Nilai-nilai Kearifan local berupa sekolah Adat yang masih dijaga oleh
masyarakat adat Miyah
di kampung Ayai Distrik Miyah Kabupaten Tambrauw Propinsi Papua Barat Oleh Agus Wabdaron, Manager Program-Mnukwar Papua| Suku Miyah di kabupaten Tambrauw yang berada di kampung Ayai mempunyai kearifan local yang masih tetap terjaga sampai dengan sekarang, bentuk kearifan local tersebut seperti sekolah adat. Bagi masyarakat adat suku Miyah keharusan dalam pendidikan adat merupakan hal yang mutlak di lakukan, karena keberlanjutan dalam nilai-nilai adat bagi genderasi penerus harus tetap terjaga dalam bentuk-bentuk budaya serta adat. Menurut tua tua adat di kampung Ayai adat merupakan nilai-nilai kearifan yang menjadi perjalanan suatu fase hidup yang sudah menjadi keharusan untuk tetap dipelihara dan dijaga dari waktu ke waktu. Walaupun nilai-nilai kearifan tidak dituangkan dalan tulisan tetapi pesan-pesan moral yang disampaikan menjadi kaidah-kaidah yang akan di pegang dalam kehiduapan mereka sehari-hari. Sekolah adat bagi masyarakat adat suku Miyah rumah adat disebut dengan Wuon, sekolah adat tidak membatasi umur, bila anak yang berada di dalam kandungan ibu kalau sudah ada niatan untuk sekolah adat perlakuan dalam keluarga sudah diterapkan, mulai dari pola makan serta hal-hal yang menjadi pamali/larangan bagi anak oleh ibu yang lagi mengandung/hamil. Sejak anak tersebut lahir sampai umur 12 15 tahun anak tersebut akan di asingkan dari kampung yaitu rumah adat yang disebut dengan Wuon yang berada jauh dari kampung jarak tempuhnya 15 30 km. Dalam menempuh sekolah adat dapat di bagi dalam 3 tahap sekolah adat yang ditempuh dalam 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Dalam menjalani sekolah adat bila yang sudah kawin semua aturan baik laranganlarangan akan dijalani bersama walaupun laki-laki yang jalani dan masuk di rumah adat Wuon tetapi aturan akan diikuti oleh istri di rumah (kampung). Bila dalam menjalani pendidikan adat di rumah adat Wuon dan mengalami kecelakaan (meninggal) pihak keluarga tidak akan marah atau bersedih, karena mungkin dalam menjalani pendidikan adat tersebut telah melanggar aturan-aturan yang akan membahwa musibah dan itulah hukuman yang harus di jalani bagi seorang yang akan menjalani pendidikan adat bagi suku Miyah. Itulah nilai-nilai sakral bagi pendidikan adat di suku miyah, sehingga untuk menyiapkan anak pada sekolah ada sudah di bicarakan dalam keluarga konsekwensi dalam pendidikan adat sudah siap untuk diterima, baik bila melanggaran aturan-aturan yang sudah ditetapkan akan mendapat sangsi yang boleh dibilang cukup berat. Bila yang menyelesaikan pendidikan adat akan di pandang di kampung sebagai tokoh yang sangat di hargai karena, sudah menempuh berbagai tantangan dan rintangan yang tidak semua masyarakat di kampung dapat menghadapi pendidikan adat tersebut. Sehingga setelah selesai pendidikan adat bagi kelaurga akan melakukan pesta penyambutan pulangnya anak mereka yang baru selesai dalam pendidikan adat dan dapat kembali ke kampung berkumpul dengan keluarga .
Sumber data 1. 2. 3. 4.
Markus Momo (kepala Kampung Ayai)
Bapak Benard. Sufi ( Tokoh Adat Suku Miyah) Sivester. Momo (tokoh Masyarakat kampung Miyah) Yakobus. Sufi (tokoh Pemuda