Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ANALISIS PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013

Dosen Pengampu: Irwan, S.Pd.I., MA.

Disusun Oleh: Kelompok 4

Nurul Wahyuni

Ratna Nengsi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/S1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-GAZALI BARRU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan

Rahmat dan Karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah

yang berjudul “Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013”.

Sholawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad

Shallahu alaihi wasalam yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah sampai

zaman yang penuh cahaya ilmu. Terimakasih sedalam-dalamnya kami haturkan

kepada Dosen Pembimbing kami, serta rekan-rekan sekalian yang telah membantu

dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini, oleh

karena itu sudilah kiranya rekan-rekan untuk memberikan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian dari kami, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi

penilis dan rekan-rekan yang membacanya Aamiin…..

Barru, 20 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................2

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................8

A. Kebijakan Pembaharuan Kurikulum ...................................................8

B. Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum 2013 ..............8

C. Peluang dan tantangan Kurikulum 2013 dalam Pembaruan

Kurikulum..........................................................................................22

BAB III PENUTUP.....................................................................................30

A. Kesimplan ........................................................................................30

B. Saran ................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai

tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN,

Asia Pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar bebas telah

menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan pada

perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak menentu. Kita juga

dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu

cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya akses terhadap media

massa terutama media elektronik, seperti jejaring sosial internet.

Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran yang

ada dalam kehidupan masyarakat. Hampir setiap hari, kita disuguhi contoh-

contoh menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas

mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, kekerasan, premanisme,

kejahatan, dan korupsi. Tidak sedikit dari para pemuda, pelajar, mahasiswa

yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan

perkelahian antar pelajar, narkoba, perjudian, dan lain-lain. Nilai-nilai

tradisional yang dianggap sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah

bergeser seiiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi.

Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan

persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya teknologi informasi, diperlukan perubahan yang cukup

1
mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai

pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan

dianggap kelebihan muatan tetapi tidak mampu memberikan bekal dan

mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di

dunia. Perubahan mendasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan

sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada

komponen-komponen pendidikan yang lain.

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, dalam perjalanan dunia

pendidikan Indonesia telah menerapkan tujuh kurikulum yaitu kurikulum 1968,

1975, 1984, 1994, kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan terakhir

kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Berbagai

pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis

kompetensi sekaligus berkarakter (competency and characterbased

curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan

kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan tuntutan teknologi yang

akan menjawab tantangan arus globalisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kebijakan Pembaharuan Kurikulum?

2. Bagaimana Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum 2013

dalam pengembangan kurikulum?

3. Bagaimana peluang dan tantangan Kurikulum 2013 dalam pembaharuan

kurikulum?

2
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui kebijakan pembaharuan kurikulum.

2. Untuk mengetahui Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum

2013 dalam pengembangan kurikulum.

3. Untuk mengetahui peluang dan tantangan kurikulum 2013 dalam

pembaruan kurikulum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

D. Kebijakan Pembaharuan Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin “curiculum”, sedang

menurut bahasa Perancis “cuurier” artinya “to run” (berlari). Istilah kurikulum

pada awalnya dipakai dalam dunia olahraga dengan istilah “curriculae” yaitu

suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari

awal sampai akhir. Dari dunia olahraga istilah kurikulum masuk ke dunia

pendidikan yang berarti jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh

siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.”1

Beberapa tafsiran dari Oemar Hamalik mengemukakan “Kurikulum

antara lain adalah :

a. Kurikulum memuat isi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah

pengetahuan.

b. Kurikulum sebagai rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program

pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program

itu para siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan

perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan

pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi

siswa yang memberikan kesempatan belajar.

1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 122.

4
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan

kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga

kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra

dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman

belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.”2

Menurut Crow and Crow dalam Ramayulis, “Kurikulum adalah

rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara

sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.” 3

Sedangkan menurut M. Arifin memandang “Kurikulum sebagai seluruh bahan

pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem

institusional pendidikan.”

Selanjutnya Zakiah Daradjat memandang “Kurikulum sebagai suatu

program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk

mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”

Selain itu, Addarmasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang ditulis

kembali oleh Al-Syaibani, menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah sejumlah

pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang

disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah

dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi

dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.”

2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 16.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), hal. 150.

5
Sementara itu menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan-

tujuan pendidikan tertentu.”

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum

merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya

sebatas bidang studi dan dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi, meliputi

segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan

pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat

meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah

tetapi juga di luar sekolah.

Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional

adalah kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika

yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan

masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.

Dalam pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidi berpendapat bahwa:

“Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan pembenahan

kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar

minimal (minimum basic skill), menerapkan konsep belajar tuntas (mastery

learning), dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri

bagi peserta didik.”

6
Menurut Sudjana, “Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam

melakukan pembaharuan kurikulum, yakni :

a. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum, artinya

menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan

perubahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian dan pengukuran

pendahuluan terhadap kurikulum yang sedang berjalan.

b. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum, artinya setelah ditemukan pokok

yang menjadi garapan perubahan kurikulum, barulah dipikirkan wadah yang

akan mengorganisasi perubahan tersebut. Wadah tersebut bisa berupa badan

atau komite yang bisa bekerja secara rutin.

c. Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat, artinya dalam

mengembangkan suatu kurikulum dilakukan analisis terhadap sektor-sektor

masyarakat, baik masalahnya maupun kebutuhannya.

d. Studi tentang karakteristik dan kebuttuhan peserta didik, artinya

memperhatikan perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat, kesanggupan,

dan kebutuhan peserta didik.

e. Formulasi tujuan pendidikan, artinya dalam mengembangkan kurikulum

harus menjabarkan tujuan pendidikan secara umum yang bersifat filosofis,

sosiologis, dan psikologis ke dalam tujuan institusional yang bersifat

tingkah laku operasional sehingga mudah dipahami oleh para guru di

lapangan.

7
f. Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran, artinya memilih dan

menerapkan aktivitas belajar (sebagai isi kurikulum) yang memadai dan

menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

g. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran.

h. Pengujian kurikulum yang diperbaharui, artinya kurikulum yang

diperbaharui sebelum dilaksanakan di lapangan harus diujicobakan terlebih

dahulu (tryout) terlebih dahulu agar mencapai hasil yang optimal.

i. Pelaksanaan kurikulum baru, artinya kurikulum baru yang telah disusun,

direvisi dan telah diujicobakan hendaknya diterapkan dengan mengerahkan

seluruh opini masyarakat agar meneima ide-ide pembaharuan dalam

kurikulum tersebut.

j. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinya kurikulum baru yang sudah

diberlakukan dievaluasi dan dimonitoring untuk melihat kualitas dan

efektivitas kurikulum tersebut untuk selanjutnya dilakukan revisi kalau

diperlukan.”

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis serta

harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti

perkembangan dan tantangan zaman. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa pembaharuan kurikulum adalah suatu keharusan dalam kerangka

menuju mutu pendidikan yang berkualitas dan mampu merespon terhadap

tuntutan terhadap kehidupan berdemokrasi, globalisasi.

E. Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum 2013

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi

8
Kurikulum Berbasis Kompetensi digagas ketika menteri

Pendidikan dijabat oleh Abdul Malik Fadjar. Dalam dokumen kurikulum

2004 dirumuskan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan

perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar

yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

pemberdayaan sumber daya pendidikan. KBK lebih ditekankan pada

kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah

mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. McAshan menyatakan

bahwa: “Kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah

menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif,

dan psikomotoriknya.”4

Sebagaimana Gordon dalam Ramayulis menjelaskan bahwa:

“Aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan

sesuatau, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk

memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang

memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.

b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang

dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat

memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep

ekonomi.

4
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta : Kencana, 2008), hal. 2.

9
c. Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas yang dibebankan.

d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan

secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan

mewarnai dalam segala tindakannya.

e. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu yang datang

dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap

munculnya aturan baru.

f. Minat (interest), yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu

tindakan atau perbuatan.”

Selanjutnya Masnur Muslich menyatakan bahwa: “Proses

pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi didasarkan pada beberapa

prinsip yaitu :

a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur

b. Penguatan integritas nasional

c. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika

d. Kesamaan dalam memperoleh kesempatan

e. Abad pengetahuan dan teknologi informasi

f. Pengembangan kecakapan hidup (lifeskill)

g. Belajar sepanjang hayat

h. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan dan

komprehensif

10
i. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan”5

Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki empat komponen, yaitu :

a. Kurikulum dan hasil belajar (KHB). KHB memuat perencanaan

pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan,

yaitu sejak TK sampai dengan kelas 12. Dan ini merupakan rangkaian

kompetensi siswa untuk maju secara bertahap seiring dengan

perkembangan dan kematangan psikologisnya. KHB ini juga

memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan program

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, keadaan sekolah

atau lingkungan, dan kebutuhan serta kemampuan siswa.

b. Penilaian berbasis kelas (PBK). PBK memuat prinsip, sasaran, dan

pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten

sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi atau hasil

belajar yang telah dicapai, pernyataan standar yang harus dicapai, peta

kemajuan belajar siswa, dan pelaporan. Penilaian ini disebut berbasis

kelas karena penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran

di kelas.

c. Kegiatan belajar mengajar (KBM), memuat gagasan-gagasan pokok

pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Komponen

ini menyebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam

membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian, dalam


5
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2009), hal. 18

11
praktiknya, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk

menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan.

d. Pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). PKBS memuat

berbagai pola pemberdayaaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain

untuk meningkatkan mutu hasil belajar yang dilengakapi dengan gagasan

pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum

pembinaan profesional tenaga kependidikandan pengembangan sistem

informasi kurikulum.

Keempat komponen KBK ini merupakan satu kesatuan yang utuh

karena praktiknya komponen-komponen ini saling menunjang. Dalam

Kurikulum Berbasis Kompetensi siswa dituntut untuk bisa mengembangkan

potensinya sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Kurikulum

Berbasis kompetensi juga memberikan kesempatan kepada orangtua untuk

peduli dan terlibat dalam kegiatan persekolahan sejak jenjang TK hingga

pendidikan menengah. Selain itu, para pemangku kepentingan

(stakeholders) diharapkan untuk berperan aktif di setiap tingkat satuan

pendidikan.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Masnur

Muslich adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Menurut Masnur Muslich,

“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam

rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik

12
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan/sekolah.”6

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah[14]

KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan individual maupun klasik

b. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagaman.

c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.
6
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman
dan Pengembangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 10

13
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki empat

komponen, yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan KTSP, kalender pendidikan dan silabus dan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pengajaran). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu

jenjang pendidikan. Kemampuan yang harus dicapai dinyatakan dengan

standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan.

Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di

tingkat regional maupun global, karena persaingan yang terjadi dalam era

globalisasi adalah persaingan sumber daya manusia.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

ditemukan beberapa kelemahan :

a. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan

dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan

kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

b. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

14
c. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek

pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

d. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan

masyarakat seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan,

pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik serta jiwa

kewirausahaan, belum terakomodasi dalam kurikulum.

e. Kurikulum belum peeka dan tanggap terhadap berbagai persoalan sosial

yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

f. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan

pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang

beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada

guru.

g. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi,

serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara

berkala.

Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran

yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat

dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya

agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa

yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

15
Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Dalam hal ini tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan

lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Pada

umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni

pembukaan, pembentukan kompetensi dan penutup.

3. Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa, “Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, serta sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Mengacu pada penjelasan UU no.

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bagian umum dikatakan

bahwa:

a. “Strategi Pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini

meliputi...,

b. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi...” dan

penjelasan pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan

sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati” maka diadakan

perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara

terpadu.”

16
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau

(Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi

pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan ranah pendidikan

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan khususnya pada jalur pendidikan luar sekolah. Pada hakikatnya

kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-

kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah

kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian

rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau

keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Selain itu, kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan berbasis

karakter. Menurut Simon Philips, “Karakter adalah kumpulan tata nilai yang

menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang

ditampilkan”7. Sementara itu, Koesoema A menyatakan bahwa “Karakter sama

dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau

gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga.”8

7
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosda
Karya), hal. 153
8
Mansur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 70

17
Sedangkan Imam Ghozali berpendapat bahwa: “Karakter lebih dekat

dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang

telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu

dipikirkan lagi.”

Dalam Masnur Muslich, “Istilah karakter yang diambil dari bahasa

Yunani berarti “to mark” (menandai) lebih fokus pada tindakan atau tingkah

laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama ia menunjukkan bagaimana

seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, tentulah orang tersebut

memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku

jujur, suka menolong tentulah seseorang tersebut memanifestasikan karakter

mulia. Kedua, karakter erat ikatannya dengan personality. Seseorang baru

disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah

moral.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter

berkaitan dengan kekuatan moral. Orang yang berkarakter adalah orang yang

mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian, melalui kurikulum

2013 yang berfokus pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik

diharapkan akan memberi peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang

produktif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap (afektif), keterampilan

(psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif) yang terintegrasi.

4. Pengembangan Kurikulum 2013

18
Pengembangan kurikulum 2013 adalah proses perencanaan

kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.

Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai

komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal

pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata

pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengembangan kurikulum yang

mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran

kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Ada beberapa karakteristik

dalam pengembangan kurikulum 2013 sebagai berikut :

a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas.

b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan

bagian dari kerikulum yang dirancang selaras dengan prosedur

pengembangan kurikulum.

c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses

belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.

d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di

antar pelajar.

e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar

mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran,

penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.

f. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik

siswa pengguna.

19
g. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak

digunakan di sekolah.

h. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan

terjadinya perencanaan guru-siswa.

i. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara

kognitif, afektif, dan psikomotorik.”

Pengembangan kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum

pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu pengembangan

kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat wilayah,

pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan

silabus, dan pengembangan program pembelajaran.

a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Dalam tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar

nasional Pendidikan (SNP), terutama pada Standar kompetensi Lulusan

(SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang dituangkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013. Di samping itu, juga

dilakukan penataan terhadap empat mata pelajaran, yakni : agama,

PPKN, Matematika dan bahasa Indonesia. Pada tingkat nasional,

pengembangan kurikulum meliputi jalur pendidikan sekolah, luar

sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka

merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

b. Pengembangan kurikulum tingkat wilayah

20
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah bermuara pada

wilayah tingkat I (Provinsi). Pengembangan kurikulum tingkat wilayah

berkaitan dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk berbagai

mata pelajaran di luar matapelajaran kurikulum nasional. Pengembangan

kurikulum untuk kelompok wilayah ini dilakukan oleh tim pengembang

kurikulum tingkat wilayah di bawah koordinasi dinas pendidikan

provinsi. Termasuk dalam kurikulum tingkat wilayah ini adalah muatan

lokal dan bahasa daerah.

c. Pengembangan kurikulum tingkat satuan Pendidikan

Pada tingkat dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap

jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang ppendidikan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1) Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan

pendidikan pada berbagai jenis lembaga Pendidikan.

2) Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan

bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan

tujuan tersebut.

3) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan

(guru dan nonguru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan

4) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk

memberi kemudahan belajar

d. Pengembangan Silabus

21
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh

guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik di

tingkat pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru tinggal

mengembangkan RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan

siswa dan buku sumber yang semuanya telah disiapkan.

e. Pengembangan program pembelajaran

Berdasarkan silabus, kompetensi inti, dan kompetensi lulusan

yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat

pencapaiannya, selanjutnya dikembangkan program-program

pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 program pembelajaran

dikembangkan adalah tematik, dan terpadu, sehingga kegiatan

pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan

mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.

F. Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 Dalam Pembaruan Kurikulum

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan

yang produktif, kreatif, dan inovatif. Secara konseptual, kurikulum 2013

memiliki beberapa keunggulan, antara lain :

1. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah

(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat

peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing.

2. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan,

22
dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari serta aspek-aspek kepribadian dapat

dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,

terutama berkaitan dengan keterampilan.

Hal-hal yang mendasari lahirnya kurikulum 2013 setidaknya ada tujuh

asumsi antara lain :

1. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu

melakukan proses pembelajaran secara optimal.

2. Banyak sekolah yang mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman,

sehingga mengajar diartikan hanya sebagai kegiatan menyajikan materi

yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.

3. Peserta didik bukanlah tabung kosong yang dapat diisi atau ditulis

sekehendak guru melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang

harus dikembangkan.

4. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.

5. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta

didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilkinya secara optimal.

6. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-

kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis sebagai jabaran dari

seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan

yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

23
7. Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai

kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai

potensinya secara optimal.

Berdasarkan asumsi di atas, menurut Mulyasa dalam penerapan

kurikulum 2013 dilakukan penambahan beban belajar pada semua jenjang

pendidikan, sebagai berikut :

1. Beban belajar di SD/MI

Kelas I, II, III, masing masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV,

V, VI masingmasing 36 jam setiap minggu, dengan lama belajarnya yaitu 35

menit.

2. Beban belajar di SMP/MTs

Dari semula 32 menjadi 38 jam untuk masing-masing kelas VII,

VIII dan IX, dengan lama belajar untuk setiam jam belajarnya yaitu 40

menit.

3. Beban belajar di SMA/MA

Kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk

kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar, dengan

lama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 45 menit.”9

Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar guru memiliki

waktu yang lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran yang

berorientasi paada peserta didik atau mengembangkan pembelajaran aktif,

kreatif, dan menyenangkan. Selain itu, guru dituntut untuk secara kreatif
9
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2007), hal. 184.

24
menciptakan lingkungan yang kondusif, dengan manajemen kelas yang

efektif, untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga

peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan (joyfull teaching and

learning).

1. Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan kompetensi operasionalisasi standar

kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh

peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu, yang menggambarkann kompetensi utama yang

dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti

merupakan pengikat untuk organisas vertikal dan organisasi horizontal

kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah

keterkaitan antar konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang

pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip

belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar

konten yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten

kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan isi isi kompetensi dasar dari

25
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas

yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

2. Silabus dan Rencana Pembelajaran

Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis besar,

ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Menurut Abdul

Majid, “Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis

memuat kompnen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai

penguasaan kompetensi dasar.”

Sedangkan menurut Masnur Muslich, “RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rancangan pembelajaran mata

pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

kelas.”10

Dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh

pemerintah sehingga guru tinggal mengembangkan rencana

pembelajaran. Di samping silabus, pemerintah juga sudah menyiapkan

buku panduan untuk guru dan peserta didik. Dengan demikian guru tidak

perlu lagi mengembangkan perencanaan tertulis, yang penting bagi guru

adalah memahami pedoman guru dan pedoman peserta didik, kemudian

memahami dan menguasai materi yang akan diajarkan. Setelah itu,

mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang

10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011),
hal. 39

26
apa yang akan dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter, dan

kompetensi peserta didik serta penutup pelajaran.

Dalam kurikulum 2013, kemampuan dan kreativitas guru sangat

di nanti, dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan kritis,

mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga

negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti

dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam

masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan,

memiliki kesiapan untu bekerja memiliki kecerdasan sesuai

bakat/minatnya serta memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.

3. Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 dalam Pembaharuan Kurikulum

a. Peluang Kurikulum 2013

Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu

perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan

terhadap mutu pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat

menjawab tantangan perubahan dan perkembangan itu. Hal itu

diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang

cerdas dan berkehidupan yang damai,terbuka, dan berdemokrasi, serta

mampu bersaing secara terbuka di era global. Untuk itu, pembenahan dan

penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal pokok, terutama terhadap

aspek substantif yang mendukungnya yaitu kurikulum.

27
Perubahan dan penyempurnaan kurikulum merupakan hal biasa

terjadi dinegara manapun didunia, sebagai wujud dari reponsifnya sebuah

kurikulum dengan adanya perubahan dan perkembangan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara. Perubahan tersebut

menjadi alasan utama yang digunakan oleh “perancang kurikulum” untuk

melakukan perubahan kurikulum tersebut . Tantangan bagi para

perancang kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

perkembangan terkini sesungguhnya adalah bagaimana merancang

kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan.

Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 yang dikenal

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi

kurikulum 2013 adalah merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan

tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya

bangsa, karena titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah

penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman

dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian

beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang

diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan

kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta

perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global

di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan

internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu,

28
implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam

menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar

beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan

dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi

lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga,

semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran

diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata

pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan

kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi

yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam

mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Keberhasilan

implementasi kurikulum 2013 diharapkan memberi peluang dalam

menghasilkan insan Indonesia yang mamp bersaing di era globalisasi.

b. Tantangan Kurikulum 2013

Pelaksanaan Kurikulum 2013 merupakan Tantangan dan bagian

dari upaya perbaikan kondisi pendidikan di Indonesia, dan kurikulum

2013 ini di harapkan akan mampu menjadi pedoman pendidikan di tanah

air. Disadari bahwa guru merupakan kunci utama keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, harapan keberhasilan

pendidikan sering dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar yang

29
penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mental terhadap perubahan

perubahan kurikulum.

Substansi suatu kurikulum adalah program pendidikan yang

bertujuan membentuk siswa berkarakter, bertanggung jawab, pantang

menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme. Penerapan kurikulum 2013

menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan cita-

cita pendidikan. Tenaga pendidikan dan kependidikan ditantang untuk

menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pengembangan kurikulum lebih

menekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa

setelah melakukan pembelajaran.

2. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum lebih

menekankan pada kemampuuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu

jenjang Pendidikan.

3. Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan

menjadi kurikulum 2013 diharapkan memberi peluang dalam menghasilkan

tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun budaya bangsa.

Kurikulum 2013 yang berusaha memadukan pesan-pesan dari kurikulum

berbasis kompetensi dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan

30
diharapkan memberi wawasan baru terhadap sistem pendidikan.

Implementasi kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang untuk

mewujudkan cita-cita pendidikan yaitu menghasilkan insan Indonesia yang

produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan

dan pengetahuan yang terintegrasi bisa terwujud dan mampu bersaing di era

globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kuriikulum, Bandung : PT Remaja


Rosda Karya, 2011.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku guru Al’qur-an dan Hadis
Madrasah Tsanawiyah kelas VII, Jakarta : Kementerian Agama, 2014.
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta : Rajawali Pers, 2010

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya,


2011.
Mulyasa. H. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya, 2013.
Muslich, Masnur, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar
Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2011.

Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2008

31
32

Anda mungkin juga menyukai