Anda di halaman 1dari 2

SOSOK

Nama: Muhammad Saleh


Lahir: Dusun Tololai, Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, NTB.
Pendidikan: SD Negeri 1 Mawu, lulus 1984. SMP Negeri Ambalawi, lulus 1990. SMA AL Ma’rif, Bima
1993

Dengan upah supir Bus, Muhammad Saleh atau pria yang akrab disapa Alan (40) ini membangun
Madrasah Ibtidaiyah Swasta atau MIS Darul ulum di dusun Tololai, Desa Mawu, Kecamatan
Ambalawi, Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, NTB. Sekolah yang dibangun tersebut berdiri diatas
tanah milik pemberian orangtuanya. Alan merasa tertantang untuk mengatasi realitas sosial di
kampungnya, karena selepas sekolah anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
bermain. Di dusun tersebut hanya ada SD negeri. Satu-satunya SMP di kawasan ini berjarak 7
kilometer dari dusun Tololai. Seperti umumnya pada sekolah negeri, mata pelajaran yang diajarkan
disekolah sesuai kurikulum pemerintah yang lebih banyak mengajarkan mata pelajaran umum
dibandingkan pelajaran agama. Disamping itu, Alan pun juga melihat berkurangnya guru yang
mengajar mengaji didesa tersebut. Kenyataan itulah yang mendorong Alan untuk membangun
sekolah MIS Darul Ulum.
Dengan keberadaan MIS Darul Ulum, Alan berharap anak-anak didusun Tololai memiliki dasar ilmu
agama yang kuat selain ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Pembangunan MIS dimulai pada
tahun 2008. Pembangunan itu dibantu oleh teman-temanya. Dengan adanya bantuan dari teman-
temanya, Alan mampu mengumpulkan material bangunan seperti asbes, batu, dan tanah. Bangunan
MIS Darul Ulum selesai dikerjakan dalam waktu sekitar 3 bulan. Alan kemudian melengkapinya
dengan meja dan bangku untuk belajar para siswa. “Bahan material bangunan ini sebagian
merupakan sumbangan dari warga yang peduli” kata Alan yang menyisihkan penghasilan nya untuk
membangun sekolah ini. Kegiatan belajar-mengajar ini diawali dengan 7 siswa yang merupakan anak
dari saudara-saudara dan keluarga terdekatnya Alan. Alan mendapatkan pengajar dari lulusan
pendidikan guru sekolah dasar dan sarjana yang semula magang mengajar di sekolah negeri di
kampungnya. Pada awal beroperasi MIS Darul Ulum hanya memiliki 5 pengajara. Sekarang MIS Darul
Ulum memiliki 14 guru. Empat guru lulusan S1, dua guru lulusan D2, dan sisanya lulusan SMA.
Siswanya pun bertambah menjadi 79 orang. Sesuai dengan pelajaran sekolah dasar negeri yang lain,
MIS Darul Ulum mengajarkan muridnya mengaji mulai pukul 15.00-17.00
Tidak ada pungutan atau bayaran bagi seluruh siswa yang belajar di MIS. Dana untuk kegiatan
disekoalah itu termasuk honor bagi para pengajarnya di tanggung oleh Alan. Dia menyisihkan
sebagian upahnya sebagai sopir truk untuk membayar biaya operasional sekolah. Para pengajar
disekolah ini perbulan di beri upah rata-rata Rp.400.000,00. Upaya Alan tersebut mendapat
perhatian dari Yayasan Dompet Duafa. Pada 2014, dia mendapat penghargaan sebagai pahlawan
pendidikan dan sumbangan sebesar Rp 25 juta. Alan berpendidikan formal lulus SMA. Dia pun
berpindah-pindah sekolah. Kelas I dan II SMA dia belajar di SMA Sinar Jaya di Kota Bima. Kelas III
sampai lulus di SMA Al Ma’rif, Kota Bima. Tak mudah bagi anak kedua dari lima bersaudara pasangan
M Yusuf dan Zaenab ini untuk memenuhi biaya pendidikan. Orang tua nya bekerja sebagai petani
yang menggarap sawah seluas 1 hektar. Penghasilan dari sawah itu relatif berat untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. “Apa yang saya alami bisa memotivasi anak muda untuk giat belajar. Saya
berharap tidak ada lagi anak muda (dikampungnya) yang tidak bisa sekolah karena kesulitan biaya”
ujar Alan, Ketua yayasan Darul Ulum
Selepas SMA tahun 1993, Alan merantau ke jakarta dan menjadi tenaga honorer di kantor walikota
tangerang, Banten. Selama dua tahun, dia kemudian bekerja sebagai kernet mikrolet. “saya menjadi
kernet supaya bisa menyetir” kata Alan yang merasa beruntung karena pengemudinya pun
memberikan izin Alan untuk mengemudi. Pada tahun 2006, Alan pulang kampung dan di Bima pun
Alan bekerja sebagai supir. Pada awalnya Alan hanya bekerja sebagai kernet angkutan barang rute
Pulau Flores-Surabaya-jawa timur. Sebulan kemudian, Alan pun berkerja sebagai supir truk dengan
rute yang sama. Dia lalu menjadi supir bus malam rute Bima-Surabaya dengan pengahislan mencapai
Rp.450.000,00 sampai Rp.1000.000,00. Untuk perjalanan pulang pergi. Sebagian dari penghasilan itu
disisihkan untuk membayar para guru. Alan masih memiliki banyak pekerjaan rumah, yaitu
membangun fasilitas MIS supaya lebih memadai. Untuk itu, dia menyiapkan biaya pembangunan
dengan cara menanam pohon jati alam dan jati putih ditanah seluas 6 hektar. Tanah milik orangtua
nya itu sekarang ditanami pohon jati sebanyak 400 batang dan sudah berusia 3 tahun. “jika panen
nanti, hasil penjualan kayu jati ini akan saya pakai untuk membangun dan melengkapi sekolah” tutur
Alan

Anda mungkin juga menyukai