensi
polusi visual dan banjir yang berlebihan karena gunung tidak mampu menyerap air hujan.
Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan
dilakukan sebagai upaya pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.

5. Vegetasi
Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api unggun
di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan wisatawan
merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi degradasi hutan
(berpotensi erosi lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon yang seharusnya
berbuah setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan, bahkan menjadi tidak
berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan. Ekosistem
vegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.

10
6. Kehidupan satwa liar
Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan terpesona
dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan satwa-satwa
tersebut. Komposisi fauna berubah akibat: pemburuan hewan sebagai cinderamata,
pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan, gangguan
reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan (contoh hewan komodo
yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan
(ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan
mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan


Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah,
budaya dan keagamaan mudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal
situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan
wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan
sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya
digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi
menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs
sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen
pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan
keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk
memperpanjang usia situs-situs tersebut.

8. Wilayah perkotaan dan pedesaan


Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuan wisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah kunjungan
wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan
hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan
tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi
estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Dampak
buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah
kota atau desa serta membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam
pembangunan.

11
D. Studi Kasus

Seperti yang telah diketahui pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu dari sebuah tempat ke tempat lain dengan
melakukan perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk rekreasi atau untuk sebuah
kepentingan agar keinginannya bisa terpenuhi. Atau pariwisata bisa diartikan juga sebagai
sebuah perjalanan dari sebuah tempat ke tempat lain untuk rekreasi atau bersenang-
senang kemudian kembali ke tempat awal.

Apa respon masyarakat terhadap dampak dari pariwisata itu sendiri? Respon yang
diberikan oleh masyarakat terhadap dampak yang telah diakibatkan oleh pariwisata
sangatlah beragam. Contohnya di daerah pesisir pantai Ampenan respon yang diberikan
masyarakat sangatlah baik kepada dampak pariwisata tersebut. Dampak pariwisata bagi
masyarakat di sekitar pesisir pantai Ampenan yaitu majunya mata pencaharian,
kemampuan untuk mengembangkan usaha, mengiklankan lombok melalui pantai
Ampenan, dan masih banyak lagi.

Respon mereka (masyarakat Ampenan) sangatlah baik terhadap dampak yang telah
diakibatkan oleh adanya kegiatan pariwisata di pantai tersebut. Namun ada juga yang
memiliki respon buruk, contohnya respon masyarakat yang mengeluh akibatnya
banyaknya sampah yang dibuang secara sembarangan oleh para wisatawan yang telah
berkunjung kesana. Jadi mereka harus membersihkan tempat itu secara terus-menerus tiap
harinya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kepariwisataan dapat membawa banyak manfaat dan keuntungan.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor
andalan yang mampu menyaingi kegiatan ekonomi lainnya, termasuk kegiatan sektor lain
yang terkait. Upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwistaan
nasional untuk meningkatkan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah
dan pendapatan negara serta penerimaan devisa. Dampak pariwisata terhadap
perekonomian, sosial, dan lingkungan memiliki dampak positif dan negatif yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah pariwisata tersebut.

B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan
tanggapan mengenai dampak wisata terhadap lingkungan melalui saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya pengendalian diri dalam meminimalisir dampak dari aktifitas


wisata.
2. Perlu adanya peningkatan dalam menjaga kualitas lingkungan yang dilaksanakan
oleh pengelola pariwisata.
3. Perlu adanya peningkatan konservasi lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang terkait.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/78537-ID-dampak-pembangunan-pariviisata-
terhadap.pdf

http://firdaanggrainiteveler.blogspot.com/2017/04/dampak-pariwisata-terhadap-
lingkungan.html

14

Anda mungkin juga menyukai