kami tidak tahu mau cari kemana, Jadi kita terima saja. Demikian ungkap Demianus
disela-sela kesibukannya menjual kacang tanah di pasar sentral wosi-Manokwari. Berbicara
tentang akses Informasi, papua memang masih sangat sulit. Beberapa hal yang menyebabkan
kondisi ini adalah topografi yang sangat berat, luasan wilayah yang besar, ditambah lagi
jumlah dan kapasitas masyarakat masih sangat rendah.
Bayangkan saja dengan luasan 140.000 km persegi yang terdiri dari 8 kabupaten 1 kota, 134
distrik dan 1300 desa hanya di huni oleh 700 ribu jiwa dengan tingkat pendidikan
Lemahnya akses informasi dapat dilihat dari beberapa indikator, salah satu contoh adalah
ketika isu pemanasan global mengemuka. walaupun Secara tidak langsung mereka telah
menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan kalender musim yang mereka pakai, mereka
juga bingung ketika musim ombak lebih lama berhenti dari biasanya. Tetapi jarang yang tahu
bahwa itu adalah sebuah efek dari apa yang disebut dengan pemanasan global. kami
masyarakat pernah dengar orang bilang pemanasan global! Tapi kami tidak tahu maksudnya
apa, kata pontius, seorang penduduk kampung Senopy di sebuah kesempatan wawancara di
manokwari. secara sederhana masyarakat di papua khususnya mereka yang di pedalaman
sebenarnya telah menyadari bahwa telah terjadi perubahan-perubahan musim akibat dari
pemanasan global. Jikalau Pemanasan global saja telah disadari tetapi tidak pernah
mendengar istilahnya, bagaimana dengan REDD yang datang lebih baru, maka wajarlah
kiranya jika mereka menjawab belum pernah mendengar sama sekali tentang apa itu
REDD.
adalah peluang yang dapat digunakan sebagai alat dalam upaya memperbaiki lingkungan
sumber daya alam kita yang terlanjur rusak akibat pengelolaan yang tidak bijak dan Rakus.
Namun dalam perkembangannya, pemahaman REDD telah muncul dengan pengertian yang
sangat beragam sekalipun ditingkat pemerintah dan akademisi. Bagi beberapa kalangan nago
Petrus Kasihiw Ka. Bidang ekonomi Papua Barat REDD adalah semacam kebijakan yang
dapat memposisikan hutan tidak hanya dilihat dari nilai kayunya saja melainkan nilai lain
yang tidak nampak, seperti hutan sebagai sumber oksigen bagi dunia yang jika dapat dikelola
dengan baik tentu dapat mendatangkan nilai finansial bagi daerah itu. Tentu kita tidak perlu
lagi menebang kayu di hutan sebagai sumber pendapatan tetapi dengan kita menjaga dan
memelihara hutan dan tetap lestari kita pun bisa memperoleh hasil yang bentuknya mungkin
semacam hibah jelasnya dalam sebuah kesempatan wawancara di kantor BAPEDA Provinsi
Papua Barat. berbeda dengan dengan Petrus, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Manokwari
Ir. Ismail Djitmau, MSi berdasarkan informasi yang diterimanya memahami REDD
sebagai salah satu program gubernur provinsi Papua Barat dengan investor. Dia juga
menambahkan bahwa program ini merupakan salah satu alternatif untuk membatasi
masyarakat untuk tidak sebebas bebasnya menebang hutan. Masyarakat nanti akan dibeli
hutannya tapi semua pohon di hutan tersebut tidak boleh ada yang ditebang, sebab yang
nanti akan diambil atau dimanfaatkan adalah oksigennya. Saya juga tidak tahu bagaimana
caranya, apakah akan menggunakan teknologi tinggi untuk mengambilnya atau seperti apa,
saya kurang tahu persis. Demikian juga halnya dalam mengukur banyaknya carbon yang
dihasilkan dari 1 hektar hutan saya tidak tahu, tapi kurang lebih itu informasi informasi
itu yang saya dengar saat mengikuti sosialisasi seperti itu.Dia juga menambahkan bahwa
baru-baru ini investor dari Australia telah datang berdiskusi dengan pemerintah provinsi
Papua Barat dan beberapa kabupaten/kota di wilayah provinsi Papua Barat. mengenai
informasi kepada masyarakat beliau menjelaskan bahwa hingga saat ini informasi terkait
REDD belum pernah dilakukan di tingkat masyarakat.
Ditingkat akademisi, memahami REDD juga berbeda, hal ini terlihat dari penjelasan, Jonni
Marwa salah, satu dosen fakultas kehutanan universitas negeri papua. Secara singkat
REDD dilihat sebagai sebagai Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan yang
dapat di aplikasikan dengan berbagai
metode-metode
untuk
biomassa. Menurutnya REDD sangat berkaitan dengan political will pemerintah. Jadi, jika
keinginan politik pemerintah seperti itu maka otomatis rakyat akan digiring ke arah tersebut
walaupun kadang masyarakat tidak menginginkannya.
yang penting sama-sama dipajami maksud dan tujuan dasar dari REDD itu sendiri. Jika
kemudian perbedaan pemahaman ini terus berkembang maka akan sulit informasi di berikan
kepada masyarakat secara utuh dan seahara. Dan secara otomatis mengimplementasikan
REDD seperti yang diharapkan pemerintah daerah menjadi sebuah hal yang sulit. Bagaimana
mungkin menjalankan sebuah konsep yang rumit, lagi beresiko tinggi terhadap eksistensi dan
hak masyarakat adat. Tanpa mendapatkan informasi yang cukup untuk memahami konsep itu
sendiri secara baik.
Fakta-fakta diatas juga menjadi petunjuk bahwa Informasi tentang tentang REDD dan
perkembangannya masih sangat minim di Papua. Padahal informasi sangat penting perannya
untuk mendorong upaya pencapaian kesadaran kritis masyarakat, terutama dalam mengambil
sikap. Walaupun pada beberapa kenyataan sikap kritis dan keputusan mereka tidaklah
menjadi bagian penting dalam sebuah proses global. Tetapi Bagaimana mungkin masyarakat
memiliki kekuatan untuk mengambil peran jika tidak pernah di fasilitasi untuk mencapai
kesadaran kritis tertingginya dalam memahami REDD, seperti disebutkan diatas, salah satu
upaya mencapai kesadaran tertinggi tersebut adalah melalui informasi tentang REDD itu
sendiri.
terkadang muatan informasinya pun kurang tepat, dimana porsi tentang nilai atas
kompensasi, atau nilai atas penghargaan karena telah menjaga hutan yang paling sering di
beritakan, setelah itu muatan kedua adalah tentang konsep yang dirancang oleh pemerintah
termasuk informasi tentang ploting areal yang kadang membingungkan publik. Jarang sekali
kita mendengar informasi yang membahas tentang pengaruh REDD bagi masyarakat, atau
konsep REDD yang mengedepankan keletarian dan kepentingan masyarakat yang nota bene
adalah orang yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Jika keadaan ini terus berlanjut,
maka bukan tidak mungkin sama nasibnya dengan OTSUS yang selalu diidentikkan dengan
bagi-bagi uang dan Bagi-bagi jabatan. Sehingga pada tahun 2010 ini beberapa kelompok
masyarakat menyatakan bahwa OTSUS telah gagal.
Berkaitan dengan kondisi-kondisi diatas, sangatlah wajar jika upaya pengembangan konsep
REDD yang lebih baik dan pro rakyat harus didukung dengan upaya peningkatan kapasitas
dan pemahaman masyarakat melalui penyediaan akses dan materi informasi yang benar-benar
jujur, kontekstual, dan transparan menyatakan kondisi sebenarnya, termasuk resiko yang
akan dihadapi. dengan kata lain, jika keterlibatan masyarakat menjadi salah satu prioritas
dalam program REDD, maka tingkat informasi tentang REDD adalah salah satu indikator
yang patut di jaga.