Anda di halaman 1dari 38

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Manajemen Dana Bank

Bagi bank, manajemen dana bank adalah bagaimana memilih dan mengelola

sumber dana yang tersedia. Bagi bank pengelola sumber dana dari masyarakat luas,

terutama dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito sangatlah penting.

Dalam penglolaan sumber dana dimulai dari pencarian akan kebutuhan dana,

kemudian pelaksanaan pencarian sumber dana yang tersedia. Pengelolaan sumber

dana kini dikenal dengan nama manajemen dana bank. Dengan kata lain pengertian

manajemen dana bank adalah suatu kegiatan perncanaan, pelaksanaan dan

pengendalian terhadap penghimpuan dana yang ada di masyarakat.

Kegiatan utama bank adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan kredit yang

harus dilakukan dengan baik dan benar. Menajemen sangat berperan penting dalam

pengumpulan dana dan penyaluran kredit untuk mendukung tercapainya tujuan.

Dalam perekonomian modern, kehidupan masyarakat menjadi tidak asing dengan

aktivitas perbankan. Perbankan merupakan bagian dari sistem keuangan yang

melayani masyarakat yang surplus dana maupun masyarakat yang defisit dana. Oleh

karena itu pengelolaan perbankan harus dilakukan dengan manajemen profesional,

karena mengelola bank sangat berbeda dengan mengelola usaha industri.

Untuk mencapai pengelolaan perbankan yang profesional maka manajemen

perbankan dituntut untuk melakukan kegiatan diantaranya adalah kegiatan

menghimpun dana (funding), menyalurkan dana (lending) dan jasa jasa bank lainnya

(service). Ketiga kegiatan tersebut harus dilakukan secara bersamaan, karena

masing masing kegiatan satu sama lainnya saling berkaitan, sehingga apabila salah
satu kegiatan tersebut tidak dikelola secara profesional akan mengakibatkan

kerugian bagi bank itu sendiri.

Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002: 151), mengatakan bahwa

“Dana bank adalah semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi

pasiva yang dapat dipergunaka n sebagai modal operasional bank dalam rangka

kegiatan penyaluran/penempatan dana.”

Menurut Rachmat Firdaus (2001:6) dalam bukunya ”Manajemen Dana Bank”

menjelaska n bahwa: “Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun

aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.”

Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2006:56) dalam bukunya Dasar-Dasar

Perbankan, mengemukakan bahwa : “Dana Bank adalah sejumlah uang yang dimiliki

dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya”. Disimpulkan bahwa

Manajemen Dana Bank (Bank Found Management) adalah ilmu dan seni mengatur

proses penarikan dan pengumpulan dana yang optimal dan dengan cost of money

(biaya uang) yang wajar. Yang di maksud dengan wajar adalah cost of money (cost

of found + overhead cost) dapat bersaing dengan bank-bank lain. Bagi bank,

manajemen dana bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber dana

yang tersedia. Bagi bank pengelola sumber dana dari masyarakat luas, terutama

dalam bentuk simpanan.

B. Pentingnya Manajemen Dana Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit untuk meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pokok bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya. Simpanan dan kredit
saling mempengaruhi, dengan adanya simpanan kredit dapat terealisasi dengan

adanya kredit simpanan dibutuhkan.

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank

berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat

deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dari

pengetian tersebut didapat keterangan bahwa penghimpunan timbul karena adanya

kepercayaan dari nasabah kepada bank.

Kredit adalah penyediaan dan atau tagihan yang dapat dipersamakan denganitu

sesuai kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dimana

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya pada jangka waktu tertentu

disertai bunga. Kredit timbul karena adanya kepercayaan dari bank kepada debitur.

Kredit merupakan tulang punggung kegiatan bank karena merupakan kegiatan

utama bank, 80 % penggunaan dana untuk menghasilkan interest income atau

merupakan earning asset, dimana dalam penyalurannya 75% dalam bentuk kredit.

Sehingga kredit merupakan sumber pendapatan bank, namun kredit ini memiliki

resiko dimana dan tidak kembali baik bunga maupun pokoknya, sedangkan dana

untuk perkredtan ini bersumber dari dana pihak ketiga (dana masyarakat) yang

sewaktu-waktu dan atau pada waktu tertentu harus dikembalikan jika terlambat atau

bahkan bank tidak dapat mengembalikannya karena telah terjadi resiko kredit, ada

kemungkinan kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun. Kepercayaan

masyarakat yang menurun dapat menurunkan jumlah dana yang dihimpun jika terus

menurun bank pun tidak dapat menyalurkan kredit, bank tidak mendapat profit,

terancam mengalami kebangkrutan. Kredit memiliki banyak manfaat, berikut

manfaatnya:
1. Meningkatkan daya guna uang. Dana yang dihimpun bank dalam bentuk

deposito, giro maupun tabungan lalu menyalurkannya dalam bentuk kredit

untuk pengembangan usaha, pendirian usaha, atau perdagangan,

membuat dana produktif selain itu, dana yang disimpan masyarakat dapat

mengasilkan keuntungan bagi penyimpan itu sendiri karena

mengahasilkan bunga simpanan, berbeda sekali jika dana hanya disimpan

dirumah.

2. Meningkatkan daya guna barang. Dana yang diperoleh dari kredit untuk

pengembangan atau pendirian usaha dapat meningkatkan keguanaan

barang misalnya, produksi barang dari benang menjadi tekstil atau dari

kayu menjadi perabotan rumah tangga ataupun, barang yang dipindahkan

dari suatu tempat ke tempat yang lain yang lebih terasa manfaat atau

kegunaannya dimana, dalam pemindahan barang tersebut menggunakan

dana kredit.

3. Meningkatkan peredaran uang. Pengertian bank sebagai pencipta uang

baik dengan cara substitusi, exchang of klaim maupun transformasi

misalnya, bank menghimpun dana yang awalnya nasabah menyerahkan

uang kartal setelah dihimpun bank, nasabah memiliki uang giral,

peredaran uang giral pun meningkat, kredit yang disalurkan bank kepada

para usahawan membuat kegairahan berusaha sehingga penggunaan

uang akan bertambah baik kualitatif maupun kuantitatif.

4. Meningkatkan kegairahan berusaha. Kredit yang disalurkan untuk

pendirian atau pengembangan usaha dapat meningkatkan kegairahan

usaha karena faktor permintaan yang meningkat dari masyarakat terhadap


suatu barang membuat pihak lain ingin melakukan usaha sejenis atau

usaha pendukung maka timbul lah kegairahan untuk mendirikan usaha.

5. Stabilitas moneter. Stabilitas moneter dipengaruhi oleh inflasi, peningkatan

ekspor, rehabilitasi prasarana, pemenuhan kebutuhan–kebutuhan pokok

masyarakat untuk menekan arus inflasi dan untuk usaha pembangunan

ekonomi, berikut penjelasannya:

 Kredit yang disalurkan dapat merupakan pengendali inflasi ditinjau dari

jumlah uang beredar.

 Usaha yang timbul karena kredit lalu mengekspor hasil usahanya maka

akan meningkatkan ekspor negara.

 Kredit yang digunakan untuk pembangunan sarana prasarana demi

kelancaran kegiatan perekonomian.

 Kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

menekan arus inflasi.

6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Para

usahawan yang memperoleh kredit untuk membiayai usahanya baik dalam

rangka pendirian ataupun peningkatan, secara tidak langsung

meningkatkan pendapatan nasional hal ini dapat dilihat melalui penjelasan

berikut:

 Para usahawan mendirikan atau mengembangkan usahanya dalam

rangka mendapatkan atau meningkatkan profit yang berarti dengan

meningkatnya profit, meningkatkan pajaknya pula.

 Kegiatan usahanya yang melalukan ekspor dapat menambah devisa

negara.
 Usahanya yang meemenuhi kebutuhan pokok masyarakat sehingga

masyarakat tidak perlu mengimpor barang maka menghemat devisa

negara.

Manajemen dana bank merupakan pengelolaan dana meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penghimpunan, penyaluran, dan pengendailan sedemikian rupa

agar memperoleh pendapatan dan keuntukngan yang optimal dengan tetap

memperhatikan resiko-resiko namun, keamanan dan kepuasan nasabah tetap

terjamin.

Dilihat dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit sangat berpengaruh

terhadap perekonomian negara yang berarti berpengaruh pula pada pembangunan

dan kelangsungan aktivitas bank maka dari itu, kredit harus terus berlangsung.

Karena sebagian besar aktivitasnya menggunakan dana masyarakat melalui

penghimpunan oleh bank maka kepercayaan masyarakat harus selalu dipelihara

namun, kepercayaan itu terkadang sulit dipertahankan karena adanya resiko kredit.

Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, yang berarti dana harus dikembalikan

tepat waktu beserta bunga simpanannya, yaitu dengan pemeliharaan likuiditas

dimana dalam pemiliharaan likuiditas akan mengurangi dana kredit yang berarti profit

bank menurun. Dengan adanya manajemen dana berdasarkan pengertian

manajemen dana diatas aktivitas kredit dapat terus berlangsung dengan keuntungan

bank yang optimal namun, kepercayaan masyarakat tetap terpelihara.

C. Tujuan Manajemen Dana Bank.

Tujuan manajemen dana bank antara lain:


1. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan

memaksimumkan nilai sekarang perusahaan.

2. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan yang

mempertimbangkan faktor risiko.

3. Mempertimbangkan kepentingan pemilik, kreditor dan pihak lain yang

berkaitan dengan perusahaan.

4. Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lebih menekankan pada

aliran kas daripada laba bersih dalam pengertian akuntansi.

D. Sumber-sumber Dana Bank.

1. Pengertian Sumber-sumber Dana Bank

Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam

menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya

bahwa bank adalah lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah

dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan

pinjaman) bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari

selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan. Dana untuk membiayai

operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung

bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga

lainnya. Di samping itu, untuk membiayai operasinya dana dapat pula diperoleh

dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan

dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut.

Jika tujuannya untuk kegiatan sehari-hari jelas berbeda sumbernya, dengan

bank yang hendak melakukan investasi baru atau untuk perluasan suatu usaha. Jadi

tergantung daripada tujuan dana tersebut digunakan untuk apa.


Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut.

a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri

maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham

yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih

perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada

pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk melakukan

ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham

baru tersebut di pasar modal. Di samping itu, pihak perbankan dapat pula

menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan. Secara garis besar

dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari:

1) setoran modal dari pemegang saham;

2) cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan

laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang

sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba

tahun yang akan datang;

3) laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum

dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai modal untuk sementara waktu.

4) Agio Saham.

Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga

yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.

b. Dana yang berasal dari masyarakat luas.


Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi ke giatan operasi

bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya

dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika

dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini

paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya menarik

dana dari sumber ini, tidak terlalu sulit. Akan tetapi, pencarian sumber dana dari

sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun sumber

dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:

1) simpanan giro

2) simpanan tabungan

3) simpanan deposito

Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bune atau balas

jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan

simpanan deposito. Sedangkan simpanan tabungan dan simpanan deposito disebut

dana mahal, hal ini disebabkan bunga yang dibayar kepada pemegangnya relatif

lebih tinggi, jika dibandingkan dengan jasa giro.

c. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami

kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari

sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja.

Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau

membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain

dapat diperoleh dari:


1) Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan

Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan

likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan

sektor-sektor tertentu;

2) Pinjaman antarbank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan

kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga

kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif

tinggi;

3) Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang

diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri;

4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan

menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang

berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

Pembagian jenis simpanan ke dalam beberapa jenis dimaksudkan agar para

penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiap pilihan

mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu ingin diperoleh dapat berupa

keuntungan, kemudahan atau keamanan uangnya atau kesemuanya. Sebagai

contoh tujuan utama menyimpan uang dalam bentuk rekening giro adalah untuk

kemudahan dalam melakukan pembayaran, terutama bagi mereka yang bergelut

dalam bisnis dan biasanya pemegang rekening giro tidak begitu memerhatikan

bunganya. Sedangkan bagi mereka yang menyimpan uangnya di rekening tabungan

di samping kemudahan untuk mengambil uangnya juga adanya pengharapan bunga

yang lebih besar jika dibandingkan dengan rekening giro. Kemudian tujuan

menyimpan uangnya di rekening deposito dengan mengharapkan penghasilan dari

bunga yang lebih besar. Hal ini disebabkan bunga deposito yang diberikan kepada
deposan paling tinggi dari simpanan lainnya. Bagi bank simpanan deposito

merupakan dana mahal dan simpanan giro dana murah. Pengharapan yang ingin

diperolehnya. Pengharapan yang secara umum kegiatan penghimpunan dana ini

dibagi ke dalam tiga jenis yaitu:

1) Simpanan giro (demand deposit)

2) Simpanan tabungan (saving deposit)

3) Simpanan deposito (time deposit)

2. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,

sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Sedangkan pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat

kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan

atau yang dapat dipersamakan dengan itu.

Pengertian dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah

disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan

catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus memenuhi

persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.

Sedangkan pengertian penarikan adalah diambilnya uang tersebut dari

rekening giro sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang yang ditarik secara

tunai maupun ditarik secara non tunai (pemindahbukuan). Penarikan secara tunai

adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan
menggunakan bilyet giro (BG). Jenis-jenis sarana penarikan untuk menarik dana

yang tertanam di rekening giro adalah sebagai berikut.

a. Cek (Cheque)

Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang

memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada

pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut. Artinya

bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa cek ke bank yang

memelihara rekening nasabah untuk diuangkan sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindahbukuan. Syarat hukum dan

penggunaan cek sebagai alat pembayaran giral seperti yang diatur di dalam KUH

Dagang Pasal 178 dengan syarat yaitu:

 Pada surat cek harus tertulis perkataan “CEK";

 Surat cek harus berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah

uang tertentu;

 Nama bank yang harus membayar (tertarik);

 Penyambutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan;

 tanda tangan penarik.

Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh bank untuk menarik sejumlah uang yang

diinginkan adalah sebagai berikut:

 tersedianya dana;

 ada materai yang cukup;

 jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si pemberi

cek;
 jumlah uang yang tertulis di angka dengan huruf haruslah sama;

 memperlihatkan masa kedaluwarsa cek, yaitu 70 hari setelah

dikeluarkannya cek tersebut;

 tanda tangan atau stempel perusahaan harus sama dengan yang di

specimen (contoh tanda tangan);

 tidak diblokir pihak berwenang;

 resi cek sudah kembali;

 endorsment cek benar;

 kondisi cek sempurna;

 rekening belum ditutup;

 dan syarat-syarat lainnya.

Penarikan dana dengan menggunakan sarana cek di samping persyaratan di

atas juga sangat tergantung dari jenis-jenis cek yang dikeluarkan oleh si pemberi

cek. Adapun jenis-jenis cek yang dimaksud

1) Cek Atas Nama

Merupakan cek yang diterbitkan atas nama orang atau badan tertentu yang tertulis

jelas di dalam cek tersebut, misalnya bayarlah kepada Tn. Roy Akase sejumlah Rp

3.000.000,-

2) Cek Atas Unjuk

Yaitu cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam cek

tersebut. Sebagai contoh di dalam cek tersebut bayarlah tunai, atau cash atau tidak

ditulis kata-kata apa pun.

3) Cek Silang
Jika suatu cek yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang sehingga cek tersebut

berfungsi sebagai pemindahbukuan bukan tunai.

4) Cek Mundur

Yang merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal sekarang, misalnya

hari ini tanggal 01 Mei 2001, Tn Roy Akase bermaksud mencairkan ceknya di mana

dalam cek tersebut tulis tanggal 5 Mei 2001. Jenis cek inilah yang disebut dengan

cek mundur, hal ini biasanya terjadi karena ada kesepakatan antara si pemberi cek

dengan si penerima cek.

5) Cek Kosong

Yaitu cek yang dananya tidak tersedia sebagai contoh misalnya nasabah menarik

cek senilai 66 juta rupiah tertulis di dalam cek tersebut, akan tetapi dana yang

tersedia di rekening giro tersebut hanya ada 20 juta rupiah. Jelas cek tersebut

kurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah dana yang ada.

Dalam hal penarikan dengan cek kosong, apabila nasabah melakukan sampai tiga

kali, maka nasabah tersebut akan di black list atau masuk daftar hitam yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia, kemudian disebarkan ke seluruh perbankan

sehingga yang bersangkutan tidak dapat berhubungan dengan bank mana pun.

Namun, tertentunya sebelum masuk daftar hitam terlebih dulu nasabah diberi

peringatan baik lisan maupun tertulis sebelumnya.

Akan tetapi, apabila bank dapat menutupi kekurangan tersebut dengan

pertimbangan nasabah primer yang loyal terhadap bank selama ini dengan tidak ada

unsur kesengajaan dengan menggunakan fasilitas over draft. Hal ini dilakukan untuk

menghindari nasabah dari black list.


b. Bilyet Giro (BG)

Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara

rekening giro nasabah tersebut untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening

yang bersangkutan kepada pihak menerima yang disebutkan namanya pada bank

yang sama atau bank lainnya.

Pemindahbukuan pada rekening bank yang bersangkutan artinya dipindahkan dari

rekening nasabah si pemberi BG kepada nasabah penerima BG. Sebaliknya jika

dipindahbukukan ke rekening di bank yang lain, maka harus melalui proses kliring ke

bank lain. Syarat-syarat yang berlaku untuk BG agar pemindahbukuannya dapat

dilakukan antara lain:

 ada nama bilyet giro dan nomor serinya;

 perintah tanpa syarat untuk memindahbukukan sejumlah uang atas

beban rekening yang bersangkutan;

 nama dan tempat bank tertarik;

 jumlah dana yang dipindahkan dalam angka dan huruf;

 nama pihak penerima;

 tanda tangan penarik atau stempel penarik jika si penarik merupakan

perusahaan;

 tanggal dan tempat penarikan;

 nama bank yang menerima pemindahbukuan tersebut.

Masa berlaku dan tanggal berlakunya BG juga diatur sesuai persyaratan yang

telah ditentukan seperti:


 masa berlakunya adalah 70 hari terhitung mulai dari tanggal

penarikannya;

 bila tanggal efektif tidak dicantumkan, maka tanggal penarikan berlaku

pula sebagai tanggal efektif;

 bila tanggal penarikan tidak dicantumkan, maka tanggal efektif

dianggap sebagai tanggal efektif dianggap sebagai tanggal penarikan;

 persyaratan lainnya.

c. Alat Pembayaran Lainnya

Adalah surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas

yang ditandatangani oleh pemegang rekening atau kuasanya untuk membayar

sejumlah uang tertentu kepada pihak lain pada bank yang sama atau bank lain.

Surat perintah ini dapat bersifat tunai atau pemindahbukuan. Apabila surat

perintah pembayaran ditunjukkan melalui proses kliring. Apabila ditunjukkan pada

bank yang sama maupun di lain kota, maka lewat fasilitas transfer.

Surat perintah pembayaran lainnya juga dapat berbentuk surat kuasa di mana

si punya rekening memberi kuasa kepada seseorang untuk melakukan penarikan

atas rekeningnya. Surat kuasa ini haruslah memenuhi beberapa persyaratan, seperti

tanda tangan kedua belah pihak, si pemberi kuasa dan si penerima kuasa, bukti diri

dan materal. Pemberian kuasa ini disebabkan si pemberi kuasa berhalangan karena

sesuatu hal.

3. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-

syarat tertentu bagi pemegangnya dan persyaratan masing-masing bank berbeda

satu sama lainnya. Di samping persyaratan yang berbeda, tujuan nasabah


menyimpan uang di rekening tabungan juga berbeda. Dengan demikian, sasaran

bank dalam memasarkan produknya juga berbeda sesuai dengan sasarannya.

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 lahun

1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan urut syarat-syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian

yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal

frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu setiap hari atau mungkin setiap saat.

Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal

sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu

bank dan penabung.

Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-

masing, mau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan

sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah sebagai

berikut.

a. Buku Tabungan

Yaitu buku dipegang oleh nasabah, di mana berisi catatan saldo tabungan,

penarikan, penyetoran dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi. Buku

ini digunakan pada saat penarikan sehingga langsung dapat mengurangi saldo yang

ada di buku tabungan tersebut.

b. Slip Penarikan
Merupakan formulir penarikan di mana nasabah cukup menulis nama, nomor

rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang.

Slip penarikan ini biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.

c. Kwitansi

Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama

dengan slip penarikan, di mana tertulis nama penarik, nomor penarik, jumlah uang,

dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan dengan

buku tabungan.

d. Kartu yang terbuat dari plastik

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk

menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank maupun di mesin Automated

Teller Machine (ATM). Mesin ATM ini biasanya tersebar di tempat-tempat yang

strategis.

Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa jenis-jenis

tabungan. Perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak daripada fasilitas yang

diberikan kepada si penabung. Dengan demikian, si penabung mempunyai banyak

pilihan. Jenis-jenis dimaksud adalah:

1) Tabanas

Ada beberapa jenis bentuk tabanas seperti:

 Tabanas Umum

 Tabanas Pemuda

 Tabanas Pelajar

 Tabanas Pramuka
2) Taska

Yaitu tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa

3) Tabungan lainnya

Yaitu tabungan selain tabanas dan taska. Tabungan ini dikeluarkan oleh masing-

masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh BI.

Hal-hal lainnya yang dapat diatur oleh bank penyelenggara dan sesuai dengan

ketentuan BI. Pengaturan sendiri oleh masing-masing bank agar tabungan dibuat

semenarik mungkin sehingga nasabah bank tertarik untuk menabung di bank yang

mereka inginkan.

1) Bank penyelenggara

Setiap bank dapat menyelenggarakan tabungan, baik bank pemerintah bank

swasta, dan semua bank umum serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

2) Persyaratan penabung

Untuk syarat-syarat menabung, seperti prosedur-prosedur yang harus dipenuhi

seperti, jumlah setoran, umur penabung maupun kelengkapan dokumen tergantung

bank yang bersangkutan.

3) Jumlah setoran

Baik untuk setoran minimal waktu pertama sekali menabung maupun setoran

selanjutnya serta jumlah minimal yang harus tersedia di buku tabungan tersebut,

juga diserahkan kepada bank penyelenggara.

4) Pengambilan tabungan
Merupakan jumlah maksimal yang harus ditarik, yaitu tidak melebihi saldo

minimal dan frekuensi penarikan dalam setiap harinya, apakah setiap saat atau

setiap hari tergantung bank yang bersangkutan.

5) Bunga dan insentif

Besarnya bunga tabungan dan cara perhitungan bunga didasarkan apakah

harian, saldo rata-rata atau saldo terendah diserahkan sepenuhnya kepada bank-

bank penyelenggara. Begitu pula dengan insentif, baik berupa hadiah, cendramata,

dan lain sebagainya dengan tujuan untuk menarik nasabah agar menabung.

6) Penutupan tabungan

Syarat-syarat untuk ditutupnya tabungan oleh bank dapat dilakukan oleh nasabah

sendiri atau ditutup oleh bank karena alasan tertentu. Sebagai contoh nasabah

sudah tidak aktif lagi melakukan transaksi selama tiga bulan. Kemudian dalam hal

perhitungan bunga tabungan dapat pula dihitung dengan beberapa metode

tergantung dari bank yang bersangkutan.

4. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh

bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, di mana simpanan deposito

mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik

setiap saat atau setiap hari.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan

deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan nada waktu

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.


Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga

bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut

berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Sebagai contoh jika seorang deposan mendepositokan uang tanggal 7 Maret

2001 untuk 3 bulan mendatang, maka tanggal jatuh temponya adalah setelah 3

bulan yaitu tanggal 7 Juli 2001 dan apabila dicairkan sebelum tanggal tersebut, maka

si deposan akan dikenakan denda (penalty rate) yang besarnya tergantung dari bank

yang bersangkutan.

Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat

tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung

beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai

contoh untuk deposito berjangka menggunakan bilyet deposito, sedangkan untuk

sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Adapun jenis-jenis deposito yang

ada di Indonesia dewasa ini:

a. Deposito Berjangka

Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka

waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24

bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga.

Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga. Bunga

deposito dapat ditarik setiap bulan atau setelah jatuh tempo (jangka waktu) sesuai

jangka waktunya, baik ditarik tunai maupun non tunai (pemindahbukuan) dan

dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya.

Jumlah yang disetorkan dalam bentuk bulat dan ada batas minimalnya.

Penarikan deposito sebelum jatuh tempo dikenakan penalty rate (denda). Insentif
diberikan untuk jumlah nominal yang besar baik berupa, special rate maupun

insentif, seperti hadiah atau cendramata lainnya. Insentif juga dapat diberikan

kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut.

Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, biasanya diterbitkan oleh

bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan dan bunga dilakukan menggunakan

kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valas biasanya diterbitkan

dalam valas yang kuat seperti US Dollar, Yen Jepang atau DM Jerman.

b. Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, 12 dan 12

bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat

diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.

Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun

non tunai. Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal

dan biasanya dalam jumlah bulat. Dengan demikian, nasabah dapat membeli dalam

lembaran bạnyak untuk jumlah nominal yang sama.

c. Deposito on Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling lama

kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang

besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).

Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call sebelum deposit on

call dicairkan terlebih dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan

bank penerbit. Besarnya bunga biasanya dihitung per bulan dan biasanya untuk

menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.


E. Penentuan Tingkat Bunga Simpanan.

1. Penentuan Tingkat Bunga Simpanan Giro

Setiap penyimpan yang menyimpan dananya di rekening giro akan memperoleh

balas jasa berupa bunga. Bunga atau jasa giro ini dihitung dengan berbagai metode.

Metode perhitungan  yang paling umum dilakukan adalah dengan mengunakan saldo

terendah. Artinya bunga dihitung  dari saldo terendah dalam bulan tersebut. Hal ini

disebabkan dalam rekening giro frekuensi penarikannya dan penyetorannya

sangatlah besar. Disamping dengan saldo terendah adapula bank menentukan

perhitungan bunga dengan saldo rata rata atau saldo harian.

Untuk lebih jelasnya perhitungan jasa giro tersebut akan diuraikan dengan contoh

berikut:

Transaksi yang terjadi pada rekening giro Tn. Roy Akase selama bulan Juni 2001

Nama nasabah : Tn. Roy Akase

Nomor Rekening : 26.121992.10

3 Juni setor tunai                    Rp.18.000.000

8 Juni tarik tunai                     Rp.6.000.000

13 Juni setor tunai                 Rp.7.000.000

16 Juni setor kliring                Rp.1.000.000

18 Juni tarik tunai                  Rp.5.000.000

19 Juni setor kliring               Rp.2.000.000

24 Juni kliring masuk            Rp.7.000.000

27 Juni setor tunai                 Rp.4.000.000


Pertanyaan coba saudara hitung berapa bunga bersih yang Tn. Roy Akase peroleh

selama bulan Juni jika bunga dihitung dari saldo terendah pada bulan yang

bersangkutan dengan suku bunga yang berlaku adalah 18% pertahun dan dikenakan

pajak 15% berikut rekening korannya.

Jawab

Dengan menggunakan tabel maka akan terlihat saldo terendah pada bulan yang

bersangkutan

Perhitungan bunga dengan menggunakan saldo terendah

Saldo terendah pada bulan Juni adalah Rp.10.000.000

Bunga = 18% x Rp.10.000.000 / 12 = Rp.150.000

Pajak 15% x Rp.150.000 = Rp.22.500


Bunga bersih = Rp.150.000 – Rp.22.500 = Rp.127.500

Perhitungan dengan menggunakan saldo rata-rata

Saldo rata rata untuk bulan Juni adalah :

125.000.000 / 8 = 15.625.000

Keterangan:

Angka 125.000.000 di peroleh dari menjumlahkan saldo mulai tanggal 3 Juni sampai

dengan tanggal 27 Juni

Sedangkan angka 8 diperoleh dari jumlah transaksi yang terjadi selama bulan

tertentu

Maka bunganya adalah sebagai berikut:

Bunga = 18% Rp.15.625/12 bln = Rp.234.375

Pajak 15% x Rp.234.375 = Rp35.156

Bunga bersih = Rp.234.375 – Rp.234.375 = Rp.199.219

Jadi perbedaan perhitungan dengan kedua metode diatas terdapat selisih Yaitu

Bunga dengan saldo rata-rata adalah Rp.234.375

Bunga dengan saldo terendah adalah Rp.150.000

Selesih = Rp.84.375 

Pilihan sebagai nasabah dengan perhitungan bunga diatas yang paling

menguntungkan adalah saldo rata rata

2. Penentuan Tingkat Bunga Simpanan Tabungan


CONTOH PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN

• Transaksi yang terjadi di rekening tabungan Tn. Ray

ibrahim selama bulan juni 2001 :

Tgl. 01 setor tunai Rp 6.000.000,-

Tgl. 10 setor dengan cek bank lain Rp 4.000.000,-

Tgl. 12 tarik tunai Rp 3.000.000,-

Tgl. 16 transfer masuk Rp 2.000.000,-

Tgl. 20 tarik tunai Rp 5.000.000,-

Tgl. 30 setor tunai Rp 1.000.000,-

• Suku bunga 18% per tahun (Pa) untuk perhitungan saldo

terendah dan saldo rata-rata, sedangkan untuk saldo harian diasumsikan dengan

suku bunga sebagai berikut :

dari Tgl. 01 s/d 10 bunga = 18% / tahun

dari Tgl. 11 s/d 20 bunga = 15% / tahun

dari Tgl. 21 s/d 30 bunga = 20% / tahun

Pertanyaan :

Coba saudara hitung berapa bunga bersih yang diterima Tn. Ray ibrahim dengan

menggunakan saldo terendah, saldo rata-rata dan saldo harian dan dikenakan pajak

15% atas bunga tabungan. Kemudian buatkan laporan buku tabungannya.


3. Penentuan Tingkat Bunga Simpanan Deposito
F. Alokasi Dana Bank

Definisi pengalokasian dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari

penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Tujuan bank dari pengalokasian dana

adalah memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Dalam mengalokasikan dana

pihak perbankkan membaginya ke dalam prosentase-prosentase tertentu sesuai

dengan kondisi yang terjadi di dalam perekonomian pada saat sekarang ini, misalnya

untuk bidang pertanian diberikan 20% sedangkan untuk bidang industri diberikan

40%.

Dalam hal pengalokasian dananya ke masyarakat pihak perbankkan

membebankan bunga dengan prosentasi tertentu sesuai dengan penetapan harga

bunga oleh BI. Untuk saat tahun 2007 BI menetapkan suku bunga untuk

pengalokasian dana kemasyarakat berkisar 1% per bulan.

1. Primary Reserve (cadangan primer).


Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi

ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan pengawas bank).

Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum

atau disebut juga giro wajib minimum karena penempatannya berupa giro bank

umum pada Bank Indonesia.

Primary reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk

menghadapi kemungkingan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa

penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan

(pencairan) kredit atau credit disbursement sesuai dengan kesepakatan yang dibuat

antara pihak bank dan debitor kredit dalam perjanjian kredit yang dibuat di hadapan

notaris publik.

Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve

dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasi

bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari nasabah.

Di samping itu, cadangan primer juga digunakan untuk penyelesaian kliring antar

bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera dibayar. Dalam

prakteknya, primary reserve adalah dana kas dan saldo rekening koran bank pada

Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses

penagihan. Komponen-komponen ini sering pula disebut sebagai alat-alat likuid.

2. Secondary Reserve (cadangan sekunder).

Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana ke

dalam noncash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan

pendapatan kepada setiap saat dapat dijadikan urang tunai tanpa mengakibatkan

kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain:


 surat berharga pasar uang atau SBPU

 sertifikat Bank Indonesia atau SBI

 surat berharga jangka pendek lainnya.

Tujuan utama dari secondary reserve adalah untuk dijadikan sebagai

supllement (pelengkap) atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena

sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai

cadangan, secondary reserve dapat memberikan dua manfaat bagi bank, yaitu untuk

menjaga likuiditas dan meningkat profitabilitas bank. Cadangan sekunder atau

secondary reserve digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai

berikut :

 Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti

penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit dalam

jumlah besar yang telah diperkirakan

 Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan

kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.

 Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.

 Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari

deposan dan penarikan (disbursement) dari debitor.

Karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak semuanya dapat diperkirakan,

maka cadangan sekunder ini ditanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka

pendek yang mudah diperjualbelikan. Di indonesia, instrumen cadangan sekunder

dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SPBU),

dan Sertifikat Deposito.

3. Kredit.
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau

badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya

kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan

bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang

menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja

mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya

tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus

mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay)

dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali

pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),

Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of Economy

(keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).

Ada beberapa macam kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank perkreditan

rakyat untuk masyarakat terdiri dari beberapa jenis :

 Dilihat dari jenis kegunaannya:

 Kredit investasi Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri

untuk keperluan membangun pabrik baru.

 Kredit modal kerja Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri,

namun membutuhkan dana unutk meningkatkan produksi dalam


operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau unutk

membeli bahan baku.

Dilihat dari segi sektor usaha:

 Kredit pertanian, diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian

rakyat.

 Kredit peternakan, diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan

ayam dan jangka panjang misalnya untuk kambing ataupun sapi.

 Kredit industri, diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah atau

besar.

 Kredit perumahan, diberikan untuk membiayai pembangunan atau pembelian.

4. Investasi dan Aktiva Tetap.

Dana yang diperlukan untuk Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan

manfa’at dalam jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau

dengan menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu

menarik hutang jangka panjang misalnya obligasi atau menambah modal sendiri

dengan mengeluarkan saham.

G. Pendekatan aset lialibilitas

Asset and Liability Management ( ALMA) adalah suatu usaha untuk

mengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa agar diperoleh laba

maksimal dan sekaligus membatasi resiko menjadi sekecil mungkin. Dalam

mempelajari ALMA ada kategori resiko antara lain:

 Resiko dibidang kredit.


 Resiko di bidang Liquiditas ( bank tidak dapat membayar kewajiban pada

waktunya atau hanya dapat membayar dengan melakukan pinjaman darurat

atau menjual aktiva.

 Resiko tingkat suku bunga ( Resiko akibat perubahan suku bunga)

 Resio nilai valuta asing ( kerugian akibatperubahan kurs)

 Resiko di bidang kontijen (resiko akibat transaksi kontijen)

Untuk meminimalkan resiko-resiko tersebut diperlukan kerangka proses ALMA

(ALMA frame work) yaitu:

 Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang

berwenang

 Adanya tujuan dan arah bagi manajemen dan petugas pelaksana

 Adanya pngumpulan data internal atau data eksternal yang dapat menunjang

keputusan ALMA untuk jangka panjang maupun jangka pendek

 Adanya analisis yang mengembangkan scenario untuk menguji berbagai

alternatif strategi ALMA

 Ada Manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan

memperkecil resiko

 Adanya manajemen valas yang mengella bsarnya gap tiap-tiap mata uang

dalam pembukuan bank

 Adanya manajemen pricing yang menjamin bahwa strategi penetapan tingkat

bunga dapat dapat menunjang proses pelaksanaan manajemen gap,liquiditas

dan manajemen valas

Organisasi ALMA terdiri dari Asset Liability Committee (ALCO) dan ALCO

Support Group (ASG). Anggota ALCO terdiri dari pimpinan unit kerja operasional dan
unit kerja yang berhubungan dengan tugas ALMA. Sedangkan anggota ASG terdiri

dari sekelompok manajer/staf profesionalyang bertugas membantu ALCO.

Dalam organisasi tersebut ditetapkan tanggung jawab ALCO, yaitu menetapkan

tujuan, membuat keputusan ALMA, mementau kegiatan dan menelaah hasil

kebjakan ALMA. Sedangkan tanggung jawab ASG adalah mengumpulkan data

internal dan eksternal, emnyusun analisis, mengembangkan strategi dan scenario,

membuat laporan, mengajukan saran-saran untuk rapat ALCO dan memantau

pelaksanaannya. Proses pembuatan kebijakan ALMA dilakukan olh direksi bank.

Kebijakan yang dimaksud antara lain berupa penetapan limit dan target setiap

bidang, rasio-rasio strategi pendanaan dan penenaman dana,struktur neraca,

kebijakan harga, kebutuhan modal, dll.

H. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Pelajaran dari Krisis

Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

perekonomian suatu negara. Krisis pada 1997-1998 telah memberi pelajaran yang

berharga bahwa kepercayaan masyarakat dan stabilitas sistem perbankan itu sangat

mahal harganya. Berawal dari penutupan 16 bank umum, krisis menimbulkan

keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap keamanan menempatkan

dananya pada sistem perbankan.

Ketidakpercayaan tersebut kemudian mendorong masyarakat untuk menarik

simpanannya secara besar-besaran dari sistem perbankan (bank run / bank rush).

Dana yang ditarik nasabah tersebut sebagian dilarikan ke luar negeri dan

menyebabkan capital flight, sebagian dibelikan valuta asing, serta sebagian

dibelanjakan untuk keperluan konsumtif yang mengakibatkan tingkat inflasi melonjak


drastis. Hal itulah yang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 16.000 per

USD.

Untuk mengatasi dampak buruk dari penarikan dana tersebut serta sebagai

upaya menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan,

pemerintah mengeluarkan kebijakan penjaminan terhadap seluruh kewajiban

pembayaran bank umum dan BPR (blanket guarantee) melalui Keppres Nomor 26

dan Nomor 193 Tahun 1998. Di samping kebijakan tersebut, dalam rangka

memperbaiki kinerja perbankan dan memperkuat struktur permodalan bank,

pemerintah melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan yang seluruhnya

menelan biaya yang luar biasa besarnya.

2. Pendirian LPS

Kebijakan blanket guarantee telah terbukti menumbuhkan kembali kepercayaan

masyarakat terhadap industri perbankan. Akan tetapi, di sisi lain dapat membebani

keuangan negara dan menimbulkan moral hazard, yakni insentif bagi bankir atau

nasabah untuk mengambil risiko yang lebih besar dikarenakan adanya penjaminan

simpanan. Dengan pertimbangan perlunya menjaga kepercayaan masyarakat dan

meminimalkan dampak negatif dari blanket guarantee, pemerintah menetapkan

untuk secara bertahap mengurangi lingkup penjaminan dan hanya akan memberikan

jaminan terhadap simpanan dalam jumlah terbatas (limited guarantee).

Kebijakan tersebut dituangkan dalam ketentuan pasal 37B UU Perbankan Nomor

10 Tahun 1998 yang mengatur bahwa setiap bank wajib menjamin dana masyarakat

yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Untuk menjamin dana masyarakat

tersebut, pemerintah membentuk suatu lembaga penjamin simpanan. Sebagai

implementasinya, pada tanggal 22 September 2004 ditetapkan Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). LPS

dirancang sebagai suatu unsur penting dalam jaring pengaman sistem keuangan

(financial safety net) yang merupakan praktik terbaik di banyak negara.

3. Fungsi dan Peran LPS

Fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif

dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

Fungsi penjaminan diejawantahkan dengan melakukan pembayaran klaim

penjaminan atas simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan menunjuk tim

likuidasi untuk membereskan aset dan kewajiban bank tersebut,  sedangkan fungsi

turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan diwujudkan dalam bentuk upaya

menyelamatkan atau penyehatan terhadap bank gagal yang tidak berdampak

sistemik maupun bank gagal yang terdampak sistemik (bank resolution).

Keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank gagal tidak

berdampak sistemik ditetapkan oleh LPS. Salah satu pertimbangannya didasarkan

pada penghitungan biaya yang lebih rendah (lower cost test) antara menyelamatkan

bank tersebut dengan membayar klaim penjaminan. Sedangkan, keputusan untuk

menyelamatkan gagal yang berdampak sistemik ditetapkan dan diserahkan oleh

Komite Koordinasi (KK) yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank

Indonesia (BI), dan Ketua Dewan Komisioner. Setelah itu, LPS bertindak sebagai

pelaksana dalam penyelamatan bank gagal yang telah diputuskan berdampak

sistemik.

Dalam upaya dalam menyelamatkan bank gagal, LPS memunyai kewenangan,

antara lain mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang

saham, termasuk RUPS; menguasai, mengelola, dan menjual / mengalihkan aset


bank; melakukan penyertaan modal sementara (PMS); serta mengalihkan

manajemen pada pihak lain. LPS mempunyai jangka waktu penyelamatan paling

lama 4 tahun untuk bank tidak berdampak sistemik dan 5 tahun untuk bank gagal

yang berdampak sistemik. Selanjutnya, LPS harus menjual seluruh saham bank

yang diperoleh dari penyertaan modal sementara (PMS) secara terbuka dan

transparan.

Mengenai pembayaran klaim penjaminan simpanan nasabah bank yang dicabut

izinnya, LPS memiliki hak untuk menggantikan posisi nasabah penyimpan tersebut

(hak subrogasi) dalam pembagian hasil likuidasi bank. Pemberian kewenangan dan

hak tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan tingkat pemulihan (recovery rate)

bagi LPS, sehingga keberlangsungan program penjaminan simpanan dapat terus

dijaga.

4. API (Arsitektur Perbankan Indonesia)

Keberadaan LPS jelas sangat sejalan dengan tujuan API (Arsitektur Perbankan

Indonesia) yang ingin menciptakan sistem perbankan nasional yang kuat,

bertumbuh, dan sehat. Fungsi LPS dalam menjamin simpanan nasabah bank

maupun melakukan penyelamatan bank gagal merupakan bagian penting dalam

Pilar Ke-6 API yang menekankan pada perlindungan kepada nasabah perbankan.

Selain itu, peran LPS dalam mendukung stabilitas sistem perbankan juga dapat

berkontribusi mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai